Anda di halaman 1dari 17

BAB I

DEFINISI

Ruang Intensif adalah salah satu bagian vital yang harus dimiliki oleh sebuah rumah
sakit tipe. RSUD RA. Kartini Jepara sebagai rumah sakit tiper B dan menjadi pusat
rujukan sekunder di Kabupaten Jepara memiliki ruang Intensif yang terdiri dari
Intensive Care Unit, Pediatric Intensive Care Unit, dan Neonatal Intensive Care
Unit. Dengan alokasi tempat tidur sekitar 2-4% dari total tempat tidur seluruh
rumah sakit, tidak semua pasien dapat dimasukkan ke ruangan intensif, sehingga
ruangan ini dibutuhkan suatu koordinasi antar DPJP dan juga penanggung jawab
ruang Intensif. Demikian halnya diperlukan pula suatu kriteria pasien yang berhak
untuk dirawat di ruang intensif. Selain itu, pasien-pasien yang telah memenuhi
kriteria tersebut dinilai prioritas untuk dirawat di ruang intensif sehingga pasien
yang dirawat di ruang intensif benar-benar pasien yang memerlukan pengawasan
dan perawatan yang ketat dan selalu termonitor.
BAB II
RUANG LINGKUP

1. Kriteria masuk dan keluar ruang ICU


2. Kriteria masuk dan keluar ruang PICU
3. Kriteria masuk dan keluar ruang NICU

BAB III
TATA LAKSANA

INTENSIVE CARE UNIT


A. Kriteria Pasien Masuk Berdasarkan Diagnosis
1. Sistem Kardiovaskuler
a. Infark Miokard Akut dengan komplikasi
b. Syok Kardiogenik
c. Aritmia kompleks yang membutuhkan monitoring ketat dan
intervensi
d. Gagal jantung kongestif dengan gagal napas dan/atau membutuhkan
support hemodinamik
e. Hipertensi emergensi
f. Angina tidak stabil, terutama dengan disritmia, hemodinamik tidak
stabil, atau nyeri dada menetap
g. S/P cardiac arrest
h. Tamponade jantung atau konstriksi dengan hemodinamik tidak stabil
i. Diseksi aneurisma aorta
j. Blokade jantung komplit
2. Sistem Pernapasan
a. Gagal napas akut yang membutuhkan bantuan ventilator
b. Emboli paru dengan hemodinamik tidak stabil
c. Pasien dalam perawatan HND/HCUyang mengalami perburukan
fungsi pernapasan
d. Membutuhkan perawat/ perawatan pernapasan yang tidak tersedia di
unit perawatan yang lebih rendah tingkatnya misalnya HND/HCU
e. Gagal napas dengan ancaman intubasi
3. Penyakit Neurologis
a. Stroke akut dengan penurunan kesadaran yang tidak tersedia tempat
di Unit Stroke
b. Koma: metabolik, toksik, atau anoksia
c. Perdarahan intracranial dengan potensi herniasi
d. Perdarahan subarachnoid akut
e. Meningitis dengan penurunan kesadaran atau gangguan pernapasan
f. Penyakit sistem saraf pusat atau neuromuskuler dengan penurunan
fungsi neurologis atau pernapasan (misalnya: Myastenia Gravis,
Syndroma Guillaine-Barre)
g. Status epileptikus
h. Mati batang otak atau berpotensi mati batang otak yang
direncanakan untuk dirawat secara agresif untuk keperluan donor
organ
i. Vasospasme
j. Cedera Kepala Berat
4. Overdosis obat atau keracunan obat
a. Keracunan obat dengan hemodinamik tidak stabil
b. Keracunan obat dengan penurunan kesadaran signifikan dengan
ketidakmampuan proteksi jalan napas
c. Kejang setelah keracunan obat
5. Penyakit Gastrointestinal
a. Perdarahan gastrointestinal yang mengancam nyawa termasuk
hipotensi, angina, perdarahan yang masih berlangsung, atau dengan
penyakit komorbid
b. Gagal hati fulminan
c. Pankreatitis berat
d. Perforasi esophagus dengan atau tanpa mediastinitis
6. Endokrin
a. Ketoasidosis diabetikum dengan komplikasi hemodinamik tidak
stabil, penurunan kesadaran, pernapasan tidak adekuat atau asidosis
berat
b. Badai tiroid atau koma miksedema dengan hemodinamik tidak stabil
c. Kondisi hiperosmolar dengan koma dan/atau hemodinamik tidak
stabil
d. Penyakit endokrin lain seperti krisis adrenal dengan hemodinamik
tidak stabil
e. Hiperkalsemia berat dengan penurunan kesadaran, membutuhkan
monitoring hemodinamik
f. Hipo atau hipernatremia dengan kejang, penurunan kesadaran
g. Hipo atau hipermagnesemia dengan hemodinamik terganggu atau
disritmia
h. Hipo atau hiperkalemia dengan disritmia atau kelemahan otot
i. Hipofosfatemia dengan kelemahan otot
7. Obgyn
a. Pre Eklampsi Berat
b. Eklampsi
c. HELLP Syndrome
8. Bedah
a. Pasien pasca operasi yang membutuhkan monitoring hemodinamik/
bantuan ventilator atau perawatan yang ekstensif
9. Lain-lain
a. Syok sepsis dengan hemodinamik tidak stabil
b. Infeksi ( DSS, Malaria berat, Tetanus, Deare probius ) dengan
hemodinamik tidak stabil
c. Monitoring ketat hemodinamik
d. Trauma faktor lingkungan (petir, tenggelam, hipo/ hipertermia)
e. Terapi baru/ dalam percobaan dengan potensi terjadi komplikasi
f. Kondisi klinis lain yang memerlukan perawatan setingkat ICU

