Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

WAWANCARA USAHA REKREASI COFFEE

Disusun Oleh :

Nama : Ria Agselia L. Sango

Nim : 22030037

Mata Kuliah : Manajemen Pajak

Dosen Pengampu : Ibu Ririn Parmita, SE.,MM

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MENAJEMEN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PANCA BHAKTI

2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami
sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini. 
DAFTAR ISI

Kata pengantar……………………………………………………………………………….i

Daftar isi……………………………………………………………………………………..ii

Bab I Pendahuluan……………………………………………………………………..……iii

1.1. Latar
belakang…………………………………………………………………...….iii
1.2. Rumusan
Masalah………………………………………………………………..…iii
1.3. Tujuan
Penelitian…………………………………………………………………...iii

Bab II Pembahasan………………………………………………………………………….iv

2.1. Pedoman Wawancara…….


…………………………………………………….......iv
2.2. Hasil Wawancara dengan Pemilik Usaha Rekreasi
Coffee…………………….......v
2.3. Kaitan materi pajak dengan Usaha Rekreasi
Coffee……………………………….x
2.4. Dokmentasi……………………………………………………………………
…..xviii
2.5. Kartu
Ujian…………………………………………………………………………xx

Bab III Penutup……………………………………………………………….…………….xxi

Kesimpulan………………………………………………………………………………xxi

Saran………………………………………………………………………………………xxi

Daftar Pustaka…………………………………………………………………………….xxii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Objek Pajak Penghasilan adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan  ekonomis yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,
yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan,
dengan nama dan dalam bentuk apa pun.

Namun demikian, terdapat beberapa jenis penghasilan yang bukan merupakan Objek Pajak
Penghasilan, di antaranya adalah:

1. a. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat dan sumbangan keagamaan lainnya yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah; dan
b. harta hibahan yang  ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan;
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di
antara pihak-pihak yang bersangkutan;

2. warisan;

3. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa dalam  bentuk  natura 
dan/atau kenikmatan  dari  Wajib  Pajak  atau Pemerintah, apabila diberikan oleh bukan
Wajib Pajak atau Wajib Pajak tertentu akan menjadi Penghasilan); dan

4. Penghasilan lain sebagaimana tertera dalam Undang-undang Pajak Penghasilan.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimanakah penerapan pajak Penghasilan dalam usaha sebagai upaya mengetahui besaran
pajak yang akan di bayarkan setiap pelaku usaha, dengan melihat kaitan teori tentang pajak dengan
pelaku usaha tersebut.

1.3. Tujuan penelitian

Tujuan pokok dari penelitian ini, untuk mengetahui besaran pajak yang di bayarkan oleh pelaku
usaha tersebut.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pedoman Wawancara

Narasumber : Pemilik An Muhammad Rezky Amanah


Alamat : Yojokodi No. 10 Kota palu, Sulawesi tengah
Tanggal Wawancara : Jumat, 3 Desember 2021

A. Profil Usaha
1. Siapa pendiri usaha ?
2. Tahun berapa usaha ini didirikan?
3. Penghasilan kisaran perhari, Perbulan dan pertahun?
4. Apa yang menginspirasi pemilik usaha hingga mendirikan usaha tsb?
5. Siapa saja yang ikut andil dalam perkembangan usaha?

B. Stategi
1. Ketika usaha ini pertama kali didirikan, bagaimana upaya untuk memperkelkan usaha
ini kepada masyarakat/konsumen?
2. Bagaimana perkembangan usaha café rekreasi ini?
3. Bagaimana cara pelaku usaha agar tetap bertahan di era sekarang dengan banyaknya
pesaing yang serupa ?
4. Dari segi produk yang di jual, apa yang menyakinkan usaha ini dapat bersaing dengan
pesaing yang serupa?

