Modul KB 1 Akidah Akhlak
Modul KB 1 Akidah Akhlak
CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Menganalisis makna dan kandungan al-Asmā al-Husnā yaitu: al-Rahmān dan al-
Mālik dalam lingkup akidah Islam.
2. Menganalisis makna akidah Islam terkait dengan: 1) mukjizat; 2) karomah; 3) dan
sihir dengan berbagai aspek dan ruang lingkupnya dalam akidah Islam.
SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa mampu menyimpulkan konsep al-Rahmān dalam Al-Asmā al-Husnā
2. Mahasiswa mampu menyimpulkan konsep al-Mālik dalam Al-Asmā al-Husnā
3. Mahasiswa mampu menyimpulkan mukjizat dalam tinjauan akidah Islam
4. Mahasiswa mampu menyimpulkan karomah dalam tinjauan akidah Islam
5. Mahasiswa mampu menyimpulkan sihir dalam tinjauan akidah Islam
POKOK-POKOK MATERI
1. Al-Asmā al-Husnā: al-Rahmān
2. Al-Asmā al-Husnā: al-Mālik
3. Mukjizat
4. Karomah
5. Sihir
5
URAIAN MATERI
1. Pengertian al-Rahmān
Kata al-Rahmān ( )الرحمنberasal dari kata Rahīma ( )رحيمyang artinya
menyayangi atau mengasihi. Terdiri dari huruf Rā, Hā, dan Mim, yang
6
mengandung makna kelemahlembutan, kasih sayang, dan kehalusan. Di dalam
Al-Qur’an kata al-Rahmān terulang sebanyak 57 kali. Apa arti al-Rahmān? Dalam
bahasa Inggris, seringkali kata yang digunakan untuk menerjemahkan al-Rahmān
adalah merciful atau benefactory. Namun kedua kata tersebut tidak bisa
mengartikan makna al-Rahmān. Mercy itu maknanya kasih yang diberikan ketika
seseorang melakukan kesalahan, padahal al-Rahmān itu tidak hanya diberikan
setelah seseorang melakukan kesalahan. Lalu kata benefactory, hampir tidak
pernah dipakai di keseharian.
Sebagian dari asma-asma Allah ada yang dapat disandang oleh selain-Nya
dan ada yang tidak boleh, seperti lafadz Allah, al-Rahmān, al-Razīq, al-Khalīq dan
lain-lainnya yang sejenis. Telah diriwayatkan dari Ata Al-Khurrasani sebagai
berikut: “Mengingat ada yang menamakan dirinya dengan sebutan al-Rahmān
selain Allah, maka didatangkanlah lafaz al-Rahīm untuk membantah dugaan yang
tidak benar itu, karena sesungguhnya tiada seorang pun yang berhak disifati
dengan julukan al-rahmānirrahīm kecuali hanya Allah semata”. lbnu Jarir
mengulas, “ada yang menduga bahwa orang-orang Arab pada mulanya tidak
mengenal kata al-Rahmān sebelum Allah memperkenalkan diri-Nya dengan
sebutan itu melalui firman-Nya”.
Muhammad Quraish Shihab menguatkan pendapat yang menyatakan “baik
al-Rahmān maupun al-Rahīm terambil dari akar kata Rahmat”. Dalam salah satu
hadis qudsi dinyatakan bahwa Allah berfirman: “Aku adalah al-Rahmān, Aku
menciptakan rahīm, kuambilkan untuknya nama yang berakar dari nama-Ku.
Siapa yang menyambungnya (silaturrahim) akan Ku-sambung (rahmat-Ku)
untuknya dan siapa yang memutuskannya Kuputuskan (rahmat-Ku baginya)”.
(HR. Abudaud dan At Tirmizi melalui Abdurrahman bin ‘Áuf). Quraish
menguatkan pendapatnya dengan merujuk pendapat pakar Bahasa, Ibnu Faris
(w. 395 H) “semua kata yang terdiri dari huruf-huruf Ra’ Ha’ dan Mim,
mengandung makna “kelemahlembutan, kasih sayang dan kehalusan”.
Hubungan silaturahim adalah hubungan kasih sayang. Rahim adalah
peranakan/kandungan yang melahirkan kasih sayang. Kerabat juga dinamai
rahim, karena kasih sayang yang terjalin di antara anggota-anggotanya. Rahmat
lahir dan nampak di permukaan bila ada sesuatu yang dirahmati, dan setiap yang
dirahmati pastilah sesuatu yang butuh, oleh karenanya yang butuh tidak dapat
dinamai rahim.
7
Allah memiliki nama yang jelas, yaitu Allah atau al-Rahmān yang keduanya
merupakan bagian dari Al-Asmā al-Husnā, sebagaimana ayat berikut.
... الرحْ مٰ َۗنَ اَيًّا َّما تَدْع ُْوا فَلَهُ ْاْلَ ْس َم ۤا ُء ْال ُحس ْٰن ۚى قُ ِل ادْعُوا ه
َّ ّٰللاَ ا َ ِو ادْعُوا
Katakanlah, "Serulah Allah atau serulah al-Rahmān. Dengan nama yang mana
saja kamu seru, Dia mempunyai al-Asmā' al-Ḥusnā (nama-nama yang
terbaik)." (Q.S. Al-Isra: 110).
Apakah Saudara sudah mulai merasa yakin bahwa nama “Allah” adalah
nama yang diperkenalkan-Nya sendiri? Allah Swt. juga berfirman dalam rangka
menerangkan eksistensinya sebagai Zat yang wajib disembah karena Maha Kasih
dan Maha Sayang-Nya, sebagai berikut:
Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Sujudlah kalian kepada Yang Maha
Rahman (Pemurah)," mereka menjawab, "Siapakah Yang Maha Penyayang
ini? Apakah kami akan sujud kepada Tuhan Yang kamu perintahkan kami
(bersujud kepada-Nya)?", dan (perintah sujud itu) menambah mereka jauh
(dari iman). (Al-Furqan: 60).
8
Hubungan sang ibu dan sang bayi kurang lebih seperti ini: 1) Apakah bayi
tersebut mengenal/tahu ibunya? Tidak. 2) Apakah bayi tersebut sudah punya
rasa cinta/sayang ke ibunya? Tidak. 3)Apakah ibunya sudah memperhatikan,
melindungi dan merawat bayinya? Yes, in every way. The entire life of the child is
taken care of by the mother. Dan bayi tersebut tidak tahu sama sekali bahwa ia sangat
disayangi, bahwa ibunya mau melakukan banyak hal untuk bayinya, juga
melindunginya dari setiap bahaya.
Seluruh makhluk di alam semesta mendapat kasihnya Allah. Allah
memberikan apa yang dibutuhkan tanpa memandang ketaatan atau tidak.
Manusia yang tidak mengakui kebenaran wahyu Allah saja tetap diberi
kesempatan menghirup oksigen. Selama mereka berbuat baik untuk orang lain,
Allah tetap berikan balasan yang berlimpah sesuai kebaikannya. Namun
kasihnya ini hanya diberikan di dunia.
Selain bukti ini, Saudara bisa mengeksplor lagi sebanyak-banyaknya bukti
Allah memiliki sifat al-Rahmān yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari, untuk
menambah wawasan.
9
B. Al-Asmā al-Husnā: al-Mālik
Saudara sudah mendalami Al-Asmā al-Husnā: al-Rahmān, apakah Saudara sudah
mampu menguasai dan menganalisisnya? Jika belum, silahkan baca kembali agar
lebih melekat! Jika sudah menguasai, apakah Saudara sudah siap mendalami Al-Asmā
al-Husnā berikutnya? Bahasan berikutnya adalah Al-Asmā al-Husnā: al-Mālik.
