Tugas Pertemuan 4
Tugas Pertemuan 4
Nim: 2209075
Tugas Teori Organisasi Pertemuan ke-4
Pada abad 1900 – 1930, Pelopor Teori Organisai Klasik adalah Henry Fayol, James D. Mooney, Mary
Parker Follet, Herberd Simon, dan Chester I Banard. Teori Organisasi Klasik muncul karena adanya
kebutuhan dan adanya acuan dalam mengelola sebuah organisasi yang kompleks.
Pada masa itu, teori ini tidak dilahirkan, namun hanya diajarkan dengan landasan beberapa
prinsip dan teori umum tentang manajemen yang dapat diterapkan dalam suatu organisasi. Di dalam
teori organisasi klasik, telah menggambarkan adanya sebuah lembaga yang tersentralisasi dengan
beberapa tugas yang khusus juga dapat memberikan acuan secara sistemati dengan mekanistik
struktural yang kaku tanpa adanya kekreatifitasan seseorang dalam berinovasi.
Teori organisasi klasik berkembang dengan dilatarbelakangi adanya revolusi industri yang
berkembang pesat di benua eropa sejak mulai ditemukannya mesin uap oleh James Watt pada awal
tahun 1800-an. Penemuan ini memicu munculnya industri – industri besar yang menampung banyak
pekerja sehingga dibutuhkan adanya suatu metode pembagian kerja yang didasarkan pada kemampuan,
kapasitas dan kompetensi dari pekerja, sehingga munculnya spesialisasi. Teori organisasi klasik memiliki
asumsi bahwa organisasi selalu memiliki susunan yang rasional dan logis, baik secara ekonomis maupun
pencapaian efisiensi. Dengan kata lain, bagi teori organisasi klasik rasionalitas, efisiensi dan keuntungan
ekonomis adalah tujuan organisasi
Pusat perhatian utama bagi para pemikir teori organisasi klasik ini adalah organisasi yang
bergerak dalam bidang bisnis, pada perkembangannya kemudian lingkupnya meluas pada semua tipe
organisasi, tetapi tetap dengan esensi yang sama, yaitu menekankan segi rasionalitas dalam
pelaksanaan kegiatan organisasi.
1. Henry Fayol,
2. James D.Mooney
3. Mary Parker Follett
4. Chaster I. Barnard.
Teori neo-klasik secara prinsip timbul sebagai reaksi terhadap teori klasik, tetapi teori neo-klasik
tetap mempergunakan dan tidak mengabaikan prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh para ahli teori
klasik, kemudian para ahli teori neo-klasik menunjukkan dan mengkritik keterbatasan-keterbatasan dari
prinsip-prinsip tersebut dan pada saat yang sama, mencoba mengisi kekurangan-kekurangan dengan
memberi perhatian pada hal-hal yang tidak dikaji oleh para ahli teori klasik.
Pemikiran yang berkembang itu secara garis besar terbagi dalam dua kelompok.
- Pertama, adalah kelompok para ahli yang memusatkan perhatiannya hanya pada kelemahan-
kelemahan teori klasik dan kemudian mengajukan kritik terutama terhadap terlalu diberikannya
penekanan yang berlebihan oleh para ahli teori klasik pada aspek struktur dalam mengkaji organisasi.
- Kedua, merupakan kelompok lain yang melihat adanya kelemahan pada prinsip-prinsip Perilaku dan
Teori Organisasi yang dikembangkan para ahli teori klasik, tetapi kemudian melakukan modifikasi tetapi
tanpa membuang prinsip-prinsip dasar tersebut, tanpa melakukan transformasi maupun melakukan
formulasi ulang terhadap teori-teori yang dikembangkan para ahli teori klasik.
Teori neo-klasik menitik beratkan pada pemikiran tentang pentingnya aspek psikologis dan sosial
manusia (karyawan) sebagai individu maupun kelompok kerja. Pendekatan yang menekankan aspek
manusia inilah yang dikenal secara umum pada dasawarsa awal tahun 1900-an, yaitu pendekatan
perilaku (behavioral approach) atau pendekatan hubungan kerja kemanusiaan (human relation
approach). para ahli dari pendekatan perilaku ini memperdalam pemahaman mengenai peran
keanggotaan kelompok sebagai suatu faktor yang penting dalam pengembangan teori organisasi.
