Anda di halaman 1dari 2

Sidikalang, (Analisa).

 Kabupaten Dairi dalam lima tahun terakhir ini menjadi sentra


produksi jeruk manis yang hasilnya cukup baik. Bahkan petani dari Tanah Karo pasca
meletusnya Gunung Sinabung, juga eksodus ke Dairi menanam jeruk manis.

Jeruk manis menjadi andalan petani di Dairi yang sebelumnya terkenal dengan tanaman kopi-
nya. Menurut data  dari Dinas Pertanian Sumut, saat ini di Kabupaten Dairi terdapat total
lahan tanaman jeruk sekitar 1000 hektar yang meliputi di beberapa kecamatan seperti
Kecamatan Sumbul Pagagan,  Desa Kalang Simbara, Sitinjo, Panji, Lae Hole, Kampung
Karo.

Namun kali ini petani jeruk di Dairi hanya bisa mengernyitkan dahi karena serangan lalat
buah sejak pertengahan tahun 2016 hingga awal 2017 sangat meresahkan petani.

“Tahun 2014 lalu, memang ada serangan lalat buah, tapi tidak separah ini. Serangan lalat
buah yang membuat buah gampang terlepas dari tangkainya dan membusuk sebelum
waktunya makin menjadi jadi,” papar Japantas Damanik, SP dari Dinas Pertanian Sumut
selaku  Pengamat Hama Penyakit (PHP) yang membidangi pengendalian organisme
pengganggu tanaman ketika ditemui Analisa di kebun jeruknya di Kecamatan Sumbul Desa
Dolok Tolong, Kabupaten Dairi Sabtu  (31/12) lalu.

Japantas Damanik juga menanam jeruk di areal seluas 1,5 hektar sejak tahun 2008 menga-
takan, kerugian yang diderita petani jeruk kali ini sangat tinggi, dibandingkan serangan lalat
buah tahun sebelumnya. Angka kerusakan buah tahun ini mencapai 60an persen, jauh lebih
parah dari masa sulit mengendalikan serangan hama tahun 2014 lalu.

Pengamatan Analisa di lahan tanaman jeruknya, tampak buah jeruk yang bergelantungan di


pohon sebagian berbintik, mengempes, buah mudah terlepas dari tangkainya dan sebagian
juga sudah tampak berserak di tanah.

Tidak Layak Jual

Menurutnya, buah yang sudah terserang lalat buah tidak layak jual lagi, apalagi untuk
pengiriman ke luar kota, seperti yang sudah pernah dilakukan Japantas dikirim ke Bandung
dan Jakarta.

“Buah yang tertusuk jarum lalat buah akan membentuk bintik hitam dan kemudian buah jadi
lembam dan berair secara perlahan  meluber dan merusak isi jeruk serta citarasanya juga
kurang enak,” papar Japantas  sembari mengatakan  hasil panennya yang diakibatkan
serangan hama/penyakit lalat buah yang dewasa ini telah membuat para petani jeruk di Dairi
menjadi kurang bergairah.

“Tingkat kerusakan akibat serangan lalat buah kali mencapai 75 persen, disamping harga
jeruk juga tidak terlalu menggembirakan,” papar  ayah dua putra dan tiga putri ini.

Menurutnya, harga jeruk manis di tingkat petani saat ini di kisaran Rp7000 per kilogram.
Namun produksinya juga menurun. 

Pada tahun 2012 Japantas pernah menikmati manisnya harga jeruk Rp9000 per kilogram di
tingkat petani. Dari 1,5 hektar bisa memanen 20 ton jeruk, hasil ini merupakan puncak
kegemilangan petani jeruk di Dairi empat tahun silam.
Untuk mengantisipasi serangan lalat buah yang menjadi momok bagi petani jeruk itu,
Japantas menyiasati dengan  membuat barier (pagar tanaman) agar lalat buah terkonsentrasi
di pagar tanaman berwarna warni, salah satunya tumbuhan andong, sehinggga penyebaran
lalat buat ke tanaman jeruk bisa diurai. Selain itu tanaman Refugia, tanaman berbunga kuning
untuk memikat serangga pengganggu.

Cara lain mengatasi serangan lalat buat dapat diminimalisir dengan menyemprotkan pupuk
cair atau enzim Fitofit. Buah jeruk yang telah diaplikasi enzim Fitofit sebelum diserang lalat
buah, maka dengan sendirinya telur lalat buah yang masuk ke dalam buah jeruk tidak akan
menetas menjadi ulat, sehingga buah jeruk tidak menjadi busuk dan tidak gugur. 

Japantas mengatakan serangan lalat buah terjadi karena ulah petani itu sendiri yang
menginginkan hasil tanaman meningkat dengan menyemprotkan insektisida (pemberantas
hama). Akibatnya ekosistem terganggu, hama yang  tadinya bisa menjadi pembasmi lalat
buah juga turut binasa.

“Karenanya, kepada masyarakat tani saya imbau sudah saatnya beralih menggunakan pupuk
organik, sehingga ekosistem tidak terganggu,” pinta pria yang istrinya bertugas di Dinas
Kesehatan Kabupaten Dairi ini. (ton)

Sumber : http://harian.analisadaily.com/sumut/news/produksi-jeruk-di-dairi-menurun/
294990/2017/01/06

Anda mungkin juga menyukai