1. Pengertian al-Mālik
Al-Malik ()الملك, secara umum diartikan raja atau penguasa. Kata "Malik" terdiri
dari tiga huruf yakni Mim, Lam, dan Ka. Yang rangkaiannya mengandung makna
kekuatan dan kesahihan. Kata Malik pada mulanya berarti ikatan dan penguatan.
Kata "Malik" juga mengandung arti penguasaan terhadap sesuatu disebabkan
oleh kekuatan pengendalian dan kesahihannya. Kata "Malik" yang biasa
diterjemahkan raja adalah yang menguasai dan menangani perintah dan larangan,
anugerah dan pencabutan. Karena itu, biasanya kerajaan terarah kepada manusia,
tidak kepada barang yang tidak dapat menerima perintah dan larangan. Salah
satu kata "Malik" dalam Al-Qur'an adalah yang terdapat dalam surah an-Nās,
yakni "Malik al-nās" (Raja manusia).
Salah satu kata yang berkaitan dengan al-Mālik adalah al-Mulku. Al-Mulku
mengandung makna pokok “keabsahan dan kemampuan”. Dari makna yang
berbentuk kata kerja adalah malaka – yamliku – mulkan, artinya menguasai. Dari
sini diperoleh kata malik yang artinya “raja” dan mulk yang artinya “kekuasaan”.
Imam Al-Ghazali menjelaskan arti "Malik" adalah “yang butuh kepada-Nya, baik
pada zat-Nya, sifat-Nya, wujud-Nya dan kesinambungan eksistensinya”. Bahkan
wujud segala sesuatu, bersumber dari-Nya, maka segala sesuatu menjadi milik-
Nya dan membutuhkan-Nya. Demikianlah raja yang mutlak. Di sini terlihat
perbedaan antara "Malik" yang berarti "Raja" dan "Mālik" yang berarti "pemilik".
Seseorang pemilik belum tentu menjadi raja, sebaliknya kepemilikan seorang raja
melebihi kepemilikan selain raja. Oleh karenanya, Allah adalah raja sekaligus
pemilik. Kepemilikan Allah berbeda dengan kepemilikan makhluk/manusia.
Allah Swt. berwenang penuh untuk melakukan apa saja terhadap yang dimiliki-
Nya.
ب ِزدْنِ ْي ِع ْل ًما ٰ ّٰللاُ ْال َم ِلكُ ْال َح ۚ ُّق َو َْل ت َ ْع َج ْل ِب ْالقُ ْر ٰا ِن ِم ْن قَ ْب ِل ا َ ْن يُّ ْق
ِ ضى اِلَيْكَ َوحْ يُهٗ َۖوقُ ْل َّر فَتَعٰ لَى ه
10
“Maka Maha Tinggi Allah, Raja yang sebenar-benarnya. Dan janganlah
engkau (Muhammad) tergesa-gesa (membaca) Al-Qur'an sebelum selesai
diwahyukan kepadamu, dan katakanlah, “Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu
kepadaku”.
ّٰللاُ ْال َم ِلكُ ْال َح ۚ ُّق َْل ا ِٰلهَ ا َِّْل ه ۚ َُو َربُّ ْال َع ْر ِش ْالك َِري ِْم
فَتَعٰ لَى ه
“Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenarnya; tidak ada tuhan (yang
berhak disembah) selain Dia, Tuhan (yang memiliki) ‘Arsy yang mulia”.
Kedua ayat ini didahului dengan Mahatinggi dan setelahknya adalah “al-
Haq”. Selain kedua ayat ini, ada ayat yang juga berkaitan dengan kata al-Mālik.
Kata yang dekat dengan kata “Malik” ini adalah kata “Mulk” yang bermakna
kerajaan atau kekuasaan. Ini bermakna bahwa bukan hanya penguasaan, akan
tetapi juga kepemilikan. Makna tersebut berdasarkan pada Q.S. Ali Imran [3] ayat
26, sebagai berikut:
َع ْال ُم ْلكَ ِم َّم ْن تَش َۤا ۖ ُء َوت ُ ِع ُّز َم ْن تَش َۤا ُء َوت ُ ِذ ُّل َم ْن تَش َۤا ُء َۗ ِبيَدِكَ ْال َخي ُْر َۗ اِنَّك
ُ قُ ِل الله ُه َّم مٰ لِكَ ْال ُم ْل ِك تُؤْ تِى ْال ُم ْلكَ َم ْن تَش َۤا ُء َوت َ ْن ِز
ش ْيءٍ قَ ِديْر َ َع ٰلى ُك ِل
َطالُ ْوتَ َم ِل ًكا َۗ قَالُ ْوا اَنهى يَ ُك ْونُ لَهُ ْال ُم ْلكُ َعلَ ْينَا َونَحْ نُ ا َ َح ُّق بِ ْال ُم ْل ِك ِم ْنهُ َولَ ْم يُؤْ ت
َ ث لَ ُك ْم َوقَا َل لَ ُه ْم نَبِيُّ ُه ْم ا َِّن ه
َ ّٰللاَ قَدْ بَ َع
... س َعةً ِمنَ ْال َما َۗ ِل َ
11
atas kerajaan (mulki) itu daripadanya, dan dia tidak diberi kekayaan yang
banyak?” ........”.
Ayat ini menceritakan penolakan Bani Israil atas kepemimpinan Talut, karena
memandang Talut tidak memiliki apa yang menurut mereka menjadi syarat
kepemimpinan. Menurut ilmu politik dan ilmu Negara, malik dalam hal ini adalah
raja, diartikan sebagai seorang yang mewarisi kekuasaan dari penguasa
sebelumnya, kekuasaannya disebut mulk, kerajaan.
Dalam Q.S. al-Hasyr [59] ayat 23 Allah memperkenalkan diri sebagai al-Mālik,
sebagai berikut:
“Dialah Allah tidak ada tuhan selain Dia. Maha raja, Yang Maha Suci, Yang
Maha Sejahtera, Yang Menjaga Keamanan, Pemelihara Keselamatan, Yang
Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki Segala Keagungan, Maha
Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan”.
Dengan melihat ayat tersebut bisa kita simpulkan bahwa suatu kekuasaan
hakekatnya adalah milik Allah Swt. dan manusia hanyalah berkuasa dengan izin
dari Allah Swt. Ayat-ayat Al-Qur’an menggunakan kata ini secara umum, artinya
tidak hanya merujuk kepada kekuasaan politik saja.
Allah juga menerangkan bahwa kekuasaan-Nya melebihi langit dan bumi,
sebagaimana Firman-Nya dalam surah az-Zukhruf ayat 85:
َض َو َما بَ ْينَ ُه َما َۚو ِع ْندَ ٗه ِع ْل ُم السَّا َع ۚ ِة َواِلَ ْي ِه ت ُ ْر َجعُ ْون ِ ي لَهٗ ُم ْلكُ السَّمٰ ٰو
ِ ت َو ْاْلَ ْر ْ َوت َٰب َركَ الَّ ِذ
“Dan Maha Suci (Allah) yang memiliki kerajaan langit dan bumi, dan apa
yang ada di antara keduanya; dan di sisi-Nyalah ilmu tentang hari Kiamat
dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.
“Apa yang di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu
Dia dalam kesibukan (memenuhi kebutuhan makhluk-Nya)”.
