REVIEW MATERI
PENYUSUN
J510215104
PEMBIMBING
dr. Titian Rakhma, Sp. S
Deltoideus
Axillaris, C5-6
(middle portion)
Abduksi
suprascapular,
Supraspinatus
C5-6
Pectoralis medial
Pectoralis
dan lateral, C5-T1
mayor
Thoracodorsal,
Adduksi Latissimu
C6-8
s dorsi
Lower
Teres mayor
subscapular, C5-6
suprascapular,
Infraspinatus
C5-6
Ekstenal Teres minor dan
rotasi deltoideus
Axillaris, C5-6
(posterior
portion)
Keluhan nyeri bahu terutama saat malam hari, muncul ketika bahu yang
sakit menjadi penopang atau mengalami tekanan.
Keluhan nyeri bahu memberat apabila sendi bahu digerakkan, baik aktif
maupun pasif, sehingga pasien mengatakan lebih nyaman memegangi
lengan atas mendekati tubuh dengan tujuan proteksi dari rasa nyeri.
Keluhan nyeri leher dan punggung atas dapat menyertai nyeri maupun
keterbatasan luas gerak sendi bahu.
- Dapat terlihat adanya atrofi otot bahu (deltoid dan rotator cuff) pada
sisi yang sakit (dibandingkan dengan sisi yang sehat dan
pertimbangkan tangan dominan yang digunakan pasien).
Palpasi
- Penekanan pada daerah bahu yang sakit atau kaku akan menimbulkan
nyeri atau bertambah beratnya nyeri dibandingkan sebelum
penekanan.
- Otot bahu sisi yang sakit, terutama otot deltoid dan otot-otot rotator
cuff, terasa lebih kecil dibandingkan otot bahu sisi yang sehat karena
mengalami atrofi.
Pemeriksaan spesifik
- Apley scratch test : tes spesifik untuk mengevaluasi luas gerak sendi
bahu aktif pasien. Pasien diminta menggapai daerah angulus medialis
scapula dengan tangan sisi kontralateral dari atas melewati belakang
kepala (abduksi dan eksternal rotasi) dan dari bawah (adduksi dan
internal rotasi). Pada frozen shoulder, pasien tidak dapat melakukan
gerakan ini, baik secara aktif maupun pasif. Apabila secara pasif
pasien dapat melakukan gerakan ini, tetapi secara aktif tidak bisa,
maka kemungkinan bukan frozen shoulder, melainkan terdapat
kelemahan otot bahu.
Gambar 7. Apley scratch test
- Active and passive shoulder flexion test : tes ini dilakukan untuk
mengetahui keterbatasan luas gerak fleksi sendi bahu. Fleksikan kedua
sendi bahu pasien secara pasif, lalu nilai dan bandingkan derajatnya.
Setelah itu, minta pasien untuk memfleksikan sendiri kedua sendi
bahunya, lalu nilai dan bandingkan derajatnya. Pada frozen shoulder,
gerakan fleksi sendi bahu, baik aktif maupun pasif, akan mengalami
keterbatasan (kurang atau sama dengan 90o, dapat pula lebih dari 90o,
tetapi tidak dapat maksimal, tergantung pada stadium apa pasien saat
pemeriksaan).
- Drop-arm test atau moseley test : tes ini dilakukan untuk mengetahui
ada tidaknya kerusakan otot-otot serta tendon yang menyusun rotator
cuff. Pemeriksa mengabduksikan sendi bahu pasien sampai 90o, dan
meminta pasien menurunkan lengannya secara perlahan-lahan pada
sisi tersebut. Tes ini positif jika pasien tidak dapat menurunkan
lengannya perlahan-lahan (langsung jatuh) atau timbul nyeri pada saat
mencoba melakukan gerakan tersebut. Hasil positif menunjukkan
adanya kerusakan pada kompleks rotator cuff.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang laboratorium dapat menentukan faktor risiko
dan/atau penyakit dasar dari frozen shoulder, contoh: pemeriksaan gula
darah, darah lengkap, hormon tiroid, dan sebagainya.
3. Promotif-edukatif
Jelaskan mengenai apa itu frozen shoulder, serta beri pengertian bahwa
penyakit ini dapat sembuh sendiri tetapi diperlukan penanganan di bidang
rehabilitasi medik (selain obat-obatan) berupa fisioterapi dengan
modalitas, latihan luas gerak sendi dan mobilisasi untuk menghindari
komplikasi, serta mempercepat penyembuhan dan pemulihan.
- Diberikan setelah fase akut, yaitu beberapa hari (2-3 hari) setelah
dimulainya pemberian obat-obatan anti-inflamasi dan/atau terapi
dingin, dengan tujuan untuk menghindari perburukan proses
inflamasi.
- Diberikan 1 kali dalam 2 hari hingga 10-12 kali, tiap kali lamanya
kurang lebih 10 menit.
b. Terapi latihan
Codman’s pendulum exercise
Tahap awal, penderita menggunakan berat lengannya tanpa
menambahkan beban, lalu secara bertahap menggunakan dumbbells
ringan. Lengan yang terkena mengikuti gerak tubuh. Jaga punggung
lurus dan kaki selebar bahu. Gunakan gerakan tubuh untuk membuat
gerakan bahu. Latihan ini dimulai dengan lingkaran kecil secara
bertahap menjadi lingkaran besar. Lakukan 20-25 lingkaran setiap
latihan.
Towel exercise
Towel exercise biasanya dilakukan dengan gerakan internal rotasi
dalam posisi berdiri. Tangan pada bagian bahu yang sakit memegang
handuk di belakang punggung, sedangkan tangan lain memegang
handuk di depan. Tangan yang sehat menarik handuk tersebut secara
perlahan ke arah bawah depan, sedangkan tangan yang sakit harus
relaks dan mampu perlahan-lahan mengikuti gerakan ke atas dari
handuk. Ketika regangan yang nyaman dirasakan, tahan posisi
tersebut selama 10-30 detik, diulang 5-10 kali atau sampai lelah.
Gambar 10. Towel exercise (internal rotasi)
Wand exercise
Wand exercise adalah latihan pada sendi bahu dengan bantuan
tongkat. Tongkat tersebut akan digenggam oleh kedua tangan, lalu
akan dibentuk posisi tertentu sesuai dengan gerakan yang akan
dilakukan. Pada latihan ini, gerakan yang dapat dilakukan adalah
fleksi, ekstensi, internal rotasi, eksternal rotasi, abduksi, dan adduksi
sendi bahu. Wand exercise dapat dilakukan baik pasif maupun aktif,
dengan gerakan yang perlahan-lahan, dilakukan selama beberapa
siklus selama pasien dapat mentoleransi.
Gambar 13. Wand exercise
c. Manipulasi bahu
Manipulasi manual pada bahu yang terkena frozen shoulder harus
dilakukan oleh praktisi yang terampil. Tujuannya adalah untuk
membebaskan adhesi atau perlekatan secara manual, serta untuk
mengembalikan luas gerak sendi. Tetapi, manipulasi ini berisiko merobek
kapsul sendi bahu sehingga dapat menyebabkan gangguan struktur internal
ataupun pendarahan.
Gambar 14. manipulasi bahu
5. Tindakan invasif
Injeksi steroid intra-articular (seperti triamcinolone acetonide, dan
sebagainya) dapat mengurangi bahkan menghilangkan nyeri dan reaksi
inflamasi lainnya dengan cepat, sehingga dapat digunakan sebagai terapi
awal sebelum menjalankan tatalaksana lainnya. Ijeksi ini berisiko
menyebabkan ruptur dari tendon dan ligamen, sehingga penyuntikan
dilakukan maksimal 2 kali dalam setahun, dianjurkan hanya 1 kali dalam
setahun, dan tidak dianjurkan untuk injeksi ulangan bila tidak berindikasi.
6. Acupuncture
Pada terapi acupuncture, metode yang dipakai untuk frozen shoulder
melibatkan bermacam-macam pendapat tentang pemilihan titik, namun titik
yang dipilih biasanya titik lokal dan titik distal, sesuai dengan stadium
perkembangan penyakit frozen shoulder. Kebanyakan titik lokal yang dipilih
adalah yang terdapat pada atau sekitar sendi bahu yang mengalami kelainan.
Titik-titik yang dapat dipilih antara lain: Jianyu LI-15, Jianjing GB- 21,
Jianliao SJ-14, dan Jianzhen SI-19. Penjaruman titik lokal akan menyebabkan
otot-otot yang spasme mengalami relaksasi. Keadaan tersebut disebabkan
karena perbaikan sirkulasi dan berkurangnya inflamasi yang terjadi.
