Anda di halaman 1dari 6

Nama : Naurah Safa Shabirah

Kelas : XG

Keracunan Obat Sirup Menjadi Penyebab Pasti Gagal Ginjal Akut di


Indonesia
JAKARTA, KOMPAS.com - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melaporkan, kasus gangguan
ginjal akut atipikal atau gangguan ginjal akut misterius pada anak bertambah menjadi 152
kasus. Ketua Pengurus Pusat IDAI, dr Piprim Basarah Yanuarso SpA(K) mengatakan, jumlah ini
didapat dari laporan 16 cabang IDAI di seluruh Indonesia.

Angka ini meningkat dari sebelumnya mencapai 146 kasus. "Mungkin belum semua bisa
melaporkan di sini. Bahkan data terakhir sampai 14 Oktober ada 152 kasus, tadinya 146 kasus,"
kata Piprim dalam konferensi pers secara daring di Jakarta, Jumat (14/10/2022).

Berdasarkan paparan Piprim, kasus gangguan ginjal akut misterius (acute kidney injury/AKI) DKI
Jakarta menjadi yang terbanyak, diikuti oleh Jawa Barat, Sumatera Barat, Aceh, Bali, dan
Yogyakarta. Gangguan ginjal akut misterius di DKI Jakarta saat ini mencapai 49 kasus.

Sementara itu, di Jawa Barat mencapai 24 kasus, Sumatera Barat 21 kasus, Aceh 18 kasus, Bali
15 kasus, dan Yogyakarta sebanyak 11 kasus. Memang, kata Piprim, kasus gangguan ginjal akut
misterius ini mulai meninggi pada Agustus 2022 dengan jumlah mencapai 36 kasus. Namun,
puncaknya terjadi pada bulan September yang mencapai 76 kasus. "Puncaknya di September
ada 76 laporan. Di Oktober ini tren lebih menurun (menjadi 21 kasus) dibanding Agustus.
Mudah-mudahan kita harapkan memang trennya enggak meningkat lagi," kata Piprim.

Saat ini, IDAI bersama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melakukan upaya mitigasi. Sejak
pertengahan September 2022, IDAI telah berkoordinasi dalam rapat mingguan bersama dengan
ketua IDAI Cabang terkait masalah ini.

Dia menyatakan, fenomena gangguan ginjal akut misterius ini memang berbeda dengan
gangguan AKI pada umumnya. Penderita yang mengidap penyakit ini sebelumnya sehat dan
tidak memiliki penyakit kronis maupun kelainan ginjal bawaan. "Perlu diketahui bahwa biasanya
gangguan ginjal akut atau AKI pada balita itu karena kelainan bawaan, karena ginjalnya kecil
atau enggak terbentuk bagus, tetapi (yang sekarang) anak-anak yang sebelumnya sehat, tidak
ada kelainan bawaan tapi terjadi masalah," ujar Piprim.
Sebelumnya, Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI Eka Laksmi Hidayati
mengatakan, ada beberapa gejala yang muncul dari gangguan ginjal akut misterius ini, mulai
dari batuk pilek hingga muntah. Setelah beberapa hari mengalami batuk, pilek, diare, muntah,
dan demam, gejala selanjutnya adalah air seni/urine sedikit atau bahkan tidak bisa buang air
kecil (BAK).

"Jadi tidak bisa buang air kecil (BAK), betul-betul hilang sama sekali buang air kecilnya. Anak-
anak ini hampir semuanya datang (ke rumah sakit) dengan keluhan tidak buang air kecil atau
buang air kecilnya sangat sedikit," tutur Eka

IDAI sudah mencari berbagai panel infeksi virus di dalam tubuh anak-anak dengan beragam
metode pemeriksaan. Salah satu metode yang dilakukan adalah swab tenggorokan untuk
memeriksa infeksi virus pada saluran pernapasan. Sayangnya, pihaknya tidak menemukan jenis
virus yang seragam yang menyebabkan infeksi.

Pihaknya pun melakukan swab rektal dari anus untuk mencari infeksi yang oriental penyebab
diare atau infeksi pencernaan. Hasilnya sama, dokter tidak mendapatkan jenis virus yang
konsisten. "Kami masih mencari. Tapi yang jelas anak-anak ini tidak hanya mengalami gangguan
pada ginjal. Saat melakukan pemeriksaan laboratorium dan mengamati gejala klinisnya, mereka
mengalami apa yang kami sebut dengan peradangan di banyak organ," kata Eka.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyatakan, obat sirup untuk anak maupun
dewasa di Indonesia tidak diperbolehkan menggunakan dieliten glikol (DEG) dan etilen glikol
(EG). Hal ini buntut dari sirup obat batuk yang menewaskan 66 anak di Gambia yang
terkontaminasi dietilen glikol dan etilen glikol.

"Untuk memberikan perlindungan terhadap masyarakat, BPOM telah menetapkan persyaratan


pada saat registrasi bahwa semua produk obat sirup untuk anak maupun dewasa, tidak
diperbolehkan menggunakan dieliten glikol (DEG) dan etilen glikol (EG)," tulis BPOM di situs
pom.go.id dilihat Sabtu (15/10).

Sebagai langkah kehati-hatian, BPOM juga menelusuri kemungkinan kandungan DEG dan EG
sebagai cemaran pada bahan lain yang digunakan sebagai zat pelarut tambahan. BPOM terus
melakukan pengawasan secara komprehensif pre- dan post market terhadap produk obat yang
beredar di Indonesia.
BPOM pun melakukan langkah-langkah pengawasan intensif terhadap obat-obat terkait dan
akan segera menyampaikan hasilnya kepada masyarakat.

