Anda di halaman 1dari 18

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac1.1i1d

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Model Pembelajaran Inkuiri
a. Model Pembelajaran
Secara umum “model” diartikan sebagai kerangka konseptual yang
digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Model dapat
dipahami sebagai: (1) suatu tipe desain; (2) suatu deskripsi atau analogi yang
dipergunakan untuk membantu proses visualisasi secsesuatu yang tidak dapat
diamati secara langsung; (3) suatu asumsi-asumsi, data-data, dan referensi-
referensi yang dipakai untuk menggambarkan secara matematis suatu obyek atau
peristiwa; (4) suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu
terjemahan realitas yng disederhanakan; (5) suatu deskripsi dari suatu sistem yang
mungkin imajiner, dan (6) penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan
menunjukkan sifat bentuk aslinya. Dalam istilah selanjutnya, istilah model
digunakan untuk menunjukkan pengertian yang pertama sebagai kerangka
konseptual. Model juga diartikan sebagai gambaran kecil atau miniatur dari sebuah
konsep yang besar (Syaiful Sagala, 2011: 175).
Kata pembelajaran dipakai sebagai padanan kata dari kata bahasa Inggris
“Instruction” yang memiliki pengertian lebih luas dibandingkan pengajaran.
Pengajaran ada dalam konteks guru-murid secara formal di kelas, sedangkan
pembelajaran mencakup pula kegiatan belajar mengajar yang tak dihadiri oleh guru
secara fisik. Penekanan dalam pembelajaran adalah proses belajar, sehingga usaha-
usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi
proses belajar mengajar dalam diri siswa disebut sebagai pembelajaran (Sadiman
dkk: 1993)
Pembelajaran menurut Corey (1986) dalam Majid (2013) merupakan suatu
proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu. Pembelajaran merupakan
co m m i t t o u s e r
subjek khusus dari pendidikan. P e ng e r ti a n p e m belajaran menurut
Oemar Hamalik
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac1.1i2d

dalam Majid (2013) merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-
unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, prosedur yang saling
memengaruhi dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. Pembelajaran juga bisa
diartikan sebagai kegiatan terencana yang mengkondisikan. Menurut Gagne dan
Bringga (1979) dalam Majid (2013) pembelajaran adalah rangkaian peristiwa
(events) yang memengaruhi pembelajaran sehingga proses belajar dapat
berlangsung dengan mudah.
Menurut Arends (1997) dalam Majid (2013) menyatakan “the term
teaching model refers to a particular approach to instruction that includes its
goals, syntax, environment, and management system” (istilah model pengajaran
mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya,
sintaksnya, lingkungan, dan sistem pengelolaannya). Model pembelajaran memilki
makna yang lebih luas daripada pendekatan, strategi, metode, atau prosedur.
Menurut Joyce (1992) dalam Majid (20l3) pembelajaran adalah suatu perencanaan
atau suatu pola yang digunakan sebagi pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas, atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan
perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film,
komputer, kurikulum, dan lain-lain.
Dengan demikian model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau
pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran.
Pembelajaran dalam hal ini meliputi penggunaan media pembelajaran secara
umum seperti buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lain sebagainya.

b. Pembelajaran Inkuiri
Carin dan Sund (1975) dalam Gulo (2008) mengemukakan bahwa Inkuiri
adalah the process of investigating a problem. Inkuiri dalam bahasa Inggris
“Inquiry” artinya adalah pertanyaan, atau pemerikasaan, penyelidikan. Inkuiri
berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis logis,
analitis, sehingga dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya
diri. commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.i
perpustakaan.uns.ac.id d

