Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENELITIAN

OLIMPIADE PENELITIAN SISWA INDONESIA

“KEANEKARAGAMAN MUSUH ALAMI HAMA JAGUNG


DI KELURAHAN BATU BELANG JAYA”

1 Bintang Rakha Lasmana Putra : Ketua


2 Iqbal Revan Pramudya Qudra : Anggota
3 Hasya Ajriya : Anggota

Bidang Penelitian : Ilmu Pengetahuan Alam

SMP IT AL KAHFI MUARADUA


KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN
PROVINSI SUMATERA SELATAN
2022
i
ii
iii
iv
“KEANEKARAGAMAN MUSUH ALAMI HAMA JAGUNG DI
KELURAHAN BATU BELANG JAYA”
“Bintang Rakha Lasmana Putra, Iqbal Revan Pramudya Qudra, Hasya Ajriya”
SMP IT Al-Kahfi Muaradua
Jl.Ahmad Yani No. 56 Lingkungan II Kel. Batu Belang Jaya, Kec. Muaradua
Kab. OKU Selatan, Provinsi Sumatera Selatan

ABSTRAK
Provitas jagung OKU Selatan tahun 2018 sebesar 7,08 ton / hektar namun pada tahun 2019
mengalami penurunan menjadi 6,37 ton / hektar hal ini dikarenakan adanya perubahan iklim dan
serangan hama, berbagai usaha untuk menangulangi permasalahan hama dengan pemberian
pestisida kimiawi, tetapi menimbulkan dampak ekologi yaitu kematian hewan yang bukan target.
Oleh karena itu kami menetapkan penelitian kami berjudul “Keanekaragaman Musuh Alami
Hama Jagung Di Kelurahan Batu Belang Jaya”. yang Bertujuan untuk mengetahui komposisi
musuh alami dan indeks keanekaragaman musuh alami hama jagung, Manfaat penelitian sebagai
berikut : Menambah pengetahuan untuk pengendalian biologis hama jagung dan Meningkatkan
produktivitas hasil panen jagung. Penelitian yang dilakukan pada bulan juni- juli 2022 di Kelurahan
Batu Belang Jaya dan laboratorium IPA SMP IT Al Kahfi, Penentuan lokasi pengambilan data
dengan metode Purposive Sampling pemilihan lokasi berdasarkan umur jagung, dan pengambilan
sampel dengan mengunakan metode observasi langsung dan mengunakan trap atraktan dari
fermentasi ubi. Hasil penelitian didapatkan komposisi musuh alami hama jagung dengan ketiga
lokasi dengan fase pertumbuhan yang berbeda terdiri dari 4 Ordo, 4 Family dan 5 Genus dan
Indeks Keanekaragaman musuh alami dikategorikan sedang pada lokasi 2 (H’ : 1,29) dan Lokasi 3
(H’ :1.08) dan Kategori Rendah pada Lokasi 1 (H’: 0,92).

