Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN TUGAS

KEWARGANEGARAAN D
DAMPAK PERPINDAHAN IBU KOTA NEGARA TERHADAP KERUSAKAN
LINGKUNGAN PADA PENGELOLAAN TATA AIR DI IBU KOTA NUSANTARA
(IKN)

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :

Abel Afrino Roselly 03201001


Ade Kurniawan 03201008
Kristanto Bagasworo 03201044
Richard Marbun Hosea 03201077
Samuel Alfredo Silaban 03201082
Ezra Carolin Daudry Karapang 06201012
Deta Lestari Smith 06201011
Ifatur Rahma 06201012
Sintya Efriana Panggabean 06201039
Sukma Wina Anjani 06201041
Winda Angelia Simatupang 06201042
Identifikasi dengan kaidah 5W + 1H

1. What (Apa) - Apa saja jenis pencemaran tata air yang mungkin terjadi akibat
pemindahan ibu kota, seperti limbah industri, limbah domestik, atau
pencemaran lainnya?
2. Who (Siapa) - Siapa yang bertanggung jawab untuk mengatasi pencemaran
tata air yang terjadi akibat pemindahan ibu kota, seperti pemerintah,
perusahaan, atau masyarakat?
3. Where (Dimana) - Dimana titik-titik lokasi yang paling rentan terhadap
pencemaran tata air akibat pemindahan ibu kota, seperti sungai, danau, atau
waduk?
4. When (Kapan) - Kapan pencemaran tata air dapat terjadi akibat pemindahan
ibu kota, apakah sebelum, selama, atau setelah proses pemindahan?
5. Why (Mengapa) - Mengapa pemindahan ibu kota dapat menimbulkan
pencemaran tata air, apakah karena aktivitas manusia, perubahan lingkungan,
atau faktor lainnya?
6. How (Bagaimana) - Bagaimana cara mengatasi dan mencegah pencemaran
tata air yang terjadi akibat pemindahan ibu kota, seperti dengan meningkatkan
pengawasan, menegakkan regulasi yang lebih ketat, atau mengembangkan
teknologi ramah lingkungan?
1.1 Latar Belakang
Pemindahan ibu kota negara baru ke Kalimantan Timur yang bila dipaksakan tanpa
kajian yang matang berpotensi menimbulkan dampak negatif lingkungan dan sosial bagi
masyarakat sekitar. Dampak ini harus dicermati agar pemindahan ibu kota negara tidak
menimbulkan permasalahan baru di masa mendatang. Kepala Divisi Kajian Hukum dan
Lingkungan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Dewi Puspa mengatakan,
pemindahan ibu kota negara (IKN) ke Kalimantan Timur harus dibaca dari semua aspek baik
dari segi lingkungan, sosial, politik, maupun hukum. Terjadinya banjir di Penajam Paser
Utara juga menunjukan wilayah tersebut tidak layak digunakan sebagai lokasi IKN yang
diklaim bebas dari bencana. Sebelumnya, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI resmi
menyetujui Rancangan Undang-Undang tentang Ibu Kota Negara (RUU IKN) menjadi UU
dalam rapat Paripurna DPR RI ke-13 masa persidangan III tahun sidang 2021-2022, pada
Selasa (18/1/2022). Dengan begitu, proses pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Kalimantan
Timur (Kaltim) bisa dilaksanakan. RUU IKN ini diproses super cepat hanya sekitar 40 hari
sejak pertama kali anggota Panitia Khusus RUU IKN ditetapkan pada 7 Desember 2021.

1.2 Jenis Pencemaran Tata Air


Ada beberapa jenis pencemaran tata air yang mungkin terjadi akibat pemindahan ibu
kota, antara lain:
a. Limbah domestik - Pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur diperkirakan akan
menyebabkan peningkatan jumlah penduduk di wilayah tersebut. Hal ini
kemungkinan akan menyebabkan peningkatan produksi limbah domestik yang akan
berdampak pada kualitas tata air.
b. Limbah industri - Pemerintah Indonesia berencana membangun kawasan industri di
sekitar ibu kota baru untuk menarik investasi. Namun, apabila tidak ada upaya yang
cukup untuk mengelola limbah industri, ini dapat menyebabkan pencemaran tata air
oleh limbah industri yang dihasilkan.
c. Pencemaran lainnya - Pemindahan ibu kota juga dapat menyebabkan pencemaran
tata air oleh sumber pencemar lainnya seperti penggunaan bahan kimia dalam
pertanian, kegiatan konstruksi dan pembangunan, serta polusi udara yang dapat
menimbulkan dampak pada kualitas air.
1.3 Pihak Yang Bertanggung Jawab Dalam Pencemaran Tata Air
a. Pemerintah - Pemerintah Indonesia diharapkan untuk memperketat aturan
pengelolaan limbah dan membangun infrastruktur sanitasi dan pengolahan limbah
yang berkualitas. Pemerintah juga diharapkan untuk mengambil tindakan terhadap
perusahaan yang terbukti mencemari tata air.
b. Perusahaan - Perusahaan yang beroperasi di wilayah ibu kota baru harus
memastikan bahwa mereka tidak mencemari tata air dengan mengelola limbahnya
dengan baik dan mematuhi aturan yang berlaku.
c. Masyarakat - Masyarakat juga diharapkan untuk ikut bertanggung jawab dalam
menjaga kebersihan lingkungan dan kualitas tata air dengan membuang sampah pada
tempatnya, mengurangi penggunaan bahan kimia dalam pertanian dan rumah tangga,
serta tidak membuang limbah ke sungai atau danau.