Strategi inkuiri menekankan pada proses mencari dan menemukan.guru


menyampaikan materi secara tidak langsung, sehingga peserta didik dituntut untuk
menemukan dan mencari sendiri materi pelajaran. Guru hanya berperan sebagai
berikut:
a. Motivator, yang memberi rangsangan supaya siswa aktif dan gairah berpikir.
b. Fasilitator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses
berpikir siswa.
c. Penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan
memberi keyakinan pada diri sendiri.
d. Administrator, yang bertanggungjawab terhadap keseluruhan kegiatan di dalam
kelas.
Strategi belajar mengajar Inkuiri (Inquiry) atau juga yang disebut dengan
problem solving atau discovery merupakan tiga istilah yang memiliki makna yang
sama hanya penekanannya yang berbeda. Problem solving menekankan pada
kemampuan menyelesaikan masalah, discovery ditekankan pada konsep atau
prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Sedangkan Inkuiri lebih kepada proses
penelitian.
Discovery sering dipertukarkan pemakaiannya dengan Inquiry. Discovery
adalah proses mental ketika siswa mengasimilasikan suatu konsep atau suatu
prinsip. Adapun proses mental meliputi proses mengamati, menjelaskan,
mengelompokkan, membuat kesimpulan dan sebagainya. Inkuiri merupakan
perluasan dari Discovery, artinya bahwa Inquiry, mengandung proses mental yang
lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan problema, melaksanakan
eksperimen, mengumpulkan data, membuat kesimpulan dan sebagainya.
Penggunaan Discovery adalah dalam batas-batas tertentu yakni baik untuk kelas-
kelas rendah, sedangkan Inquiry adalah baik untuk kelas-kelas yang lebih tinggi.
(Hamdani, 2014: 184-185).
Adapun ciri-ciri strategi inkuiri antara lain:
a. Strategi inkuiri lebih menekankan kepada aktivitas siswa untuk mencari dan
menemukan. Siswa dijadikan sebagai subjek belajar, selain menerima pelajaran
c o m m i t t o us er
tetapi juga aktif mencari seca r a in d i v i du m ateri pelajaran.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac1.2i1d

b. Seluruh aktivitas siswa dalam mencari inti dari meteri pelajaran diharapkan
mampu menunjang rasa percaya diri serta sikap kritis terhadap materi.
c. Tujuan dari strategi inkuiri adalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir
sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual
sebagai bagian dari proses.
Pembelajaran Inkuiri lebih menekankan pada pengembangan mental atau
intelektual peserta didik. Perkembangan mental tersebut, menurut Piaget
dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu:
a. Maturation atau kematangan merupakan proses perubahan fisiologis dan
anatomis yaitu pertumbuhan fisik, yang meliputi perkembangan tubuh,
perkembangan otak, dan perkembangan sistem saraf. Perkembangan otak
menjadi salah satu yang paling berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
(intelektual) anak. Otak merupakan miniatur bola dunia yang merupakan pusat
perkembangan dan fungsi kemanusiaan.
b. Physical experience adalah tindakan-tidakan fisik yang dilakukan individu
terhadap benda-benda yang ada di lingkugan sekitarnya. Aksi atau tindakan fisik
yang dilakukan pada akhirnya akan bisa ditransfer menjadi gagasan-gagasan
atau ide. Maka pembelajaran yang murni tidak akan terjadi tanpa adanya
interaksi berbagai pegalaman personal maupun sosial.
c. Social experience adalah aktifitas pembelajaran yang berhubungan dengan
orang lain. Melalui pengalaman sosial, peserta didik bukan hanya dituntut untuk
mempertimbangkan atau mendengarkan pandangan orang lain teteapi juga akan
menumbuhkan kesadaran bahwa ada atura lain disamping aturannya sendiri.
Ada dua aspek pengalaman sosial yang dapat membantu perkembangan
intelektual. Pertama adalah pengalaman sosial dapat meningkatkan kemampuan
bahasa. Kedua, melalui pengalaman sosial peserta didik akan mampu
mengurangi egocentric-nya. Kelak akan muncul kesadaran bahwa ada orang lain
yang berbeda pandangan dengan dirinya. Pengalaman tersebut akan mampu
membentuk konsep mental antara lain kerendahan hati, toleransi, kejujuran,
etika, dan sebagainya.
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac1.2i2d

