3598 14010 1 PB
3598 14010 1 PB
pengembangan pendidikan Islam. Penelitian ini bertujuan untuk memperjelas hubungan antara Surat Al-
Alaq dengan struktur dasar ilmu pengetahuan dan implikasinya terhadap pendidikan Islam. Penelitian
ini menggunakan sumber data sekunder yaitu Al-Qur'an, klasik, modern dan kontemporer. Metode pengumpulan data den
Machine Translated by Google
analisis data menggunakan analisis isi dengan tahapan; Deskriptif, ilustratif, diskursif, ekspositori, tersirat. Kajian ini menunjukkan bahwa struktur dasar ilmu-
ilmu dalam Surat Al-Alaq meliputi: epistemologi, pandangan dunia, dan ideologi. Struktur dasar ilmu-ilmu dalam Surat Al-Alaq adalah hubungan antara
sebuah
Kesadaran ilmiah, dan kesadaran transformasi sosial. Dengan demikian, Surat Al-Alaq dapat digunakan dalam praktek
PENGANTAR
QS. al-'Alaq: 1-5 adalah ayat-ayat pertama yang diwahyukan kepada
Nabi Muhammad Saw. Wahyu dari ayat-ayat ini tidak terjadi secara
kebetulan, tetapi ada mutiara hikmah yang dalam. Selain sebagai tanda
kenabian, QS. al-'Alaq: 1-5 juga merupakan petunjuk bagi manusia
untuk menimba ilmu dalam kehidupannya.1 Ayat-ayat ini merupakan episentrum dari
1
Sayyid Quthb, Tafsir fi Zhilal al-Qur'an (Kairo, nd).
Machine Translated by Google
8 Muhammad Fazl-Ur-Rahman Ansari, “The Qur'anic Foundations & Structure of Muslim Society” (2008).
9
Nora S. Eggen, "Konsep Kepercayaan dalam Al-Qur'an," Jurnal Studi Al-Qur'an
13, no. 2 (2011): 56–85.
10 Zafar Ishaq Ansari, “Tafsir Ilmiah Al-Qur'an,” Jurnal Al-Qur'an
Studi 3, tidak. 1 (2001): 91-104.
11
M. Ashraf Adeel, Epistemology of the Quran, vol. 29, 2019, http://link.springer.
com/10.1007/978-3-030-17558-0.
12 Salwa MS El-Awa, “Hubungan Tekstual dalam Al-Qur'an: Relevansi, Koherensi,
dan Struktur,” Hubungan Tekstual dalam Al-Qur'an: Relevansi, Koherensi, dan Struktur
(2005): 1-182.
13 S.A. Khudhura, “Konsep Praduga dalam Konteks Quran: Studi Retorika,” Jurnal
Internasional Inovasi, Kreativitas dan Perubahan 11, no. 1 (2020): 144–158, https://
www.scopus.com/inward/record.
uri?partnerID=HzOxMe3b&scp=85087287631&origin=ke dalam.
14 Abdullah Saeed, Membaca Al-Qur'an di Abad Kedua Puluh Satu (London:
Routledge, 2014).
Irwan Abdullah, Seks, Gender & Reproduksi Kekuasaan (Yogyakarta:
tanggal 15
17 Roland Barthes, Elements of Semiology, edisi pertama (Amerika: Jonathan Cape Ltd,
1986): 89.
18 Ibn 'Abbÿs, “Tanwÿr Al-Maqbÿs Min Tafsÿr 'Abbÿs (Mendekati
Pencerahan Ibn dari Interpretasi Ibn Abbas),” 1992, http://www.archive.org/download/
waq4125/4125.pdf. 653
19 Muhammad al-Razi, Tafsir Alkabir wa Mafatih al-Ghaib (Beirut: Darul Fikr, 1981).
13-14.
20 ' Alauddin Ali Bin Muhammad, Tafsir al-Khazin (Beirut, nd). 447.
21 Muhammad al-Baidhawi, Tafsir al-Baidhawi (Beirut, nd). 1739.
22 Muhammad al-Thobari, Jami' al-Bayan 'an Ta'wil al-Quran (Kairo: Darul Hajr, 2001).
257.
23 Abi al-Qosim Az-Zamakhsyari, Tafsir Alkasyaf (Kairo: Darul Ma'rifah, n.d.). 1212.
Machine Translated by Google
24
Binti Syathi', Al-Tafsir al-Bayan li al-Quran Al-Karim, 15.
25
Syaikh Muhammad Abduh, Tafsir al-Quran al-Karim (Mesir, nd). 123.
26
Al-Marÿg, 198.