12
Demikian pula Allah pemilik kerajaan akhirat, hal tersebut terdapat dalam
surah al-An'am [6] ayat 73 sebagai berikut:
َۗ
ُّ ق َويَ ْو َم َيقُ ْو ُل ُك ْن فَيَ ُك ْو ۚنُ قَ ْولُهُ ْال َح ُّق َولَهُ ْال ُم ْلكُ يَ ْو َم يُ ْنفَ ُخ ِفى ال
ص ْو َۗ ِر عٰ ِل ُم ِ َۗ ض ِب ْال َح
َ ت َو ْاْلَ ْر ِ ي َخلَقَ السَّمٰ ٰو ْ َوه َُو الَّ ِذ
ش َهادَةِ َوه َُو ْال َح ِك ْي ُم ْال َخبِي ُْر
َّ ب َوال ِ ْالغَ ْي
“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan hak (benar), ketika Dia
berkata, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu. Firman-Nya adalah benar, dan
milik-Nyalah segala kekuasaan pada waktu sangkakala ditiup. Dia
mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Dialah Yang Maha Bijaksana, Maha
Teliti”.
“Kekuasaan pada hari itu ada pada Allah, Dia memberi keputusan di an-tara
mereka. Maka orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan berada
dalam surga-surga yang penuh kenikmatan”.
Dalil-dalil tersebut sudah cukup kuat untuk menunjukkan bahwa Allah Swt.
memiliki nama al-Mālik, raja dan pemilik kekuasaan seluruh alam semesta, isinya
dan juga akhirat.
13
Selain bukti ini, Saudara bisa mengeksplor lagi sebanyak-banyaknya bukti
Allah memiliki sifat al-Mālik yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari, untuk
menambah wawasan.
14
C. Mukjizat
Saudara yang budiman, apakah sudah siap lanjut pada materi berikutnya? Perlu
Saudara ingat bahwa Allah yang memiliki nama atau sifat al-Mālik adalah pemilik
seluruh komponen alam semesta, oleh karenanya Allah mampu melakukan apapun
walau bukan termasuk hal yang wajar dari kacamata manusia. Hal yang biasa disebut
mustahil atau ajaib ini bisa saja Allah lakukan karena Allah berkuasa atas segala
sesuatu. Setelah ini akan dibahas tiga hal yang berkaitan dengan kekuasaan Allah,
yaitu Mukjizat, Karamah dan Sihir.
1. Pengertian Mukjizat
Kata mukjizat berasal dari Bahasa Arab yang telah dibakukan ke dalam
Bahasa Indonesia, yaitu al-Mu’jizat ()المعجزة. Al-mu’jizat adalah bentuk kata
mu’annas (female) dari kata muzakkar (male) al-mu’jiz. Al-mu’jiz adalah isim fā’il
(nama atau sebutan untuk pelaku) dari kata kerja (fi’l) a’jaza ()أعجز. Kata ini
terambil dari akar kata ‘ajaza-yu’jizu-ajzan wa ‘ajuzan wa ma’jizan wa
ma’jizatan/ma’jazatan ()عجز – يعجز – عجزا – وعجوزا – ومعجزا – ومعجزة, yang secara harfiah
berarti lemah, tidak mampu, tidak berdaya, tidak sanggup, tidak dapat (tidak
bisa), dan tidak kuasa.
Al-‘ajzu adalah lawan dari kata al-qudrah yang berarti sanggup, mampu, atau
kuasa. Jadi, al-‘ajzu berarti tidak mampu alias tidak berdaya. Istilah mu’jiz atau
mu’jizat lazim diartikan dengan al’ajib ()العجيب, maksudnya sesuatu yang ajaib
(menakjubkan atau mengherankan) karena orang atau pihak lain tidak ada yang
sanggup menanding atau menyamai sesuatu itu. Juga sering diartikan dengan
amrun khāriqun lil-‘ādah ()أمر خارق للعادة, yakni sesuatu yang menyalahi tradisi.
Dalam kamus al-mu’jam al-Wasit, mukjizat dirumuskan dengan:
“Sesuatu urusan (hal) yang menyalahi tradisi, dibarengi atau diiringi dengan
tantangan atau pertandingan dan terbebas dari perlawanan (menang).”
15
bukti kenabiannya, sebagai tantangan terhadap orang yang meragukannya, dan
orang yang ditantang tidak mampu untuk menandingi kehebatan mukjizat
tersebut. Menurutnya, kemustahilan terbagi menjadi dua, yaitu mustahil dalam
pandangan akal dan mustahil dalam pandangan kebiasaan. Bila dikatakan bahwa
1+1= 11 atau 1 lebih banyak dari 11 maka pernyataan ini mustahil dalam
pandangan akal. Namun, bilamana dikatakan bahwa matahari terbit dari sebelah
barat, maka pernyataan ini mustahil dalam pandangan kebiasaan.
Namun terdapat juga mendapat yang menyatakan bahwa mukjizat bukanlah
sesuatu yang di luar nalar. Di antaranya Muhammad Ali mencontohkan bahwa
Allah Swt. menyelamatkan Nabi Ibrahim A.s. dari makar dengan memerintahkan
hijrah ke negara yang aman yaitu Palestina atau Sham. Tidak konkret dijelaskan
dalam ayat bahwa Nabi Ibrahim A.s. dibakar atau dilempar ke dalam api, seperti
dalam pemahaman mayoritas penafsir dan kalangan umat Islam lainnya.
Menurutnya, pengertian ayat yang menjelaskan bahwa Allah Swt.
menyelamatkan Nabi Ibrahim A.s. dari api adalah menyelamatkan dari kejahatan
kaumnya dengan memerintahkan hijrah ke negara lain, sebagaimana Allah
menyelamatkan Nabi Muhammad saw. dari kejahatan kaum musyrik Mekkah
dengan memerintahkan hijrah ke Ethiopia dan Yastrib.
Pendapat-pendapat tersebut adalah berdasarkan pemahaman para pengkaji,
saudara dapat menganalisis kedua pendapat berbeda tersebut untuk diperdalam.
Berpegang pada pendapat pertama, bahwa mukjizat memiliki sisi di luar
kebiasaan, maka perlu melihat unsur pokok sebagai berikut.
16
dulu dari pihak lain (lawan), untuk menandingi. Dan pihak yang
menandingi itu harus sepadan atau sebanding dengan yang ditandingi.
Jika pihak yang menandingi tidak sebanding kelasnya, maka itu bukan
mukjizat. Sebab, kekalahan yang diderita pihak lawan, tidak menunjukkan
kehebatan si pemenang, dan tidak mengisyaratkan ketidakmampuan
pihak yang kalah (lawan). Misalnya para penyihir dilawan oleh mukjizat
Nabi Musa A.s. yang mampu mengubah tongkatnya menjadi ular
sungguhan.
c. Unsur pokok ketiga, ialah mukjizat itu setelah dilakukan perlawanan
terhadapnya, ternyata tidak terkalahkan untuk selama-lamanya. Jika
seseorang memiliki kemampuan luar biasa, tetapi hanya terjadi seketika
atau dalam waktu tertentu, maka itu tidak dikatakan mukjizat. Misalnya
Nabi Musa A.s. yang tidak terkalahkan dalam membelah lautan.
M. Quraish Shihab dan Said Aqil Munawar berpendapat mukjizat dibagi
menjadi dua bagian sifat, yaitu: a) mukjizat yang bersifat material indrawi lagi
tidak kekal (mukjizat hissi); dan b) mukjizat immaterial, logis, lagi dapat
dibuktikan sepanjang masa (mukjizat ma’nawi). Mukjizat para nabi sebelum Nabi
Muhammad seluruhnya merupakan jenis pertama. Mukjizat mereka bersifat
material dan indriawi, keluarbiasaan tersebut dapat disaksikan langsung lewat
indara oleh masyarakat tempat nabi tersebut menyampaikan risalah, dan berakhir
dengan wafatnya masing-masing nabi. Contohnya, perahu Nabi Nuh A.s. yang
dibuat atas petunjuk Allah sehingga mampu bertahan dalam situasi ombak dan
gelombang yang demikian dahsyat; Nabi Ibrahim A.s. yang tidak terbakar
kobaran api; dan lain-lain.