B. KRITERIA PASIEN MASUK BERDASARKAN PARAMETER OBJEKTIF


1. Tanda vital
a. Nadi < 40 atau > 150 kali/menit
b. Tekanan darah sistolik arteri < 80 mmHg atau 20 mmHg dibawah
tekanan darah pasien sehari-hari
c. Mean arterial pressure< 60 mmHg
d. Tekanan darah diastolik arteri > 120 mmHg
e. Frekuensi napas > 35 kali/menit
2. Nilai laboratorium
a. Natrium serum < 110 mEq/L atau > 170 mEq/L
b. Kalium serum < 2.0 mEq/L atau > 7.0 mEq/L
c. Glukosa serum > 800 mg/dl
d. Kalsium serum > 15 mg/dl
3. Radiografi/Ultrasonografi/Tomografi
a. Perdarahan vaskular otak, kontusio atau perdarahan subarachnoid
dengan penurunan kesadaran atau tanda defisit neurologis fokal
b. Ruptur organ dalam, kandung kemih, hepar, varises esophagus atau
uterus dengan hemodinamik tidak stabil
c. Diseksi aneurisma aorta
4. Elektrokardiogram
a. Infark miokard dengan aritmia kompleks, hemodinamik tidak stabil
atau gagal jantung kongestif
b. Ventrikel takikardi menetap atau fibrilasi
c. Blokade jantung komplit dengan hemodinamik tidak stabil
5. Pemeriksaan Fisik (onset akut)
a. Pupil anisokor pada pasien tidak sadar
b. Luka bakar > 10% BSA
c. Anuria
d. Obstruksi jalan napas
e. Koma
f. Kejang berlanjut
g. Sianosis
h. Tamponade jantung
(Sumber: Guideline for ICU Admission, Discharge and Triage. Society Of
Critical Care Medicine, 1999)

