Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU HAMA TANAMAN

ACARA VI
PERMASALAHAN HAMA DAN PEREDARAN PESTISIDA
PADA KOMODITAS KAKAO

Disusun oleh :
1. Ahmad Fuad Setia Bakti (13543)
2. Alfiana Fauzi (14072)
3. Eka Safaina Meliala (14178)
4. Achmad Ichsan (14270)
5. Febriyani Setianingsih (14382)
6. Romario Iglesias (14399)
Gol/Kel : A5/2

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2017
A. PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan dalam menghasilkan berbagai
keuntungan finansial. Indonesia sendiri salah satu komoditas unggulan yang
menyumbangkan devisa bagi negara adalah kakao. Olahan utama dari kakao adalah
bijinya yang nantinya akan dibuat menjadi olahan coklat. Olahan coklat seperti
minuman coklat, permen coklat, dan lain-lain menjadi salah satu olahan pertanian yang
sangat digemari oleh berbagai kalangan. Sehingga kakao adalah salah satu komoditas
yang sangat digemari.
Kakao Indonesia masih terkenal akan buahnya yang kotor (masih banyak
pengotor), tanpa fermentasi, dan juga banyak terserang hama. Hama adalah salah satu
permasalahan yang dihadapi dalam budidaya tanaman kakao. Kakao adalah salah satu
tanaman atau komoditas yang digemari oleh hama. Hama-hama ini dapat mengurangi
produksi sampai ke tataran gagal panen akibat serangannya. Tentu saja hal tersebut
menjadi sangat merugikan mengingat produktivitas kakao di Indonesiapun masih
belum stabil begitu pula harganya.
Hama yang menyerang tanaman kakao ini beragam. Hama-hama tersebut antara
lain hama penggerek buah kakao, helopeltis, dan lain-lain. Hama penggerek buah
kakao (PBK) adalah salah satu hama yang sangat merugikan. Dapat menurunkan hasil
produksi sampai 80%. Hal tersebut memaksa adanya upaya pengendalian hama
khususnya pada hama yang sangat merugikan. Upaya yang dapat dilakukan dalam
mengendalikan hama kakao adalah penggunaan bibit unggul tahan hama, pengendalian
PBK dengan pemangkasan, sanitasi perkebunan, dan lain-lain, selain itu peremajaan
tanaman kakao. Selain itu, pembekalan dan pembelajaran terkait kakao juga diperlukan
agar dapat meningkatkan SDM yang baik. Mengetahui upaya ini di masyarakat dapat
dilakukan dengan wawancara secara langsung pada pelaku pertanian seperti petani dan
pedagang pestisida.
II. Tujuan
1. Mengetahui permasalahan dan upaya petani dalam mengendalikan
hama.
2. Mengetahui peredaran suatu produk pestisida.
B. KONDISI DAERAH

Kabupaten Sleman adalah bagian dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta


yang terletak di ujung utara. Kabupaten Sleman merupakan jalur utama yang
menghubungkan ibukota Propinsi Jawa Tengah dengan Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY). Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110° 33′ 00″
dan 110° 13′ 00″ Bujur Timur, 7° 34′ 51″ dan 7° 47′ 30″ Lintang Selatan. Wilayah
Kabupaten Sleman sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali, Propinsi
Jawa Tengah, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa
Tengah, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, Propinsi DIY dan
Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah dan sebelah selatan berbatasan dengan
Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunung Kidul, Propinsi
D.I.Yogyakarta (Pemda Sleman, 2011). Luas Wilayah Kabupaten Sleman adalah
57.482 Ha atau 574,82 Km2 atau sekitar 18% dari luas Propinsi Daerah Istimewa
Jogjakarta 3.185,80 Km2,dengan jarak terjauh Utara – Selatan 32 Km,Timur – Barat
35 Km. Secara administratif terdiri 17 wilayah Kecamatan, 86 Desa, dan 1.212 Dusun.
Kabupaten Sleman merupakan daerah agraris, sebab sebagian besar rumah
tangga adalah rumah tangga tani. Dusun Tanen, Desa Hargobinangun, Kecamatan
Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY merupakan kawasan pertanian kakao.
Daerah ini terletak di lereng Gunung Merapi, dekat dengan beberapa tempat wisata
seperti Taman Wisata Kaliurang dan Museum Merapi. Lokasi yang strategis ini
berpotensi untuk pengembangan kawasan Desa Wisata Pendidikan Pertanian Organik
khususnya pada kakao organik. Pada awalnya Desa Tanen ini membudiayakan
tanaman salak, namun seiring berjalannya waktu, seringkali mendapatkan hasil salak
yang tidak baik dan keuntungan yang didapatkan tidak terlalu besar. Kemudian pada
bulan juni 2006 dimulailah konversi lahan dari buah salak menjadi buah kakao dengan
mendatangkan benih dari Aceh.
Profil Kecamatan Pakem
Kecamatan Pakem berada di sebelah utara dari ibukota Kabupaten Sleman.
Kecamatan Pakem mempunyai luas wilayah 4.384.04 ha. Desa di wilayah administrasi
Kecamatan Pakem yaitu Desa Hargobinangun, Harjobinangun, Pakembinangun,
Purwobinangun, dan Candibinangun. Kecamatan Pakem berada pada ketinggian 500-
600 m diatas permukaan laut. Suhu tertinggi yang tercatat di Kecamatan Pakem adalah
32ºC dengan suhu terendah 18ºC. Dari data monografi kecamatan tercatat 10.590 orang
atau 32.5% penduduk Kecamatan Pakem bekerja di sektor pertanian.
C. HASIL PENGUMPULAN DATA