Berbada dengan mukjizat Nabi Muhammad saw. yang sifatnya bukan
indirawi atau material, namun logis, lagi dapat dibuktikan sepanjang masa.
Karena sifatnya yang demikian, ia tidak dibatasi oleh suatu tempat atau masa
tertentu. Al-Qur’an adalah mukjizat yang dimiliki oleh Nabi Muhammad saw.
Mukjizat Al-Qur’an dapat dijangkau oleh setiap orang yang mengunakan akalnya
di mana pun dan kapan pun.
Perbedaan ini disebabkan oleh dua hal pokok. Pertama, para nabi sebelum
Nabi Muhammad saw., ditugaskan untuk masyarakat dan masa tertentu. Karena
itu, mukjizat mereka hanya berlaku untuk masa dan masyarakat tersebut, tidak
untuk sesudah mereka. Berbeda dengan Nabi Muhammad saw. yang diutus
untuk seluruh umat manusia hingga akhir zaman, sehingga bukti kebenaran
ajarannya harus selalu siap dipaparkan pada setiap orang yang ragu di mana pun
dan kapan pun mereka berada. Jika demikian halnya, tentu mukjizat tersebut
tidak mungkin bersifat material, karena kematerialan membatasi ruang dan
waktunya. Kedua, manusia mengalami perkembangan dalam pemikirannya.
Sedangkan fungsi mukjizat sendiri adalah sebagai bukti kebenaran para nabi.
17
3. Dalil dan Contoh Mukjizat
Saudara, sebagai penguat bahwa mukjizat itu benar terjadi dan hanya
diberikan kepada para nabi, berikut adalah dalil dan contoh mukjizat yang
diberikan Allah. Mukjizat ini terjadi atas seizin Allah dan Allah yang mengatur
segalanya.
a. Mukjizat Nabi Nuh a.s. bisa membuat kapal besar pertama di dunia dan
menyelamatkannya serta umatnya, tercatat dalam surah Asy-Syu'ara [26]
ayat 119-120:
َفَا َ ْن َجي ْٰنهُ َو َم ْن َّمعَهٗ فِى ْالفُ ْل ِك ْال َم ْش ُح ْو ِن ث ُ َّم ا َ ْغ َر ْقنَا بَ ْعد ُ ْالبَا ِقيْن
b. Mukjizat Nabi Ibrahim a.s. yang tidak bisa dibakar api, tercatat dalam
surah Al- Anbiya' [21] ayat 68-70:
س ٰل ًما َع ٰلى اِب ْٰر ِهي َْم ۙ َواَ َراد ُْوا ِب ٖه َك ْيدًا فَ َج َع ْل ٰن ُه ُم ُ ص ُر ْوا ٰا ِل َهت َ ُك ْم ا ِْن ُك ْنت ُ ْم ٰف ِع ِليْنَ قُ ْلنَا ٰين
َ َار ُك ْونِ ْي َب ْردًا َّو ُ قَالُ ْوا َح ِرقُ ْوهُ َوا ْن
ۚ َس ِريْنَ ْاْلَ ْخ
68. Mereka berkata, “Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika
kamu benar-benar hendak berbuat.” 69. Kami (Allah) berfirman, “Wahai
api! Jadilah kamu dingin, dan penyelamat bagi Ibrahim!” 70. Dan mereka
hendak berbuat jahat terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka
itu orang-orang yang paling rugi.
ۤ
الر ْءيَا ۚاِنَّا ك َٰذلِكَ نَجْ ِزى ْال ُمحْ ِسنِيْنَ ا َِّن ٰهذَا لَ ُه َو ا ْلبَ ٰل ُؤا ْال ُمبِ ْينُ َوفَدَي ْٰنهُ بِ ِذبْحٍ َع ِظي ٍْم
ُّ َصدَّ ْقت
َ َْونَادَي ْٰنهُ ا َ ْن يه ِاب ْٰر ِه ْي ُم ۙ قَد
104. Lalu Kami panggil dia, “Wahai Ibrahim! 105. sungguh, engkau telah
membenarkan mimpi itu.” Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan
kepada orang-orang yang berbuat baik. 106. Sesungguhnya ini benar-
benar suatu ujian yang nyata. 107. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor
sembelihan yang besar.
d. Mukjizat Nabi Musa a.s. membelah lautan tercatat dalam surah Asy-
Syu'ara [26] Ayat 63:
18
Lalu Kami wahyukan kepada Musa, “Pukullah laut itu dengan
tongkatmu.” Maka terbelahlah lautan itu, dan setiap belahan seperti
gunung yang besar.
Dan Sulaiman telah mewarisi Dawud, dan dia (Sulaiman) berkata, “Wahai
manusia! Kami telah diajari bahasa burung dan kami diberi segala sesuatu.
Sungguh, (semua) ini benar-benar karunia yang nyata.”
f. Mukjizat Nabi Yunus a.s. yang selamat setelah ditelan ikan paus, tercatat
dalam surah Al-Anbiyaa' [21] ayat 87-88:
87. Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan
marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka
dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, ”Tidak ada tuhan selain
Engkau, Maha Suci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang
zalim.” 88. Maka Kami kabulkan (doa)nya dan Kami selamatkan dia dari
kedukaan. Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang
beriman.
g. Mukjizat Nabi Isa a.s. yang bisa bicara saat masih bayi, bisa
menghidupkan burung dari tanah liat, menyembuhkan penyakit
permanen, dan menghidupkan orang mati, tercatat dalam surah Al-
Maidah [5] ayat 110:
h.
اس فِى ْال َم ْه ِد َ َّسى ابْنَ َم ْريَ َم اذْ ُك ْر نِ ْع َمتِ ْي َعلَيْكَ َو َع ٰلى َوا ِلدَتِكَ ۘاِذْ اَيَّدْتُّكَ بِ ُر ْوحِ ْالقُد ِ َُۗس تُك َِل ُم الن َ ّٰللاُ ٰي ِع ْياِذْ قَا َل ه
ْ َّ
الطي ِْن َك َهيْـَٔ ِة الطي ِْر بِ ِاذنِ ْي فَت َ ْنفُ ُخ فِ ْي َها ُ ْ
ِ َاْل ْن ِج ْي َل َۚواِذ ت َْخل ُق ِمن ْ ْ
ِ ب َوال ِح ْك َمةَ َوالت َّ ْو ٰرىةَ َو ٰ ْ َّ ْ
َ َو َك ْه ًًل َۚواِذ َعل ْمتُكَ ال ِكت
ْص ِب ِاذْ ِن ْي َۚواِذْ ت ُ ْخ ِر ُج ْال َم ْو ٰتى ِب ِاذْ ِن ْي َۚواِذْ َكفَ ْفتُ َب ِن ْي اِس َْر ۤا ِء ْي َل َع ْنكَ اِذ ْر بَ
َ َ َ َ َ ْ
اْل و ه م ْ
ك َ اْلْ ُ
ئ طي ًْر ۢا ِب ِاذْ ِن ْي َوتُب ِْر َ ُفَت َ ُك ْون
َّ َّ
ت فَقَا َل ال ِذيْنَ َكفَ ُر ْوا ِم ْن ُه ْم ا ِْن ٰهذَا اِْل سِحْ ر ُّمبِيْن ِ ِجئْت َ ُه ْم بِ ْالبَيِن
ٰ
Dan ingatlah ketika Allah berfirman, “Wahai Isa putra Maryam! Ingatlah
nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu sewaktu Aku menguatkanmu
dengan Rohulkudus. Engkau dapat berbicara dengan manusia pada waktu
masih dalam buaian dan setelah dewasa. Dan ingatlah ketika Aku
mengajarkan menulis kepadamu, (juga) Hikmah, Taurat dan Injil. Dan
ingatlah ketika engkau membentuk dari tanah berupa burung dengan
seizin-Ku, kemudian engkau meniupnya, lalu menjadi seekor burung
(yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan ingatlah ketika engkau
19
menyembuhkan orang yang buta sejak lahir dan orang yang berpenyakit
kusta dengan seizin-Ku. Dan ingatlah ketika engkau mengeluarkan orang
mati (dari kubur menjadi hidup) dengan seizin-Ku. Dan ingatlah ketika
Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuhmu) di
kala waktu engkau mengemukakan kepada mereka keterangan-
keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir di antara mereka berkata,
“Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata.”