C. KRITERIA PRIORITAS PASIEN MASUK


Jika pasien yang memenuhi kriteria masuk jumlahnya cukup banyak
sedangkan kapasitas ruang ICU terbatas, maka harus ditentukan prioritas
pasien masuk berdasarkan beratnya penyakit dan prognosis. Penilaian objektif
hendaknya digunakan untuk menentukan prioritas masuk ke ICU. Pasien
yang memerlukan terapi intensif prioritas 1 didahulukan dibandingkan pasien
yang memerlukan pemantauan intensif prioritas 3.
Kriteria prioritas pasien masuk ruang ICU adalah sebagai berikut:
1. Pasien prioritas 1 (satu)
Pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi intensif dan
tertitrasi, seperti: dukungan/bantuan ventilasi dan alat bantu suportif
organ/sistem yang lain, infus obat-obat vasoaktif kontinyu, obat anti
aritmia kontinyu, pengobatan kontinyu tertitrasi, misalnyapasca bedah
kardiotorasik, pasien sepsis berat,gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit yang mengancam nyawa.
Terapi pada pasien prioritas 1 (satu) umumnya tidak mempunyai batas.
2. Pasien prioritas 2 (dua)
Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih di ICU, sebab
sangat berisiko bila tidak mendapatkan terapi intensif segera, misalnya
pemantauan intensif menggunakan pulmonary arterial catheter. Contoh
pasien seperti ini antara lain mereka yang menderita penyakit dasar
jantung-paru, gagal ginjal akut dan berat atau yang telah mengalami
pembedahan major. Terapi pada pasien prioritas 2 tidak mempunyai
batas, karena kondisi mediknya senantiasa berubah.
3. Pasien prioritas 3 (tiga)
Pasien golongan ini adalah pasien sakit kritis, yang tidak stabil status
kesehatan sebelumnya, penyakit yang mendasarinya, atau penyakit
akutnya, secara sendirian atau kombinasi. Kemungkinan sembuh
dan/atau manfaat terapi di ICU pada golongan ini sangat kecil. Contoh
pasien ini antara lain pasien dengan keganasan metastatik disertai
penyulit infeksi, pericardial tamponade, sumbatan jalan napas, atau
pasien penyakit jantung, penyakit paru terminal disertai komplikasi
penyakit akut berat. Pengelolaan pada pasien golongan ini hanya untuk
mengatasi kegawatan akutnya saja, dan usaha terapi mungkin tidak
sampai melakukan intubasi atau resusitasi jantung paru.
4. Pengecualian
Dengan pertimbangan luar biasa, dan atas persetujuan Kepala Instalasi
Rawat Intensif, indikasi masuk pada beberapa golongan pasien bisa
dikecualikan, dengan catatan bahwa pasien-pasien golongan demikian
sewaktu-waktu harus bisa dikeluarkan dari ICU agar fasilitas ICU yang
terbatas tersebut dapat digunakan untuk pasien prioritas 1, 2, 3 (satu, dua,
tiga). Pasien yang tergolong demikian antara lain:
1) Pasien yang memenuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi
tunjangan hidup yang agresif dan hanya demi “perawatan yang
aman” saja. Ini tidak menyingkirkan pasien dengan perintah “DNR
(Do Not Resuscitate)”. Sebenarnya pasien-pasien ini mungkin
mendapat manfaat dari tunjangan canggih yang tersedia di ICU
untuk meningkatkan kemungkinan survivalnya.
2) Pasien dalam keadaan vegetatif permanen.
3) Pasien yang telah dipastikan mengalami mati batang otak. Pasien-
pasien seperti itu dapat dimasukkan ke ICU untuk menunjang fungsi
organ hanya untuk kepentingan donor organ.