Gangguan hama dapat menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas hasil


serta kematian tanaman. Adanya ancaman hama terhadap tanaman budidaya
mengharuskan petani dan perusahaan pertanian melakukan berbagai upaya
pengendalian. Untuk mengetahui permesalahan hama dan peredaran pestisida di
kalangan petani dilakukan wawancara mengenai peredaran pestisida kepada pemilik
toko pestisida dan permasalahan hama kepada petani komoditas kakao
Hasil dan Pembahasan Survei ke Petani Kakao
Wawancara kepada petani komoditas kakao dilaksanakan pada hari Sabtu, 18
Maret 2017 di desa Tanen, Kec. Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Wawancara
ini mengenai hama yang menyerang komoditas kakao dengan narasumber bernama
Bapak Jumakhir. Beliau merupakan seorang petani berusia 55 tahun yang sangat
menekuni bidang hortikultura khususnya buah kakao.
Pada saat wawancara beliau menyebutkan beberapa hama yang pernah
menyerang lahan pertaniannya. Hama-hama tersebut diantaranya yaitu hama tupai
(Tupaia javanica), hama kepik penghisap buah kakao (Helopelthis sp.), hama
penggerek batang kakao (Zeuzera coffeae), dan lalat buah kakao. Kepik penghisap
buah kakao (Helopelthis sp.) merupakan hama yang mengakibatkan kerusakan cukup
parah yang menyerang kebun kakao milik Bapak Jumakhir. Apabila hama-hama
tersebut diurutkan berdasarkan tingkat kerusakan atau kerugian yang dirasakan oleh
petani kakao yaitu kepik penghisap buah kakao (Helopelthis sp.), tupai (Tupaia
javanica), penggerek batang kakao (Zeuzera coffeae), dan lalat buah serta lalat daun
kakao.
Dalam menangani hama-hama yang menyerang tanaman kakaonya, Bapak
Jumakhir melakukan beberapa tindakan pengendalian. Untuk hama tupai biasanya
dikendalikan dengan cara diburu dan diperhatikan naungan yang ada disekitar tanaman
kakao (jangan terlalu rimbun).. Hama tupai umumnya menyerang buah yang sudah
masak sehingga buah akan berlubang dan rusak. Kemudian, untuk hama penggerek
batang kakao dikendalikan menggunakan pestisida, caranya yaitu dengan menyumbat
lubang yang terserang menggunakan kapas yang telah ditetesi decis. Tanda batang
kakao yang terserang hama penggerek batang yaitu batang mengeluakan lendir. Hama
yang menggerek batang menyebabkan timbulnya lubang dalam batang sehingga
kekuatan batang berkurang, dan apabila ada angin kencang menjadi mudah roboh.
Lalu, untuk hama Helophelthis sp. biasanya dikendalikan dengan menggunakan musuh
alami, apabila serangan tidak terlalu parah dapat diobati dengan obat alami, sedangkan
apabila serangan sudah parah dikendalikan menggunakan obat kimia. Musuh alami
yang dapat mengendalikan hama Helopelthis sp. yaitu walang dan semut angkrang.
Kemudian, untuk obat alami yang digunakan yaitu daun mindi yang masih muda
direndam dalam air selama 2 minggu kemudian disemprotkan ke hama Helopelthis sp.
atau menggunakan gadung yaitu dengan cara gadung diparut kemudian ditambahkan
air dan diperas lalu santan disemprotkan ke hama sasaran. Sementara, obat kimia yang
digunakan untuk mengendalikan hama ini yaitu decis dan kanon. Gejala tanaman yang
terserang hama ini yaitu adanya bintik-bintik pada buah kakao. Kemudian untuk hama
lalat buah dan lalat daun kakao biasanya dikendalikan dengan cara mengatur kondisi
kebun sedemikian rupa sehingga lingkungan kebun tidak mendukung untuk
perkembangbiakan lalat buah.
Pengetahuan Bapak Jumakhir mengenai hama yang menyerang tanaman
kakao cukup luas. Dalam mengendalikan hama yang menyerang kebunnya, beliau
hanya akan menggunakan obat kimia apabila serangan sudah parah dengan kata lain
pestisida menjadi pilihan terakhir dalam mengendalikan hama. Jika serangan belum
terlalu parah beliau lebih memilih menggunakan obat alami yaitu dengan
memanfaatkan tanaman disekitar rumah seperti daun mindi dan gadung. Obat alami
dinilai lebih ramah lingkungan, mudah dicari, dan lebih ekonomis meski tidak
memberikan efek yang cepat dalam mematikan hama melainkan akan mengurangi
nafsu makan hama sehingga hama mati secara perlahan. Sementara, obat kimia dapat
mematikan hama dengan cepat tetapi meninggalkan dampak yang buruk terhadap