20
D. Karomah
Bagaimana Saudara? Apakah saudara sudah merasa bahwa mempelajari materi
Mukjizat bermanfaat? Dan apakah Saudara sudah merasa materinya bisa dijadikan
bahan mengajar dan mendidik? Sebagai bahan materi tambahan lainnya, perlu juga
mengkaji Karomah sebagai perbandingan. Perbedaan mukjizat dengan karomah juga
perlu diketahui. Sudah siap menganalisis karomah? Silahkan disimak sebagai berikut.
1. Pengertian Karomah
Karomah merupakan istilah yang tidak asing bagi umat muslim, karena
bagian dari agama Islam. Ahlus Sunnah Wal Jama’ah mempercayai adanya
karomah karena datang dari sisi Allah. Karomah ini akan membentuk kharisma
seseorang di mata umat. Islam mengakui tentang konsep karomah. Karomah
untuk kyai dan wali sesungguhnya memanglah ada dan diperbolehkan. Hal ini
dikarenakan karomah dianggap sebagai kejadian yang bersifat asumtif dan
datang dengan tujuan bukan untuk merusak akidah. Selain itu, Allah
menciptakan karomah untuk kekasih-kekasih-Nya.
Karomah pada dasarnya dianggap bertentangan dengan adat kebiasaan, dan
hanya diberikan kepada hamba-hamba Allah yang sholeh. Menurut Syekh Akbar
Muhammad Fathurahman, karomah adalah pemberian dari Allah Swt. dalam
bentuk pertolongan-Nya kepada seseorang yang membela agama Allah. Sifat
Karomah adalah kejadian di luar batas kemampuan manusia pada umumnya
atau keluar dari kebiasaan pada umumnya. Karomah merupakan bagian dari
Mawahib (anugerah) Allah yang didapat tanpa melalui proses usaha dan terjadi
hanya sesekali saja.
Karamah berasal dari bahasa arab كرمberarti kemuliaan, keluhuran, dan
anugerah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang mengistilahkan
karomah dengan keramat diartikan suci dan dapat mengadakan sesuatu di luar
kemampuan manusia biasa karena ketakwaannya kepada Allah. Menurut ulama
sufi, karamah berarti keadaan luar biasa yang diberikan Allah Swt. kepada para
wali-Nya. Wali ialah orang yang beriman, bertakwa, dan beramal saleh kepada
Allah Swt. Ulama’ sufi meyakini bahwa para wali mempunyai keistimewaan,
misalnya kemampuan melihat hal-hal ghaib yang tidak dimiliki oleh manusia
umumnya. Allah Swt. dapat memberi karomah kepada orang beriman, takwa,
dan beramal saleh menurut kehendaknya.
Pengertian dari karomah itu sendiri menurut Abul Qasim al-Qusyairi yaitu
merupakan suatu aktivitas yang dianggap sebagai hal yang bertentangan dengan
adat kebiasaan manusia pada umumnya, yaitu dapat juga dianggap sebagai
realitas sifat wali-wali Allah tentang sebuah makna kebenaran dalam situasi yang
dianggap kurang baik. Karomah ini juga dapat dianggap sebagai hal yang sangat
luar biasa yang diberikan oleh Allah kepada kekasih-kekasih pilihan-Nya.
21
Said Hawwa juga menjelaskan bahwa karomah memang benar-benar telah
terjadi dan akan tetap terjadi pada wilayah tasawuf. Karomah juga bisa terjadi
pada orang yang belum sempurna istiqomahnya. Tapi bagi orang-orang yang
benar-benar lurus, istiqamah, dan tampak karomahnya, barangkali karomahnya
tersebut identik dengan tanda kewalian. Karomah dapat berarti juga peristiwa
yang luar biasa, yang keluar dari hukum alam. Namun karomah juga bisa berupa
akibat dari suatu sebab, tapi masih dalam lingkup manifestasi taufik Allah.
Karomah memang identik dengan hal-hal yang tidak masuk nalar. Akan
tetapi ia adalah nyata dan haqq, seperti halnya mukjizat para nabi. Bedanya, jika
mukjizat disertai dengan pengakuan kenabian (nubuwwah), pada karomah hal itu
tidak ada. Karomah ini oleh Allah diberikan kepada para wali yang benar-benar
beriman dan bertakwa hanya kepada Allah. Firman Allah mengenai sifat-sifat
dari wali Allah ini yaitu sebagai berikut:
َأ َ َْل ِإ َّن أ َ ۡو ِل َيا َء ٱ َّلِّلِ َْل خ َۡوف َعلَ ۡي ِه ۡم َو َْل ه ُۡم َي ۡحزَ نُونَ ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ َوكَانُواْ َيتَّقُون
Berdasarkan ayat di atas, diketahui bahwa sifat-sifat dari wali Allah yaitu:
“Orang-orang yang beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-
Nya, para Rasul-Nya dan hari akhir serta beriman dengan takdir yang baik
maupun yang buruk.” Menurut Imam al-Qusyairi dalam ar-Risalah, seorang wali
tidak akan merasa nyaman dan peduli terhadap karomah yang dianugerahkan
kepadanya. Meskipun demikian, kadang-kadang dengan adanya karomah,
keyakinan mereka semakin bertambah sebab mereka meyakini bahwa semuanya
itu berasal dari Allah.
Bila ada seorang wali Allah yang hanya mengharapkan mendapatkan
karomah, maka tidak termasuk dalam golongan wali yang tinggi derajatnya. Ibnu
Athaillah pernah mengatakan bahwa: “Kemauan yang tinggi tidak sampai
menembusi tembok-tembok takdir.” Maksud adalah karomah tidak akan
bertentangan dengan takdir yang telah ditetapkan, karena semua yang terjadi di
alam raya ini baik hal biasa maupun hal yang luar biasa, sumber utamanya adalah
takdir yang telah ditetapkan oleh Allah. Oleh karena itu, kemauan dari wali
tidaklah pernah bertentangan dengan takdir yang telah ditetapkan Allah.
2. Ciri-ciri Karomah
Dari pengertian karomah ini, apakah Saudara sudah bisa menganalisis
maknanya? Mari menganalisis ciri-ciri orang yang memiliki karomah agar lebih
paham dan menguasai materi ini.