d. Equilibration merupakan proses penyesuaian antara pengetahuan yang sudah


ada dengan pengetahuan baru yang ditemukan oleh peserta didik, sehigga
menuntut peserta didik untuk memperbaharui pengetahuan yang sudah
terbentuk setelah menemukan pengetauan baru yang tidak sesuai.
Adapun prinsip yang harus diperhatikan dalam strategi pembelajaran inkuiri:
a. Berorientasi pada pengalaman intelektual
Tujuan utama dari pembelajaran inkuiri adalah perkembangan kemampuan
berpikir. Orientasi bukan hanya pada hasil belajar tetapi juga pada proses
belajar. Keberhasilan peserta didik diukur bukan dari seberapa besar
penguasaan materi mereka melainkan sejauhmana aktifitas peserta didik dalam
mencari dan menemukan sesuatu yang benar-benar pasti atau bukan sebuah
keraguan.
b. Prinsip Interaksi
Proses pembelajaran merupakan sebuah interaksi, baik interaksi antar peserta
didik atau interaksi antara peserta didik dengan guru bahkan lebih jauh lagi
interaksi antara peserta didik dengan lingkungan mereka. Pembelajaran sebagai
proses tidak menempatkan guru sebagai sumber belaar atau sebagai seseorang
yang mutlak benar dengan segala perkataannya. Melainkan sebagai fasilitator
atau pengatur lingkungan atau interaksi yang ada. Guru bertugas mengarahkan
agar peserta didik mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi
yang terjalin.
c. Prinsip Bertanya
Tugas seorang guru dalam penerapan strategi inkuiri adalah sebagai penanya
yang baik. Guru berusaha agar peserta didik menjadi kritis dan mampu
memberikan umpan balik berupa pertanyaan yang tajam. Bukan hanya itu,
guru harus mampu menjadikan peserta didik sebagai penjawab yang baik pula.
Dalam hal ini kemampuan guru dalam memberikan stimulasi agar peserta didik
bertanya sangat diperlukan, sehingga guru perlu penguasaan teknik dan jenis
pertanyaan.
d. Prinsip Belajar Berpikir
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac1.2i3d

Belajar merupakan suatu proses berpikir (Learning How to Think) yaitu proses
mengembangkan seluruh otak baik kanan ataupun kiri. Penggunaan inkuiri
merupakan suatu pemanfaatan dan penggunaan otak yang maksimal
e. Prinsip Keterbukaan
Dalam sebuah proses belajar, peserta didik diberi kebebasan untuk mecoba
sesuai dengan kemampuan logis dan nalar mereka. Pembelajaran yang
bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan
karena dalam proses tersebut segala seuatu mungkin bisa saja terjadi. Tugas
guru adalah menyediakan ruang untuk peserta didik dalam pengembangan
hipotesis, dan membuktikan kebenaran hipotesis (Suyadi, 2012: 118-121).
Sun and Trowbridge (1973) dalam Mulyasa (2009) mengemukakan tiga
macam model Inkuiri sebagai berikut: (1) Inquiry terpimpin (Guided Inquiry),
peserta didik memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan; (2) Inquiry
Bebas (Free Inquiry), peserta didik melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang
ilmuwan; (3) Inquiry bebas yang dimodifikasi (Modified free Inquiry), pada model
ini guru memberikan permasalahan atau problem, kemudian peserta didik
memecahkan masalah tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur
penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model pembelajaran Inkuiri
Terpimpin (Guided Inquiry), peserta didik memperoleh pedoman sesuai yang
dibutuhkan. Pedoman berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing.
Pendekatan ini digunakan terutama bagi peserta didik yang kurang berpengalaman
belajar dengan Inkuiri. Sebagian besar perencanaan dibuat oleh guru beserta
petunjuknya (Mulyasa, 2009: 109).
Secara umum langkah-langkah dalam proses pembelajaran Inkuiri adalah
sebagai berikut :
1. Orientasi
Merupakan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang
resposive. Pada langkah ini guru atau pendidik mengkondisikan peserta didik
agar siap melaksanakan proses pembelajaran. Beberapa hal yang dilakukan
c ommit to user
pada tahapan orientasi adalah :
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac1.2i4d

a. menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai
oleh peserta didik.
b. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta
didik untuk mencapai tujuan.
c. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar
2. Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa peserta didik pada
satu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan merupakan
persoalan yang menantang peserta didik untuk berpikir memecahkan teka-teki
tertentu. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah
antara lain:
a. Masalah hendakanya dirumuskan sendiri oleh peserta didik
b. Masalah yang disajikan merupakan masalah yang mengandung teka-teki
dengan jawaban pasti
c. Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui
terlebih dahulu oleh peserta didik.
3. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu permasalahan yang
sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis harus di uji kebenarannya.
Hipotesis yang dimaksud adalah ketika guru mengajukan pertanyaan kepada
peserta didik yang mendorongnya untuk merumuskan jawaban sementara atau
dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu masalah
yang dibahas. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi
harus memiliki landasan berpikir yang kuat, sehingga hipotesis dimunculkan
bersifat rasional dan logis.
4. Mengumpulkan Data
Mengumpulakn data adalah aktifitas mencari informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran Inkuiri,
mengumpulkaan merupakan proses mental yang sangat penting dalam
pengembangan intelektual.
5. Menguji Hipotesis commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac1.2i5d

Menguji hipotesis merupakan proses menentukan jawaban yang dianggap


diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan hasil
pengumpulan data. Adapun yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah
mencari tingkat keyakinan peserta didik terhadap jawaban yang diberikan.
6. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan merupakan proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan
merupakan langkah penting dalam proses pembelajaran. Sering kali banyaknnya
data yang diperoleh menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus
terhadap masalah yang hendak dipecahkan, oleh karena itu untuk mencapai
kesimpulan yang akurat guru harus mampu menunjukkan pada peserta didik
data yang relevan.

Guru Memilih Tingkah Laku/Tujuan

Guru mengajukan pertanyaan yang dapat menumbuhkan siswa


mengemukakan pendapatnya

Siswa menetapkan hipotesis/praduga jawaban untuk dikaji lebih


lanjut (alternatif jawaban)
commit to user

ntan siswa menjelajahi informasi atau data yang menguji praduga baik
Siswa
secara
tidak
individu
banyakataupun
berusahasecara
mencari informasi untuk membuktikan praduga
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac1.2i6d

Guru membantu siswa atau


mendorong melakukan
Siswa kegiatan belajar untuk
mencari
menarik kesimpulan
Inqui Siswa tidak banyak
Gambar 2.1 ry
Tahapan Pendekatan Inquiryberusaha
(Syaiful Sagala,
mencari 2011: 198)
Dari beberapa penjelasan mengenai pembelajaran Inkuiri diatas dapat
informasi untuk
disimpulkan bahwa Inkuiri merupakan membuktikan
penyelidikan, pemeriksaan atau
praduga
pengumpulan data dengan menggunakan seluruh kemampuan siswa untuk
menemukan sendiri pemecahan dari suatu masalah, sedangkan model pembelajaran
Inkuiri (terbimbing) merupakan model pembelajaran yang melatih peserta didik
memperoleh pedoman sesuai yang dibutuhkan. Pedoman berupa pertanyaan-
pertanyaan yang membimbing dari guru dengan tahapan-tahapan yakni orientasi,
merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis
data dan menarik kesimpulan.

2. Media Peta Konsep


a. Media
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
“medium” yang secara harfiah berarti perantara. Media merupakan perantara atau
pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Batasan dalam pengertian dan
c o m m it t o us e r
apa saja yang bisa disebut seba g a i m e d ia l e bih lanjut dijelaskan
oleh Assosiasi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac1.2i7d

Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and


Communication Technology / AECT) di Amerika bahawa membatasi media
sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan oleh orang untuk menyalurkan
pesan atau informasi.
Gagne dalam Sadiman (1993) menyatakan bahwa media adalah berbagai
jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.
Sementara itu menurut Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education
Association/NEA) dikatakan bahwa media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik
tercetak maupun audio visual serta peralatannya. Media hendaknya dapat
dimanioulasi, didengar, dilihat dan dibaca.
Dari semua batasan-batasan yaang diberikan terhadap media, terdapat
persamaan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim kepada penerima sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sehingga proses
belajar terjadi.