Kata Kunci : Keanekaragaman, musuh alami, jagung

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan merupakan daerah dengan struktur ekonomi
yang didominasi oleh sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, berdasarkan data (BPS
Kabupaten OKU Selatan, 2020) Kontribusi Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan pada
perekonomian daerah sebesar 31 persen dan jagung salah satu komoditas unggulan
dengan luas panen pada tahun 2020 yaitu 51.076 hektar.
Produktivitas tanaman pangan Kabupaten OKU Selatan tahun 2016-2019
menunjukan grafik yang mengalami naik turun, pada tahun 2018 provitas jagung sebesar
7,08 ton / hektar namun pada tahun 2019 mengalami penurunan menjadi 6,37 ton / hektar
hal ini dikarenkan adanya perubahan iklim dan serangan hama, Hal ini senada dengan
pendapat (Swastika dan Ramli, 2005) yang menyatakan kendala dalam mempertahankan
swasembada jagung adalah masalah abiotik yakni perubahan iklim dan kesuburan tanah
dan masalah biotik yakni hama dan penyakit.
Berdasarkan survie lapangan yang di kelurahan Batu Belang Jaya, Kecamatan
Muaradua didapatkan informasi hama ditemukan diantaranya belalang (Oxya chinensis),
lalat bibit (Artharygona exigua), Pengerek tongkol jagung (Helicoverpa armigera) dan
kumbang bubuk (Sitophilus zeamais motsch), bapak samsudin seorang petani jagung
mengungkapkan telah melakukan berbagai usaha untuk menangulangi permasalahan hama
dengan pemberian pestisida kimiawi, tetapi menimbulkan dampak ekologi yaitu kematian
hewan yang bukan target.
Pengendalian hayati dengan mengunakan agen musuh alami telah banyak
digunakan dalam pengaplikasinya lebih ramah lingkungan, menurut (Adnan, 2011)
menyatakan Pengendalian dengan memanfaatkan musuh alami telah banyak dilakukan
seperti pengaplikasian Trichogramma spp,. Beauveria bassiana, Metharizium anisopliae,
Cecopet (Euborellia annulata), dan nematoda Steinernema sp. Ditambahkan oleh (sarjan,
2009) menyatakan pengunaan agen hayati musuh alami memiliki keunggulan tidak
mencemari lingkungan, tidak memiliki efek samping yang merugikan organisme lainya, bisa
berkembang sendiri dan tidak terjadi resistensi hama.
Informasi mengenai musuh alami hama tanaman jagung di kabupaten OKU Selatan
belum pernah dilaporkan, maka kami merasa sangat perlu untuk melakukan eksplorasi
musuh alami hama jagung di Kabupaten OKU Selatan, dengan ini kami merumuskan
penelitian dengan judul “ Keanekaragaman Musuh Alami Hama Jagung Di Kelurahan
Batu Belang Jaya” diharapkan penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk pengendalian
hama secara alami dalam rangka meningkatkan produktivitas panen jagung di Kabupaten
OKU Selatan

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :


1. Apakah saja komposisi musuh alami hama jagung dari berbagai fase pertumbuhan
hama jagung di Kelurahan Batu Belang Jaya ?
2. Bagaimana indeks keanekeragaman musuh alami hama jagung di Kelurahan Batu
Belang Jaya ?

1
2

1.3. Tujuan

Penelitian “Keanekaragaman Musuh Alami Hama Jagung di Kelurahan Batu Belang


Jaya ” Bertujuan sebagai berikut :

1. Mengetahui Komposisi musuh alami hama jagung dari berbagai fase pertumbuhan
di Kelurahan Batu Belang Jaya
2. Mengetahui indeks keanekeragaman musuh alami hama jagung di Kelurahan Batu
Belang Jaya

1.4. Manfaat

Manfaat penelitian ““Keanekaragaman Musuh Alami Hama Jagung di Kelurahan


Batu Belang Jaya” sebagai berikut :

1. Menambah pengetahuan siswa dan petani untuk pengendalian biologis hama


jagung
2. Meningkatkan produktivitas hasil panen jagung di Kabupaten OKU Selatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jagung

Jagung (Zea mays,L.) merupakan tanaman serealia termasuk family poaceae, ordo
Poales yang merupakan tanaman berumah satu (monoius) dimana letak bunga jantan
terpisah dengan bunga betina tetapi masih dalam satu tanaman. Jagung adalah tanaman
protandrus, yaitu mekarnya bunga jantan pelepasan tepung sari biasanya terjadi satu atau
dua hari sebelum munculnya bunga betina (Warrier dan Tripathi, 2011).
Jagung merupakan tanaman berumah satu monoecious dimana letak bunga jantan
terpisah dengan bunga betina pada satu tanaman. Jagung termasuk tanaman C4 yang
mampu beradaptasi baik pada faktor-faktor pembatas pertumbuhan dan 17 hasil. Salah satu
sifat tanaman jagung sebagai tanaman C4, antara lain daun mempunyai laju fotosintesis
lebih tinggi dibandingkan tanaman C3, fotorespirasi rendah dan efisien dalam penggunaan
air (Rinaldi, 2009)