D. KRITERIA PASIEN KELUAR


Pasien yang sudah stabil dan tidak membutuhkan pemantauan yang ketat
dapat dipindahkan dari ICU berdasarkan pertimbangan medis oleh DPJP
ruang ICU dan tim yang merawat pasien.
1. Kriteria Umum
a. Bila kondisi fisiologis pasien stabil dan kebutuhan monitor dan
perawatan ICU sudah tidak diperlukan lagi
b. Bila kondisi fisiologis pasien memburuk dan tidak ada lagi rencana
intervensi aktif, layak untuk keluar dari ICU dan mendapatkan
tingkat perawatan lebih rendah.
2. Tanda vital
a. Nadi > 60 atau < 100 kali/menit
b. Mean arterial pressure> 65 mmHg
c. Tekanan darah diastolik < 110 mmHg
d. Frekuensi napas 8 - 30 kali/menit
e. Diuresis >0,5ml/kgBB/jam
f. SpO2 > 93% dengan nasal kanul
g. Pasien sadar /tidak sadar sudah terpasang Tracheostomi tube
3. Nilai laboratorium
a. Natrium serum 125- 150 mEq/L
b. Kalium serum 3 - 5,5 mEq/L
c. Glukosa serum 80 - 180 mg/dl
d. Kalsium serum 2 - 2,5 mmol/L
e. Laktat plasma perbaikan (kurang dari 2)

PROTOKOL INDIKASI MASUK DAN KELUAR RUANG INTENSIF


CARDIAC CARE UNIT (ICCU)
KATEGORI INDIKASI MASUK INDIKASI KELUAR
Aritmia 1. Hemodinamik tidak stabil 1. Tidak didapatkan
2. Membutuhkan tindakan tanda dan gejala dari
synchronized cardioversion, ketidakstabilan
defibrilasi, atau temporary hemodinamik
transvenous pacemaker 2. Pada pemeriksaan
3. Sudah terpasang implantable EKG, tidak
cardioverter defibrillator didapatkan aritmia
4. Berpotensi menjadi sudden maligna dalam 24 jam
cardiac death
5. Tergantung gangguan irama yang
menyertainya :
a. Ventriicular Fibrilation /
Pulseless Ventricular
Tachicardia :
 Tidak ada nadi
 Pingsan, tidak sadar
 Respirasi agonal
b. PEA ( Pulseless Electrical
Activity) :
 Tidak ada nadi
 Pingsan, tidak sadar
 Respirasi agonal atau apneu
c. Atrial Fibrilation Rapid
Ventricular Response :
 Dyspneu on effort
 Shortness of breath
 Edema paru akut
d. Supraventricular Tachycardia
:
 Cemas
 Gelisah
e. Sinus Bradikardia dan AV
Blok :
 Perubahan status mental
akut
 Nyeri dada menetap
 Shortness of breath
 Hipotensi
 Tanda-tanda syok
 Kongesti paru
 CHF
Emboli Paru 1. Disertai dengan syok kardiogenik Tidak didapatkan tanda
akibat emboli paru massif dan gejala dari
2. Akan dilakukan tindakan ketidakstabilan
trombolisis hemodinamik
Diseksi Pasien Uncomplicated Aortic Setelah tindakan
Aorta Dissections pada aorta torakalis koreksi bedah atau
desenden (Stanford type B atau intervensi kardiologi
Debakey type III) yang tidak didapatkan
mendapatkan terapi komplikasi yang
medikamentosa menggangu
hemodinamik
Gagal 1. Memerlukan terapi inotropik : Tidak didapatkan tanda
Jantung  Syok kardiogenik dan gejala dari
 Acute Decompensated Hearth ketidakstabilan
Failure hemodinamik
 Disfungsi sistolik berat
 Gagal jantung dengan disfungsi
multiorgan
2. Didapatkan edema paru akut :
 SpO2 < 90 %
 Ronchi basah halus > 1/3
lapang paru
 Takhipneu
3. Disertai dengan miokarditis
fulminan
4. Disertai gagal ginjal yang
membutuhkan terapi
hemodialisis atau hemofiltrasi
5. Akan menjalankan pemasangan
percutaneous mechanical device
( seperti Intra Aortic Ballon
Pump )
Nyeri dada, 1. Perubahan gambaran EKG Tidak didapatkan tanda
syndrome minimal di 2 sandapan : dan gejala dari
koroner akut,  Elevasi segmen ST > 1 mm ketidakstabilan
infark atau gelombang Q . 0,04 detik hemodinamik :
miocard akut  Depresi segmen ST > 1 mm  Denyut jantung < 100
atau T inverted yang kali/menit
menunjukkan iskemia  Tekanan darah sistolik
2. Dua dari beberapa klinis berikut : < 140 mm Hg
 Penyakit Jantung Koroner yang  Tidak didapatkan
tidak stabil ( frekuensi, durasi, nyeri dada dalam
intensitas ) waktu 24 jam
 Tekanan darah sistolik < 100  Tidak didapatkan
mmHg komplikasi mekanik,
 Aritmia ( new onset Atrial elektrik yang
Fibrilasi, Atrial Flutter, sustain mengganggu
SVT, AV Blok derajat 2-3, hemodinamik
sustain atau rekuren
Ventricular Aritmia )
3. Rales lebih dari basal
Penyakit Disertai dengan : Tidak didapatkan tanda
jantung  Sianosis berat dan gejala dari
bawaan pada  Gagal jantung kongestif ketidakstabilan
dewasa  Hipertensi pulmonal hemodinamik

