com
Oleh:Soedarso2
Abstrak
Pancasila adalah sistem filsafat, hubungan setiap prinsip
adalah hierarki-piramidal. Konsekuensi logis Pancasila sebagai suatu sistem
filosofis, oleh karena itu, memberikan landasan bagi penerapannya dalam praktik
pemerintahan Indonesia—ekonomi, budaya, hukum, pertahanan, etika sosial,
teknologi, dan sistem pendidikan. Seharusnya Pancasila tidak hanya dimaknai
sebagai “Lima Etika”, tetapi secara alamiah Pancasila adalah “Lima Asas
Kebangsaan Indonesia”. Sangat penting diperhatikan bahwa dalam kehidupan
bernegara bangsa, Pancasila sebagai jati diri bangsa harus dikembangkan agar
bangsa Indonesia sejajar dengan bangsa lain dalam kondisi kesejahteraan dan
keadilan. Perbedaan interpretasi Pancasila tidak membuatnya miskin tetapi
malah membuatnya kuat sebagai sistem filsafat.
A. Esensi Filsafat
42
Jurnal Filsafat Vol. 39, Nomor 1, April 2006
dikeluarkan secara terbuka untuk diperdebatkan dan dapat diuji oleh siapa
saja untuk menemukan kebenaran yang mungkin belum pernah dilihat
sebelumnya. Sistematis, artinya didasarkan pada koherensi dalam alur
pemikiran tertentu, adalah sistem pemikiran yang bulat di mana kontradiksi
internal dihindari. Radikal berarti berpikir secara mendalam, sampai ke akar-
akarnya (radix: root), pada suatu penjelasan yang tidak memerlukan
penjelasan lebih lanjut. Komprehensif artinya mengulas secara menyeluruh,
dari berbagai sudut pandang, dan dari berbagai sisi. Universal, artinya
diterima secara umum, bebas dari ruang dan waktu.
43
Jurnal Filsafat Vol. 39, Nomor 1, April 2006
5. Al Kindi (801-865)
Filsuf Islam pertama dan ahli dalam kedokteran, matematika, komposer dan
astronomi. Filsafat dipandang tidak bertentangan dengan Al-Qur'an,
melainkan melengkapinya. Menurutnya, ada dua jenis pengetahuan:
pengetahuan ilahi (sumber wahyu) dan pengetahuan manusia (sumber
akal).
6. Descartes (1596-1650)
Ahli geometri dan penemu diagram Cartesian ini dikenal sebagai
Bapak Filsafat Modern. Filsafat dimulai dengan meragukan segala
sesuatu sampai memperoleh pengetahuan yang kokoh, yang tidak
dapat diragukan, bahkan sampai berakhir pada pengakuan akan
keberadaan Tuhan.
44
Jurnal Filsafat Vol. 39, Nomor 1, April 2006
45
Jurnal Filsafat Vol. 39, Nomor 1, April 2006
46
Jurnal Filsafat Vol. 39, Nomor 1, April 2006
f. Filosofi Dasar Negara Republik Indonesia (Keputusan Presiden Republik Indonesia, 5 Juli
1959). Penerapan Teori Kausal Aristoteles (Notonagoro dalam Suhadi, 1986) untuk
mendeskripsikan materi, proses, dan hasil Pancasila adalah sebagai berikut.
sebuah. Kausa Materialis artinya faktor material, Pancasila digali dari nilai-nilai
budaya bangsa yang telah berumur ribuan tahun oleh para pendiri negara
Indonesia seperti : Ir.Sukarno, Muh.Yamin, dan sebagainya melalui
musyawarah bersama.
b. Kausa Formalis berarti faktor bentuk, Pancasila yang terdiri dari lima nilai
dasar kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia sebagaimana
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.
c. Sebab Efisiensi artinya faktor proses, Pancasila digali dan
dibahas bersama oleh BPUPKI untuk kemudian disahkan
oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945.
47
Jurnal Filsafat Vol. 39, Nomor 1, April 2006
48
Jurnal Filsafat Vol. 39, Nomor 1, April 2006
penyempitan, yaitu hanya untuk bangsa dan negara Indonesia, atau biasanya
dapat digambarkan dalam bentuk piramida terbalik dengan puncak di bagian
bawah.
49
Jurnal Filsafat Vol. 39, Nomor 1, April 2006
sebuah. Sila yang berada di depan sila lainnya mendasari, meliputi, dan
menghidupkan sila berikut.
b. Sila di balik sila lainnya didasarkan pada, diliputi dan dijiwai oleh
ajaran yang mendahuluinya.
c. Sila-sila selanjutnya merupakan perwujudan atau spesialisasi dari sila-
sila sebelumnya.
50
Jurnal Filsafat Vol. 39, Nomor 1, April 2006
51
Jurnal Filsafat Vol. 39, Nomor 1, April 2006
filosofi lain?; kedua, sejauh mana transformasi sistem filsafat pancasila ke berbagai
bidang? Untuk pertanyaan pertama, kurang lebih telah dibahas pada sub bab (B)
Sistem Filsafat Pancasila.
dikendalikan
Dari tabel tersebut terlihat bahwa terdapat perbedaan antara sistem filsafat pancasila
dengan sistem filsafat lainnya. Persoalannya, sejauh mana sistem filsafat Pancasila
menghadapi berbagai tantangan dan hambatan?
52
Jurnal Filsafat Vol. 39, Nomor 1, April 2006
sistem filsafat Pancasila, bahkan menjadi stigma terhadap sistem filsafat Pancasila.
53
Jurnal Filsafat Vol. 39, Nomor 1, April 2006
M - Bagaimana mengembangkan
orang asing, merugikan mereka sendiri
bangsa?
Saya ekonomi rakyat?
Bagaimana kebijakan yang tepat - Memperkuat kemandirian
bagi pedagang kaki lima? rakyat untuk
sejahterakan dirinya sendiri
sendiri?
54
Jurnal Filsafat Vol. 39, Nomor 1, April 2006
budaya pancasila?
SEBUAH
Ada kemungkinan hasil jawaban berbeda satu sama lain, tetapi bukan
berarti otomatis membenarkan yang satu dan menyalahkan yang lain. Perbedaan
jawaban menunjukkan betapa sulitnya satu interpretasi dan implementasi.
Perbedaan perlu dielaborasi sedemikian rupa, dengan prinsip saling
menghormati dan saling memahami, agar memungkinkan ditemukannya
interpretasi dan implementasi baru yang pada akhirnya akan memperkuat dan
mengembangkan sistem falsafah Pancasila.
BIBLIOGRAFI
55
Jurnal Filsafat Vol. 39, Nomor 1, April 2006
Pelly, Usman, Prof. Dr., dan Asih Menunggu, Dra., MS., 1994,Teori
Sosial budaya,Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
56