C. Inovasi
1. Inovasi apa yang di lakukan usaha ini untuk tetap bertahan?
2. Seberapa banyak inovasi yang sudah di lakukan pelaku usaha?
3. Apa saja produk yang di jual?
4. Dengan perkembangan teknologi apakah tertarik atau sudah menggunakan mesin
produksi?

D. Produk
1. Apakah dari produk yang di buat ada perbedaan khusus dengan pesaing yang lain?
2. Apa saja produk andala usaha inia, sehingga bisa bertahan sampai saat ini?
3. Apa saja proses pembuatan produk untuk mempertahankan kualitas rasa?
4. Apa saja yang diakibatkan jika inovasi produk yang di jual di pasaran tidak
maksimal?

E. Pajak penghasilan

1. Apakah pemilik usaha mengetahui tentang pajak Penghasilan?


2. Apakah pemilik sudah membayar pajak?
3. Berapa besaran pajak yang di bayar?
4. Kaitan Teori dengan Materi Perpajakkan?

F. Pedoman Obervasi

Obsevasi atau pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini, yakni melakukan
pengamatan tetntang gambaran pemilik usaha, meliputi
1. Mengamati lokasi keadaan Usaha
a. Dapur Produksi
b. Tempat Pembuatan Minuman
c. Tempat Pembuatan Makanan
d. Tempat Nongkrong Konsumen Untuk menikmati Makanan dan Minuman
e. Situasi Pada Waktu konsumen membeli

2.2. Hasil Wawancara dengan Pemilik Usaha Rekreasi Coffee

Narasumber : Muhammad Rezky Amanah

Hari/tanggal :Jumat, 03 Desember 2021

Pukul : 21.20 WITA

Tempat. : Rekreasi Coffeshop, jalan Yojokodi No.10 Palu.


Keterangan :

P : Peneliti

I : Informan

Pertanyaan yang di ajukan sesuai dengan jawaban informan, namun tetap menggunakan
instrument wawancara.

Berikut hasil wawancara dengan Muhammad Rezky Amanah yang merupakan pemilik
sekaligus pendiri dari Rekreasi Coffeeshop.

P : Siapa pendiri usaha ?

I : Saya sendiri, Muhammad Rezky Amanah.

P : Tahun berapa usaha ini didirikan?

I : Februari 2019

P : Berapakah Penghasilan kisaran perhari, perbulan, dan pertahun?

I : perhari, 1.000.000 Perbulan 24.000.000 dan pertahun 288.000.000, Pembelian

bahan baku per 3 hari atau 7 hari.

P : Apa yang menginspirasi pemilik usaha hingga mendirikan usaha ini?

I : Tidak setujuh atau menolak tentang kampanye calon presiden mengenai

pembukaa lapangan kerja untuk seluruh masyarakat Indonesia tentang peberian

lapangan kerja untuk seluruh masyarakat Indonesia dinilai tidak efektif, basis

keilmuan tentang ekonomi, pengaruh internal, Kebebsan dalam mengatur jam kerja.

P : Siapa saja yang ikut andil dalam perkembangan usaha?

I : sahrul, sukardi, nino, Lingkup besar organisasi dan keluarga.


P : Ketika usaha ini pertama kali didirikan, bagaimana upaya untuk memperkelkan

usaha ini kepada masyarakat/konsumen?

I : mengkampanyekan produk local ke masyarakat , efek yang saya rasakan setelah

mengkampenyekan produk local yaitu melihat bahwa orang-orang orang menomor

2kan tentang rasa dari produk ini dan lebih memilih empati untuk produk local, dalam

hal ini saya lihat bahwa orang-orang ingin agar bagaimana caranya produk lokal

tersebut bisa berkembang di masyarakat tanpa menggunakan produk luar.

P : Bagaimana perkembangan usaha café rekreasi ini?