b. Peta Konsep
Novak, J. D dan Grown D.B dalam Bintoro (2014) memberikan gambaran
peta konsep seperti peta jalan. Konsep dijadikan sebagai nama tempat sedang
hubungan digambarkan sebagai jalan, maksudnya adalah hubungan diantara
konsep seperti rute perjalanan antar tempat. Lebih lanjut, peta konsep juga
digambarkan sebagai jaring. Hal ini merupakan kiasan yang sangat tepat dan
menarik terutama jika seseorang berpiki tentang keterkaitan simpul (konsep) dan
ikatan penghubung (hubungan) yang tidak hanya menggambarkan peta konsep
tetapi pengetahuan secara umum. Spesifiknya peta konsep adalah suatu bagian
contoh yang representatif dari jaringan pengetahuan yang tidak terbatas.
Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara
konsep-konsep dalam bentuk proporsi-proporsi. Proporsi-proporsi merupakan dua
atau lebih konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam bentuk suatu unit
tematik. Peta konsep sebagai salah satu alat pembelajaran dalam belajar bermakna
mempunyai ciri, diantaranya commit to user
:
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac1.2i8d

1. Memperlihatkan konsep-konsep dan susunan atau organisasi suatu bidang studi


bermakna.
2. Gambar dua dimensi dari duatu disiplin atau suatu bagian dari disiplin, inilah
yang dapat memperlihatkan hubungan-hubungan proposional antara konsep-
konsep.
3. Menyatakan hubungan antara konsep-konsep, ini berarti ada beberapa konsep
yang lebih inklusif dari pada yang lain.
4. Tentang hierarki, hal ini terjadi bila dua atau lebih konsep digambarkan di
bawah suatu konsep yang lebih inklusif (Ratna Wilis Dahar, 2006: 106).
Penyusunan peta konsep memerlukan pemahaman materi dari siswa dalam
pembuatannya. Adapun langkah-langkah pembuatan peta konsep adalah sebagai
berikut:
1. Memilih bahan bacaan dari buku pelajaran
2. Menentukan konsep-konsep yang relevan
3. Mengurutkan konsep-konsep yang relevan dari yang paling inklusif ke yang
paling tidak inklusif atau contoh-contoh
4. Menyusun konsep-konsep yang relevan diatas kertas yang dimulai dari yang
paling umum ke yang paling khusus.
5. Menghubungkan konsep-konsep yang relevan dengn kata-kata penghubung
6. Melakukan ikatan silang dalam pemetaan konsep (Ratna Wilis Dahar, 2006:
108-109).
Dalam pendidikan, peta konsep dapat diterapkan untuk berbagai tujuan,
diantaranya:
1. Menyelidiki Apa yang Telah Diketahui oleh Siswa
Dalam belajar bermakna membutuhkan usaha yang sungguh-sungguh dari
siswa untuk menghubungkan pengetahuan baru dengan konsep-konsep relevan
yang telah mereka miliki. Guru dan siswa perlu mengetahui “tempat awal
konseptual”, dengan kata lain guru harus mengetahui konsep-konsep apa yang
telah dimiliki oleh siswa ketika pelajaran dimulai, sedangkan siswa diharapkan
dapat menunjukkan dimana mereka berada atau konsep apa yang telah mereka
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac1.2i9d

