Anda di halaman 1dari 4

DANA SUHARTATI

182020100097
SUMBER MASALAH UTAMA SUNGAI CITARUM AKIBAT PEMBUANGAN LIMBAH PADAT
DARI MASYARAKAT

PENGANTAR

Limbah padat dapat diklasifikasikan ke dalam jenis yang berbeda, tergantung pada sumber
mereka; limbah rumah tangga umumnya diklasifikasikan sebagai sampah kota; limbah
industri sebagai limbah berbahaya, dan limbah biomedis atau limbah rumah sakit sebagai
limbah infeksius. Syarat '' Sampah '' berarti sampah apapun, barang yang tidak bisa
digunakan lagi, atau lumpur dari instalasi pengolahan limbah, pengolahan air bersih, atau
fasilitas kontrol polusi udara dan bahan buangan lainnya, termasuk padat, cair, semipadat,
atau berisi materi gas yang dihasilkan dari industri, komersial, pertambangan, dan operasi
pertanian (UU-Padat US Limbah Act 2, 1999).

Dampak pada Lingkungan

Pengelolaan sampah yang masih kurang efektif & efisien mengakibatkan sungai Citarum
tercemar dan diperparah dengan terbatasnya tempat pembuangan akhir (TPA) serta
padatnya pembangunan industri di sepanjang aliran sungai. Bahkan di mana pelengkapan
teknologi pembuangan, seperti kompos atau pembakaran, tempat pembuangan sampah
masih diperlukan dan merupakan tulang punggung dari setiap sistem pembuangan yang
berkelanjutan.

Solusi untuk Memulihkan kembali Sungai Citarum

 Melakukan audit lingkungan secara menyeluruh terhadap DAS Citarum untuk


mengetahui sumber-sumber pencemar beserta kontribusinya; serta kewajiban-
kewajiban Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota
yang belum dilakukan;
 Melakukan moratorium pemberian Izin  Pembuangan Limbah Cair (IPLC) dan
mengevaluasi semua IPLC yang membebani Sungai Citarum dan anak-anak sungainya
agar sesuai alokasi beban pencemaran.
 Memperbaiki perizinan, pemerintah juga perlu berinvestasi terhadap penegakan
hukum yang lebih tegas dan efektif.
 Perbaikan pemantauan limbah industri dengan mengoptimalkan teknologi
termutakhir, misal mewajibkan swapantau dengan alat pantau terus menerus bagi
pencemar besar. Data swapantau harus transparan dan dapat diakses publik secara
mudah dan cuma-cuma.
 Dana pemulihan harus berasal dari pencemar. Sekalipun dalam kondisi darurat
pemerintah dapat menginisiasi penanggulangan dan pemulihan, namun tetap perlu
dipastikan ada mekanisme untuk mengembalikan dana yang digelontorkan
berdasarkan kontribusi pertanggungjawaban pencemar.
DANA SUHARTATI
182020100097
 Rehabilitasi DAS Citarum dengan kombinasi reboisasi sempadan, penegakan tata
ruang, mempertahankan wilayah resapan, serta edukasi dan pemberdayaan
masyarakat di hulu hingga hilir.
 Perlu juga mengaudit investigatif dana pinjaman luar negeri yang telah digelontorkan
untuk membiayai berbagai proyek perbaikan Citarum.

METODE DAN BAHAN

Lokasi Penelitian

Sungai Citarum adalah sungai terpanjang dan terbesar di Tatar Pasundan Provinsi Jawa
Barat, Indonesia. Sungai dengan nilai sejarah, ekonomi, dan sosial yang penting ini sejak
2007 menjadi salah satu dari sungai dengan tingkat ketercemaran tertinggi di dunia. Jutaan
orang tergantung langsung hidupnya dari sungai ini, sekitar 500 pabrik berdiri di sekitar
alirannya, tiga waduk PLTA dibangun di alirannya, dan penggundulan hutan berlangsung
pesat di wilayah hulu.

Metodologi

Penelitian ini menerapkan desain penelitian studi kasus yang berasal dari artikel di
internet.

Hasil

Dalam hasil telaah artikel ini saya dapatkan bahwa Sungai Citarum yang tercemar oleh
limbah padat berasal dari masyarakat sekitar dan juga laju perkembangan pembangunan
industri sepanjang sungai akan tetapi pihak Pemerintah telah melakukan beberapa
kegiatan dan upaya untuk memulihkan sungai Citarum.