lingkungan seperti organisme penyubur tanah ikut mati.
Pemahaman akan tata cara penggunaan pestisida pun cukup baik. Dalam
menggunakan pestisida beliau mengikuti petunjuk penggunaan yang tertera pada
kemasan pestisida. Selain itu, beliau juga tidak mencampur pestisida satu dengan yang
lain karena apabila dicampur (oplos) maka efektivitas pestisida tersebut akan
berkurang. Dalam pengaplikasian pestisida, Bapak Jumakhir menggunakan pelindung
tubuh yang cukup sesuai dengan aturan yang berlaku yaitu menggunakan kaos panjang,
masker, dan topi pelindung. Beliau mengakui tidak menggunakan sarung tangan dalam
pengaplikasian pestisida karena hal tersebut menyulitkan pergerakan tangan selama
pengaplikasian pestisida tersebut. Meskipun cukup terjaga, Bapak Jumakhir pernah
mengalami keluhan saat sedang mengaplikasikan pestisida yaitu daerah sekitar mata
terasa panas yang dimungkinkan karena terkena pestisida tersebut. Oleh karena itu,
beliau menggunakan helm saat mengaplikasikan pestisida yang bahan aktifnya cukup
berbahaya .
Informasi mengenai hama dan cara pengendaliannya beliau dapatkan dari
pengalaman selama puluhan tahun menjadi petani serta dari televisi. Beliau
mengungkapkan bahwa sebenarnya tidak ada kendala serius yang dihadapi dalam
budidaya kakao ini. Harapan beliau bagi mahasiswa tentang kegiatan perlindungan
tanaman pada waktu mendatang yaitu mahasiswa mampu mengembangkan
pengobatan alami dalam mengendalikan hama.
Hasil dan Pembahasan Survei ke Pedagang Pestisida
Pengamatan yang berupa wawancara ini dilakukan dengan mewawancarai
seorang pedagang yang menjual pestisida. Penjual pestida tersebut bernama Pak Aji.
Kios beliau bernama Satria Multi Flora yang terletak di Jalan Kaliurang KM.15,5
Kledokan, Ngemplak, Sleman. Hasil wawancara yang dilakukan sebagai berikut :
Beliau merupakan seorang penjual pot, tanaman, barang kerajinan sekaligus
penjual pupuk dan pestisida. Pada kiosnya terdapat etalase yang berisi berbagai macam
pestisida mulai dari insektisida, akarisida hingga herbisida. Merek dagang diantaranya
adalah Decis, Curacron, Regent, dan lain-lain. Pestisida yang dijual pada kios ini
mempunyai label. Hampir semua pestida yang dijual ditoko ini sudah terdaftar di buku
pestisida pertanian.
Curacron 500 EC adalah insektisida racun kontak dan labung berbentuk pekatan
yang dapat diemulsikan dalam air berwarna kuning kecoklatan-coklatan untuk
mengendalikan hama padatanaman bawang merah, cabai, jeruk, kacanghijau, kapas,
kentang, kubis, semangka, tebu, tembakau dan tomat. Bahan aktif Curacron 500EC
adalah Profenofos. Sedangkan Regent 50 SC adalah insektisida sistemik racun kontak,
lambung dan zat pengatur tumbuh tanaman berbentuk pekatan suspensi berwarna
putih untuk mengendalikan hama pada tanaman kubis, cabai, kentang, padi, semangka,
jagung, tebu, kakao, kelapa sawit, kacang panjang, jeruk & kedelai. Bahan aktif Regent
50 EC adalah Fipronil. Decis 25 EC merupakan cairan berwarna kuning yang berfungsi
sebagai racun dimana bekerja kontak dan lambung dalam mengendalikan hama. Bahan
aktif pestisida ini yaitu deltametrin 25 gr/liter.
Kios milik Pak Aji ini tidak menjual/melayani pembelian pestisida secara eceran
atau tidak dalam kemasan pabrik. Pada sekitar kios terdapat penjual makanan tetapi
kedua komoditas yang berlainan tersebut tidak dijajakan secara berdekatan. Penjualan
pestisida di kios ini cenderung stabil. Sebelum memilih untuk berjualan tanaman hias
sekaligus pestisida beliau tergabung dalam kelompk tani yang ada dilingkungan
rumahnya. Beliau pernah mendapatkan informasi tentang penggunaan pestisida pada
saat itu. Namun, semenjak ia berjualan pestisida belum pernah secara resmi beliau
mendapatkan pelatihan tentang peredaran pestida dari pemerintah atau industri
pestisida. Beliau menjual pestisida yang didapatkan dari agen resmi penjual pestisida
milik salah satu rekannya. Pak Aji biasanya memberitahu akan bahaya penggunaan
pestisida kepada calon pembeli.
D. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dari wawancara Bapak Jumakhir, yang adalah seorang petani