2.2. Hama Jagung

2.2.1 Belalang (Ordo orthoptera)


Belalang adalah serangga herbivor yang termasuk dalam Ordo Orthoptera dengan
jumlah spesies 20.000 (Borror, 2005). Belalang dapat ditemukan hampir di semua ekosistem
terestrial. Sebagian besar spesies belalang berada di ekosistem hutan. Belalang di
Indonesia menjadi salah satu hama yang memberikan kontribusi dalam kehilangan hasil
tanaman jagung (Adnan, 2009)

2.2.2. Ulat Grayak (Spodoptera frugiperda)


Kerusakan daun oleh ulat grayak mengganggu proses fotosintesis dan akhirnya
mengakibatkan kehilangan hasil panen. Besarnya kehilangan hasil tergantung pada tingkat
kerusakan daun dan tahap pertumbuhan tanaman waktu terjadi serangan. (Tengkano et al,
2005).

2.2.3. Penggerek Tongkol Jagung (Helicoverva armigera)


Ulat penggerek tongkol bersifat polifag dan lebih menyukai tongkol walaupun
kadang-kadang dijumpai pada daun tanaman. Ulat ini juga menyerang tembakau, sorgum,
kapas, tomat dan kacang-kacangan.(Widaningsih,et al, 2014).

2.2.4. Penggerek Batang (Pyrausta furnacalis Meyr)


Penggerek batang jagung dapat menyerang semua bagian tanaman seperti daun,
batang, bunga jantan, bunga betina, dan tongkol. Larvenya membuat saluran-saluran di
dalam batang selagi menggerogoti jaringan untuk makanannya, ia juga disebut penggerek
batang jagung atau Asian corn borer. (Fauzia, 2013)

2.2.5 Lalat Bibit


Lalat bibit berukuran kecil, telur berbentuk memanjang dan diletakkan pada daun
termuda (hypocoty). Setelah 48 jam telur menetas pada waktu malam, tempayak keluar dari
telur lalu bergerak cepat menuju titik tumbuh yang merupakan makanan utamanya. Hama ini
mulai menyerang tanaman semenjak tumbuh sampai tanaman berumur sekitar satu bulan.
(Surtikanti, 2011)
3 4
2.3. Pengendalian Biologis

Pengendalian hayati (biologi) adalah pengendalian serangga hama dengan


memanfaatkan musuh musuh alaminya (agensia pengendali biologi), seperti predator,
parasitoid dan patogen. Pengendalian hayati dalam pengertian ekologi didefinisikan sebagai
pengaturan populasi organisme dengan musuh-musuh alam hingga kepadatan populasi
organisme tersebut berada dibawah rata-ratanya dibandingkan bila tanpa pengendailan.
( Widnyana, 2011)
Predator adalah binatang atau serangga yamg memakan serangga lain. Predasi
adalah adalah sebuah bentuk simbiosis dari dua mahluk hidup, dimana salah satu individu
menyerang atau memakan individu lainyayang digunakan untuk kepentingan hidupnya dan
biasanya dilakukan berulang-ulang. individu yang diserang disebut dengan mangsa.
Predator memiliki ciri antara lain : ukuran tubuhya lebih besar dari mangsa, ada yag bersifat
monofag, oligofag, dan polifag, (Jumar,2000)
Parasitoid adalah serangga yang hidup sebagai parasit pada serangga dan
artropoda lainya. Parasitoid bersifat parasitik pada fase larva, sedangkan fase imoago bebas
terikat pada serangga inangnya. Parasitoid dewasa hidup dari mengisap nektar, embun,
madu, dan air. sebagian besar parasitoid tergolong dalam ordo Hymenoptera yang
terbanyak merupakan parasitoid dari Famili Icheuminidae dan Branconidae, dan Ordo
Diptera seperti Famili Tachinidae yang semua spesiesnya adalah parasitoid. (Herlinda dan
Irsan, 2015)

