Anda di halaman 1dari 2

Sungai Citarum Predikat Sungai Tercemar di Dunia

1. Apa yang dilakukan manusia sehingga Sungai Citarum menjadi predikat sungai tercemar di
dunia?

Manusia yang bertempat tinggal di sekitar Sungai Citarum khususnya di bagian hulu sungai
Citarum yang menjadi sumber permasalahan, seringkali manusia tersebut melakukan beberapa
aktivitas seperti pembukaan lahan hutan menjadi kawasan pembangunan perumahan, pertanian
, peternakan, dan industri. Serta kegiatan manusia yang mengambil tingkat air tanah di luar
kendali dengan dieksploitasi secara berlebihan. Dan paling didominasi oleh perilaku manusia
itu sendiri seperti membuang sampah atau limbah domestik yang berasal dari permukiman,
pertanian, peternakan, dan industri ke Sungai Citarum serta tidak terkontrol menjadi satu
indikasi sebab pencemaran. Telah diakui bahwa manusia/masyarakat atau beberapa pihak,
instansi di sepanjang aliran sungai memiliki budaya membuang sampah yang tidak dilakukan
pengolahan terlebih dahulu. Serta masih minimnya pemahaman manusia akan lingkungan dan
sikap acuh tak acuh manusia atau masyarakat terhadap kondisi sungai dan sampai saat ini
sampah semakin memperburuk kondisi Sungai Citarum.
2. Bagaimana cara manusia melakukannya?
Jenis limbah yang dibuang manusia, sehingga mencemari Daerah Aliran Sungai Citarum
yang terbesar salah satunya adalah limbah cair industri sebanyak 349.000 ton per hari. Limbah
itu berasal dari 1.900 pabrik di sepanjang DAS Citarum Ditemukan banyak sekali bahan
berbahaya yang mencemari Sungai Citarum salah satunya jenis Merkuri. Dan hanya 10% dari
pabrik itu memiliki Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) yang memadai. Selain itu, dia
merinci pencemaran di Sungai Citarum bersumber pula dari limbah domestik yang dihasilkan
oleh rumah tangga sebesar 20.462 ton per hari. Dalam air sungai sampah organik seperti sayur,
kulit buah, dan lain-lain. Mungkin akan membusuk dan akan hancur atau larut dalam air
kurang lebih dari satu bulan. Karena air lebih sulit untuk menguraikan dibandingkan dengan
tanah. Sementara limbah anorganik seperti plastik akan membentuk koloidal terjadi bila
buangan tersebut berbentuk halus, sehingga sebagian ada yang larut dan sebagian lagi ada yang
melayang-layang sehingga air menjadi keruh. Kekeruhan ini juga menghalangi penetrasi sinar
matahari, sehingga menghambat fotosintesis dan berkurangnya kadar oksigen dalam air.

3. Untuk apa manusia melakukan pencemaran ke Sungai Citarum?

Perilaku manusia dalam membuang sampah atau ke sungai, dikarenakan sungai dinilai
sebagai tempat yang gratis, praktis, serta telah menjadi kebiasaan dari masyarakat tanpa
memperdulikan dampak negatifnya. Dan untuk kegiatan membuang limbah industri terutama
limbah yang mengandung B3 ke Sungai Citarum, dikarenakan pihak industri merasa tata kelola
perizinan untuk membuang limbah ke sungai tidak tegas dan tidak ada yang mengawasi serta
tidak adanya alat pemantau khusus. Dan manusia melakukan pembukaan lahan hutan menjadi
kawasan pembangunan perumahan, pertanian , peternakan, dan industri, tentunya untuk
mementingkan investasi dan keuntungan lebih dalam bidang ekonomi.
4. Apa dan bagaimana dampaknya terhadap manusia dan lingkungan hidup ?

Dampak yang terjadi terhadap manusia dan lingkungan akibat tercemarnya Sungai Citarum
terutama akibat membuang limbah atau sampah ke Sungai yaitu air mengandung larutan pekat
dan berwarna gelap akan mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam air. Sehingga proses
fotosintes tanaman dalam air akan terganggu. Jumlah oksigen terlarut dalam air menjadi
berkurang, kehidupan organisme dalam air juga terganggu. Misalnya matinnya ikan-ikan di
sungai Citarum. Selain itu dampak terhadap lingkungan juga berdampak pada penguraian
sampah yang dibuang ke dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas cair organik,
seperti Metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak.
Kemudian tidak hanya itu terjadinya penurunan kualitas air dan akan berdampak kepada
kesehatan manusia. Seperti penyakit diare, kolera, tifus, menyebar dengan cepat karena virus
yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Sampah
beracun seperti sampah buangan limbah pabrik yan memproduksi bakteri dan akumulator.
Serta pencemaran industri dan rumah tangga yang berdampak terhadap terjadinya bencana
banjir di musim penghujan, kekeringan pada musim kemarau. Dan juga terjadi erosi tanah di
daerah hulu menyebabkan tingginya tingkat sedimentasi. Serta tingkat pengambilan air tanah
diluar kendali berdampak pada penurunan muka tanah, kerusakan struktur bangunan gedung,
sehingga memperbesar potensi daerah rawan banjir. Permasalahan tersebut menyebabkan
banjir selalu melanda Bandung setiap tahunnya, terutama di musim hujan. Banjir akan selalu
terjadi apabila tidak dilakukan penanganan secara menyeluruh.

5. Apa dan bagaimana upaya pengendalian dampak akibat perlakuan manusia itu.?

Upaya yang dilakukan sebagai langkah awal, pemerintah perlu memprioritaskan dalam
melakukan audit lingkungan secara menyeluruh terhadap DAS Citarum. Ini untuk mengetahui
sumber-sumber pencemar beserta kontribusinya. Moratorium dalam pemberian Izin
Pembuangan Limbah Cair (IPLC) dan evaluasi semua IPLC harus dilakukan. Upaya ini perlu
dilaksanakan agar alokasi beban pencemaran di Sungai Citarum bisa sesuai. Sementara
perbaikan perizinan oleh pemerintah harus ditegakkan secara tegas. Pengawasan IPLC harus
dilakukan oleh sumber daya manusia dan alokasi anggaran yang proporsional dengan jumlah
industri yang diawasi. Penggunaan teknologi termutakhir, harus digunakan secara intensif.
Setiap industri yang merupakan pencemar berat diharapkan melakukan swapantau dengan alat
pantau khusus. Data swapantau harus transparan dan dapat diakses publik dengan mudah. Hal
ini bertujuan agar partisipasi publik lebih efektif dan pengawasan juga bisa lebih optimal.

Rehabilitasi Sungai Citarum juga perlu dilakukan dengan mengombinasikan reboisasi,


menegakkan tata ruang, mempertahankan wilayah resapan, serta mengedukasi
dan memberdayakan masyarakat di hulu hingga hilir Sungai Citarum. Selain itu, dana
pemulihan harus berasal dari pihak pencemar. Karena Undang-Undang di Indonesia
mewajibkan pelaku pencemaran memulihkan fungsi lingkungan hidup, termasuk penghentian
sumber pencemaran dan pembersihan unsur pencemar, seperti remediasi, rehabilitasi, dan
restorasi. Adanya sosialisasi dengan masyarakat untuk berpartisipasi, kemudian masyarakat di
berikan pelatihan-pelatihan yang efesiensi. Misalnya, kegiatan pelatihan efisiensi air irigasi
metode Sri Organik Bukan untuk orang tua saja, tetapi generasi muda pun harus ikut
berpartisipasi memperbaiki Sungai Citarum menjadi harum.

Anda mungkin juga menyukai