I : 2019 adalah tahun dimana awal mulanya coffeshop ini berdiri dengan Nama Mr.A

coffee masih dalam bentuk bentuk box 2x2 meter, di salah 1 pelataran fakultas

ekonomi, universitas Tadulako. Setelah itu berlangsung selama Jalan 7 bulan sdan

upaya untuk melobi dekanat fakultas di bagain smoking Area. Disinilah hal yang

mendukung untuk melakukan perkembangan. Di 2020 kita buka cabang di jalan

tombolotutu, Pada tahun 2020 maret – juni dan kami sempat tutup dari bulan juli

seterusnya, dan mulai buka Kembali di bulan desember tahun 2020 akhirnya kami

Pindah di jalan yojokodi dan Mengubah Nama menjadi Rekreasi.

P : Bagaimana cara pelaku usaha agar tetap bertahan di era sekarang dengan

banyaknya pesaing yang serupa?

I : kami selalu mengutamakan Kampanye produk lokal, Memanfaat teknologi digital

yang sangat canggih di zaman ini, seperti memposting di akun social media kami

untuk menarik perhatian konsumen , kami juga memperlajari hal-hal marketing dalam

penjualan, dan yang paling utama yaitu pertemanan.

P : Dari segi produk yang di jual, apa yang menyakinkan usaha ini dapat bersaing

dengan pesaing yang serupa?


I : yang meyakinkan saya usaha ini dapat bersaing dengan pesaing yang serupa yaitu

meningkatkan kualitas dari produk yang kami jualkan, seperti melakukan evaluasi

setiap minggunya. Untuk melihat apa yang menjadi kekurangan dan kelebihan

disetiap produk yang kami jualkan.

P : Inovasi apa yang di lakukan usaha ini untuk tetap bertahan?

I : seperti yang saya bilang tadi , bahwa kami mempertahankan cita rasa dalam setiap

produk yang kami jualkan.

P : Seberapa banyak inovasi yang sudah di lakukan pelaku usaha,?

I : Spekulasi menu, bagian penamaan produk yang limited agar menadakan kopi

tersebut khas dari rekreasi coffeeshop, serta meningkatkan pengemasan yang lebih

mudah digunakan bagi konsumen.

P : Apa saja produk yang di jual?

I : kami menjual berbagai macam makanan dan minuman, dan juga menyediakan

tempat konsumen untuk bersantai, dan juga menyediakan meeting room untuk

konsumen yang ingin melakukan rapat diluar kantor.

P : Apakah dari produk yang di buat ada perbedaan khusus dengan pesaing yang lain?

I : mungkin untuk ukuran café atau coffeeshop yang ada di palu sendiri, produk yang

kami jualkan sama seperti menjual minuman kopi dan minuman non kopi, kami juga

menjual makan ringan dan berat. Tapi untuk varian menu sendiri kami menyiapkan

resep yang kami buat sendiri. Dan resep-resep itulah yang membedakan penjualan

dari menu kami dengan pesaing yang serupa.

P : Apa saja produk andalan usaha ini, sehingga bisa bertahan sampai saat ini?
I : tentu saja produk Kopi, upaya untuk mengkampanyekan kopi hasil produk lokal,

untuk melestariakan produk lokal. Tapi tidak menutup kemunginan kami tetap

menjual minuman non kopi bagi konsumen yang tidak suka minum kopi.

P : Apa saja proses pembuatan produk untuk mempertahankan kualitas rasa?

I : kami melakukan evaluasi dengan cara melihat tingkatan penjuan perminggu apa

yang banyak laku terjual dan yang tidak banyak terjual. Dari situ bisa dilihat apakah

lebih banyak penikman kopi maupun non kopi.

P : Apakah pemilik usaha mengetahui tentang pajak Penghasilan?

I : ya, tau tentang pajak.

P : Apakah Pemilik Usaha ini sudah membayar pajak?

I : iya sudah membayar pajak.

P : Kalau boleh tahu berapa besar biaya pajak yang dibayarkan pemilik usaha ini?