2.4. Musuh Alami Hama Jagung


Hakekatnya musuh-musuh alami dapat mengendalikan hama secara alami manakala
lingkungan sekitar memungkinkan untuk berkembangnya musuh-musuh alami tersebut.
Ekosistem pertanian di Indonesia yang beriklim tropis sebenarnya memiliki banyak jenis
musuh alami (Parasitoid dan Predator) yang secara efektif dapat menekan populasi hama.
Namun karena cara pengelolaan pertanian yang tidak tepat antara lain penggunaan
pestisida yang berlebihan dan perombakan hutan untuk pembangunan serta bentuk-bentuk
pembangunan lainnya yang tidak berwawasan lingkungan kadangkala lebih banyak
membunuh musuh-musuh alami tersebut dari pada melindunginya (Moningka et al., 2012).

2.3.1. Laba-laba
Laba-laba dalam ekosistem berperan dalam mengendalian populasi serangga dan
dapat digunakan sebagai bioindikator yang baik untuk mendekteksi perubahan lingkungan.
Laba-laba ditemukan hampir di seluruh permukaan bumi dari daerah kutub hingga daerah
padang pasir yang kering. Laba-laba terutama berlimpah di tempat yang banyak vegetasi.
Sampai saat ini sekitar 37.000 spesies laba-laba telah di beri nama, di yakini jumlah itu baru
seperempat dari jumlah laba-laba yang ada di dunia (Aswad, et al 2014).

2.3.2.Belalang Sembah
Belalang sembah termasuk dalam ordo Mantodea memiliki adaptasi yang baik
dengan kamuflase dan mimikri. Keberadaan belalang sembah pada suatu ekosistem dapat
membantu dalam mengontrol populasi serangga yang berbahaya.(Sugiarto, 2018)

2.3.3. Kumbang Koksi


Kumbang koksi adalah janis serangga yang hidup di alam bebas dan mudah
ditemukan pada daun padi , daun kakao, dan daun cabe. Kumbang Koksi mempunyai
ukuran 7-8 mm. Kumbang Koksi sering disebut kepik karena ukuran dan perisainya yang
keras, akan tetap isebenarnya Kumbang Koksi bukanlah dari jenis kepik. (Saktiawan, 2016).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3. 1. Waktu Dan Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2022 di Kelurahan Batu
Belang Jaya, Kabupaten OKU Selatan, identifikasi dan analisis data dilakukan di SMP IT Al
Kahfi Muaradua.

3.2. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Alat tulis, Buku lapangan, Buku
identifikasi, Botol Mineral, Petridisk, Pinset, Kamera digital, Handphone, Gelas Ukur, Bahan
yang digunakan adalah Alkohol 70 %, Fermentasi Ubi Kayu

3.3. Cara Kerja

3.3.1. Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel

Penentuan pengambilan sampel dengan metode purposive sampling, lokasi dipilih


berdasarkan jenis umur jagung yang ada di kelurahan Batu Belang Jaya sebagaimana
Tabel 3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi Keterangan Gambar

Jagung yang baru ditanam, umurnya


Fase 1 berkisar 0-1 bulan

Fase II Jagung yang masih muda, umurnya


berkisar 1-2 bulan

Jagung yang sudah tua atau siap panen,


Fase III umurnya berkisar 2-4 bulan

3.3.2. Metode Pengambilan Sample

3.3.2.1 Pengamatan langsung (Observasi)

Pola pengambilan sampel dilakukan dengan survei secara sistematik pada setiap
lokasi dan pengambilan langsung dilakukan, mulai dari pukul 07.00 sampai selesai, tiap
lokasi diamati Predator dan Parasitoid dari hama yang menyerang tanaman mangrove
dimulai dari batang, daun beserta buahnya. dengan cara mengambil sampel secara
langsung dengan mengunakan pinset, dan didokumentasikan dalam bentuk foto. Kemudian

5
sampel yang didapat dimasukan kedalam botol selai yang diisi dengan alkohol 70%.
Selanjutnya sampel yang didapatkan dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi.

