PENDAHULUAN
Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh dan berfungsi untuk membuang
sampah metabolisme dan racun tubuh dalam bentuk urin, yang kemudian dikeluarkan
dari tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan komposisi
kimia darah. Dengan mengekskresikan zat terlarut dan air secara selektif. Apabila kedua
ginjal ini karena sesuatu hal gagal menjalankan fungsinya, akan terjadi kematian.
1.2.4. Mengetahui pandangan tenaga medis tentang gagal ginjal akibat Etilen Glikol
1.3. TUJUAN
1.3.1. Menambah pengetahuan masyarakat dan pembaca tentang gagal ginjal akut
1.3.2. Menambah pengetahuan masyarakat dan pembaca tentang Etilen Glikol
1.3.3. Mengedukasi masyarakat untuk berfikir positif tentang gagal ginjal akut
akibat Etilen Glikol
1.3.4. Mengajak masyarakat dan pembaca untuk lebih bijak dalam menggunakan
obat untuk anak anak
1
BAB 2
PEMBAHASAN
Gangguan ginjal akut atau Acute Kidney Injury (AKI) dapat diartikan sebagai
penurunan cepat dan tiba-tiba pada fungsi filtrasi ginjal. Kondisi ini biasanya ditandai
oleh peningkatan konsentrasi kreatinin serum atau azotemia (peningkatan konsentrasi
BUN) dan/atau penurunan sampai tidak ada sama sekali produksi urin. Perubahan
terminologi dari Gagal Ginjal Akut (GGA) menjadi AKI bertujuan untuk
meningkatkan deteksi dini agar dapat dilakukan intervensi segera. Pada konsep yang
dipakai sekarang, AKI memiliki spektrum klinis yang luas, mulai dari perubahan
minor pada penanda fungsi ginjal sampai dengan kondisi yang membutuhkan Terapi
Pengganti Ginjal (TPG). Perubahan konsep ini dilakukan karena adanya bukti bahwa
perubahan kecil dalam fungsi ginjal dapat memiliki efek yang serius untuk jangka
panjang, dan intervensi dini dapat memperbaiki luaran atau prognosis. 1.2
Data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada bulan September tahun
2022, terdapat 74 kasus Acute Kidney Injury Progressive Atypical yang telah
dilaporkan, penyakit ini ditemukan sebagian besar pada anak laki-laki dengan usia di
bawah 6 tahun tanpa riwayat komorbid, kasus tersebut pola perjalanan penyakitnya
tidak seperti AKI yang lazimnya terjadi pada kelompok usia anak di bawah 6 tahun
dan progresifitasnya tergolong cepat, sehingga membutuhkan intervensi segera. Data
akhir Agustus 2022, Kementrian Kesehatan (Kemenkes) dan ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) telah menerima kasus Gangguan Ginjal Akut Progresif
Atipikal/AKI yang tajam pada anak, utamanya dibawah usia 5 tahun. Hingga 18
3
Oktober 2022, jumlah kasus gagal ginjal akut yang dilaporkan sebanyak 206 dari 20
provinsi. Angka kematian sebanyak 99 anak dengan angka kematian pasien dirawat di
RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo mencapai 65%.6
Etilen glikol merupakan senyawa organik yang tidak berwarna, tidak berbau,
memiliki viskositas yang rendah sehingga menyebabkan cairan bersifat higroskopis.
Etilen glikol dapat menurunkan titik beku pelarutnya dengan menghambat
pembentukan kristal es. Kegunaan etilen glikol sangatlah banyak, secara umum etilen
glikol digunakan untuk tambahan serat pada polyester, wadah yang menggunakan
bahan PET, antifreeze dan pendingin pada mesin untuk semua kondisi cuaca.
Kegunaan lain adalah untuk menghilangkan lapisan-lapisan es pada pesawat terbang,
pendingin pada proses transfer yang menggunakan kontak dengan gas pemanas serta
AC. Tidak hanya itu, etilen glikol juga digunakan sebagai bahan adesif, bahan
tambahan pada cat, dan emulsi aspal. Di Indonesia secara umum etilen glikol
digunakan untuk bahan baku industri tekstil (polyester) sebesar 97,34% dan 2,66%
digunakan sebagai bahan baku tambahan pembuatan cat, cairan lem, solven (pelarut),
tinta cetak, tinta pada pena, foam stabilizer, kosmetik, dan bahan anti beku.
Hasil uji sampel Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terhadap 35
kode produksi dari 26 sirup obat per 19 Oktober 2022 menunjukkan kandungan
kontaminasi etilen glikol (EG) yang melebihi batas aman pada lima produk obat
demam dan obat batuk dan flu di Indonesia. Kontaminasi EG ditemukan pada
Termorex Sirup, Flurin DMP Sirup, Unibebi Cough Sirup, Unibebi Demam Sirup,
dan Unibebi Demam Drops. Ini obat untuk anak-anak. Namun, menurut BPOM,
temuan tersebut belum bisa mendukung kesimpulan bahwa penggunaan obat sirup
obat itu mempunyai kaitan dengan kejadian gagal ginjal akut pada ratusan anak dalam
beberapa pekan terakhir di negeri ini. Sebab, selain penggunaan obat, BPOM
mengatakan ada beberapa faktor risiko penyebab kejadian gagal ginjal akut seperti
infeksi virus, bakteri leptospira, dan sindrom peradangan multisistem setelah COVID-
19 pada anak.