22
Sebagian ciri-ciri seorang hamba memiliki karomah di antaranya: a) tidak
memiliki doa-doa khusus sebagai suatu bacaan; b) karomah hanya terjadi pada
seorang yang saleh; c) seseorang yang memiliki karomah tidak pernah secara
sengaja mengaku-ngaku bahwa dirinya memiliki karomah.
Maksud atau tujuan dari pemberian karomah tersebut kepada para wali ialah:
a) dapat lebih meningkatkan keimanan kepada Allah; b) masyarakat menjadi
lebih percaya kepada seorang wali Allah, yang senantiasa meneruskan
perjuangan nabi Muhammad saw.; dan c) karomah merupakan bukti nyata
meninggikan derajat seorang wali agar dirinya selalu tetap istiqomah di jalan
Allah.
Mbah Sholeh Darat dalam Kitab Sabil Al ‘Abid memberikan pertanyaan
sebagai berikut: “Kenapa zaman akhir para wali banyak terlihat karomahnya?
Kenapa zaman Sahabat dan Tabi’in tidak nampak wujud karomah wali?”.
Jawabannya karena manusia di zaman akhir banyak kesalahan (dha’if) keyakinan
agamanya. Maka mereka didampingi oleh para wali dengan karomahnya agar
semakin kuat keyakinan agamanya dan patuh kepada orang saleh. Dengan
demikian, generasi zaman akhir tidak mudah menghina para orang-orang saleh.
Berbeda dengan orang-orang zaman al-awwalin (periode Sahabat dan Tabi’in)
yang dalam hidupnya masih sangat yakin pada orang-orang saleh. Sehingga
karamah para wali tidak diperlihatkan. Apalagi pada zaman Sahabat, dimana
Rasulullah saw. masih hidup bersama mereka.
ُ علَ ْي ِه فَا َ ْل ِق ْي ِه فِى ْاليَ ِم َو َْل تَخَافِ ْي َو َْل تَحْ زَ نِ ْي ۚاِنَّا َر ۤاد ُّْوهُ اِلَي ِْك َو َجا ِعلُ ْوه ِ َوا َ ْو َح ْينَا ا ِٰلى ا ُ ِم ُم ْوسٰ ى ا َ ْن ا َ ْر
ِ ض ِع ْي ۚ ِه فَ ِاذَا ِخ ْف
َ ت
َ ِمنَ ْال ُم ْر
َس ِليْن
Dan Kami ilhamkan kepada ibunya Musa, “Susuilah dia (Musa), dan
apabila engkau khawatir terhadapnya maka hanyutkanlah dia ke sungai
(Nil). Dan janganlah engkau takut dan jangan (pula) bersedih hati,
sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan
menjadikannya salah seorang rasul”.
b. Kejadian yang dialami seorang ahli ilmu pada masa Nabi Sulaiman a.s..
Ketika Nabi Sulaiman a.s. sedang duduk dengan para tentaranya yang
terdiri atas manusia, hewan, dan jin, beliau meminta kepada mereka
23
mendatangkan singgasana Ratu Bilqis. Ada seorang yang berilmu
bernama Ashif bin Barkhaya berkata kepada Nabi Sulaiman a.s. dan
menyanggupi permintaannya. Perkataan orang berilmu tersebut
diabadikan Allah Swt. dalam firman-Nya Q. S. an-Naml [27] ayat 40:
ْ َۗ ِض ِل َرب
ي َ َب اَن َ۠ا ٰاتِيْكَ بِ ٖه قَ ْب َل ا َ ْن ي َّْرتَدَّ اِلَيْك
ْ َط ْرفُ َۗكَ فَلَ َّما َر ٰاهُ ُم ْستَ ِق ًّرا ِع ْندَ ٗه قَا َل ٰهذَا ِم ْن ف ِ ي ِع ْندَ ٗه ِع ْلم ِمنَ ْال ِك ٰت
ْ قَا َل الَّ ِذ
َۗ
ِليَ ْبلُ َونِ ْي َءا َ ْش ُك ُر ا َ ْم ا َ ْكفُ ُر َو َم ْن َشك ََر فَ ِانَّ َما يَ ْش ُك ُر ِل َن ْفس ٖ ِۚه َو َم ْن َكفَ َر فَا َِّن َر ِب ْي َغنِي ك َِريْم
Seorang yang mempunyai ilmu dari Kitab berkata, “Aku akan membawa
singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.” Maka ketika dia
(Sulaiman) melihat singgasana itu terletak di hadapannya, dia pun berkata,
“Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur
atau mengingkari (nikmat-Nya). Barangsiapa bersyukur, maka
sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan
barangsiapa ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya, Maha
Mulia.”
c. Kejadian yang dialami Maryam binti Imran, Nabi Zakaria a.s. menemukan
makanan setiap hadir di mihrab Maryam binti Imran. Allah berfirman
dalam Q.S. Ali Imran [3] ayat 37:
َ ۙ س ٍن َّوا َ ۢ ْنبَت َ َها َنبَاتًا َح َسنً ۖا َّو َكفَّلَ َها زَ ك َِريَّا َۗ ُكلَّ َما دَ َخ َل َعلَ ْي َها زَ ك َِريَّا ْال ِمحْ َر
ۚ اب َو َجدَ ِع ْندَهَا ِر ْزقًا َ فَتَقَبَّلَ َها َربُّ َها بِقَب ُْو ٍل َح
بٍ سا ۤ
َ ّٰللاَ يَ ْر ُز ُق َم ْن يَّشَا ُء بِ َغي ِْر ِح ت ه َُو ِم ْن ِع ْن ِد ه
ّٰللاِ َۗ ا َِّن ه ْ َقَا َل ٰي َم ْريَ ُم اَنهى لَ ِك ٰهذَا َۗ قَال
d. Kisah pemuda Ashabul Kahfi, peristiwa ini terjadi sesudah zaman Nabi
Isa a.s.. Raja mereka tidak sepaham bahkan sangat benci sekali dengan apa
yang mereka yakini. Mereka pun keluar menjauhi kerajaan dan masuk
kedalam gua lalu tertidur di dalamnya selama 309 tahun. Kisah ini tercatat
dalam surah al-Kahfi [18] ayat 25:
“Dan mereka tinggal dalam gua selama tiga ratus tahun dan ditambah
sembilan tahun”.
24
4. Hikmah Mempelajari Karomah
Ketika Saudara menganalisis materi karomah ini, apa yang Saudara rasakan?
Apakah Saudara merasa ada kebahagiaan mempelajari kekuasaan Allah? Apakah
Saudara membayangkan jika Allah tidak memberikan kekuasaan-Nya pada para
wali atau orang saleh berupa karomah? Di antara hikmahnya adalah generasi
masa kini akan menghormati orang saleh dan selalu ingin dekat kepada orang
terkasih. Derajat wali pada hakikatnya titipan dari Allah, bukan predikat yang
dipasang secara mandiri dan diumumkan. Sebagai pendidik perlu menjadikan
materi ini sebagai modal, baik untuk diri sendiri maupun untuk peserta didik.
Pelajaran penting ini bisa sebagai bahan mengagumi kekuasaan Allah atas segala
makhluk-Nya, serta sebagai bahan mengajak orang lain menggali kekuasaan
Allah Swt.. Selain hikmah ini, hikmah apa lagi yang bisa Saudara dapatkan dari
materi ini? Silahkan analisis lebih dalam!