3.3.2.2. Atraktan Trap

Pengambilan sampel dengan mengunakan atraktan trap modifikasi metode (Malau


et al., 2012), dengan media botol air mineral 1,5 liter diisi fermentasi ubi kayu, dipasang
selama 24 jam dengan ketinggian 1 meter dari permukaan tanah. Sampel yang didapatkan
dimasukan ke botol selai yang diisi dengan alkohol 70 % selanjutnya sampel yang disortir
dan diidentifikasi ke SMP IT Al Kahfi

3.3.3. Identifikasi Sampel

Sebelum mengidentifikasi, letakkan kapas di dalam bagian kepala botol, lalu


tuangkan Alkohol; 70% di atas kapas, dan biarkan selama satu hari. Setelah di biarkan
selama satu hari, lepaskan solatip dari botol, dan angkat perlahan bagian atas botol, lalu
siapkan gelas ukur dan tuangkan cairan alkohol 70% kedalam gelas ukur, ambil makhluk
hidup yang ada di dalam badan botol menggunakan pinset, lalu masukan ke gelas ukur
yang sudah diberi Alkohol: 70% lakukan keseluruh botol hingga selesai. Setelah
dikumpulkan makhluk hidup tersebut akan mulai diidentifikasi secara keseluruhan.sampel
yang didapatkan dikelompokan berdasarkan kategori Ordo, Family dan Genus. Buku-buku
yang digunakan dalam acuan mengidentifikasi sampel yang didapatkan adalah Bug Guide
diakses di http://bugguide. net /

3.4 .Analisis Data

3.4.1. Indeks Keanekaragaman Shanon-Weiner


Analisa kuantitatif dengan mengunakan rumus Indeks Keanekaragaman Shanon-Weiner
(Waite, 2000).

Keterangan:
Ni : Jumlah individu jenis ke-i
N : Jumlah total individu
S : Jumlah jenis

Tabel 3.2. Kriteria Keanekaragaman Menurut (Krebs, 1989 dalam Rosalyn, 2007)

Indeks Keanekareagam (H’) Kondisi Keanekaragaman


≥ 3,0 Tinggi
≤ 3,0 Sedang
≤1 Rendah
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Komposisi Musuh Alami Hama Jagung

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada bulan Juni dan Juli 2022 pada
ketiga lokasi penelitian di Kelurahan Batu Belang Jaya, Lokasi penelitian ditentukan
berdasarkan fase pertumbuhan yakni pertama : Mulai tumbuh, Kedua jagung muda yang
berumur 1-2 bulan dan ketiga fase Pemasakan dan pengeringan biji didapatkan komposisi
musuh alami sebagai berikut pada tabel 4.1.

Fase
N
Ordo Family Genus Petumbuhan Status
O
I II III
1 Dermaptera Anisolabididae Euborellia - 1 2 Predator
2 Hymenoptera Formicidae Dolichoderus 10 15 12 Predator
3 Oecophylla 5 17 25 Predator
4 Araneae Tetragnathidae Tetragnatha - 2 3 Predator
5 Diptera Tachnidae Billaea 2 10 1 Parasitoid
Jumlah Genus 3 5 5
Jumlah individu 17 45 43
Total individu 105

Pada lokasi 3 yakni tempat yang mengalami pemasakan dan pengeringan biji
ditemukan Eubrellia atau Cecopet yang merupakan predator hama penggerek tongkol
jagung (Helicoverpa armigera) Menurut Penelitian (Adnan & Handayani, 2010),
menunjukan stadia cecopet yang tingkat predasinya tertinggi pada telur, larva instar I, dan
Instar II adalah cecopet imago betina. (Putra,1994) cecopet memiliki penjepit yang lurus dan
kuat yang digunakan untuk mempertahankan diri dan memegang mangsa.
Genus Dolichoderus banyak di jumpai di area pertani jagung dengan jumlah yang
besar dan berpotensi sebagai predator hama jagung sejalan dengan pendapat (Surya &
Rubiah, 2016) Semut hitam atau Dolichoderus menyerang ulat dan bebarapa jenis hama,
sarang semut hitam berada di semak-semak, akan keluar dari srang pada pag dan sore
hari, pada siang hari akan bersembunyi didalam sarang dan di balik daun tanang jagung,
semut menyerang ulat.
Oecophylla atau semut rangrang merupakan predator yang agresif terhadap
beberapa jenis hama diantaranya sebagai predator lalat buah Bractocera sp (Dimus,2015),
kutu daun (Aphididae) dan hama perusak daun seperti Setothoses asigna (Kembaren, 2013)
dan lulat lepidoptera (Falahudin, 2012) berbagai hama lainya yang berpotensi sebagai agen
hayati dalam pengendalian hama secara alami
Genus lainya yang ditemukan sebagai predator di lokasi penelitian baik yakni genus
Tetagnatha yang merupakan predator dominan sebagaimana pendapat (Syahputra, 2019)
laba merupakan pemangsa dominan atau musuh alami yang memegang peranan penting
dalam ekosistem pertanian, ditambahkan (Aswad et al, 2014) Kelimpahan spesies laba-laba
tertinggi pada di perkebunan campuran dan terendah di semak.
Parasitoid yang didapatkan adalah family : Tachnidae Genus Billaea atau di lalat
tachnid 6 menurut (Nuraini, et al 2017) Family Tachnidae meletakan telur diatas ulat atau
secara langsung pada tubuh inangnya pada duan yang kemudian dimakan oleh serangga
inangnya setelah telur menetas maka larva lalat akan memakan tubuh inangnya.

7
8

1 2 3

4 5

Gambar 4.1. Musuh Alami yang didapatkan di Ladang Jagung


Keterangan:
1. Billaea 4. Euborellia
2. Dolichoderus 5. Billaea
3. Oecophylla

4.2. Indeks Keanekaragaman

Berdasarkan hasil yang diperoleh dilapangan lalu di analisis dengan indeks


keanekaragaman Shanon - Wiener dari ketiga lokasi yang dibedakan dari umur jagung
yang disajikan pada tabel 4.2 di bawah ini

NO Lokasi pengamatan Indeks Keanekaragaman


(H’)
1 Lokasi I 0.92
2 Lokasi II 1.29
3 Lokasi III 1.08

Berdasarkan tabel.4.2. indeks keanekaragaman musuh alami pada ketiga lokasi


menunjukan perbedaan yang signifikan, terlihat lokasi yang dengan umur jagung sekitar 1-2
bulan memiliki indeks keanekaragaman yang paling tinggi diantara lokasi lainnya dengan
nilai 1.29 menurut (Krebs, 1989 dalam Rosalyn, 2007) kondisi keanekaragam dengan
indeks keanekaragaman kurang dari 1 dikategorikan rendah, 1-3 dikategorikan
sedang dan lebih dari 3 kondisi keanekaragaman dikategorikan tinggi
Kondisi keanekaragaman musuh alami pada ketiga lokasi dalam kategori sedang
dan bahkan rendah hal ini dikarenakan vegetasi homogen menurut (Sari et al., 2017)
Ketersediaan makanan dengan kualitas dan kuantitas yang cocok bagi suatu organisme
akan meningkatkan keanekaragam suatu organisme sebaliknya, jika keadaan tersebut tidak
mendukung maka tingkat keanekaragaman akan menurun
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Komposisi musuh alami hama jagung dengan ketiga lokasi dengan fase pertumbuhan
yang berbeda terdiri dari 4 Ordo, 4 Family dan 5 Genus, dengan Genus yang ditemukan
terdiri dari Euborellia, Dolichoderus,Oecophylla,Tetragnatha, Billaea
2. Indeks Keanekaragaman musuh alami dikategorikan sedangkan yakni pada lokasi 2(H’ :
1,29) dan Lokasi 3 (H’ :1.08) dan Kateogori Rendah pada Lokasi 1 (H’: 0,92)

5.1. SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka perlu dilakukan penelitian lanjutan
kemampuan memangsa predator atau parasitoid hama jagung dan untuk petani diharapkan
untuk mengurangi pengunaan pestisida kimiawi agar keberadaan musuh alami tidak ikut
mati dan terjadi resistensi hama.

9
DAFTAR PUSTAKA

Adnan, A. M. 2009. Teknologi Penanganan Hama Utama Tanaman Jagung. Prosiding


Seminar Nasional Serealia.

Adnan, A.M. 2011. Manejemen Musuh Alami Hama Utama Jagung.Balai Penelitian
Tanaman Serealia.Prosiding Seminar Nasional Serealia. 388-405

Adnan, A.M., Handyani.2010. Kemampuan Memangsa Cecopet ( Euborellia annulata


Fabricus) terhadapa Penggerek Tongkol Jagung ( Helicoverpa armigera Hubner).
ProSiding Pekan Seralia Nasional

Aswad, M., Koneri, R., Siahaan, Parluhutan. 2014. Komunitas Laba-laba (Arachnida :
Araneae) pada lahan Perkebunan di Kawasan Taman Nasionalk Bogani Nani
Wartabone Sulawesi utara.Jurnal MIPA Unsrat3(2) 64-67

Badan Pusat Statistik. 2020. Ogan Komering Ulu Selatan dalam Angka BPS Kabupaten
OKU Selatan: Muaradua.

Boror, D. J., dan White, R. E., 1970. A field guide to insects of America north of Mexico.
Houghton Mifflin Company. Boston.

Dimus, Rahim A. 2015. Pemanfaatan semut rangrang sebagai predatorhama lalat buah
pada tanaman jeruk (Citrus sp.) di Kota Tarakan. Jurnal Eksakta Borneo 8 (1): 1-7.

Falahudin, Irham. 2012. Peranan Semut Ranrang ( Oecophylla Smaragina) dalam


pengendalian Biologis pada perkebunan. Prosiding Annual International Conference
on Islamic Stuides : 2604-2618

Fauzia, Farah. 2013. Inventarisasi Hama Dan Musuh Alami Pada Tanaman Jagung, [skripsi}
Jurusan Hama Dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian, Jawa Timur.

Herlinda, S., dan Irsan, C., 2015. Pengendalian hayati hama tumbuhan. Unsri
Press.Palembang.Viii+200 Hlm

Jumar., 2000. Entomologi Pertanian. PT Rineka Cipta. Jakarta. X + 233 Hlm.

Kembaren E, Bakti D, Lubis L. 2013. Daya predasi Rhynocoris fuscipes F.


(Hemiptera:Reduviidae) terhadap ulat api Setothosea asigna E. (Lepidoptera:
Limacodidae)di laboratorium. Jurnal Online Agroekoteknologi 2 (2): 577-585.

Malau, S. P., LB Raja, B., Naibaho,S.T.T.T., Sumihar., dan R. Simanjuntak., 2012.Kajian


tentang pengaruh antraktan dari nabati alami lokal dan buatan untuk menangkap
hama pengerek buah kopi di Sumatera Utara. [Laporan Penelitian] Badan Penelitian
dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara. Medan.

Moningka, M.,Tarore, D., dan Krisen, J., 2012. Keragaman jenis musuh alami pada
serangga hama padi sawah di Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal Eugenia
18(2):89-97.

Nuraeni,Y., Anggaraeni,I ., Darwiati, W. 2017. Keanekaragaman Serangga Parasitoid untuk


Pengendalian Hama Pada Tanaman Kehutanan.[Laporan Penelitian] Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hutan

10
11

Ramli, R., Swastika, K,S.2005. Analisis keunggulan kompetitif beberapa tanaman palawija di
lahan surut Kalimantan Tengah.[ Laporan Penelitian] Balaia Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian: Palakaraya

Rinaldi, dkk. Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Yang
Ditumpangsarikan Dengan Kedelai (Glycine Max L.). Fakultas Pertanian Jurusan
Agroteknologi Universitas Taman siswa, Padang. 2009.