I : Untuk usaha seperti in ikan masuk ukm/umkm pajaknya sebesar 0,5%, karna rata-

rata penghasilan perbulan itu Rp. 24.000.000 jadi kalau di jumlahkan sekitar

Rp.120.000 perbulan.

P : lalu untuk pembayarannya sendiri, siapa yang menyetor uang pajakknya?

I : yaaa, karna saya Lumayan sibuk jadi kelurga yang menyetor uang pajaknya.

P : ohiya, kalu dilihat memang tempat ini di kebanyakan anak sekolah dan anak

kampus yah?

I : iya, maka dari itu kami dengan kempampuan kami mencoba memberikan tempat

ternyaman untuk merekabersantai ataupun diskusi. Tapi tetap dengan memberikan

harga menu yang wajar agar mereka tidak merasa terbebani dengan harga yang ada.

P : ohiya, sepertinya untuk saat ini pertanyaannya sampai sini saja, erima kasih untuk

waktu dan kesempatannya ya.

I : ohiya sama-sama, nanti jalan-jalan ke tempat ini lagi ya.


2.3 Kaitan Materi Manajemen Pajak dengan hasil wawancara usaha.

Kaitan Materi Manajemen Pajak dengan hasil wawancara yang saya dapatkan yaitu
pada materi Tax Planning PPh Pasal 21 Petemuan 11. Dimana Setiap orang pribadi yang
menerima penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lainnya,
wajib dipotong pajak oleh pemberi imbalan. Pajak yang dimaksud merupakan Pajak
Penghasilan Pasal 21 atau PPh 21. Pengertian PPh 21 tersebut berdasarkan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2015.

2.3.1. Pasal 21 Pajak Penghasilan (Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008)


PPh 21 adalah pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau
kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
orang pribadi dalam negeri yang wajib dilakukan oleh:

A. Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran
lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai atau
bukan pegawai.
Pemberi kerja yang wajib melakukan pemotongan pajak adalah orang pribadi ataupun
badan yang merupakan induk, cabang, perwakilan, atau unit perusahaan yang membayar atau
terutang gaji, upah, tunjangan, honorarium, dan pembayaran lain dengan nama apa pun
kepada pengurus, pegawai atau bukan pegawai sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan.
 
Pemberi kerja termasuk juga organisasi internasional yang tidak dikecualikan dari kewajiban
memotong pajak. Yang dimaksud dengan “pembayaran lain” adalah pembayaran dengan
nama apa pun selain gaji, upah, tunjangan, honorarium, dan pembayaran lain, seperti bonus,
gratifikasi, dan tantiem.
Yang dimaksud dengan “bukan pegawai” adalah orang pribadi yang menerima atau
memperoleh penghasilan dari pemberi kerja sehubungan dengan ikatan kerja tidak tetap,
misalnya artis yang menerima atau memperoleh honorarium dari pemberi kerja.
 
Tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang wajib melakukan pemotongan pajak adalah
kantor perwakilan negara asing dan organisasi-organisasi internasional.
 
B. Bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan. 
Bendahara pemerintah termasuk bendahara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga negara lainnya, dan Kedutaan Besar
Republik Indonesia di luar negeri yang membayar gaji, upah, tunjangan, honorarium, dan
pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan. Yang termasuk juga
dalam pengertian bendahara adalah pemegang kas dan pejabat lain yang menjalankan fungsi
yang sama.
 
C. Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan pembayaran
lain dengan nama apa pun dalam rangka pensiun.
Yang termasuk “badan lain”, misalnya, adalah badan penyelenggara jaminan sosial
tenaga kerja yang membayarkan uang pensiun, tunjangan hari tua, tabungan hari tua, dan
pembayaran lain yang sejenis dengan nama apa pun.
 
Yang termasuk dalam pengertian uang pensiun atau pembayaran lain adalah tunjangan-
tunjangan baik yang dibayarkan secara berkala ataupun tidak yang dibayarkan kepada
penerima pensiun, penerima tunjangan hari tua, dan penerima tabungan hari tua.

D. Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan


sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas.
  Yang termasuk dalam pengertian badan adalah organisasi internasional yang tidak
dikecualikan. Yang termasuk tenaga ahli orang pribadi, misalnya, adalah dokter, pengacara,
dan akuntan, yang melakukan pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan atas namanya sendiri,
bukan untuk dan atas nama persekutuannya.
Sesuai dengan kelaziman internasional, kantor perwakilan negara asing beserta pejabat-
pejabat perwakilan diplomatik, konsulat dan pejabat-pejabat lainnya, dikecualikan sebagai
subjek pajak di tempat mereka mewakili negaranya.
 
Pengecualian sebagai subjek pajak bagi pejabat-pejabat tersebut tidak berlaku apabila mereka
memperoleh penghasilan lain di luar jabatannya atau mereka adalah Warga Negara Indonesia.
Dengan demikian apabila pejabat perwakilan suatu negara asing memperoleh penghasilan
lain di Indonesia di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut, maka ia termasuk subjek pajak
yang dapat dikenai pajak atas penghasilan lain tersebut.
 
E. Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan
pelaksanaan suatu kegiatan.
  Penyelenggara kegiatan wajib memotong pajak atas pembayaran hadiah atau
penghargaan dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi
dalam negeri berkenaan dengan suatu kegiatan. Dalam pengertian penyelenggara kegiatan
termasuk antara lain badan, badan pemerintah, organisasi termasuk organisasi internasional,
perkumpulan, orang pribadi, serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan. 
Kegiatan yang diselenggarakan, misalnya kegiatan olahraga, keagamaan, dan kesenian.

2.3.2. Jumlah Penghasilan yang wajib dipotong pajak


Jumlah penghasilan pegawai tetap yang wajib dipotong pajak 
Penghasilan pegawai tetap atau pensiunan yang dipotong pajak untuk setiap bulan adalah
jumlah penghasilan bruto setelah dikurangi dengan biaya jabatan yang besarnya ditetapkan
dengan Peraturan Menteri Keuangan, iuran pensiun, dan Penghasilan Tidak Kena Pajak.
Iuran pensiun termasuk juga iuran tunjangan hari tua atau tabungan hari tua yang dibayar
oleh pegawai.
 
Jumlah penghasilan pensiunan yang wajib dipotong pajak 
Bagi pensiunan besarnya penghasilan yang dipotong pajak adalah jumlah penghasilan bruto
dikurangi dengan biaya pensiun dan Penghasilan Tidak Kena Pajak. Dalam pengertian 
pensiunan termasuk juga penerima tunjangan hari tua atau tabungan hari tua.
 
Jumlah penghasilan pegawai harian yang wajib dipotong pajak 
Penghasilan pegawai harian, mingguan, serta pegawai tidak tetap lainnya yang dipotong
pajak adalah jumlah penghasilan bruto setelah dikurangi bagian penghasilan yang tidak
dikenakan pemotongan yang besarnya ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.
 
Besarnya penghasilan yang dipotong pajak bagi pegawai harian, mingguan, serta pegawai
tidak tetap lainnya adalah jumlah penghasilan bruto dikurangi dengan bagian penghasilan
yang tidak dikenai pemotongan yang besarnya ditetapkan dengan Peraturan Menteri
Keuangan, dengan memerhatikan Penghasilan Tidak Kena Pajak yang berlaku.