Norma-norma kelompok dan kebiasaan-kebiasaan kelompok dipandang sebagai faktor yang membantu
membentuk tingkah laku dan juga mempengaruhi produktifitas.
Eksperimen Hawthorne kemudian menjadi perangsang bagi munculnya beberapa pemikiran baru,
namun tetap dalam kerangka pendekatan perilaku yang humanistis ini, seperti misalnya Mary Parker
Follets dan Chester L Barnard.
Teori neo-klasik meskipun memberikan sumbangan bagi perkembangan teori organisasi, tetapi pada
kenyatanannya tidak mengantarkan lahirnya teori baru untuk menggantikan teori klasik yang ada
sebelumnya. Teori neo-klasik hanya memusatkan perhatiannya pada modifikasi, tetapi tidak melakukan
transformasi yang penting.
Secara umum, para ahli teori organisasi pada masa itu melihat organisasi dari dua sudut pandang.
- Pertama, sudut pandang yang melihat organisasi sebagai satu kesatuan unit yang memiliki suatu
tujuan. Pendekatan ini merupakan pendekatan yang dianut oleh para ahli teori klasik dan neo klasik,
yang melihat organisasi sebagai satu kesatuan atau suatu unit yang memiliki suatu tujuan, oleh karena
itu pendekatan ini seringkali juga disebut dengan Perilaku dan Teori Organisasi pendekatan goalistik.
Pendekatan ini memusatkan perhatiannya pada pembagian kerja dalam pencapaian tujuan organisasi,
prosedur-prosedur kerja yang ditetapkan untuk mencapai tujuan itu dan sebagainya.
Kedua, pendekatan yang lebih melihat hubungan antar elemen, baik di dalam organisasi, maupun
dengan lingkungan sekitarnya. Pendekatan ini lebih melihat organisasi tersusun dari elemen-elemen
yang saling berhubungan, oleh karena itu pendekatan ini sering dikatakan sebagai pendekatan yang
sistemik. Pendekatan sistemik tidak hanya menaruh perhatian pada organisasi sebagai suatu unit yang
memiliki tujuan, tetapi juga melihat organisasi dari sudut pandang proses atau hubungan antar elemen
dalam organisasi dan melihat organisasi sebagai suatu sistem yang kompleks, bahkan menempatkan
organisasi sebagai "sistem kehidupan" (living systems). secara lebih mendalam pendekatan ini melihat
hubungan antar elemen dalam organisasi, serta berbagai proses yang terjadi dalam hubungan antar
elemen itu. Pendekatan sistem ini memungkinkan para ahli melihat organisasi secara menyeluruh, baik
hubungan antar elemen dalam organisasi maupun hubungan antara organisasi dengan lingkungan
sekitarnya.
Pendekatan sistem memberikan sumbangan yang besar dalam evolusi perkembangan teori organisasi
modern. Perkembangan teori sistem sebagai teori organisasi modern yang dikenal dengan teori sistem
umum atau "General System Theory" yang dikembangkan oleh Ludwig von Bertalanffy dan Kenneth
Boulding.
Jadi Teori Organisasi Modern ini merupakan System atau teori terbuka yang memadukan antara teori
klasik dan neoklasik. Teori organisasi modern melihat bahwa semua unsur organisasi sebagai satu
kesatuan yang saling bergantung dan tidak bisa dipisahkan. Hal ini sering disebut analisa system pada
organisasi, yang di dalamnya mengemukakan bahwa organisasi bukanlah suatu sistem tertutup yang
berkaitan dengan lingkungan yang stabil, akan tetapi organisasi merupakan sistem terbuka. Interaksi
dinamis dan saling ketergantungan antar proses, bagian dan fungsi dalam suatu organisasi, maupun
dengan organisasi lain dan dengan lingkungan .
Teori ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan teori tradisional yaitu:
Alfred Korzybski
Mary Parker Follet
Chester I. Barnard
Norbert Wiener
Ludwig Von Bertalanffy