Daftar Pustaka

http://www.satuharapan.com/read-detail/read/masalah-utama-citarum-limbah-padat
DANA SUHARTATI
182020100097

Masalah Utama Citarum Limbah Padat

Ilustrasi. Sungai Citarum menjadi terminal bagi sejumlah sampah kiriman dari kota yang terbawa oleh air hujan.
Tumpukan sampah tersebut membuat banjir daerah Dayeuh Kolot, Bandung, Jawa Barat. (27/12/2013). (Foto:
citarum.org)
BANDUNG, SATUHARAPAN.COM –Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya
mengatakan, masalah utama pencemaran Sungai Citarum yakni berasal dari limbah padat
masyarakat yang tidak terkelola dengan baik.

"Masalah utama Citarum ini limbah padat dari masyarakat," kata Siti Nurbaya seusai
menghadiri acara sosialisasi penanganan sampah kepada pelajar di Balaikota Bandung, Minggu
(21/1).

Siti mengatakan, pentingnya pengelolaan sampah secara maksimal harus dilakukan sejak dini.
Pasalnya, pertumbuhan volume sampah tidak diimbangi dengan pengelolaan sampah dengan
baik.

Menurut dia, banyaknya sampah di Sungai Citarum akibat buruknya pengelolaan sampah oleh
masyarakat. Hal itu juga diperparah oleh terbatasnya tempat pembuangan akhir (TPA),
sehingga banyak sampah yang akhirnya dibuang ke sungai.
DANA SUHARTATI
182020100097
Di sisi lain, ia pun menyoroti limbah industri yang mencemari Sungai Citarum. Masifnya
pembangunan industri di sepanjang aliran sungai telah mempengaruhi kualitas air yang ada.

"Penanganan limbah industri sepenuhnya menjadi tanggung jawab perusahaan terkait. Kita
tinggal penegakan hukum saja," kata dia.

Di tempat yang sama Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengatakan, penanganan limbah padat
masyarakat telah dilakukannya dengan berbagai macam kegiatan seperti gerakan pungut
sampah (GPS) dan penyediaan bank sampah.

Inovasi penanganan ini, kata Kang Emil, sapaan akrabnya, telah terbukti berhasil dengan
ditandai oleh raihan Piala Adipura secara tiga kali berturut-

Memulihkan Citarum: Mulai Dari Limbah Industri


Sementara itu, Koalisi Melawan Limbah, masyarakat sipil yang terdiri atas Greenpeace, WALHI,
Pawapeling, LBH Bandung, dan Indonesian Center for Environmental Law (ICEL) atau organisasi
hukum lingkungan nonpemerintah, melalui rilis yang dilansir situs walhi.or.id pada Sabtu ( 6/1),
mendukung dan mengapresiasi upaya Restorasi Sungai Citarum.
Namun, pembenahan limbah industri seharusnya merupakan langkah awal yang realistis bagi
pemerintah dalam memangkas beban pencemaran Citarum. Untuk membenahi tata kelola
limbah industri ini, pemerintah perlu memprioritaskan:

 Melakukan audit lingkungan secara menyeluruh terhadap DAS Citarum untuk mengetahui
sumber-sumber pencemar beserta kontribusinya; serta kewajiban-kewajiban Pemerintah
Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota yang belum dilakukan;
 Melakukan moratorium pemberian Izin  Pembuangan Limbah Cair (IPLC) dan
mengevaluasi semua IPLC yang membebani Sungai Citarum dan anak-anak sungainya
agar sesuai alokasi beban pencemaran.
 Memperbaiki perizinan, pemerintah juga perlu berinvestasi terhadap penegakan hukum
yang lebih tegas dan efektif.
 Perbaikan pemantauan limbah industri dengan mengoptimalkan teknologi termutakhir,
misal mewajibkan swapantau dengan alat pantau terus menerus bagi pencemar besar.
Data swapantau harus transparan dan dapat diakses publik secara mudah dan cuma-
cuma.  
 Dana pemulihan harus berasal dari pencemar. Sekalipun dalam kondisi darurat
pemerintah dapat menginisiasi penanggulangan dan pemulihan, namun tetap perlu
dipastikan ada mekanisme untuk mengembalikan dana yang digelontorkan berdasarkan
kontribusi pertanggungjawaban pencemar.
 Rehabilitasi DAS Citarum dengan kombinasi reboisasi sempadan, penegakan tata ruang,
mempertahankan wilayah resapan, serta edukasi dan pemberdayaan masyarakat di hulu
hingga hilir.
 Perlu juga mengaudit investigatif dana pinjaman luar negeri yang telah digelontorkan
untuk membiayai berbagai proyek perbaikan Citarum. (Antaranews.com/walhi.or.id)

Anda mungkin juga menyukai