 
2.3.3. Peraturan Terkait dengan  PPh 21
Peraturan terkait  dengan PPh Pasal 21 yaitu:
Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 sebagaimana terakhir telah diubah dengan Undang-
undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas UU No. 7 tentang Pajak
Penghasilan Peraturan Pemerintah No. 68/2009 tentang Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 atas
Penghasilan berupa Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan
Jaminan Hari Tua yang Dibayarkan Sekaligus.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pemotongan Pajak atas Penghasilan Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang
Pribadi.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 16/PMK.03/2010 tentang Tata Cara Pemotongan Pajak
Penghasilan Pasal 21 atas Penghasilan Berupa Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun,
Tunjangan Hari Tua, dan Jaminan Hari Tua yang Dibayarkan Sekaligus.
Peraturan Dirjen Pajak No. PER-16/PJ/2016 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan,
Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26
sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.010/2016 tentang Penyesuaian Besarnya
Penghasilan Tidak Kena Pajak.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.010/2016 tentang Penetapan Bagian
Penghasilan Sehubungan dengan Pekerjaan dari Pegawai Harian dan Mingguan serta Pegawai
Tidak Tetap lainnya yang Tidak Dikenakan Pemotongan Menimbang Pajak Penghasilan.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 231/PMK.03/2019 tentang Tata Cara Pendaftaran dan
Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak, Serta Pemotongan dan/atau Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan
Pajak Bagi Instansi Pemerintah

2.3.4. Subjek dan Objek Pajak PPh 21


Subjek pajak atas PPh 21 adalah pegawai, penerima uang pesangon, pensiun,
tunjangan hari tua, jaminan hari tua, ahli waris, dan wajib pajak kategori bukan pegawai yang
menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pemberian jasa. 
 Objek PPh 21 secara umum adalah penghasilan yang diterima. Tetapi, tidak semua objek
penghasilan dikenakan PPh 21. Penghasilan yang dikenakan PPh 21, antara lain:
Penghasilan yang diterima pegawai tetap, baik penghasilan yang teratur maupun tidak teratur.
Uang pensiun atau penghasilan sejenisnya.
Uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, dan pembayaran sejenisnya.
Uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, dan pembayaran sejenisnya.
Penghasilan tenaga kerja lepas, seperti upah harian/mingguan, upah satuan, upah borongan
atau upah yang dibayarkan secara bulanan.
Imbalan kepada bukan pegawai, berupa honorarium, komisi, fee, dan imbalan sejenisnya
dengan nama dan bentuk apapun sebagai imbalan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang
dilakukan.
Imbalan peserta kegiatan, berupa uang saku, uang representasi, uang rapat, honorarium,
hadiah atau penghargaan dengan nama dan bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama
apapun.
Sementara penghasilan yang tidak dikenakan PPh 21, antara lain:
Santunan asuransi dari perusahaan asuransi
Penerimaan dalam bentuk natura/kenikmatan dalam bentuk apapun diberikan oleh wajib
pajak atau pemerintah, termasuk Pajak Penghasilan yang ditanggung oleh pemberi kerja dan
pemerintah.
Zakat yang diterima dari Badan atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan
pemerintah dan sumbangan keagamaan.
Beasiswa

2.3.5. Tarif PPh 21


Perhitungan tarif pajak pribadi menggunakan tarif progresif sesuai undang-undang
PPh Pasal 17. Mengenai tarif lapisan penghasilan kena pajak, rencananya pemerintah akan
menaikan serta menambah tarif lapisan tersebut yang tertuang pada Undang-Undang
Harmonisasi Peraturan Perpajakan yang disahkan di sidang paripurna DPR pada 7 Oktober
2021.

Tarif Lama (UU Pajak Penghasilan) Tarif Baru (UU HPP)

Penghasilan 0 - Rp 50 juta 5% Penghasilan 0 - Rp 60 juta 5%

Penghasilan Rp 50 juta - Rp 250 juta 15% Penghasilan Rp 60 juta - Rp 250 juta 15%

Penghasilan Rp 250 juta - Rp 500 juta 25% Penghasilan Rp 250 juta - Rp 500 juta 25%

Penghasilan di atas Rp 500 juta 30% Penghasilan Rp 500 juta - Rp 5 miliar 30%

    Penghasilan di atas Rp 5 miliar 35%

Besarnya tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok
Wajib Pajak lebih tinggi 20% (dua puluh persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap
Wajib Pajak yang dapat menunjukkan Nomor Pokok Wajib Pajak.
Kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dapat dibuktikan oleh Wajib Pajak, antara
lain, dengan cara menunjukkan kartu NPWP.
 