"BPOM mengimbau masyarakat agar lebih waspada, menggunakan produk obat yang terdaftar
di BPOM yang diperoleh dari sumber resmi, dan selalu ingat Cek KLIK (Cek Kemasan, Label, Izin
Edar, dan Kedaluwarsa)," imbuh BPOM.

Dilansir dari Kompas.com, Kemenkes baru memperbolehkan 156 obat sirup yang aman
dikonsumsi. "Bukan 198 (yang dirilis BPOM),” jelas Juru Bicara Kemenkes dr. Mohammad
Syahril, Sp.P, MPH, saat menggelar jumpa pers, Jumat (4/11/2022).

Terkait 42 obat sirup yang belum dinyatakan aman oleh Kemenkes tapi sudah disebut aman
oleh BPOM, Syahril menyatakan pihaknya belum bisa memberikan keterangan pasti. “Sisanya
kita tunggu dulu. Kami belum bisa memberikan keterangan. Nanti dalam waktu dekat akan
kami umumkan,” kata Syahril.

Syahril menuturkan, dalam merilis daftar obat yang aman dikonsumsi masyarakat, pihaknya
mengedepankan prinsip kehati-hatian. “Kami ingin memberikan keamanan bagi masyarakat.
Jadi ada 156 yang sudah ditelaah bersama untuk aman,” kata dia.

Menurut Syahril, 156 obat sirup yang aman dan boleh dikonsumsi di atas dipastikan tidak
menggunakan pelarut propilen glikol, polietilen glikol, sorbitol, gliserin atau gliserol, serta tidak
berisiko tercemar etilen glikol dan dietilen glikol di atas ambang batas aman.

Syahril memastikan obat sirup aman di atas sudah boleh diresepkan tenaga kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan, serta boleh diperjualbelikan di apotek dan toko obat. Kemenkes
juga memperbolehkan tenaga kesehatan untuk meresepkan atau memberikan 12 obat yang
sulit digantikan dengan sediaan lain berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan BPOM.

Daftar 12 obat sirup aman tersebut antara lain Asam valproat (Valproic acid), Depakene,
Depval, Epifri, Ikalep, Sodium valproate, Valeptik, Vellepsy, Veronil, Revatio syr, Viagra syr, dan
Kloralhidrat (Chloral hydrate) syr. “Dengan catatan, pemanfaatan obat tersebut harus melalui
monitoring terapi oleh tenaga kesehatan,” jelas Syahril.

BPOM telah memperbarui informasi tentang obat sirup yang tidak menggunakan Propilen
Glikol, Polietilen Glikol, Sorbitol, dan/atau Gliserin/Gliserol pada 27 Oktober 2022. Dari daftar
tersebut, terdapat 198 obat batuk sirup yang aman digunakan menurut BPOM.
LAMPIRAN

DAFTAR OBAT SIRUP YANG MENGANDUNG ETILEN GLIKOL YANG DILARANG KEMENKES

NO NAMA OBAT PRODUKSI

1 Flurin DMP Sirup  PT Yarindo

2 Farmatama Unibebi Demam Syrup PT Universal Pharmaceutical Industries

3 Unibebi Demam Drops PT Universal Pharmaceutical Industries

4 Unibebi Cough Syrup PT Universal Pharmaceutical Industries

5 Paracetamol Drops PT Afi Farma Pharmaceutical Industries

6 Paracetamol Sirup PT Afi Farma Pharmaceutical Industries

7 Vipcol Sirup PT Afi Farma Pharmaceutical Industries

Dan masih banyak lagi daftar obat lainnya, dilansir dari KOMPAS.com – Sabtu (22/10/2022),
kasus ini awalnya dilaporkan terjadi pada Januari 2022. Saat itu, terdapat dua kasus gangguan
ginjal akut.

Namun, grafik baru melonjak drastis mulai Agustus, yakni dengan 36 kasus. Laporan kemudian
bertambah pada September dan Oktober, yaitu sebesar 78 dan 110 kasus.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny Lukito menyatakan pihaknya masih
terus melakukan pengujian terhadap sejumlah obat sirup yang daftarnya diserahkan oleh
Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Menurut Penny, dari 102 daftar obat yang diberikan
Kemenkes, ada 69 obat sirup yang mengandung pelarut sehingga harus diuji apakah
mengandung etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG).

Diketahui, ada empat pelarut yang rentan tercemar EG dan DEG, yakni propilen glikol, polietilen
glikol, gliserin, dan sorbitol. Kemudian, dari 69 obat sirup tersebut, ada 23 yang dinyatakan
aman untuk digunakan walau mengandung pelarut.

"Alhamdulillah, dari 69, sudah diuji ada 23 yang menggunakan pelarut tersebut, tapi dapat
dikatakan aman," ujar Penny dalam jumpa pers virtual, Kamis (27/10/2022).

Update Jumlah kasus gagal ginjal akut misterius masih bertambah hingga November 2022.
Simak daftar obat sirup dilarang Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan yang aman
dikonsumsi November 2022 ini.
DAFTAR PUSTAKA

https://nasional.kompas.com/read/2022/10/14/16442961/meningkat-gangguan-ginjal-akut-
misterius-pada-anak-jadi-152-kasus

https://nasional.kontan.co.id/news/kemenkes-7-obat-sirup-dilarang-beredar-156-obat-sirup-
aman-untuk-anak

https://amp.kompas.com/nasional/read/2022/10/28/07231241/bpom-terus-lakukan-
pengujian-obat-sirup-dari-daftar-yang-diberikan-kemenkes

https://www.fimela.com/health/read/5116730/keracunan-obat-menjadi-penyebab-pasti-gagal-
ginjal-akut-di-indonesia

Anda mungkin juga menyukai