miliki dalam menghadapi pelajaran baru ini. Tujuam akhir adalah siswa mampu
untuk belajar bermakna.
2. Mempelajari Cara Belajar
Dalam tingkat satuan SMP atau SMA, guru dapat memberikan tugas membaca
seluruh judul dalam buku teks, kemudian mengungkapkan sari judul itu dengan
membuat peta konsep. Dengan melatih membuat peta konsep untuk mengambil
sari dari apa yang mereka baca, baik buku teks mauapun bacaan-bacaan lain,
berarti kita meminta merekan untuk membaca secara seksama. Mereka tidak
bisa disebut tidak berpikir karena dalam menghubungkan konsep-konsep
dengan kata penghubung menjadi proporsi yang bermakna bukanlah tugas yang
sambil lalu dapat dilakukan.
3. Mengungkapkan Miskonsepsi
Dalam pembuatan peta konsep. Ada kalanya ditemukan miskonsepsi yang
terjadi dari dikaitkannya dua peta konsep atau lebih yang membentuk proporsi
yang salah. Miskonsepsi sering kali mengangggu belajar seterusnya,
miskonsepsi sedapat mungkin ditiadakan melalui proses konseptual.
4. Alat Evaluasi
Selama ini evaluasi yang dilakukan oleh guru adalah melalui tes onjektif atau
tes esai. Walaupun cara evaluasi ini memegang peranan penting dalam dunia
pendidikan, teknik evaluasi baru perlu dipikirkan untuk memecahkan masalah
evaluasi. Peta konsep menjadi salah satu alternatif untuk memecahkan masalah
evaluasi. Dalam menilai peta konsep yang dibuat oleh pelajarsecara ringkasi
dikemukakan empat kriteria penilaian yaitu: (1) kesahihan proporsi; (2) adanya
hierarki; (3) adanya ikatan silang; (4) adanya contoh-contoh (Ratna Willis
Dahar, 2006: 111-112).
Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa peta konsep
merupakan pemetaan dari peta-peta konsep utama. Konsep utama yang telah ada
dihubungkan sesuai dengan keterkaitan antar konsep sehingga hubungan antar
konsep mampu dijelaskan, sedangkan media peta konsep merupakan alat untuk
menyampaikan informasi dari pengirim ke penerima pesan melalui konsep-konsep
c o m m it t o u s e r
utama yang telah dihubungkan se s u a i k et e k a it a n konsep.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.i
perpustakaan.uns.ac.id d

3. Pemahaman Kesejarahan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990) , kata Pemahaman berasal
dari kata “paham” yang artinya pengertian atau pemahaman banyak. Pemahaman
merupakan (1) proses, (2) perbuatan, (3) cara memahami atau memahamkan
(mempelajari baik-baik supaya paham). Jadi pemahaman merupakan suatu proses,
perbuatan, cara untuk memahami atau memahamkan. Menurut Winkel (1996)
dalam Burhanuddin (1999) menyatakan bahwa pemahaman mencakup makna dan
arti yang dipelajari. Ia mengambil dari taksonomi Bloom, suatu taksonomi yang
dikembangkan untuk mengklasifikasikan tujuan isntruksional (taksonomi
objectives). Bloom dalam Burhanudin (1999) membagi ke dalam tiga kategori
yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Pemahaman termasuk dalam ranah
kognitif tersebut terdapat dalam aspek-aspek pengetahuan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesia dan evaluasi.
Kata kesejarahan berasal dari kata sejarah yang Artinya asal-usul
(keturunan) silsilah, atau kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada
masa lampau. Menurut Sidi Gazalba (1966) dalam Burhanuddin (1999) sejarah
merupakan gamabaran masa lalu tentang manusia dan sekitarnya sebagai makhluk
sosial yang disusun secara ilmiah dan lengkap, meliputi urutan fakta masa lalu
dengan tafsiran dan penjelasan, yang memberi pengertian dan pemahaman tentang
apa yang telah berlalu.
Pemahaman sejarah sangat erat kaitannya dengan kesadaran sejarah. Dalam
konteks kesadaran sejarah, antara pemikiran, pemahaman, rasa dan kehendak
ataupun kecenderungan bertindak sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat
dipisahkan. Kesadaran sejarah memiliki pengertian yang luas dari pada sekedar
memahami, memperhatikan, dan mengingat suatu obyek sejarah (Sardiman, 1989:
23)
Pemahaman kesejarahan didefinisikan sebagai apa yang harus diketahui
oleh siswa tentang sejarah (keluarga, masyarakat, negara dan dunia). Pemahaman
digambarkan dari catatan (aspirasi, usaha, perlakuan,kegagalan) aktifitas manusia
c o m m i t t o use r
dalam aspek sosial, politik, eko n o m i , s a in d an teknologi, ekonomi
dan budaya,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac1.3i1d