25
E. Sihir
1. Pengertian Sihir
Sihir dalam bahasa Arab tersusun dari huruf س, ح,( رsiin, ha, dan ra), yang
secara bahasa bermakna segala sesuatu yang sebabnya nampak samar. Oleh
karenanya kita mengenal istilah ‘waktu sahur’ yang memiliki akar kata yang sama,
yaitu siin, ha dan ra, yang artinya waktu ketika segala sesuatu nampak samar dan
remang-remang. Seorang pakar bahasa, al-Azhari mengatakan bahwa, “Akar kata
sihir maknanya adalah memalingkan sesuatu dari hakikatnya. Maka ketika ada
seorang menampakkan keburukan dengan tampilan kebaikan dan menampilkan
sesuatu dalam tampilan yang tidak senyatanya maka dikatakan dia telah
menyihir sesuatu”.
Para ulama memiliki pendapat yang beraneka ragam dalam memaknai kata
‘sihir’ secara istilah. Sebagian ulama mengatakan bahwa sihir adalah benar-benar
terjadi ‘riil’, dan memiliki hakikat. Artinya, sihir memiliki pengaruh yang benar-
benar terjadi dan dirasakan oleh orang yang terkena sihir. Ibnul Qudamah
rahimahullah mengatakan, “Sihir adalah jampi atau mantra yang memberikan
pengaruh, baik secara zohir maupun batin. Semisal membuat orang lain menjadi
sakit, atau bahkan membunuhnya, memisahkan pasangan suami istri, atau
membuat istri orang lain mencintai dirinya”.
Namun ada ulama lain yang menjelaskan bahwa sihir hanyalah pengelabuan
dan tipuan mata semata, tanpa ada hakikatnya. Sebagaimana dikatakan oleh Abu
Bakr Ar Rozi, “Sihir adalah segala sesuatu yang sebabnya samar dan bersifat
mengelabui, tanpa adanya hakikat, dan terjadi sebagaimana muslihat dan tipu
daya semata”.
Al-Laits mengatakan, Sihir adalah suatu perbuatan yang dapat mendekatkan
diri kepada syaitan dengan bantuannya. Al-Azhari mengemukakan, Dasar pokok
sihir adalah memalingkan sesuatu dari hakikat yang sebenarnya kepada yang
lainnya. Ibnu Manzur berkata: Seakan-akan tukang sihir memperlihatkan
kebatilan dalam wujud kebenaran dan menggambarkan sesuatu tidak seperti
hakikat yang sebenarnya. Dengan demikian, dia telah menyihir sesuatu dari
hakikat yang sebenarnya atau memalingkannya. Syamir meriwayatkan dari Ibnu
Aisyah, dia mengatakan bahwa orang Arab menyebut sihir itu dengan kata as-
Sihr karena ia menghilangkan kesehatan menjadi sakit.
Ibnu Faris mengemukakan, Sihir berarti menampakkan kebatilan dalam
wujud kebenaran. Di dalam kitab al-Mu’jamul Wasīth disebutkan bahwa sihir
adalah sesuatu yang dilakukan secara lembut dan sangat terselubung. Sedangkan
di dalam kitab Muhīthul Muhīth disebutkan, sihir adalah tindakan
memperlihatkan sesuatu dengan penampilan yang paling bagus, sehingga bisa
menipu manusia. Fakhruddin ar-Razi mengemukakan, menurut istilah Syari’at,
sihir hanya khusus berkenaan dengan segala sesuatu yang sebabnya tidak terlihat
26
dan digambarkan tidak seperti hakikat yang sebenarnya, serta berlangsung
melalui tipu daya.
Ibnu Qudamah Al-Maqdisi mengatakan, Sihir adalah ikatan-ikatan, jampi-
jampi, perkataan yang dilontarkan secara lisan maupun tulisan, atau melakukan
sesuatu yang mempengaruhi badan, hati atau akal orang yang terkena sihir tanpa
berinteraksi langsung dengannya. Sihir ini mempunyai hakikat, diantaranya ada
yang bisa mematikan, membuat sakit, membuat seorang suami tidak dapat
mencampuri istrinya atau memisahkan pasangan suami istri, atau membuat salah
satu pihak membenci lainnya atau membuat kedua belah pihak saling
mencintainya.
Ibnul Qayyim mengungkapkan, Sihir adalah gabungan dari berbagai
pengaruh ruh-ruh jahat, serta interaksi berbagai kekuatan alam dengannya.
Dapat disimpulkan bahwa Sihir adalah kesepakatan antara tukang sihir dan
syaitan dengan ketentuan bahwa tukang sihir akan melakukan berbagai
keharaman atau kesyirikan dengan imbalan pemberian pertolongan syaitan
kepadanya dan ketaatan untuk melakukan apa saja yang dimintanya.
Setelah menganalisis pengertian sihir dari beberapa pendapat, silahkan
Saudara menyimpulkan dan berpendapat sendiri tentang pengertian sihir ini agar
lebih memahami.
2. Ciri-ciri Sihir
Setelah Saudara menguasai pengertian, sihir ini dapat diidentifikasi dari ciri-
cirinya, baik perbuatan sihir maupun pelaku sihir. Beberapa ciri tentang sihir ini
dapat dilihat dari beberapa penjelasan berikut.
Di antara tukang sihir itu ada yang menempelkan mushhaf di kedua kakinya,
kemudian ia memasuki WC. Ada yang menulis ayat-ayat al-Qur’an dengan
kotoran atau darah haid. Juga ada yang menulis ayat-ayat Al-Qur’an di kedua
telapak kakinya. Ada juga yang menulis Surat al-Faatihah terbalik. Ada yang
mengerjakan salat tanpa berwudu. Ada yang tetap dalam keadaan junub terus-
menerus. Ada yang menyembelih binatang untuk dipersembahkan kepada
syaitan dengan tidak menyebut nama Allah pada saat menyembelih, lalu
membuang sembelihan itu ke tempat yang telah ditentukan syaitan. Ada yang
berbicara dengan binatang-binatang dan bersujud kepadanya. Serta ada juga
yang menulis mantra dengan lafazh yang mengandung makna kekufuran.
Dari sini, tampak jelas bahwa jin itu tidak akan membantu dan tidak juga
mengabdi kepada seorang penyihir kecuali harus memberikan imbalan. Setiap
kali seorang penyihir meningkatkan kekufuran, maka syaitan akan lebih taat
kepadanya dan lebih cepat melaksanakan perintahnya. Dan jika tukang sihir tidak
sungguh-sungguh melaksanakan berbagai kekufuran yang diperintahkan
syaitan, maka syaitan akan menolak mengabdi kepadanya serta menentang
27
perintahnya. Dengan demikian, tukang sihir dan syaitan merupakan teman setia
yang bertemu dalam rangka kemaksiatan kepada Allah.
Jika Saudara perhatikan wajah tukang sihir, maka dengan jelas Saudara akan
melihat gelapnya kekufuran yang memenuhi wajahnya, seakan-akan ia
merupakan awan hitam yang pekat. Jika Saudara mengenali tukang sihir dari
dekat, maka Saudara akan melihatnya hidup dalam kesengsaraan jiwa bersama
istri dan anak-anaknya, bahkan dengan dirinya sendiri. Dia tidak bisa tidur
nyenyak karena terus merasa cemas dan gelisah. Selain itu seringkali syaitan akan
menyakiti anak-anaknya atau istrinya serta menimbulkan perpecahan dan
perselisihan di antara mereka.
Selain ciri-ciri ini, ciri apa lagi yang bisa Saudara gali yang dapat menunjukan
perbuatan atau bentuk dari sihir? Silahkan Saudara mencari lagi lebih banyak.
3. Dalil Sihir
Sebagaimana ciri yang sudah dibahas, apakah Saudara sudah bisa
menganalisis ciri sihir dan penyihir tersebut? Hal ini akan diperkuat dengan dalil-
dalil yang menerangkan tentang sihir.