Rosalyn, Irna., 2007.Indeks keanekaragaman jenis serangga pada pertanaman kelapa


sawit( Elaeis guineensis) di Kebun Tanah Raja Perbaungan PT,perkebunan
nusantara III.(Skripsi). Universitas Sumatera Utara. Medan.

Sari P., Syahribulan, Sjam,S.,Santoso,S. 2017. Analisis Keragaman Jenis Seranga


Herbivora di Areal Perswahan Kelurahan Tamlanrae Kota Makasar. Jurnal Biologi
Makasar. Vol..2

Saktiawan, A T. 2016. Kumbang Koksi Dan Habitatnya Sebagai Ide Penciptaan Karya Kriya
Kayu [Skripsi}Institut Seni Indonesia : Surakarta.

Sarjan, M., 2009. Perlindungan tanaman dari serangan hama melalui pendekatan teknologi
non-kimiawi sintetis :peranannya untuk mencapai keamanan pangan di era
globalisasi. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Dalam Ilmu Hama Tumbuhan
Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Mataram.

Sugiarto, Ari. 2018. Inventarisasi Belalang Sembah (Mantodea) di Desa Serdang Menang,
Kecamatan Sirah Pulau Padang, [skripsi} Universitas Sriwijaya : Indralaya

Surtikanti, 2011. Hama Dan Penyakit Penting Tanaman Jagung Dan Pengendalianya. Balai
Penelitian Tanaman Serealia. 497-508

Surya, Endi., Rubuah. 2016. Kelimpahan Musuh Alami (Predator) Pada Tanaman Jagung di
Desa Saree Kecamatan Lembah Sulawah Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Serambi
saintia, Vol (IV) No: 2

Southwood, T. R. E., 1978. Ecological Methods. Champman and Hall. London. xxiii + 516
Hlm

Syahputra, A.,Aisyah.I,N., Iqbal, M. 2019.Studi etnobiologi pengendalian hama dan penyakit


tanaman pada masyarakat Kabupaten Situbondo, Jawa Timur .Prosiding Seminar
Nasional Masyarakat Biodeversitas Indonesia Vol 5 (3).

Tengkano, et al. 2005. Ulat Grayak Spodoptera litura Fabricius (Lepidoptera: Noctuidae)
Pada Tanaman Kedelai Dan Pengendaliannya. Buletin Palawia No. 10, 2005. 43-52

Putra N.S. 1994. Serangga di Sekitar kita. Kanisius. Yogyakarta

Warrier, Ranjini and Tripathi, K.K. 2011. Biology Of Zea mays (Maize). India. Departmen Of
Biotechnology Government Of India.

Widaningsih, Dwi, et al. 2014. Dinamika Hama Penggerek Tongkol Jagung [Helicoverpa
Armigera] (Lepidoptera :Noctiudae)] Di Desa Kertalangu Kecamatan Denpasar
Timur.[ Laporan Penelitian ] Universitas Udayana : Bali
12
Widnyana, I Ketut. 2011. Meningkatkan Peranan Musuh Alami Dalam Pengendalian
Organisme Pengganggu Tumbuhan Sesuai Konsep PHT (Pengelolaan Hama-
Penyakit Terpadu). Jurnal Bakti Saraswati Vol.01 (02)

Waite, S., 2000. Statistical ecology in practice : a guide to analysing enviromental and
ecological field data. Harlow. Pearson education. Xv + 411.
13
Lampiran

NO Alat dan Bahan Foto


1 Alat Tulis dan Buku Lapangan

2 Alkohol

3 Pinset

4 Spatula
5 Milimeter Block 14

6 Petridish

7 Trap Atraktan

15
Proses Penelitian
NO Kegiatan Foto
1 Survie Pendahuluan

2 Pembuatan Atraktan Trap

3 Pengambilan sampel
Observasi lansung

4 Pemasangan Trap
5 Identifikasi Sampel 16

6 Analisis Data

Anda mungkin juga menyukai