Indonesia (IDAI) telah menerima laporan peningkatan kasus Gangguan Ginjal Akut
Progresif Atipikal/Acute Kidney Injury (AKI) yang tajam pada anak, utamanya di bawah
usia 5 tahun.
Seiring dengan peningkatan tersebut, Kemenkes meminta para orang tua untuk tidak
panik, tetap tenang, namun selalu waspada terutama ketika anaknya mengalami gejala
yang mengarah kepada gagal ginjal akut, seperti ada diare, mual, muntah, demam
selama 3-5 hari, batuk, pilek, sering mengantuk, serta jumlah air seni/air kecil semakin
sedikit bahkan tidak bisa buang air kecil sama sekali.
“Ini sangat penting kepada seluruh masyarakat khususnya yang mempunyai anak di
bawah umur 18 tahun, utamanya adalah anak balita, kalau terjadi penurunan frekuensi
buang air kecil dan juga penurunan air kencingnya, bahkan sama sekali tidak keluar air
kencingnya atau yang disebut anuria itu maka segera dilakukan pemeriksaan atau
dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan,” ujar Juru Bicara Kemenkes Syahril, dalam
keterangan persnya, Rabu (19/10/2022) secara virtual.
Syahril juga meminta keluarga pasien untuk membawa atau menginformasikan obat
yang dikonsumsi sebelumnya, dan menyampaikan riwayat penggunaan obat kepada
tenaga kesehatan.
“Jadi kalau anak ini dibawa ke dokter atau rumah sakit, obat-obat yang diminum
sebelumnya itu harus dibawa untuk menyampaikan riwayat pengobatan yang sudah
dilakukan atau obat-obat yang telah diminum sebelumnya,” ujarnya.
“Kementerian Kesehatan juga meminta seluruh apotek untuk sementara tidak menjual
obat bebas dan/atau bebas terbatas dalam bentuk cair/sirup kepada masyarakat sampai
hasil penelusuran dan penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan dan
BPOM [Badan Pengawas Obat dan Makanan] ini tuntas,” ujarnya.
Kemenkes juga mengimbau masyarakat agar dalam pengobatan anak untuk sementara
waktu tidak mengonsumsi obat dalam bentuk cair/sirup tanpa berkonsultasi dengan
tenaga kesehatan.
“Sebagai alternatif dapat menggunakan sediaan lain seperti tablet, kapsul, suppositoria
[anal], atau lainnya,” ujarnya.
Sebagai langkah awal untuk menurunkan fatalitas AKI, ujar Syahril, Kemenkes melalui
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo telah membeli antidotum yang didatangkan langsung
dari luar negeri.
“Dalam pemeriksaan yang dilakukan terhadap sisa sampel obat yang dikonsumsi oleh
pasien, sementara ini ditemukan jejak senyawa yang berpotensi mengakibatkan
gangguan ginjal akut atipikal ini. Saat ini, Kementerian Kesehatan dan BPOM masih
terus menelusuri dan meneliti secara komprehensif termasuk kemungkinan faktor risiko
yang lainnya,” ujarnya.
Syahril menyampaikan hasil pemeriksaan menunjukkan tidak adanya bukti antara AKI
dengan vaksin COVID-19.
”Dari hasil pemeriksaan, tidak ada bukti hubungan kejadian AKI dengan vaksin COVID-
19 maupun infeksi COVID-19. Karena gangguan AKI pada umumnya menyerang anak
usia kurang dari 6 tahun, sementara program vaksinasi belum menyasar anak usia 1-5
tahun,” tandasnya. (JW/UN)
Read more: https://setkab.go.id/kasus-gagal-ginjal-akut-pada-anak-meningkat-
kemenkes-minta-orang-tua-waspada/