Anda di halaman 1dari 4

TUGAS FALSAFAH

KASUS & PENANGANAN TEORI CHRONIC SORROW

DISUSUN OLEH :
1. Firza Dwi Chairunnisha (14220220018)

2. Nurmaya (14220220024)

3. Aulia Rizqina (14220220075)

4. Nuryansyah Fitri (14220220081)

KELAS B1

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2022 / 2023


I. PEMBAHASAN & IMPLIKASI KEPERAWATAN

TEORI CHRONIC SORROW

 KASUS :

Ny. A berusia 72 tahun menderita demensia dan lumpuh, suami Ny. A telah
meninggal dunia 15 tahun yang lalu. Ny. A memiliki 2 orang anak, laki-laki dan
perempuan. Anak laki-laki Ny. A bekerja dikota semenjak ayahnya meninggal demi
menghidupi ibu dan adik perempuannya dan tak pernah pulang karena jarak dari kota
ke desa asalnya sangatlah jauh. Sang ibu setiap hari di rawat oleh adik perempuannya
dari mulai makan, mandi, toileting.
Hingga pada suatu hari terjadi musibah, adik perempuannya meninggal dunia akibat
mengalami kecelakaan lalu lintas. Ny. A sangat terpukul, dan menolak kenyataan
bahwa anak perempuannya telah meninggal. Akhirnya, anak laki-laki Ny. A pulang
kerumah untuk merawat Ny.A. Tetapi Ny. A tidak mau dirawat oleh anak laki-
lakinya, Ny. A hanya mau dirawat oleh anak perempuannya. Kebutuhan ADL Ny. A
tidak terpenuhi dengan maksimal, sudah 7 bulan Ny. A terus-terusan bersedih
mengingat anak perempuannya. Akhirnya anak lakilakinya setiap hari berdandan
seperti adik perempuannya, agar sang ibu mau makan dan dirawat. Keadaan ini sudah
berlangsung selama 4 tahun.

 TINJAUAN TEORI KASUS :

Seorang lansia yang mengalami demensia dan lumpuh, mulai belajar proses
kehilangan “loss” ketika anak perempuan yang selama 15 tahun membantu memenuhi
kebutuhan sehari-harinya. Mulai dari makan, minum, mandi, dan toileting. Seorang
perawat professional butuh pemahaman yang mendalam terhadap proses kehilangan
yang alamiah dan bagaimana dampaknya terhadap masa depan kehidupan keluarga
Ny. A. Dalam proses berduka ada 5 tahapan, yaitu Fase denial (penolakan atau
pengingkaran), Fase anger (marah), Fase bergining (tawar-menawar), Fase depresi
(kesedihan yang mendalam) dan Fase penerimaan. Pada kasus diatas, Ny. A masuk
dalam fase depresi (kesedihan yang mendalam) akibat ditinggalkan anak
perempuannya.

 CHRONIC SORROW :

Kesedihan mendalam dirasakan oleh Ny. A dikarenakan kehilangan putri


kesayangannya yang telah merawatnya bertahun-tahun.

 LOSS :
Ny. A telah mengalami kehilangan seorang anak yang selama 15 tahun telah
merawatnya setelah suaminya meninggal. Ny. A mengharapkan (idealnya) anak
perempuannya masih hidup dan membantu merawat dirinya. Tetapi kenyataan putri
kesayangan telah meninggal karena kecelakaan lalu lintas.

 TRIGGER EVENT :

Anak perempuan Ny. A adalah anak kesayangan yang selalu membantu Ny. A dalam
memenuhi kebutuhan sehariharinya. Namun karena musibah kecelakaan lalu lintas,
anak perempuannya meninggal dunia.

 MANAGEMENT METHODE :

Secara internal Ny. A menggunakan strategi koping untuk mengidentifikasi proses


berduka, tetapi strategi kopingnya Ny. A tidak efektif sehingga Ny. A masuk dalam
kategori dukacita kronis. Secara eksternal Ny. A mendapat dukungan dari anak
lakilakinya dan tenaga pelayanan kesehatan dalam hal ini dokter dan perawat. Perawat
juga dapat membantu mengidentifikasi strategi koping secara personal.

II. PENANGANAN KASUS

 INTERVENSI :

a. Sedih kronis berhubungan dengan pengalaman sakit fisik kronik/ ketidakmampuan


orang yang signifikan.
b. Menunjukkan grief resolution.
c. Mengeksprsikan perasaan bersalah, marah dan sedih.
d. Mengidentifikasi penggunaan strategi koping yang efektif.
e. Mengungkapkan dampak kehilangan.
f. Mencari inforamsi tentang penyakit dan perawatan.

 GRIEF WORK FASILITATION :

a. Bantu pasien untuk mengidentifikasi reaksi pertama terhadap kehilangan.


b. Anjurkan untuk mengekspresikan perasaan kehilangan.
c. Anjurkan pasien untuk mengungkapkan memori tentang kehilangan baik masa lalu
dan sekarang.

 HOPE INSTILLATION :
a. Bantu pasien/ keluarga untuk mengidentifikasi harapan dalam hidup.
b. Hindari menutupi kebenaran.
c. Libatkan pasien secara aktif dalam perawatan diri.

 COPING ENHANCEMENT :

a. Dukung klien untuk mengidentifikasi gambaran nyata perubahan peran.


b. Gunakan pendekatan yang membuat klien tenang dan nyaman.
c. Berikan klien untuk memilih jenis perawatan yang diinginkan.

 COUNSELING :

a. Tunjukkan perasaan empati, kehangatan, dan ketulusan.


b. Identifikasi permasalahan atau situasi yang menyebabkan stress pada klien.
c. Berikan kesempatan klien untuk mengunkapkan perasaannya atau menangis untuk
menurunkan emosinya.

 EMOTIONAL SUPPORT :

a. Bantu klien untuk mengungkapkan perasaannya seperti cemas, takut, sedih.


b. Dengarkan keluhan klien dengan tenang.
c. Berikan dukungan selama fase menolak, marah, tawar menawar dan menerima
terhadap proses berduka.

 SPIRITUAL SUPPORT :

a. Kaji pengalaman masa lalu klien yang mendukung kekuatan spiritualnya


b. Berikan waktu khusus dan ketenangan untuk aktivitas spiritual.
c. Diskusikan kepercayaan diri mengenai arti dan tujuan hidup

SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai