Anda di halaman 1dari 12

TUGAS TEKNOLOGI PENGOLAHAN SUSU

PENGOLAHAN DAN INOVASI PRODUK ES KRIM

Disusun oleh :
1. Fatiyan Yuwinda A. (H0912050)
2. Husnawati Fatihah H. (H0912065)
3. Irma Puspita E. (H0912067)
4. Nur Aini Mahmudah (H09120)
5. Nur Azizah D. (H0912092)
6. Prilla Shinta D. (H0912101)
7. Rizka Arifani (H0912112)
8. Salis Nur Farida (H0912118)
9. Sarah Nur Adilla (H0912120)
10. Sekar Prasetyaning P. (H0912121)
11.
12.
13. ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
14. FAKULTAS PERTANIAN
15. UNIVERSITAS SEBELAS MARET
16. SURAKARTA
17. 2014
18.
19. PENGOLAHAN ES KRIM DAN INOVASI PRODUK ES KRIM
20.
A. DEFINISI PRODUK
21. Es krim merupakan makanan beku yang dibuat dari produk sapi perah
seperti krim dan sejenisnya. Menurut SNI tahun 1995, es krim didefinisikan sebagai
jenis makanan semi padat yang dibuat dengan cara pembekuan tepung es krim atau
dari campuran susu, lemak hewani maupun nabati, gula dengan atau tanpa bahan
makanan lain dan bahan makanan yang diijinkan. Tepung es krim adalah tepung yang
dibuat dari campuran susu, lemak hewani maupun nabati, gula, dengan atau tanpa
bahan makanan lain dan bahan makanan yang diijinkan untuk pembuatan es krim.
Menurut Ismunandar (2004) dalam Hartatie (2011), es krim mempunyai struktur
berupa busa yaitu gas yang terdispersi dalam cairan, yang diawetkan dengan
pendinginan sampai suhu beku. Es krim tampak sebagai wujud yang padu, tetapi bila
dilihat dengan menggunakan mikroskop akan tampak empat komponen penyusun
yaitu padatan globula lemak susu, udara yang ukurannya tidak lebih dari 0,1 mm,
kristal-kristal kecil es, dan air yang melarutkan gula, garam dan protein susu.
B. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ES KRIM
22. Pada zaman dahulu, es krim adalah makanan mewah dan hanya
dihidangkan pada acara-acara tertentu. Camilan yang memiliki tekstur lembut dengan
panduan rasa yang manis ini ternyata sudah diminati sejak zaman Romawi. Sejak
kemunculannya, es krim sudah mulai dikenal sejak zaman Romawi saat diperintah
oleh Kaisar Nero sekitar tahun 37-68 SM. Hal ini terbukti dari catatan sejarah yang
menceritakan detil sebuah pesta. Dimana pada salah satu hidangannya adalah es yang
diambil dari pegunungan dengan dihiasi buah-buahan di atasnya (Nugraha, 2013).
23. Referensi lain menyatakan bahwa yang paling awal mengenalkan es
krim dengan bentuk seperti sekarang adalah Bangsa China saat kepemimpinan Kaisar
Tang dari Dinasti Shang sekitar tahun 700 M. Kala itu, hidangan dingin ini dijadikan
persembahan bagi Kaisar Tang dimana disajikan es yang diambil dari salju yang
turun. Namun Kaisar Tang tidak segera menyantap begitu saja es yang tersedia. Dia
meminta para koki istana agar es dicampur dengan susu sapi, tepung dan sedikit kapur
barus. Adonan ini diaduk hingga membentuk krim. Mulailah dikenal di kalangan
istana es krim yaitu es yang berupa adonan beberapa bahan (Meriecy, 2013).
24. Awalnya es krim terbuat dari es salju yang dicampur lemak susu, buah-
buahan dan diberi berbagai macam adonan sehingga lembut dan nikmat. Menurut
sejumlah informasi, Marco Polo, seorang penjelajah asal Italia ini sudah menemukan
resep makanan penutup itu sejak ia berkeliling di Negeri Tirai Bambu. Disebutkan
pula, Marco Polo juga yang membawa resep membuat es krim itu ke Eropa, terutama
Italia. Kemudian, es krim pertama kali ditemukan di Italia pada abad ke-17 Masehi
atau sekitar tahun 1688, dan semakin populer pada abad ke-18 (1744) (Meriecy,
2013). Berbeda dengan resep awal, es krim Italia dikombinasikan dengan sirup dan
campuran es. Es krim ala Italiano inilah yang kemudian dinikmati oleh kaum
bangsawan Eropa dan menyebar ke seluruh dunia.
25. Dengan rasanya yang khas, es krim ini cepat sekali menyebar ke
seantero Eropa. Mulai dari Italia ke Prancis, Amerika, Afrika, hingga kembali lagi ke
Asia. Setiap negara memiliki kekhasannya masing-masing. Di Eropa, khususnya
Prancis, es krim disana menggunakan campuran kuning telur. Ia kemudian disebut
dengan es krim ala Prancis. Masuk ke wilayah Amerika, orang mengenal dengan ala
Philadelpia, karena es krim di sana dibuat bersama putih telur. Selanjutnya, untuk
menambahkan rasa yang lebih nyaman lagi, es krim dicampur dengan vanili. Sebutan
ice cream berasal dari para kolonis Amerika, berasal dari fase iced cream. Es krim
baru populer di Amerika pada abad ke-19, seiring dengan penemuan mesin pembuat
es krim. Di Indonesia sendiri, es krim dibawa oleh Belanda. Ice Cream Saloon adalah
es krim pertama yang hanya bisa dinikmati di kota besar seperti Jakarta, Bogor,
Bandung, Malang dan Surabaya. Saat itu es krim merupakan barang mewah dan
mahal, kebanyakan hanya orang Belanda saja yang menikmatinya.
26. Terobosan besar dalam pembuatan es krim menjadi adonan dasar yang
kita kenal sekarang, terjadi ketika adonan es dicampur dengan garam. Hal ini
berfungsi untuk menurunkan, sekaligus mengontrol temperatur adonan. Terobosan ini
diperkuat dengan ditemukannya freezer yang terbuat dari ember kayu dengan pedal
pemutar. Seiring perjalanannya, secara resmi es krim dihidangkan oleh Gubernur
Bladen yang memimpin negara bagian Maryland pada tahun 1700. Kemudian tahun
1776, kios es krim pertama di dunia dibuka di New York City. Seorang pembuat es
krim, Dolly Madison kemudian membuat sensasi dengan menghidangkan es krim
sebagai hidangan penutup di Gedung Putih. Pabrik es krim yang dikelola secara
komersial pertama kali berdiri tahun 1851 di Baltimore, Maryland, Amerika Serikat
atas kepemilikan Jacob Fussell. Setelah itu, es krim dijual keliling menggunakan roda
dorong. Orang pertama di dunia yang menjual es krim dengan roda dorong ini
bernama Italo Marchiony. Ia menjual es krim keliling Wall Street dengan wadah
corong yang bisa dimakan. Es krim dengan wadah ini ia patenkan pada tahun 1903,
yang sekarang kita kenal sebagai ice cream cone. Dalam perkembangannya, banyak
campuran bahan yang digunakan untuk membuat es krim dengan rasa yang unik dan
khas. Semuanya dimaksudkan untuk memberikan sentuhan rasa yang lebih nikmat.
C. KOMPOSISI ES KRIM
27. Komposisi es krim sangat beraneka ragam formulasinya. Beberapa
negara mempunyai standard tertentu dalam komposisi dan formulasi es krim.
Standard es krim yang berlaku di Indonesia ditetapkan oleh SNI 01-3713-1995 seperti
yang tercantum pada Tabel 1. berikut:
28. Tabel 1. Standard Mutu Es Krim
29. 30. Kriteria Uji 31. Satua 32. Persyaratan
N n

33. 34.Keadaan: 35. 36.


1 1.1 Penampakan 37. Normal
1.2 Bau 38. Normal
1.3 Rasa 39. Normal
40. 41. Lemak 42. % 43. Minimum 5.0
2 b/b
44. 45. Gula dihitung sebagai 46. % 47. Minimum 8.0
3 sukrosa b/b
48. 49. Protein 50. % 51. Minimum 2.7
4 b/b
52. 53. Jumlah padatan 54. % 55. Minimum 34
5 b/b
56. 57. Bahan tambahan 61. 63.
6 makanan 62. 64. Sesuai SNI 01-0222-
58. 6.1 Pewarna tambahan 1995
59. 6.2 Pemanis buatan 65. Negatif
60. 6.3 Pemantap dan 66. Sesuai SNI 01-0222-
pengemulsi 1995
67. 68. Cemaran logam: 71. 74. Maks. 20.0
7 69. 7.1 Timbal (Pb) 72. mg/k 75. Maks. 1.0
70. 7.2 Tembaga (Cu) g 76. Maks. 20.0
73. mg/k
g
77. 78. Cemaran Arsen (As) 79. mg/k 80. Maks. 0.5
8 g
81. 82. Cemaran mikroba 87. 92.
93.
9 83. 9.1 Angka lempeng 88. Kolo Maks. 2x105
total ni/g 94. < 3
84. 9.2 MPN Coliform 89. APM 95. Negatif
85. 9.3 Salmonella /g 96. Negatif
86. 9.4 Kapang 90. Kolo
ni/25
g
91. Kolo
ni/25
g
97. Sumber: SNI 01-3713-1995
98. Menurut Dewanti (2013), kandungan gizi dalam 100 g es krim yaitu
210 kkal energi, 4 g protein, 12,5 g lemak, 20,6 g karbohidrat. Menurut Anggraeni
(2004), manfaat dari ice cream jika dikonsumsi antara lain :
a. Kaya kalsium untuk memperkuat tulang dan menaikkan energi tubuh.
b. Kaya vitamin (A, D, K dan B12)
99.Vitamin A baik untuk kesehatan mata, vitamin D menyerap kalsium dan nutrisi
dari makanan dan menyimpannya di ginjal. Vitamin K meningkatkan aliran darah
dalam tubuh dan membuka sel darah yang tersumbat. Vitamin B 12 meningkatkan
memori dan sistem saraf.
c. Mengandung protein untuk membangun dan memperbaiki jaringan otot.
100. Kualitas es krim tidak hanya dinilai dari cita rasanya yang enak, tetapi
juga dinilai dari segi tekstur. Kandungan lemak dan gula dapat memperbaiki tekstur es
krim sehingga akan dihasilkan tekstur yang creamy dan melty saat berada di mulut
sehingga banyak disukai. Kandungan lemak yang tinggi yaitu sekitar 8-20% dan gula
13-20% merupakan sumber energi terbesar pada es krim. Pengurangan lemak pada es
krim low fat dapat mempengaruhi tekstur es krim yang dihasilkan.
D. JENIS-JENIS ES KRIM
101. Es krim yang berada di pasaran sangat banyak jenis dan macamnya.
Beberapa industri pengolahan es krim mengklasifikasikan produk es krimnya menjadi
beberapa kelas atau tingkatan, yaitu economy brands, standard brands, premium
brands, dan super premium brands. Perbedaan keempat jenis ini dapat dilihat pada
Tabel 2.
102. Tabel 2. Pembagian Es Krim Berdasarkan Jenis di Pasaran
103. 104. 105. 106. 107.
Karakteri Economy Standard Premium Super
stik Brand Brand Brand Premi
s s s um
Brand
s
108. 109. 110. 111. 112.
Kandung Min 10% 10-12% 12-15% 15-18%
an
Lema
k
113. 114. 115. 116. 117.
Total Min 36% 36-38% 38-40% >40%
Solid
118. 119. 120. 121. 122.
Overrun Maks 100-120% 60-90% 25-50%
120%
123. 124. 125. 126. 127.
Biaya Rendah Menengah Mahal Tinggi
128. Sumber: Goff & Hartel (2013).
129. Sedangkan berdasarkan komposisinya dan prosentase bahan
penyusunnya, es krim dibedakan menjadi lima jenis, yaitu dessert ice, ice cream, milk
ice, sherbet, dan water ice. Perbedaan komposisi dari kelima jenis es ini dapat dilihat
pada Tabel 3
130. Tabel 3. Pembagian Es Krim Berdasarkan Komposisi (dalam persen)
131. 132. 133. 134. 135.
Jenis Le M G Ove
r
r
u
n
136. 137. 138. 139. 140.
Dessert 15 10 1 110
ice
141. 142. 143. 144. 145.
Ice 10 11 1 100
cre
am
146. 147. 148. 149. 150.
Milk 4 12 1 85
ice
151. 152. 153. 154. 155.
Sherbe 2 4 2 50
t
156. 157. 158. 159. 160.
Water 0 0 2 0
ice
161. Sumber: Saleh (2004)
162. Adapun Arbuckle dalam Masykuri (2002) juga mengklasifikasikan es krim
berdasarkan bahan penyusunnya, yaitu plain, custard, dan composite ice cream
a. Plain Ice Cream
163. Es krim plain ini tidak terlihat partikel-partikel dari material aroma.
Kandungan lemak susu dalam es krim plain minimal 10 % dan bahan padat dari
susu minimal 20 %. Es krim ini bisa dibuat dengan telur atau tanpa telur. Volume
zat aroma dan zat warna yang terkandung dalam es krim ini kurang dari 5 %.
b. Custard Ice Cream
164. Formulasi custard ice cream sama seperti seperti es krim pada
umumnya, namun yang membedakan adalah prosentase telur yang ditambahkan.
Es krim ini mengandung kuning telur lebih dari 1,4 %. Kandungan lemak susu
dalam es krim ini minimal 10 % dan bahan padat dari susu minimal 20 %. Es krim
jenis ini bisa ditambahkan buah-buahan maupun kue-kue.
c. Composite Ice Cream
165. Jenis es krim ini mengandung bahan-bahan aroma dan pewarna
melebihi 5 %, sehingga bahan aroma dalam es krim ini dapat terlihat partikelnya.
Pembuatan es krim ini bisa dengan atau tanpa penambahan telur. Kandungan
lemak susu dalam es krim ini minimal 8 % dan bahan padat dari susu minimal 16
%.
166. Perbedaan kenampakan ketiga jenis es krim ini dapat dilihat pada
Tabel 4 berikut:
167. Tabel 4. Perbedaan kenampakan es krim plain, custard, dan composite
168. Jenis 169. Plain 170. Custard 171. Composite
es krim
172. Gam 173. 174. 175.
bar

176. Sumber: Arbuckle dalam Masykuri (2002)


E. PROSES PEMBUATAN ES KRIM
177. Proses pembuatan es krim menurut Buckle (1987) dalam Fitriani
(2011) meliputi beberapa tahap:
1. Pencampuran
178. Bahan-bahan cair ditimbang dalam bejana pencampur, dipanaskan
dahulu sampai kira-kira 40o-50oC dimana bahan-bahan kering seperti gula dan
bahan penstabil ditambahkan dan dicampurkan supaya larut dengan baik.
2. Pasteurisasi
179. Pasteurisasi campuran es krim bertujuan untuk membunuh
mikroorganisme patogen, melarutkan bahan kering, dan meningkatkan cita rasa.
Selama proses pasteurisasi adonan harus selalu diaduk.
3. Homogenisasi
180. Sementara campuran masih panas, campuran dibuat homogen untuk
mengurangi waktu yang diperlukan bagi ”pematangan” ccampuran itu dan
untuk mengatur kekentalan sehingga dapat memperbaiki tekstur dan massa es
krim. Cmapuran ini kemudian didinginkan sampai kira-kira 4oC dan bahan-
bahan flavor ditambahkan.
4. Pembekuan dan pembuihan
181. Pembekuan dan pembuihan memberikan pengaruh penting pada
tekstur es krim yang mengeras. Teknik pembekuan dilakukan sesuai dengan alat
pembekuan, tujuannya adalah embekukan sampai suhu terendah, secepat
mungkin, dan mendapatkan kelebihan yang cukup, yakni naiknya volume es
krim (100-120%) selama pembekuan karena penyatuan gelmbung udara yang
halus dalam proses pembuihan. Kandungan lemak dan agar-agar cenderung
untuk membatasi jumlah udara yang dapat disatukan, sedangkan bahan padat
susu bukan lemak mempunyai pengaruh yang berlawanan. Pembekuan dan
pembuihan dilakukan menggunakan sistem batch atau proes yang terus
menerus, keduanya dilakukan pada suhu rendah yaitu -10 oC. pembekuan harus
dilakukan secepat mungkin supaya tidak terbentuk kristal es yang besar yang
akan mengakibatkan tekstur yang kurang bermutu.
F. KERUSAKAN PADA ES KRIM
182. Parameter dalam penilaian kualitas es krim meliputi segi flavor, body
and texture, bakteria, color and package, serta melting quality (Saleh, 2004).
1. Kerusakan flavor
a. Bila terdapat rasa yang tidak diinginkan atau rasa tidak alamiah misalnya
menggunakan rasa/aroma buatan tidak sama dengan rasa/aroma yang asli.
b. Menggunakan terlalu tinggi persentase sirup jagung yang mana cenderung
menutupi flavor.
c. Bila es krim terasa asam terjadi karena menggunakan bahan yang asam atau
karena terbentuknya asam laktat dalam adonan.
d. Rasa es krim yang tidak enak, berasal dari alat dan susu dari peternakan atau
bahan pembuat es krim yang sudah lama.
e. Rasa asin yang disebabkan terlalu tinggi persentase MSNF atau
menggunakan mentega yang mengandung garam. Kandungan garam es krim
tidak boleh melebihi 0,1% dari adonan. Rasa asin mempertegas rasa pada es
krim.
f. Terlalu manis akibat kelebihan gula. Gula tidak boleh melebihi15%.
g. Bau akibat penyimpanan yang terlalu lama, yaitu bau kardus, bau buah atau
bau kacang yang apak pada es krim.
h. Oxidized flavor terjadi bila adonan es krim atau bahannya bersentuhan
langsung dengan aluminium teroksidasi seperti copper atau dengan sinar
matahari.
i. Bau akibat pemanasan yaitu bau gosong, bila terlalu lama dimasak atau
kurang pengadukan selama pemanasan.
2. Kerusakan penampilan dan tekstur (Body and texture defecti)
183. Kerusakan body pada ice cream berhubungan dengan ketahanan untuk
mencair bila es krim dikonsumsi. Hal ini tergantung dari komposisi adonan dan
jumlah udara selama pembekuan. Texture dapat dijelaskan adalah kehalusan pada
lidah bila es krim dikonsumsi. Body defects dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
a. Encer (weak) atau ada benang halus (fluffy)
b. Lembek (soggy), tetapi ini bukan merupakan kerusakan yang serius karena
konsumen lebih suka body berat dengan overrun rendah.
c. Bergetah (gummy)
d. Rapuh/mudah hancur (crumbly), hal ini disebabkan kandungan gula rendah.
184. Tekstur kasar pada es krim merupakan kerusakan yang sangat
serius, hal ini disebabkan oleh:
a. Stabilisasi tidak benar
b. Homogenisasi tidak benar
c. Pembekuan lambat dengan membiarkan es krim menunggu lama sebelum
dimasukkan ke freezer, fluktuasi suhu pada retail cabinet dan freezer di
rumah
3. Kerusakan Bakteri
185. Kerusakan es krim dapat disebabkan oleh bakteri, terutama bakteri
psikrofilik yang mempunyai suhu optimum pertumbuhan 5-150C dan suhu
minimum -5 – 00C. Bakteri-bakteri ini sering tumbuh pada makanan yang
disimpan pada suhu rendah atau lemari es. Bakteri jenis psikrofilik jika terdapat
dalam jumlah yang tinggi pada makanan maka akan menyebabkan perubahan bau
maupun perubahan penampakan dari produk tersebut. Meskipun, es krim dalam
keadaan beku, namun jika penanganannya tidak higienis akan tetap berisiko
terhadap penyebaran bakteri (Arbuckle and Marshall, 2000).
G. INOVASI PRODUK ES KRIM
1. Es krim low fat dengan penambahan inulin (es krim prebiotik)
186. Dilihat dari komposisinya, es krim merupakan produk yang
tinggi kandungan lemak dan gulanya sehingga es krim termasuk dalam produk
yang tinggi kalori dan sering dikaitkan dengan penyebab obesitas. Daya tarik
low-fat es krim sangat terbatas karena kualitas low-fat es krim tidak sama dengan
es krim biasa. Pengurangan kandungan lemak dan gula mengakibatkan hilangnya
tekstur creamy yang khas dimiliki oleh es krim (Anggraeni, 2004). Tantangan
dalam pembuatan low-fat es krim adalah mengurangi kandungan lemak dan gula
tetapi tetap mempertahankan karakteristik khas es krim, seperti rasa manis,
tekstur creamy dan proses pelelehan es krim dalam mulut yang berlangsung
secara homogen. Salah satu inovasi yang dilakukan untuk membuat es krim low
fat adalah dengan menggunakan bahan tambahan inulin dalam formulasi es krim.
187. Inulin termasuk karbohidrat dengan panjang rantai 2-60 unit.
Inulin rantai panjang (22-60 unit) bersifat kurang larut dan lebih kental sehingga
dapat digunakan sebagai pengganti lemak. Daya ikatnya terhadap air dapat
membantu memodifikasi tekstur pada es krim. Inulin membentuk mikrokristal
apabila dilarutkan dengan air atau susu. Mikrokristal ini tidak dapat dirasakan
mulut, tetapi dapat mempengaruhi pembentukan tekstur yang halus dan creamy,
serta terasa seperti lemak saat dikunyah di mulut. Menurut (Anggraeni, 2004)
manfaat aplikasi inulin pada es krim adalah: 1) menghasilkan produk yang rendah
kalori, 2) memperbaiki stabilitas panas, karena inulin mampu menjaga kristal es
supaya tetap berukuran kecil setelah menjalani proses heat shock, 3) ketika
dikunyah di mulut, inulin terasa seperti lemak, dan 4) es krim yang mengandung
inulin akan meleleh secara homogen dimulut. Dengan cara mengganti lemak
dengan inulin pada es krim low fat, produk tersebut dapat dikatakan sebagai es
krim rendah lemak prebiotik.
2. Es krim dengan bakteri probiotik (es krim probiotik)
188. Es krim probiotik merupakan es krim yang mengandung bakteri
hidup yang dapat berkembang biak sebagai probiotik. Es krim probiotik dibuat
dengan memfermentasikan campuran es krim dengan strain probiotik yang
kemudian dibekukan. Prinsip pembuatan es krim probiotik sama dengan es krim
pada umumnya, yaitu pembentukan rongga udara pada campuran bahan es krim
atau Ice Cream Mix sehingga diperoleh pengembangan volume yang membuat es
krim menjadi lebih ringan, tidak terlalu padat, dan mempunyai tekstur yang
lembut. Kemudian hasil yang didapatkan diinokulasi dengan strain probiotik
untuk selanjutnya melalui proses fermentasi selama penyimpanan. Menurut Sia
(2014), penambahan susu fermentasi pada level 2% mengasilkan produk es krim
dengan kualitas paling baik. Cara pembuatan es krim probiotik dapat dilihat pada
Gambar 1 berikut:
189.
190. Gambar 1. Diagram alir pembuatan es krim probiotik.
191.

192. DAFTAR PUSTAKA

193.
194. Anggraeni, Andian Ari. 2004. Aplikasi Inulin pada Low Fat ice Cream sebagai
Diversifikasi Pangan Prebiotik. Jurnal Teknik Boga Fakultas teknik Universitas
Negeri Yogyakarta.
195. Arbuckle W.S, dan Marshall R.T. 2000. Ice Cream. 5th ed. Maryland: Chapman and
Hall.
196. Dewanti, Fanny Karina. 2013. Substitusi Inulin Umbi Gembili (Dioscorea Esculenta)
Pada Produk Es Krim Sebagai Alternatif Produk Makanan Tinggi Serat Dan Rendah
Lemak. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro,
Semarang.
197. Goff, H. Doudlas and Richard W. Hartel. 2013. Ice Cream Seventh Edition. Springer
New York Heidelberg ISBN 978-1-4614-6095-4.
198. Hartatie, Endang Sri. 2011. Kajian Formulasi (Bahan Baku, Bahan Pemantap) dan
Metode Pembuatan terhadap Kualitas Es Krim. Jurnal GAMMA, Volume 7, Nomor 1,
September 2011: 20 – 26.
199. Masykuri. 2002. Teknologi Pembuatan Es Krim. Fakultas Peternakan, Universitas
Diponegoro. Semarang.
200. Meriecy, Ery. 2013. Sejarah Es Krim di Dunia, Indonesia, dan Dunia.
http://eryim13.blogspot.com/2013/02/sejarah-es-krim-di-dunia-indonesia-dan.html
diakses pada tanggal 4 April 2015 pukul 18.52 WIB.
201. Nugraha, Andi. 2013. Sejarah Singkat Es Krim. http://www.tau-
sejarah.blogspot.com/2013/02/sejarah-singkat-es-krim.html diakses pada tanggal 4
April 2015 pukul 18.56 WIB.
202. Saleh, Eniza. 2004. Teknologi Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Jurnal Sains
Terapan, Universitas Sumatera Utara.
203. Sia, Rosita. 2014. Skripsi Kualitas Es Krim Probiotik dengan Level Penambahan
Susu yang Difermentasi Lactobacillus casei pada Lama Penyimpanan yang Berbeda.
Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Makassar.
204. SNI 01-3713-1995.
205. SNI 01-0222-1995.

Anda mungkin juga menyukai