Allah Swt. Berfirman dalam surah al-Baqarah [2] ayat 102:
اس السِحْ َر َو َما ا ُ ْن ِز َل َ َّش ٰي ِطيْنَ َكفَ ُر ْوا يُعَ ِل ُم ْونَ الن َّ سلَيْمٰ نُ َو ٰل ِك َّن ال
ُ سلَيْمٰ نَ ۚ َو َما َكفَ َرُ ش ٰي ِط ْينُ َع ٰلى ُم ْل ِكَّ َواتَّبَعُ ْوا َما تَتْلُوا ال
َّ
ار ْوتَ َۗ َو َما يُعَلِمٰ ِن ِم ْن ا َ َح ٍد َحتهى يَقُ ْو َْل اِنَّ َما نَحْ نُ فِتْنَة فَ ًَل ت َ ْكفُ ْر َۗ فَيَتَعَل ُم ْونَ ِم ْن ُه َما َما ُ َار ْوتَ َو َم ُ َعلَى ْال َملَ َكي ِْن بِبَابِ َل ه
ض ۤا ِريْنَ ِب ٖه ِم ْن ا َ َح ٍد ا َِّْل ِب ِاذْ ِن ه
ّْٰللاِ َۗ َو َيت َ َعلَّ ُم ْونَ َما َيض ُُّر ُه ْم َو َْل َي ْنفَعُ ُه ْم َۗ َولَقَد َ يُفَ ِرقُ ْونَ ِب ٖه َبيْنَ ْال َم ْر ِء َوزَ ْو ِج ٖه َۗ َو َما ُه ْم ِب
َس ُه ْم َۗ لَ ْو كَانُ ْوا يَ ْع َل ُم ْون
َ ُس َماش ََر ْوا بِ ٖه ا َ ْنف َ ْق َۗ َولَبِئ ٰ ْ َع ِل ُم ْوا لَ َم ِن ا ْشت َٰرىهُ َما لَهٗ فِى
ٍ اْل ِخ َرةِ ِم ْن خ ًََل
Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan
Sulaiman. Sulaiman itu tidak kafir tetapi setan-setan itulah yang kafir, mereka
mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua
malaikat di negeri Babilonia yaitu Harut dan Marut. Padahal keduanya tidak
mengajarkan sesuatu kepada seseorang sebelum mengatakan,
“Sesungguhnya kami hanyalah cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kafir.”
Maka mereka mempelajari dari keduanya (malaikat itu) apa yang (dapat)
memisahkan antara seorang (suami) dengan istrinya. Mereka tidak akan
dapat mencelakakan seseorang dengan sihirnya kecuali dengan izin Allah.
Mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan, dan tidak memberi
manfaat kepada mereka. Dan sungguh, mereka sudah tahu, barangsiapa
membeli (menggunakan sihir) itu, niscaya tidak akan mendapat keuntungan
di akhirat. Dan sungguh, sangatlah buruk perbuatan mereka yang menjual
dirinya dengan sihir, sekiranya mereka tahu. (al-Baqarah [2]: 102)
Ayat ini menerangkan tentang penjelasan sihir dari mulai cara melakukannya
dan hasil yang dicapai dari sihir, namun tetap saja walau hasilnya bersifat nyata,
kenyataan tersebut masih berada di bawah ketetapan Allah. Pada kisah Nabi
Musa a.s. juga terdapat kisah penyihir yang melawannya, namun Allah
28
memberikan kabar bahwa Allah tidak akan membiarkan penyihir terus membuat
kerusakan, seperti dalam surah Yunus [10] ayat 81:
Setelah mereka melemparkan, Musa berkata, “Apa yang kamu lakukan itu,
itulah sihir, sesungguhnya Allah akan menampakkan kepalsuan sihir itu.
Sungguh, Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan
orang yang berbuat kerusakan.” (Yunus [10]: 81)
Ayat tersebut membuat hati kaum muslimim menjadi lebih tenang karena ada
pertolongan Allah. Allah juga memberikan penangkal sihir dalam surah al-Falaq
[113] ayat 1-5:
4. Contoh Sihir
Setelah menganalisis dalil tentang sihir, Saudara bisa melihat contoh
perbuatan sihir yang terjadi di masyarakat sebagai berikut:
a. Memisahkan pasangan suami istri baik yang baru menikah maupun yang
sudah lama menikah, serta membuat keluarganya tidak pernah tentram.
b. Sihir cinta (pelet) membuat orang yang terkena sihir jatuh cinta, selalu
merasa rindu dan ingin dinikahi oleh orang yang menyihir. Bahkan dalam
beberapa kasus, jika yang menyihir tidak menikahi, yang terkena sihir akan
mengalami depresi sampai gangguan jiwa.
c. Sihir khayalan/ilusi, membuat objek yang dilihat atau dirasa tidak seperti
aslinya. Seperti penyihir yang melawan Nabi Musa a.s., menjadikan
tongkat mereka sebagai ilusi menyerupai ular. Mukjizat Nabi Musa a.s.
benar-benar mengubah tongkat menjadi ular yang nyata, bukan ilusi.
29
d. Sihir santet/teluh atau sejenisnya, membuat yang terkena sihir mengalami
sakit bahkan sampai meninggal dunia. Pada beberapa kasus ada yang
disihir santet ini selama bertahun-tahun dan mengalami sakit yang
berkepanjangan.
Selain contoh-contoh ini, Saudara bisa mengeksplor lagi sebanyak-banyaknya
contoh perbuatan sihir yang terjadi di masyarakat untuk menambah wawasan.
30
CONTOH SOAL
1. Allah adalah raja, pemilik alam semesta yang tidak ada tandingan
kekuasaannya. Perhatikan ayat berikut ini (Ali Imran: 26)!
َع ْال ُم ْلكَ ِم َّم ْن تَش َۤا ۖ ُء َوت ُ ِع ُّز َم ْن تَش َۤا ُء َوت ُ ِذ ُّل َم ْن تَش َۤا ُء َۗ بِ َيدِكَ ْال َخي ُْر َۗ اِنَّك
ُ قُ ِل الله ُه َّم مٰ لِكَ ْال ُم ْل ِك تُؤْ تِى ْال ُم ْلكَ َم ْن تَش َۤا ُء َوت َ ْن ِز
ش ْيءٍ قَ ِديْر َ َع ٰلى ُك ِل
Berdasarkan ayat tersebut, analisis makna asma al-Husna yang sesuai adalah ...
a. Allah adalah penguasa yang Maha Adil
b. Allah pemilik kekuasaan yang Maha Penyayang
c. Allah pemilik kekuasaan yang Maha Berkehendak
d. Kasih sayang Allah diberikan kepada yang taat
e. Allah pemilik seluruh kerajaan
Jawaban: C
31
GLOSARIUM
32
DAFTAR PUSTAKA
33
______, Ensiklopedia Al-Qur’an: Kajian Kosakata (Jakarta: Lentera Hati, 2007).
______, Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif Al-Qur’an, (Lentera Hati,
Jakarta, 1999).
Maghfiroh, Dofi Oktian, dan Robandi. Konsep Karomah Abu Nasr Al-Siraj Al-Thusi
Dalam Kitab Al – Luma Fi Al-Tasawwuf. (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.
2013/2014).
Qosim Nursheha Dzulhadi, “Al-Fārābī Dan Filsafat Kenabian,” Jurnal Kalimah 12, no. 1
(2014). 130.
Zarruq, Syarhul Hikam, (Surabaya: As-Syirkatul Qaumiyyah, 2010 M/1431 H).
34