kakao, yang telah dilaksanakan pada hari Sabtu, 18 Maret 2017 di desa Tanen, Kec.
Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta adalah ada beberapa hama yang menyerang
lahannya. Hama-hama tersebut adalah hama tupai (Tupaia javanica), hama kepik
penghisap buah kakao (Helopelthis sp.), hama penggerek batang kakao (Zeuzera
coffeae), dan lalat buah kakao.. Pengendalian yang dilakukan adalah pengendalian
berupa cara fisik, biologis, dan khemis. Pak Jumakhir hanya menggunakan pestisida
kimia jika serangan hama sudah terlalu besar, beliau lebih memilih menggunakan
pestisida alami untuk menanggulangi hama karena lebih ramah lingkungan, mudah
dicari, dan murah. Pengetahuannya mengenai cara menggunakan pestisida juga sudah
baik, ia menggunakan menggunakan pelindung tubuh yang cukup sesuai dengan aturan
yang berlaku yaitu menggunakan kaos panjang, masker, dan topi pelindung. Pelaku
perdagangan pestisida milik Pak Aji selalu memberitahu akan bahaya pestisida kepada
calon pembeli. Pestisida yang dijual didapat dari agen resmi.
Saran untuk pemerintah adalah agar pemerintah lebih mengembangkan
pestisida alami daripada pestisida kimia. Hal ini dikarenakan pestisida alami lebih
aman bagi petani dan lebih ramah lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Pemda Sleman. 2011. Profil Kabupaten Sleman. <http://www.slemankab.go.id/profil-


kabupaten-sleman/geografi/letak-dan-luas-wilayah/>. Diunduh pada tanggal
21 Maret 2017 pukul 11.00.

Wahyudi, T. (2008). Panduan Lengkap Kakao Manajemen Agribisnis dari Hulu


Hingga Hilir. Jakarta: Penebar Swadaya.
LAMPIRAN

Gambar 1. Kebun Kakao Desa Tanen Gambar 4. Toko Pestisida

Gambar 2. Daun Tanaman Kakao yang Gambar 5. Pestisida Decis 25EC


Terserang Hama

Gambar 3. Foto Kelompok 2 bersama


Bapak Jumakhir

Anda mungkin juga menyukai