 Sindroma Eisenmenger
 Aritmia jantung
Tamponade 1. Gangguan hemodinamik ringan Tidak didapatkan tanda
jantung atau berat dan gejala dari
2. Memerlukan peikardiosintesis ketidakstabilan
atau perikardiektomi hemodinamik
Valvular 1. Setelah operasi ganti katup ( Tidak didapatkan tanda
Heart aortic valve replacement, mitral dan gejala dari
Desease valve replacement ) ketidakstabilan
2. Pengobatan medikamentosa hemodinamik
intensif
3. Regurgitasi mitral akut
4. Regurgitasi aorta akut
5. Stenosis aorta berat
6. Stenosis mitral berat
7. Disertai dengan endokarditis
infektif
PEDIATRIC CARE UNIT
Pediatric Intensive Care Unit (PICU) adalah fasilitas atau unit yang terpisah, yang
dirancang untuk penanganan pasien anak yang mengalami gangguan medis, bedah
dan trauma, atau kondisi yang mengancam nyawa lainnya, yang memerlukan
perawatan intensif, observasi yang bersifat komprehensif dan perawatan
khusus.Pasien anak adalah pasien yang berumur mulai 29 hari sampai dengan 18
tahun.

A. KRITERIA PASIEN MASUK


1. Sistem respirasi
Pasien dengan gangguan/potensi gangguan respirasi berat yang
mengancam nyawa. Kondisi ini meliputi :
a. kebutuhan penggunaan Endotracheal Tube & Ventilator mekanik.
b. Gangguan sistem pernafasan yang progesie dengan resio tinggi gagal
nafas & atau obstruksi total.
c. Kebutuhan terapi oksigen dengan FiO2>0.5
d. Kebutuhan terapi inhalasi/nebulisasiyang sering
2. Sistem Kardiovaskular
Pasien dengan gangguan Kardiovaskular yang mengancam nyawa antara
lain :
a. Syok
b. Pasca resusitasi jantung baru
c. Aritmia yang mengancam nyawa
d. Gagal jantung kongestiv
e. Kelainan jantung bawaan
f. Kebutuhan akan pemantauan tekanan darah invasive, tekanan vena
sentral atau tekanan arteri pulmonal
3. Neurologis
Pasien dengan kelainan neurologis yang mengancam nyawa, anara lain :
a. Kejang yang tidak berespon dengan terapi standar atau membutuhkan
antikonfulsan kontinyu secara intravena.
b. Gangguan kesadaran berat dan gangguan neuorolis lain yang belum
dapat diperkirakan perkembangannya atau, yang disertai dengan
potensi gangguan pernafasan
c. Inlamasi akut atau infeksi medula spinalis, selaput otak atau otak
dengan depresi neurologis, gangguan metabolik dan hormonal,
gangguan pernafasan dan atau hemodinamik atau kemungkinan
peningkatan tekanan intrakranial.
d. Trauma kepala dengan peningkatan tekanan intrakranial.
e. Disfungsi neuromuskularprogresive tanpa gangguan kesadaran yang
membutuhkan pemantauan respirasi dan kardiovaskular
4. Hematologi
Pasien dengan gangguan hematologi yang mengancam nyawa
a. Anemia berat dengan gangguan hemodinamik dan atau respirasi.
b. Koagulopati berat
5. Endokrin & Metabolik
Pasien dengan gangguan endokrin dan metabolik yang mengancam nyawa
antaralain:
a. Ketoasidosis diabetik
b. Gangguan elektrolit
c. Inbound error of metabolism dangan kegawatan yang mengancam
nyawa.