4
Sebelumnya, pada 18 Oktober 2022, Kementerian Kesehatan Indonesia
menyatakan ada 206 kasus gagal ginjal akut pada anak, 99 di antaranya meninggal.
Kasus terjadi terbanyak pada anak berusia 1-5 tahun di 20 provinsi, DKI Jakarta dan
Jawa Barat terbanyak, masing-masing 40 kasus. Sehari kemudian, Wakil Menteri
Kesehatan menyatakan pengujian terhadap 18 obat sirup menunjukkan 15 di
antaranya masih mengandung EG.Sampai kini (21 Oktober), otoritas kesehatan
Indonesia belum mengetahui secara pasti penyebab gagal ginjal akut pada anak-anak
tersebut, sehingga kejadian ini disebut sebagai gagal ginjal akut progresif atipikal.
Hubungan sebab-akibat dalam kasus ini belum bisa dipastikan.
Belakangan, Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa kejadian gagal ginjal pada
anak-anak itu diduga akibat obat batuk dan paracetamol. Kementerian telah melarang
peresepan 91 obat sirup untuk pasien.
5
itu, belum ada kejelasan merek sirup yang digunakan. Namun, otoritas
kesehatan menangguhkan penggunaan sirup parasetamol. Setelah obat sirup
ini ditarik dari peredaran, kasus-kasus gagal ginjal di sana berkurang.
Kurangnya fasilitas pengujian di Gambia membuat WHO ikut turun
tangan dalam penanganan kasus ini. Peringatan dari WHO tersebut
menimbulkan kecurigaan bahwa kasus gagal ginjal akut pada anak dapat
terjadi akibat penggunaan obat seperti sirup. Apalagi, beberapa laporan kasus
dalam artikel ilmiah mengaitkan kontaminasi EG dan DEG dalam obat sirup
parasetamol dengan gagal ginjal akut.
2. Kasus keracunan Etilen Glicol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG) di negara lain
6
Kasus yang terjadi di Gambia juga berhubungan dengan tidak
terpenuhinya persyaratan mutu produk obat sirup. Berdasarkan informasi dari
WHO, produsen belum bisa memberikan bukti dan jaminan mengenai
keamanan dan mutu produk-produk tersebut. Produsen ini memiliki rekam
jejak yang kurang baik, antara lain mereka dilarang mengedarkan produk di
negara bagian Bihar, India, pada 2011 karena menjual sirup yang tidak
memenuhi standar dan diperkarakan oleh regulator obat di India pada 2018.
Hal ini terjadi akibat pelanggaran sistem pengawasan mutu gagal memenuhi
standar pengujian mutu di daerah Jammu dan Khasmir.
2.4. Sudut pandang Dokter dengan kejadian gagal ginjal akut akibat kontaminasi etilen
glikol
Berdasarkan sudut pandang kami sebagai dokter tentang kasus ini adalah
kejadian ini adalah suatu kejaddian yang sangat mngejutkan, karena obat sirup yang
selama ini menjadi penolong pasien terutama anak anak malah menjadi sumber
masalah kesehatan pada anak anak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh BP
POM Indonesia ini disebabkan oleh penggunaan pelarut pada obat yang
terkontaminasi oleh etilan glicol dan keturunannya. Etilen Glikol biasanya digunakan
8
sebagai bahan pembuatan pedingin mesin pada kendaraan ( cairan radiator ) yang
sangat berbahaya bagi tubuh manusia bila masuk kedalam tubuh manusia.
Sebagaiman yang sudah terjadi di setiap kasus gagal ginjal pada anak selalu
ditemukan obat syirup atau setelah mengkonsumsi obat syrup pasien yang
mengalami gagal ginjal. Berdasarkan temuan ini kami menyipulkan ada beberapa
kesalahan pada pengawasan pada produksi pada obat tersebut serta mempertanyakan
kinerja BP pom yang selama ini bertugas untuk mengawasi produksi obat yang
beredar luas. Diperlukan lagi evaluasi kedepannya dari semua lini, mulai dari
produsen, pengawas serta kebijaksanaan dokter atau apoteker dalam pemberian obat
syrup kedepannya.
2.5. Dugaan Gagal Ginjal Akut pada Anak Dari Sudut Pandang Farmasi
Kementrian Kesehatan telah melakukan Tindakan konservatif dengan
menghentikan pemakaian sirup apapun yang diduga menjadi sumber masuknya
toksikan Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG) setelah adanya hasil
pemeriksaan. Sebenarnya apa itu EG dan DEG apa efek bahayanya ? Toksisitas EG
utamanya berasal dari akumulasi metabolit toksiknya EG juga merupakan depresan
system syaraf pusat yang dapat menghasilkan efek akut yang mirip dengan etanol.