Contoh:
Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp75.000.000,00
Pajak Penghasilan yang harus dipotong bagi Wajib Pajak yang memiliki NPWP adalah:
 
5% x Rp60.000.000,00 = Rp 3.000.000,00
15% x Rp15.000.000,00 = Rp 2.250.000,00 (+)
Jumlah Rp 5.250.000,00
 
Pajak Penghasilan yang harus dipotong jika Wajib Pajak tidak memiliki NPWP adalah:
 
5% x 120% x Rp 60.000.000,00 = Rp 3.600.000,00
15% x 120% x Rp 15.000.000,00 = Rp 2.700.000,00 (+)
Jumlah Rp 6.300.000,00

Penghasilan Kena Pajak (PKP)


Pegawai tetap dan penerima pensiun berkala dikenakan PKP sebesar penghasilan Neto
dikurangi PTKP terbaru.
Pegawai tidak tetap dikenakan PKP sebesar penghasilan Bruto dikurangi PTKP terbaru.
Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pemberian
jasa dikenakan 50% atas PKP dari jumlah penghasilan Bruto dikurangi PTKP dalam satu
bulan.

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)


Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) merupakan besaran dari penghasilan yang tidak
dikenakan, artinya seseorang tidak perlu membayar pajak apabila gaji bulanan tidak
mencapai ketentuan PTKP. Meski sudah diringankan bebannya, orang tersebut tetap wajib
melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT).
 
Pada ketentuan tarif PTKP 2019 yang disusun dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
No. 101/ PMK.010/2016. Sedangkan untuk perhitungan lebih detail ada di dalam Peraturan
Direktur Jenderal Pajak No. PER-16/PJ/2016. Untuk ketentuan PTKP bagi pegawai diatur
dalam PMK No. 102/PMK.010/2016 yang belum berubah hingga 
Ketentuan PTKP yang sampai saat ini dijalankan yaitu sebagai berikut:
Wajib pajak pribadi berstatus tanpa tanggungan sebesar Rp. 54.000.000
Penghasilan istri ditambah dengan penghasilan suami sebesar Rp. 54. 000.000
Wajib pajak pribadi dengan status kawin mendapat tambahan sebesar Rp. 4.500.00
Setiap anggota keluarga sedarah yang menjadi tanggungan (maksimal 3 tanggungan)
mendapat tambahan sebesar Rp. 4.500.000
Status Penghasilan Tidak Kena Pajak
Dalam Penghasilan Tidak Kena Pajak, tidak hanya tarif namun status PTKP juga penting
untuk dipahami. Status tersebut ditulis menggunakan kode-kode. Penjelasan mengenai
sejumlah kode PTKP diuraikan sebagai berikut.
 
Status Lajang
TK/0 artinya seorang yang belum menikah dan tidak mempunyai tanggungan
TK/1 artinya seorang yang belum menikah namun memiliki satu tanggungan
TK/2 artinya seorang yang belum menikah dan mempunyai dua tanggungan
TK/3 artinya seorang yang belum menikah dan memiliki tiga tanggungan

Status Kawin
TK/0 artinya telah menikah dan tidak mempunyai tanggungan
K/1 artinya telah menikah dan memiliki satu tanggungan
K/2 artinya telah menikah dan memiliki dua tanggungan
K/3 artinya telah menikah dan memiliki tanggungan
 
Status PTKP Digabung
K/1/0 artinya penghasilan suami dan istri digabung dan tidak mempunyai tanggungan
K/1/1 artinya penghasilan suami dan istri digabung serta memiliki satu tanggungan
K/1/2 artinya penghasilan suami dan istri digabung serta memiliki dua tanggungan
K/1/3 artinya penghasilan suami dan istri digabung serta memiliki tiga tanggungan

 
2.3.6. Tanggal Penyetoran dan Pelaporan PPh 21

Salah satu hal yang penting diketahui dalam melaksanakan  kewajiban  adalah
pengetahuan akan tanggal-tanggal penting pajak, seperti tanggal batas penyetoran dan batas
pelaporan pajak tiap bulannya.
 

