Anda di halaman 1dari 4

TAJUK RENCANA

Rakyat Berhak
Mendapat Penjelasan
Oleh REDAKSI
31 Oktober 2022 06:09 WIB

KOMPAS/RIZA FATHONI\

Perawat berjalan keluar dari ruangan Unit Perawatan Intensif Anak/ Pediatric Intensive Care Unit
(PICU) di Pusat Kesehatan Ibu dan Anak (PKIA) Kiara RSUP Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta,
Jumat (21/10/2022).

Harapan ditautkan pada 200 vial fomepizole, penawar gangguan ginjal akut pada anak. Obat ini
menghambat perburukan ginjal agar tidak berakhir pada kematian.

Hingga hari ini, kasus kematian anak dengan gangguan ginjal akut progresif atipikal—demikian
penamaan lengkapnya—masih tinggi. Sampai 26 Oktober 2022, tercatat 269 kasus di 34 provinsi
di seluruh Indonesia. Dari jumlah itu, terdapat 157 kasus kematian atau 58,3 persen dari total.
Angka kematian di atas 50 persen dan luasnya area kasus membuat banyak kalangan mendorong
pemerintah menetapkan hal ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Namun, pemerintah
beranggapan KLB untuk penyakit menular.

Memang definisi KLB ada dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun 2014 tentang
Penanggulangan Penyakit Menular. Menurut Pasal 22, penetapan KLB berdasarkan pertimbangan
epidemiologis, sosial budaya, keamanan, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan dampak
malapetaka di masyarakat. Ukuran ini jelas bisa diterapkan pada gangguan ginjal akut, meski tidak
menular.

Dalam peraturan disebutkan beberapa jenis penyakit menular yang bisa memicu KLB.
Kenyataannya, Covid-19 yang belum ada di peraturan 2014 itu, juga bisa menjadi KLB.

Dengan kata lain, dorongan untuk menetapkan gangguan ginjal akut anak sebagai KLB ada
dasarnya, sekaligus jadi harapan masyarakat agar pemerintah memperlakukan penyakit ini dengan
pedoman KLB: membentuk tim gerak cepat di tingkat pusat-provinsi-kabupaten/kota untuk
deteksi dini, respons, pelaporan, dan rekomendasi penanggulangan.
Kementerian Kesehatan, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Badan Pemeriksaan Obat dan Makanan,
dan pelbagai pihak terkait, memang telah melakukan segala upaya. Dari mitigasi, standardisasi
penatalaksanaan kasus, penemuan pencemar berbahaya pada sirop pelarut obat anak dan
korelasinya dengan gangguan ginjal akut, hingga ditariknya obat-obatan yang diduga mengandung
pencemar.

Namun, di sisi lain, penyebab pasti sejak kasus melonjak luar biasa dua bulan terakhir, masih
misterius. Bagaimana menjelaskan kesaksian orangtua yang menyatakan anaknya tidak minum
obat sirop sama sekali, kasus hanya terjadi di Indonesia dan Gambia, atau tiadanya kasus di India
yang menjadi sumber bahan baku obat terbesar di Indonesia?

KEMENTERIAN KESEHATAN

Sebanyak 200 vial fomepizole telah diterima oleh Indonesia dari Jepang yang diberikan secara
hibah. Fomepizole merupakan antidotum atau obat penawar yang digunakan untuk pasien
gangguan ginjal akut progresif atipikal.

Artinya perlu penelitian epidemiologi menyeluruh, agar bisa menjelaskan pola penyebaran
penyakit, kejadian terkait, faktor yang berperan, dan cara pengendaliannya. Rakyat berhak
mendapat penjelasan, apa yang sebenarnya terjadi. Apakah cara pembuatan obat di Indonesia yang
tidak standar? Minimalnya pemeriksaan kualitas produksi? Atau perilaku masyarakat yang gemar
mengobati diri sendiri?
Kita bersyukur, bantuan obat 200 vial fomepizole sudah datang dan siap diedarkan. Kita berharap
semoga tidak ada lagi penambahan kasus maupun angka kematian. Namun, pemerintah
berkewajiban menginformasikan duduk soal dan melakukan pencegahan agar kejadian tidak
berulang.

Editor:
PAULUS TRI AGUNG KRISTANTO.

Anda mungkin juga menyukai