Efek SSP ini terjadi pada jam pertama setelah paparan.
Terdapat 3 tahap keracunan EG secara teori,namun onset dan perkembangan
dalam klinis sering kali tidak konsisten dan tidak bisa diprediksi,kadang satu tahap
lebih dominan daripada yang lain atau tidak selalu muncul.
Tiga tahap tersebut adalah :
1. Tahap 1 (tahap neurologis ) : terjadi 30 menit sampai 12 jam setelah terpapar
2. Tahap 2 (tahap cardiopulmonary) terjadi 12-24 jam setalah terpapar
3. Tahap 3 (tahap ginjal ) : terjadi 24-72 jam setelah terpapar
Dari tiga tahap ini bisa kita lihat bahwa keracunan EG maupun DEG tidak
langsung menyerang ke ginjal ada beberapa tahap sebelum sampai ke ginjal. Namun
yang jadi pertanyaan apakah industri menambahkan EG ataupun DEG didalam
pembuatan sirup ?
Jawabannya,tidak EG dan DEG ini dilarang digunakan dalam produksi
sediaan farmasi,yang ada EG dan DEG ini ada dalam bentuk kontaminan atau
impurities dari co solven atau bahan tambahan yang dalam formulasi obat sirup ini
seperti sorbitol,propilen glikol sebagai penyumbang EG didalam sirup tersebut.
9
Adapun Kriteria bahan aktif dan tambahan dalam formulasi obat adalah
sebagai berikut:
1. Pharmaceutical grade
2. Persyaratan monografi/regulasi
3. Persyaratan indusitri
Persyaratan tersebut sudah dilakukan control kualitas/QC,untuk pembelian
bahan baku sudah diaudit dan sudah dilakukan cek fisik oleh QC. Akan tetapi
kontaminan EG ini masih diperbolehkan tidak lebih dari 0,1 %,DEG 0,25 % namun
ada banyak hal yang menyebabkan impiurities ini ada bisa jadi karna saat berada di
industry atau pada sat distribusi,penyimpanan setelah sampai kepada pasien mungkin
pas release masih oke namun setelah sampai kepada pasien mengalami degradasi
karena EG dan DEG ini apabila berada dipemanasan 40 °c akan terurai. Namun
demikian, kita semua apoteker baik yang berada dipelayanan terkhusus yang berada di
indistri farmasi untuk terus berupaya meningkatkan kepatuhan pada standar Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).
Menurut undang undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 106
menyatakan sediaan farmasi dan alat Kesehatan hanya diedarkan setelah mendapat
izin edar. Obat yang mendapatkan izin edar dari BPOM sudah melalui proses
pengujian dan memenuhi standar keamanan,kualitas,dan kemanfaatannya serta
diproduksi sesuai dengan CPOB.
10
BAB III
PENUTUP
3.1. KKESIMPULAN
Gangguan ginjal akut atau Acute Kidney Injury (AKI) dapat diartikan sebagai
penurunan cepat dan tiba-tiba pada fungsi filtrasi ginjal. Kondisi ini biasanya
ditandai oleh peningkatan konsentrasi kreatinin serum atau azotemia (peningkatan
konsentrasi BUN) dan/atau penurunan sampai tidak ada sama sekali produksi urin.
Etilen Glikol yang ditelan dan masuk ke dalam tubuh mengalami proses metabolisme
di hati oleh beberapa enzim. Proses ini akan menghasilkan asam glikolat yang
mengakibatkan penumpukan asam di dalam tubuh, dan asam oksalat. Asam oksalat
inilah yang dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal. Pada keracunan
berat, EG dapat menyebabkan gagal ginjal akut, sehingga terjadi penumpukan
senyawa kimia beracun dan ketidakseimbangan kimiawi di dalam darah
3.2. SARAN
Diperlukan pengawasan yang lebih ketata terhadap produsen obat yang ada di
Indonesia serta pengujian secara berkala hasil produksi obat supaya tidak terjadi
kejadian seperti ini lagi, serta kepada semua tenaga medis dihimbau lebih berhati-
hati dan lebih bijaksana dalam memberikan obat sesuai peruntukan dan dosis yang
sesuai dengan kebutuhan pasien.
11
DAFTAR PUSTAKA
4. Lameire N, Biesen WV, Vanholder R. The rise of prevalence and the fall of mortality
of patients with acute renal failure: what the analysis of two databases does and does
not tell us. J Am Soc Nephrol. 2006;17:923-5.
6. United State Renal Data System.USRDS Annual Data Report Chapter 5 : Acute
Kidney Injury. 2015. Vol. 1. 57-66
10. USP Convention, 2007. United States of Pharmacopei National Formulary. USP
30/NF 25.Twinbrook Parkway; United State Pharmacopeial Convention.
12
13