yang diselaraskan dengan tingkat pemahaman siswa. Memperkenalkan sejarah


seperti sejarah keluarga, sejarah masyarakat, sejarah nasional, dan berbagai sejarah
budaya bangsa-bamgsa di dunia, akan mengantarkan mereka pada kehidupan,
aspirasi, perjuangan dan usaha, serta kegagalan dari kehidupan nyata manusia masa
lampau yang secara konstektual disesuaikan degan kematangan berpikir peserta
didik (Farid, 2012: 31-32).
Pemahaman kesejarahan dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa
untuk menerangkan informasi tentang sejarah keluarga, masyarakat, negara dan
dunia dengan kata-kata mereka sendiri, menterjemahkan materi dari bentuk satu ke
bentuk yang lain seperti buku ke dalam bagan atau peta konsep dan menarik
kesimpulan dari tabel, data atau grafik. Adapun langkah-langkah untuk mengukur
pemahaman kesejarahan siswa adalah sebagai berikut:
a. Siswa menterjemahkan informasi yang didapatkan melalui berbagai sumber dan
mengubahnya dalam bentuk peta konsep
b. Siswa dapat menarik keterhubungan antara konsep yang dibuatnya melalui peta
konsep.
c. Siswa menjelaskan suatu peristiwa dengan kata-kata sendiri dibantu dengan peta
konsep.
Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman
kesejarahan merupakan proses memahamkan hal-hal yang berhubungan dengan
sejarah kepada peserta didik, sehingga peserta didik memahami hal-hal yang
berkaitan dengan materi sejarah yang disampaikan oleh guru. Dalam penelitian ini,
peneliti mencoba untuk memahamkan materi mengenai Kerajaan-Kerajaan Islam di
Indonesia dengan pembahasan tentang teori masuknya Islam ke Indonesia dan
kerajaan Islam di Pulau Sumatra yang lebih mendalam bukan hanya sekedar teori
masuk atau letak sebuah kerajaan namun lebih pada proses masuk Islam dan
eksistensi serta peranan penting sebuah kerajaan.

4. Prestasi Belajar
Prestasi belajar
memang bukan sesuatu yang mudah untuk
c o mm it t o u se r
mendapatkannya. Dibutuhkan k e m am p u a n y ang luar biasa serta
kesungguhan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac1.3i2d

dalam mencapainya. Kemapuan Intelektual sangat memepengaruhi prestasi belajar


siswa. Untuk mengetahui berhasil tidaknya siswa dalam proses belajar dapat diukur
melalui evaluasi belajar Penilaian terhadap hasil belajar siswa untuk mengetahui
sejauhmana ia telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi
belajar. Seperti yang dikatakan oleh Winkel (1997) menyatakan bahwa:
Proses belajar yang dialami oleh siswa menghasilkan perubahan-perubahan
dalam bidang pengetahuan dan pemahaman, dalam bidang nilai, sikap dan
keterampilan. Adanya perubahan tersebut tampak dalam prestasi belajar
yang dihasilkan oleh siswa terhadap pertanyaan, persoalan atau tugas yang
diberikan oleh guru. Melalui prestasi belajar siswa dapat mengetahui
kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya dalam belajar (hlm.168).

Muhibbin Syah (1999) menjelaskan prestasi belajar merupakan taraf


keberhasilan sebuah proses belajar-mengajar (the teaching-learning process) atau
taraf keberhasilan sebuah program pembelajaran/penyajian materi, dan kenaikan
kelas.
Prestasi belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi
dari beberapa faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal)
maupun luar diri (Faktor eksternal). Adapun yang tergolong dalam faktor internal
antara lain:
1. Faktor Jasmaniah baik yang bersifat bawaan atau yang diperoleh. Misal
penglihatan, pendengaran, struktur tubuh da sebagainya.
2. Faktor Psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh atas:
a. Faktor intelektif yang meliputi:
1. Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat
2. Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki.
b. Faktor Non-Intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap,
kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri.
3. Faktor kematangan fisik maupun psikis
Yang tergolong faktor eksternal adalah:
a. Faktor sosial, yang meliputi lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat,
kelompok.
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac1.3i3d

b. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknlogi dan


kesenian.
c. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.
4. Faktor lingkungan spiritual dan keamanan (Ahmadi dkk, 2003:138).
Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi
belajar merupakan hasil usaha belajar yang dicapai seorang siswa yang terlihat
dari kemajuan-kemajuan yang ada pada dirinya setelah menerima pengetahuan
yang diperolehnya. Prestasi belajar dapat berupa nilai ataupun tingkah laku yang
semakin baik.