1.4 Lokasi Rentan Pencemaran Air


Dalam proses pemindahan ibu kota, banyak sekali dampak yang muncul akibat
aktivitas tersebut salah satunya adalah pencemaran air. Pembangunan yang dilakukan secara
besar-besaran tentu tak lepas dari pengaruhnya terhadap lingkungan. Pencemaran air akibat
pemindahan ibu kota rentan terjadi di danau, waduk, sungai, dan air laut. Namun, titik yang
paling berpotensi terkontaminasi adalah laut akibat aktivitas transportasi laut seperti
pemindahan barang-barang (material) untuk proses pembangunan, air tanah yang tercemar
dari proses penggalian lahan yang mengalir ke laut, dan aktivitas lainnya.
Bertambahnya penduduk di sekitar daerah IKN juga memicu peningkatan pencemaran
air. Penggunaan pupuk bagi tanaman juga memberi pengaruh karena air hujan akan
membawa zat kimia dari pupuk, mengalir menuju laut. Oleh karena itu, pembangunan IKN
perlu diikuti dengan gerakan pelestarian lingkungannya karena lingkungan tersebut yang
akan mendukung segala aktivitas di daerah tersebut.

1.5 Waktu Pencemaran Air


Pencemaran tata air dapat terjadi selama dan setelah proses pemindahan ibu kota.
Selama proses pemindahan ibu kota, terdapat aktivitas pembangunan infrastruktur yang dapat
berdampak pada lingkungan sekitar, termasuk pada kualitas tata air. Contohnya, penggunaan
bahan kimia dalam proses konstruksi, limbah dari perkantoran, atau sisa-sisa material
bangunan dapat mencemari tata air di sekitar lokasi pembangunan.
Setelah proses pemindahan, akan ada penambahan penduduk dan aktivitas manusia di
sekitar ibu kota baru yang dapat meningkatkan risiko pencemaran tata air. Aktivitas manusia
seperti pertanian, perikanan, industri, dan limbah domestik juga dapat mencemari tata air di
sekitar ibu kota baru.
Maka, perlu dilakukan pengawasan yang ketat oleh pihak yang bertanggung jawab
untuk mengurangi potensi terjadinya pencemaran tata air selama dan setelah proses
pemindahan ibu kota negara.

1.6 Faktor Pencemaran Air


Pemindahan ibu kota dapat menimbulkan pencemaran tata air karena adanya aktivitas
manusia yang meningkat di sekitar lokasi ibu kota baru. Aktivitas manusia seperti pertanian,
perikanan, industri, dan limbah domestik dapat mencemari tata air di sekitar ibu kota baru.
Selain itu, pembangunan infrastruktur juga dapat berdampak pada lingkungan sekitar,
termasuk pada kualitas tata air. Contohnya, penggunaan bahan kimia dalam proses
konstruksi, limbah dari perkantoran, atau sisa-sisa material bangunan dapat mencemari tata
air di sekitar lokasi pembangunan.
Perubahan lingkungan juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi kualitas tata air
di sekitar ibu kota baru. Pemindahan ibu kota dapat mengakibatkan perubahan pola aliran
sungai atau arah aliran air permukaan yang dapat mempengaruhi kualitas air di sekitarnya.
Perubahan lingkungan ini dapat menyebabkan dampak jangka panjang pada kualitas tata air.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pengawasan yang ketat oleh pihak yang bertanggung
jawab untuk mengurangi potensi terjadinya pencemaran tata air akibat pemindahan ibu kota
negara.

1.7 Pencegahan Pencemaran Air


Ada beberapa cara untuk mengatasi dan mencegah pencemaran tata air yang terjadi
akibat pemindahan ibu kota, di antaranya adalah:
1. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian aktivitas yang berpotensi mencemari
tata air, seperti pengawasan terhadap limbah industri, limbah domestik, dan
penggunaan bahan kimia yang berbahaya.
2. Menegakkan regulasi yang lebih ketat untuk melindungi kualitas tata air, seperti
mengeluarkan peraturan yang mengatur tentang penggunaan air dan limbah, serta
melakukan penegakan hukum bagi perusahaan yang melanggar regulasi tersebut.
3. Mengembangkan teknologi ramah lingkungan untuk mengurangi dampak negatif pada
lingkungan sekitar. Contohnya, teknologi pengolahan air limbah yang lebih efektif
dan ramah lingkungan, serta penggunaan bahan bangunan yang lebih ramah
lingkungan.
4. Melakukan kampanye atau sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya
menjaga kebersihan tata air dan mendorong kesadaran masyarakat untuk
berpartisipasi dalam menjaga lingkungan sekitar.

Anda mungkin juga menyukai