Anda di halaman 1dari 2

kepada wartawan, Kamis (20/10/2022).

Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang


notabene sebagai rumah sakit rujukan, tingkat kematian pasien gangguan ginjal akut bahkan
lebih dari 50 persen. Baca juga: BPOM Temukan 5 Obat Sirup dengan Etilen Glikol Melebihi
Ambang Batas, Ini Daftarnya Berdasarkan pernyataan Direktur Utama RSCM dr. Lies Dina
Liastuti tingkat kematian pasien rujukan itu mencapai 63 persen dari total 49 kasus yang
diterima sepanjang tahun 2022. Rincian pasien yang
Belum ditemukannya penyebab gangguan ginjal akut (acute kidney injury/AKI) membuat
Budi Gunadi Sadikin mengatakan, tingkat kematian gangguan ginjal akut mendekati 50
persen. Adapun hingga Selasa (18/10/2022), kasus yang ditemukan mencapai 206 kasus.
Sementara itu, balita yang terpapar penyakit ini mencapai sekitar 70 orang per bulan. Ia
bahkan menyebut realitasnya dipastikan lebih banyak dari data yang ada. Baca juga: 4 Poin
Temuan BPOM 5 Obat Sirup Mengandung Etilen Glikol Lewati Batas Aman di Tengah
Kasus Gagal Ginjal Akut Oleh karena itu, Kemenkes mengambil langkah konservatif dengan
menginstruksikan tenaga medis termasuk dokter tidak meresepkan obat cair kepada pasien
dan menginstruksikan apotek agar tidak menjual obat dalam bentuk cair. "Mengingat balita
yang teridentifikasi AKI sudah mencapai 70-an (kasus) per bulan. Realitasnya pasti lebih
banyak dari ini, dengan fatality/kematian rate mendekat 50 persen," kata Budi dalam
keterangannya
tingkat kematian pasien meningkat. Tingginya angka kematian (fatality rate) menjadi sorotan
sejumlah pihak terkait. Menteri Kesehatan (Menkes) dirawat, yaitu 2 pasien pada Januari, 1
pasien pada Maret, 3 pasien pada bulan Mei, 2 pasien di bulan Juni, 1 pasien di bulan Juli, 8
pasien di bulan Agustus, 20 pasien pada September, dan 12 pasien pada Oktober 2022.
Terdapat 7 orang yang dinyatakan sembuh usai mendapat perawatan, dan 11 anak yang saat
ini masih dirawat. "Yang dirawat ada 11 (orang), 10 di PICU (Pediatric Intensive Care Unit),
dan yang di IGD ada 1 (orang). Mohon doanya," ucap Lies dalam konferensi pers, Kamis
sore. Temuan BPOM Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melakukan penelitian
terkait ada tidaknya cemaran etilen glikol yang melebihi ambang batas pada obat-obat sirup
untuk anak demam yang beredar di pasaran. Biasanya, cemaran etilen glikol (EG) dan
dietilen glikol (DEG) kemungkinan berasal dari 4 bahan tambahan yaitu propilen glikol,
polietilen glikol, sorbitol, dan gliserin/gliserol. Sejatinya, keempat bahan tambahan itu bukan
merupakan bahan yang berbahaya atau dilarang digunakan dalam pembuatan sirup obat.
Namun, BPOM sudah menetapkan ambang batas aman atau Tolerable Daily Intake (TDI)
untuk cemaran EG dan DEG sebesar 0,5 mg/kg berat badan per hari. Baca juga: Apakah
Gangguan Ginjal Akut Bisa Disembuhkan? Ini Penjelasan Dokter Setelah melakukan
sampling, BPOM menemukan 5 obat sirup yang mengandung cemaran etilen glikol melebihi
ambang batas. Sampling dilakukan BPOM terhadap 39 bets dari 26 sirup obat. "Hasil
sampling dan pengujian terhadap 39 bets dari 26 sirup obat sampai dengan 19 Oktober 2022,
menunjukkan adanya kandungan cemaran EG yang melebihi ambang batas aman pada 5
produk," tulis BPOM dalam keterangan resmi, Kamis. Sampling dilakukan berdasarkan
beberapa kriteria. Pertama, obat-obat tersebut diduga digunakan pasien gagal ginjal akut
sebelum dan selama berada/masuk rumah sakit. Lalu, Diproduksi oleh produsen yang
menggunakan 4 bahan baku pelarut propilen glikol, polietilen glikol, sorbitol, dan