B. Penelitian yang Relevan


Dari hasil penelusuran referensi, terutama terhadap hasil-hasil studi dan
pengkajian sebelumnya memperlihatkan adanya sejumlah studi atau pengkajian
sebelumnya yang menaruh perhatian yang sama dengan penelitian ini, yakni
menggunakan model pembelajaran Inkuiri dan media Peta Konsep.
Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan
adalah “Penerapan Media Peta Konsep Untuk Meningkatkan Pemahaman
Kesejarahan Siswa terhadap Mata Pelajaran Sejarah” Skripsi, Rini Muthmainah,
2013, UPI Bandung. Dalam penelitian ini, penulis memperoleh kesimpulan bahwa
melalui media peta konsep efektif untuk meningkatkan pemahaman kesejarahan
terhadap mata pelajaran sejarah di XI IPS I MAN I Bandung.
Penelitian relevan selanjutnya adalah yang dilakukan oleh Jefta Hendryarto
dan Amaria, 2013, UNESA yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri
Untuk Melatih Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Pada Materi Pokok
Laju Reaksi (Implementation Inquiry Learning Model For Training High Order
Thinking Skills Of The Students On Main Material Of Reaction Rate)”. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri
dapat melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.

C. Kerangka Berpikir
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac1.3i4d

Proses pembelajaran sejarah yang berlangsung di SMA Negeri 5 Surakarta,


berdasarkan observasi dan wawancara awal peneliti menemukan fakta bahwa
pembelajaran yang berlangsung sangat monoton. Guru belum menerapkan model
pembelajaran yang variatif meskipun telah diadakan diskusi kelompok. Dalam
proses diskusi kelompok terlihat kurang adanya kerja sama serta kurangnya
interaksi antar anggota kelompok. Dilihat dari pertanyaan yang diajukan kepada
kelompok yang melakukan presentasi hasil diskusi, terlihat bahwa peserta didik
kurang begitu paham dengan materi yang disajikan oleh kelompok lain.
Dibutuhkan suatu model pembelajaran serta pemanfaatan media untuk lebih
memahamkan peserta didik terhadap materi yang diajarkan oleh guru sekaligus
menyederhanakan materi sejarah yang begitu banyak.
Pemahaman sejarah yang kurang juga akan berdampak pada hasil belajar.
Hasil belajar tidak akan meningkat jika tidak ada solusi untuk memahamkan
peserta didik terhadap materi. Hasil belajar yang terus menurun akan
mengakibatkan prestasi belajar peserta didik kurang signifikannya nilai.
Model pembelajaran Inkuiri terbimbing merupakan suatu model
pembelajaran dengan berbasis penemuan sendiri oleh peserta didik dengan
diarahkan oleh guru. Media peta konsep merupakan media untuk menyederhanakan
materi yang begitu luas dan banyak menjadi suatu rangkaian konsep-konsep
sehingga mudah dipahami oleh peserta didik. Untuk lebih jelasnya, kerangka
penelitian dapat dilihat pada bagan berikut:

commit to ser Pemahaman kesejarahandan prestasibelajar


Gurubelummenggunakan model pembelajaran Inkuiri
Kondisi dan media peta konsep

Awal
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac1.3i5d

Siklus I:
Tindakan Penggunaanmodel pembelajaran Inkuiri -Planning
dan media peta konsep
-Tindakan
-Observasi

Diduga dengan menerapkan model pembelajaran


SiklusN: Inkuiri dan media peta konsep dapat m
-Perencanaan
-Tindakan
Kondisi -Observasi
Akhir

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

D. Hipotesis
Memperhatikan landasan teori dan kerangka berpikir tersebut diatas, maka hipotesis
tindakan dirumuskan sebagai berikut: “Dengan penerapan model pembelajaran Inkuiri
dengan media peta konsep akan meningkatkan pemahaman kesejarahan dan prestasi belaja
siswa kelas X-MIA 5 SMA Negeri 5 Surakarta”

commit to user

Anda mungkin juga menyukai