6. Gastrointetinal
Pasien dengan gangguan saluran cerna yang mengancam jiwa antara lain :
a. Perdarahan saluran cerna akut dan berat
b. Gagal hati akut
7. Bedah
Kondisi pasca bedah yang umumnya membutuhkan pemantauan antara
lain:
a. Bedah ortopedi
b. Bedah umumdengan gangguan hemodinamik dan respirasi
c. Trauma multipel dengan atau tanpa gangguan kardiovaskular
d. Kehilangan darah dalam jumlah cukup bear
8. Ginjal & Saluran kemih
Pasien dengan angguan gijal dan saluran kemih antara lain
a. Gagal ginjal
b. Rabdomiolisis
9. Gangguan lain
Keracunan atau overosis obat dengan potensi kegagalan organ

B. KRITERIA PRIORITAS PASIEN MASUK


Kriteria prioritas pasien masuk ruang PICU adalah sebagai berikut:
1. Pasien prioritas 1 (satu)
Kelompok ini meliputi anak sakit kritis yang dengan terapi intensif dapat
sembuh sempurna dan dapat tumbuh dan berkembang sesuai potensi
genetiknya.
2. Pasien Prioritas 2 (dua)
Kelompok ini meliputi anak sakit kritis dengan penyakit dasar yang
secara medis saat ini belum dapat ditanggulangi namun dengan terapi
intensif dapat menanggulangi keadaan kritis sepenuhnya, hingga anak
kembali pada keadaan sebelum dirawat di PICU.
3. Prioritas 3 (tiga)
Kelompok ini meliputi anak sakit kritis dengan penyakit dasar
menyebabkan anak tidak mempunyai kontak dengan lingkungannya
secara permanen dan tidak mengalami tumbuh kembang.
4. Prioritas 4 (empat)
Kelompok ini meliputi anak sakit kritis dengan prognosis sangat buruk
sehingga dengan terapi intensif pun proses kematian tidak dapat dicegah.

C. KRITERIA PASIEN KELUAR DARI RUANG PICU


Pasien dinyatakan dapat keluar dari ruang PICU jika memenuhi kriteria
berikut:
a. Parameter hemodinamik stabil
b. Status respirasi stabil (tanpa ETT, jalan nafas bebas, gas darah normal)
c. Kebutuhan suplementasi oksigen minimal (tidak melebihi standar yang
dapat dilakukan diluar ruang intensif pediatrik)
d. Tidak lagi dibutuhkan tunjangan inotropik, vasodilator, antiaritmia, atau
bila masih dibutuhkan, digunakan dalam dosis rendah dan dapat
diberikan dengan aman diluar ruang intensif
e. Disritmia jantung terkontrol
f. Alat pemantau tekanan intrakranial invasif tidak terpasang lagi
g. Neurologi stabil kejang terkontrol
h. Kateter pemantau hemodinamik telah dilepas.
i. Pasien dengan ketergantungan ventilator mekanik kronik harus telah
mengatasi keadaan akutnya hingga hanya dibutuhkan perawatan dengan
ventilator biasa diluar ruang intensif atau dirumah
j. Pasien dengan peritoneal dialisa atau hemodialisa kronik telah mengatasi
keadaan akutnya hingga tidak dibutuhkan tindakan khusus lain diluar
standar perawatan diluar ruang intensif atau dirumah
k. Pasien dengan trakeomalasia, tidak lagi membutuhkan pengisapan lendir
eksesif
l. Staf medik dan keluarga telah melakukan penilaian bersama dan
menyepakati bahwa tidak lagi ada keuntungannya untuk tetap
mempertahankan anak diruang intensif.
NEONATAL INTENSIVE CARE UNIT
Neonatal Intensive Care Unit (PICU) adalah fasilitas atau unit yang terpisah, yang
dirancang untuk penanganan pasien neonatus yang mengalami gangguan medis,
bedah dan trauma, atau kondisi yang mengancam nyawa lainnya, yang
memerlukan perawatan intensif, observasi yang bersifat komprehensif dan
perawatan khusus.Pasien neonatus adalah pasien yang berumur 0 - 28 hari.