Batas Waktu Penyetoran PPh 21


Pajak yang terutang harus disetorkan tepat waktu sesuai ketentuan yang berlaku. Jika
terlambat menyetorkannya, bisa-bisa Anda dikenakan sanksi. Batas waktu penyetoran PPh 21
merupakan tanggal 10 setiap bulannya.
 
Batas Waktu Pelaporan PPh 21
Setelah menyetor kewajiban pajak Anda, hal yang harus dilakukan berikutnya adalah
melapor pajak. Keterlambatan dalam pelaporan pajak pun dapat membuat Anda terkena
sanksi. Batas waktu pelaporan PPh 21 merupakan tanggal 20 setiap bulannya.

2.4. Dokumentasi

Tampak Bagian Dalam

Tampak bagian Kasir & Menu


Tampak Bagian Luar
2.5. Kartu Ujian
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian saya bahwa disini sya melihat adanya keterkaitan
antara Materi Manajemen Pajak dengan Usaha yang saya Teliti, Melihat dari Usaha yang
telah di dirikan oleh pemilik usaha itu sendiri saya melihat bawha gagasan utama yang
pemilik usaha ini mengedepankan dan mengkampanyekan hasil karya – karya lokal yang ada
di Sulawesi tengah ini sendiri. Contoh utama yaitu biji kopi lokal yang menjadi bahan utama
pembuatan minuman kopi dari usaha ini sendiri yang beri brand nama yaitu kopi kreasi yang
memberi khas bahwa kopi kreasi tersebut hanya bisa di dapatkan di rekreasi coffee itu
sendiri. Tidak terlepas dari kopi, semangat dari pemilik usaha ini sendiri tidak luput dari
dorongan keluarga, teman dan organisasi, hingga berada di titik sekarang ini. Pemilik usaha
ini juga sangat ramah terhadap konsumen yang berkunjung, ia juga mengatakan berusaha
semaksimal mungkin untuk memberikan tempat ternyaman bagi konsumen yang datang,
karena Hampir semua konsumen yang datang itu berstatus Siswa(i) dan mahasiswa(i). saya
juga melihat sangat erat hubungan antara pajak dan usaha, karna di dalam psal Pph dan Ppn
sudah tertata jelas persenan dari pajak yang di kenakan untuk pelaku-pelaku usaha yang ada
di Indonesia. Seperti pemilik usaha dari penelitian saya kali ini yang memiliki kesadaran akan
pajak yang telah dibebakan kepada usahanya.

3.2 saran

Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan di atas, penulis memberikan beberapa saran


yang dianggap dapat membantu berbagai pihak yang berkepentingan dalam perencanaan
pajak:

1. Perencanaan pajak yang baik berguna bagi tugas seorang manajer untuk

pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang meliputi:

• Berapa besar pajak yang harus dibayar

• Bagaimana caranya agar pembayaran pajak efesien

• Bagaimana cara melakukan penghindaran pajak yang tidak melanggar

ketentuan perpajakan.

• Bagaimana hasil penghematan pajak digunakan dan untuk keperluan apa.

Daftar Pustaka
Narasumber Pemilik usaha Rekreasi Coffee, Muhammad Rezky amanah,

https://konsultanku.co.id,

https://cermati.artikelpajakumkm.com,

https://ayopajak.com.

Anda mungkin juga menyukai