Anda di halaman 1dari 2

Upacara Bendera di Sekolah

Sabtu, 30 April 2011 | 03:11 WIB

Jakarta, Kompas - Sekolah di semua jenjang pendidikan wajib menyelenggarakan upacara bendera
secara periodik. Kegiatan ini untuk menumbuhkan kebanggaan dan kecintaan kepada Tanah Air.
Sekolah juga harus mengenalkan lagu-lagu wajib nasional kepada siswa.

”Kewajiban ini mulai berlaku pada tahun ajaran 2011/2012 dan akan diatur dalam peraturan Menteri
Pendidikan Nasional,” kata Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh kepada
wartawan di Jakarta, Kamis (28/4) malam.

Mendiknas mengakui, saat ini sejumlah sekolah tidak menyelenggarakan upacara bendera. Bahkan,
ada yang berpandangan menghormat bendera adalah perbuatan terlarang.

”Terhadap pandangan seperti itu, nanti kami beri penjelasan. Namun, regulasi atau aturan soal
kewajiban menyelenggarakan upacara bendera juga harus ada,” kata Mendiknas.

Mendiknas juga mengakui, setelah reformasi, pendidikan kebangsaan termasuk pengenalan lagu-
lagu wajib nasional kepada siswa mulai diabaikan. Akibatnya, banyak siswa tidak mengenal lagu-
lagu wajib nasional yang sebenarnya bisa menumbuhkan kebanggaan dan kecintaan kepada bangsa.

”Upacara bendera dan pengenalan lagu wajib harus menjadi budaya sekolah. Ini sama halnya
dengan menyapa guru, menjaga kebersihan lingkungan, dan melakukan perbuatan-perbuatan baik
lainnya,” kata Mendiknas.

Tetap relevan

Guru besar dan praktisi pendidikan, Arief Rachman, mengingatkan, pendekatan struktural untuk
menumbuhkan nasionalisme, patriotisme, dan rasa bangga serta cinta kepada Tanah Air lewat mata
pelajaran, ritual, dan upacara bendera memang penting. ”Namun, yang sifatnya instruksi atau wajib
itu tidak langgeng di dalam jiwa anak,” ujar Arief.

Menurut Arief, yang tak boleh dilupakan justru pendekatan kultural yang mampu memberi
pengalaman emosional dan sosial kepada siswa. Hal ini bisa dilaksanakan dengan kegiatan-kegiatan
kreatif yang memberi pengalaman langsung pada kehidupan nyata di sekitar anak-anak dan
mengajak mereka untuk berdialog tentang negeri ini.

Secara terpisah, untuk menumbuhkan rasa cinta dan bangga terhadap Tanah Air bagi masyarakat
yang tinggal di perbatasan negara, Kementerian Pendidikan Nasional menjalin kerja sama dengan
TNI Angkatan Darat. Aparat TNI akan menumbuhkan semangat kebangsaan dengan mengajarkan
membaca, menulis, dan sejarah perjuangan bangsa kepada anak-anak di perbatasan, seperti di
Kalimantan, Papua, dan Nusa Tenggara Timur. Nota kesepahaman kerja sama ditandatangani
Mendiknas Mohammad Nuh dan Kepala Staf TNI AD Jenderal George Toisutta, Jumat (29/4) di
Jakarta.
Puan Maharani Ingin Wajibkan Semua Sekolah Lakukan
Upacara Bendera
Minggu, 2 November 2014 | 16:26 WIB

KOMPAS IMAGES/RODERICK ADRIAN MOZES Menteri Koordinator Pembangunan Manusia


dan Kebudayaan (PMK) Puan Maharani dalam sesi wawancara di Kantor Kementerian Koordinator
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Jumat (31/10/2014).

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan


Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani meminta Kementerian Kebudayaan, Pendidikan Dasar
dan Menengah mewajibkan semua sekolah menggelar upacara bendera di setiap pekannya. Menurut
Puan, upacara bendera adalah hal paling sederhana untuk menumbuhkan dan meningkatkan
nasionalisme sejak usia sekolah.
"Saya minta pada Menteri Pendidikan (Anies Baswedan) untuk memulai lagi upacara bendera di
tiap sekolah," kata Puan dalam wawancara eksklusif bersama Kompas.com, KompasTV, dan
Tribunnews, di Kantor Kemenko PMK, Jakarta, Jumat (31/10/2014).
Puan melanjutkan, dirinya tak ingin tradisi upacara bendera di sekolah menjadi hilang. Baginya,
menjadi mimpi buruk jika anak-anak sekolah tak lagi hapal lagu Indonesia Raya dan tak mengerti
esensi dari lagu kebangsaan tersebut.
"Anak-anak suka nanya, kenapa kita harus nyanyi lagu Indonesia Raya? Padahal itu esensi kita
sebagai bangsa Indonesia," ucapnya.
Untuk bidang kebudayaan, Puan akan mencoba masuk dari hal mikro. Ia menganggap, kebijakan
mengenai pembangunan kebudayaan harus dimulai dari keluarga dan jenjang pendidikan paling
dasar.
Mantan Ketua Fraksi PDI-P di DPR ini mengungkapkan, keluarga adalah tempat di mana semua
manusia memulai pendidikannya. Dari keluarga juga semua manusia mengenal cara menghormati
sesama, toleran, dan bergotong royong.
"Ini sesuai dengan revolusi mental Pak Jokowi. Menciptakan manusia unggul yang berdaya saing,
berkebudayaan, dan tidak lupa akar dari mana dia berasal," ungkapnya.
Setelah itu, lanjut Puan, ia akan mendorong Kementerian Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan
Menengah untuk mewajibkan lagi kurikulum Pendidikan Pancasila dari SD sampai SMA/SMK.
Selain itu, ia juga menginginkan diatur semua sekolah untuk wajib menggelar upacara bendera
minimal satu kali dalam sepekan.
"Saya paham banyak kendalanya. Saya juga belum tahu apakah bisa instan atau tidak. Tapi harus
kita lakukan dari sekarang, kalau tidak, kapan lagi?" pungkas Puan.

Anda mungkin juga menyukai