gliserin/gliserol dengan jumlah volume yang besar. Baca juga: Atasi Gangguan Ginjal Akut
Misterius, RSCM Pakai Obat Penawar dari Singapura Kemudian, diproduksi oleh produsen
yang memiliki rekam jejak kepatuhan minimal dalam pemenuhan aspek mutu. Lima obat
tersebut, adalah sebagai berikut: 1. Termorex Sirup (obat demam), produksi PT Konimex
dengan nomor izin edar DBL7813003537A1, kemasan dus, botol plastik @60 ml. 2. Flurin
DMP Sirup (obat batuk dan flu), produksi PT Yarindo Farmatama dengan nomor izin edar
DTL0332708637A1, kemasan dus, botol plastik @60 ml. 3. Unibebi Cough Sirup (obat batuk
dan flu), produksi Universal Pharmaceutical Industries dengan nomor izin edar
DTL7226303037A1, kemasan Dus, Botol Plastik @ 60 ml. 4. Unibebi Demam Sirup (obat
demam), produksi Universal Pharmaceutical Industries dengan nomor izin edar
DBL8726301237A1, kemasan Dus, Botol @ 60 ml. 5. Unibebi Demam Drops (obat demam),
produksi Universal Pharmaceutical Industries dengan nomor izin edar DBL1926303336A1,
kemasan Dus, Botol @ 15 ml. Belum ada kesimpulan penyebab Namun, menurut BPOM,
hasil uji tersebut belum dapat mendukung kesimpulan bahwa penggunaan sirup obat tersebut
memiliki keterkaitan dengan kejadian gagal ginjal akut. Karena selain penggunaan obat,
masih ada beberapa faktor risiko penyebab kejadian gagal ginjal akut seperti infeksi virus,
bakteri Leptospira, dan multisystem inflammatory syndrome in children (MIS-C) atau
sindrom peradangan multisistem pasca Covid-19. Baca juga: RSCM Terima 49 Kasus Gagal
Ginjal Akut Misterius, Tingkat Kematian 63 Persen Masih soal kewaspadaan, BPOM telah
melakukan tindak lanjut dengan memerintahkan kepada industri farmasi pemilik izin edar
untuk melakukan penarikan sirup obat dari peredaran di seluruh Indonesia dan pemusnahan
untuk seluruh bets produk. "Penarikan mencakup seluruh outlet antara lain Pedagang Besar
Farmasi, Instalasi Farmasi Pemerintah, Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Puskesmas,
Klinik, Toko Obat, dan praktik mandiri tenaga kesehatan," ucap BPOM. Kaji jadi KLB
Mendadak, cepat, dan belum diketahuinya penyebab membuat Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) mengkaji penetapan status Kejadian Luar Biasa (KLB) terhadap kasus gangguan
ginjal akut. Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, pihaknya sudah melibatkan epidemiolog untuk
mengkaji penetapan status tersebut. "Para ahli sudah kita libatkan, bagian dari tim ini, apakah
nanti perlu dilakukan (untuk menetapkan KLB), masih berproses semua," ungkap Nadia.
Baca juga: Ada Gangguan Ginjal Akut, IDAI Minta Orangtua Tak Beli Obat Bebas Tanpa
Rekomendasi Dokter Nadia mengungkap, ada beberapa pertimbangan yang dipikirkan dalam
menetapkan kasus KLB. Salah satu pertimbangan yang dilakukan adalah melihat tren
kenaikan dan angka kematian kasus. Biasanya, status KLB ditetapkan jika kasus dan angka
kematian mengalami tren peningkatan yang cepat seperti kasus Covid-19. "Semua masih
dikaji ya," jelas Nadia. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari
Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik
link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram
terlebih dulu di ponsel.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Gangguan Ginjal Akut: Kematian
Dekati 50 Persen, Dikaji Jadi KLB", Klik untuk baca:
https://nasional.kompas.com/read/2022/10/21/09045921/gangguan-ginjal-akut-kematian-
dekati-50-persen-dikaji-jadi-klb.
Penulis : Fika Nurul Ulya
Editor : Sabrina Asril

Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L

Anda mungkin juga menyukai