A. KRITERIA MASUK BERDASARKAN DIAGNOSIS


1. Sistem Kardovaskuler
a. Syok kardiogenik
b. Gagal jantung dengan gagal nafas dan/atau membutuhkan bantuan
hemodinamik
2. Sistem Pernapasan
a. Gagal napas dan/atau gangguan napas berat yang membutuhkan
bantuan ventilator
b. Bayi dalam perawatan level 2 (bayi risiko tinggi) yang mengalami
perburukan fungsi pernapasan
c. Membutuhkan perawatan pernapasan yang tidak tersedia di unit
perawatan yang lebih rendah (level 1 dan level 2)
3. Sistem Neurologis
a. Koma : metabolik, toksik atau anoksia
b. Perdarahan intrakranial
c. Kejang refrakter
d. Kern ikterus
4. Bedah
a. Bayi pasca operasi yang membutuhkan monitoring hemodinamik/
bantuan ventilator atau perawatan pasca operasi yang ekstensif
5. Lain – lain
a. Syok sepsis dengan hemodinamik tidak stabil
b. Kondisi klinis yang memerlukan perawatan setingkat NICU

B. KRITERIA MASUK BERDASARKAN PARAMETER OBJEKTIF


1. Tanda vital
a. Nadi < 80 atau > 180 kali/menit
b. Tekanan darah sistolik arteri < 50 mmHg atau 20 mmHg di bawah
tekanan darah normal bayi menurut masa gestasi
c. Frekuensi napas < 30 atau > 90 kali/menit
2. Nilai laboratorium
a. Hipoglikemia
b. Hiperbilirubinemia berat
3. Pemeriksaan radiografi
a. Perdarahan intrakranial dengan penurunan kesadaran atau tanda
deficit neurologis
b. Hernia diafragmatika

C. KRITERIA KELUAR
1. Kriteria Umum
a. Bila kondisi fisiologis bayi stabil dan kebutuhan akan monitor serta
perawatan NICU sudah tidak diperlukan lagi
b. Bila kondisi fisiologis bayi memburuk dan tidak ada lagi rencana
intervensi aktif

2. Tanda Vital
a. Nadi > 80 atau < 180 kali/menit
b. Frekuensi napas 40 – 60 kali/menit
c. Diuresis > 0,5 mL/kgBB/jam
d. SpO2 > 93% dengan nasal kanul
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Pencatatan kondisi pasien dalam rekam medis


2. Formulir kriteria pasien masuk dan keluar ruang intensif
PANDUAN KRITERIA PASIEN
MASUK DAN KELUAR
INSTALASI PERAWATAN INTENSIF
ICU/PICU/NICU

RSUD RA. KARTINI KABUPATEN JEPARA


TAHUN 2016

EDISI 2016

RSUD RA. KARTINI KABUPATEN


JEPARA
JL KH Wahid Hasyim, TLP. 591175, 593286 FAX : (021)591145
EMAIL rsu_kartini@yahoo.com.

Anda mungkin juga menyukai