Titik distal yaitu titik-titik yang jauh dari pusat kelainan, tetapi terhubung
secara refleksi dengan pusat kelainan. Titik-titik distal yang dapat dipilih
antara lain: Waiguan Sj- 5, Hegu LI-4, Quchi LI-11, Yanglingquan GB-34,
Tiaokou ST-38, dan Chengsan BL-57. Pada beberapa penelitian, hanya
dengan menggunakan titik Tiaokou ST-38 ke arah Chengsan BL-57
ipsilateral dapat memberikan hasil yang baik. Pada penelitian lain yang
menggunakan titik Yanglingquan GB-34 ipsilateral, ternyata juga dapat
menangani frozen shoulder. Pada frozen shoulder yang sudah kronis, dapat
digunakan dengan metode INMAS yaitu dengan pengambilan titik-titik
homeostatik bahu [H3 (Jianjing), H8 (Tianzong), H13 (Jianwaishu), H17
(Wuyi)], titik-titik paravertebral (C4-T1), dan titik- titik simptomatik (pada
titik nyeri tekan daerah sendi bahu).
Penanganan frozen shoulder secara umum dengan pemberian obat-obatan
anti- inflamasi (NSAID) terus-menerus akan menimbulkan banyak efek
samping, demikian juga dengan penyuntikan steroid intra-artikular.
Acupuncture sebagai terapi komplementer untuk nyeri ternyata memberikan
hasil yang baik, sehingga dosis obat dapat dikurangi bahkan akhirnya dapat
dihentikan. Terapi kombinasi obat-obatan, fisioterapi dan acupuncture dapat
mempercepat penyembuhan, sehingga kualitas hidup penderita dapat segera
meningkat.
Morgan WE, Potthoff S. Managing the Frozen Shoulder. US: Walter Reed National
Military Medical Center; 2016 [diakses pada 9 Maret 2021]. Diunduh dari
http://drmorgan.info/data/documents/frozen-shoulder-
ebook.pdf
Suharto, Suriani, Leksonowati SS. Pengaruh Teknik Hold Relax terhadap Penambahan
Jarak Gerak Abduksi Sendi Bahu pada Frozen Shoulder di Ratulangi Medical Center
Makassar. Makassar, Jurusan Fisioterapi Politeknik Kesehatan Kemenkes: Buletin
Penelitian Kesehatan; 2016 [diakses pada 9 Maret 2021]; 44 (2): 103-108. Diunduh
dari http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/
BPK/article/view/5453
Sianturi GP. Studi Komparatif Injeksi dan Oral Triamcinolone Acetonide pada Sindroma
Frozen Shoulder di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Semarang, Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro; 2003 [diakses pada 9 Maret 2021]. Diunduh dari
http://eprints.undip.ac.id/12305/
AAOS. Frozen Shoulder. US: American Academy of Orthopaedic Surgeons; 2013
[diakses pada 9 Maret 2021]. Diunduh dari
http://orthoinfo.aaos.org/PDFs/A00071.pdf
Netter FH. Atlas of Human Anatomy. Ed. 5. Editor: Hansen JT, Beninger B, Brueckner
JK, Carmichael SW, granger NA, Tubbs RS. US: Saunders; 2011. hal. 407-418.
Wirawan RP, Wahyuni LK, Hamzah Z, et al. Asesmen dan Prosedur Kedokteran Fisik
dan Rehabilitasi. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik
Indonesia (PERDORSI); 2012. hal. 17-18, 29
Wolf BR. Frozen Shoulder. US: The American Orthopaedic Society for Sports Medicine;
2016 [diakses pada 9 Maret 2021]. Diunduh dari
http://www.sportsmed.org/aossmimis/STOP/Downloads/Spor
tsTips/FrozenShoul der.p
Yu Y. Adhesive capsulitis (frozen shoulder): Pathogenesis and Clinical Findings. Canada:
The Calgary Guide to Understanding Disease; 2013 [diakses pada 9 Maret 2021].
Diunduh dari http://calgaryguide.ucalgary.ca/wp-
content/uploads/image.php?img=2015/05/Adhesive-Capsulitis1.jpg
Laswati H, Andriati, Pawana A, Arfianti L.Buku Ajar Ilmu Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi. Ed. 3. Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga; 2015. hal.
39-56.
Soebadi RD, Subagyo, Wulan SMM, Putra HL, Andriati, Subadi I, et al. Pedoman
Diagnosis dan Terapi Bagian/SMF Rehabilitasi Medik. Ed. 1. Surabaya: Rumah
Sakit Umum Dokter Soetomo; 2008. hal. 12-14.
Dewi K. Akupunktur sebagai Terapi pada Frozen Shoulder. Bandung, Bagian
Akupunktur/Biologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha: JKM;
2011[diakses pada 9 Maret 2021]; 11 (1): 92-101. Diunduh dari
http://repository.maranatha.edu/3365/1/Akupunktur
%20sebagai%20Terapi%20pa da% 20Frozen%20Shoulder.pdf