27 'Muhammad Abid al-Jabiri, Fahm al-Quran al-Hakim al-Tafsir al-Wadhih
Hasba Tartib al-Nuzul (Beirut: Darul Baidho, 2008), 22.
28
Sayyid Muÿammad usain abÿÿaba'ÿ, Al- Mÿzÿn Fÿ Tafsÿr Al-Qur'ÿn (Beirut,
1997): 372.
Machine Translated by Google
29
Al-Thabari, Jami' al-Bayan 'an Ta'wil al-Quran. 527.
30 Imam Ibn Katsir, Tafsir Al-Quran al-Adzim (Beirut: Dar Ibn Jawzi, 2010), 604.
31
Al-Baidhawi, 551.
32
usain abÿÿaba'ÿ, 372.
Machine Translated by Google
33 Al-Baiÿÿw, 479.
34
Al-Khazin, 448.
35
Al-Syaukÿn, 1: 628.
36 Abdurrahman Hasan Jabannakah, Maárij al-Tafakkur wa Daqaiq al-Tadabbur
(Beirut, 2000), 48.
37 Binti Syÿÿi': 20.
Machine Translated by Google
38
Al-Marÿg, 604.
39
'Abduh, 123.
40 Ibn 'Abbÿs, 653.
41 'Abid al-Jabiri, Fahm al-Quran al-Hakim al-Tafsir al-Wadhih Hasba Tartibun
Nuzul. 23.
42 Ibn Kaÿÿr, 604.
43
Al-Razi, Tafsir al-Kabir wa Mafatih al-Ghaib, 17.
Machine Translated by Google
44
Jabannakah, Maárij al-Tafakkur wa Daqaiq al-Tadabbur, 49.
45
'Abduh, 123-124.
46
Al-Marÿgÿ, 199-200.
47
'Abbÿs, 653.
48 Al-Baiÿÿw, nd: 479.
49
Al-Razi, Tafsir al-Kabir wa Mafatih al-Ghaib.17.
50
Al-Syaukÿn, 628.
Machine Translated by Google
Tabel.5
yang berfungsi sebagai nilai etis yang bertujuan untuk transformasi individu dan
sosial.51 Jadi Sains tidak hanya menjelaskan realitas yang diteliti tetapi memiliki
tujuan etis dan transformasi manusia. Dapat dikatakan bahwa proses Ilmu pengetahuan
alam, sosial, dan humaniora yang berbasis aposteriori berhubungan dengan dimensi
spiritual (Ruh Allah) yang berbasis apriori/transendental.
dimensi empiris dan spiritual/spiritual sebagai satu kesatuan sistemik dalam konstruksi
Ilmu Pengetahuan menjadi satu kesatuan secara epistemologis dapat dikatakan Teo-
Anthropo-Equilibrium.55
dalam rahim seorang wanita dan dalam beberapa waktu berubah menjadi
gumpalan. Darah. Pada fase penggumpalan darah ini, roh dihembuskan untuk
menjadi cikal bakal manusia yang hidup. Menggabungkan darah dan roh
menggambarkan bahwa manusia terdiri dari dimensi fisik dan dimensi spiritual.
Dalam perkembangan selanjutnya untuk menjadi manusia yang sempurna,
dimensi jasmani dan rohani ini mempengaruhi perkembangannya.
Secara umum, pandangan dunia dalam QS. al-'Alaq: 1-5 dibagi menjadi
dua (2) dimensi fisik atau empirisme dan dimensi spiritual atau cita-cita.
Dimensi fisik, atau empirisme, adalah tingkat pertama, yang melibatkan
pengamatan indera (penglihatan, penciuman, pendengaran, sentuhan, dan
rasa). Manusia mengumpulkan data sensorik empiris melalui dimensi tubuh
dan kemudian memprosesnya oleh dimensi spiritual untuk maknanya. Dimensi
atau idealitas spiritual meliputi; rasio/akal, akal, jiwa/rasa, dan ruh.
Penggabungan kedua dimensi tersebut membentuk konstruksi keilmuan yang
holistik penuh nilai dan makna dimana dimensi spiritual berada.
56
Necati Aydin, “Yayasan Paradigma dan Aksioma Moral Etika Ihsan dalam
Ekonomi dan Bisnis Islam” (2018): 288.
57 Nasser & Muhammad: 80.
Machine Translated by Google
Seperti Tuhan, malaikat, dan ruh sekaligus juga menekankan etika dan
transformasi.58 Sementara itu, kesadaran transformasi diturunkan dari
perspektif Al-Qur'an, yang merekomendasikan agar kebijakan, program, dan
instrumen mendorong pengembangan pendidikan Islam agar juga dapat
mengatasi lingkungan sosial.59
Integrasi unsur-unsur kesadaran ini kemudian tidak mengurangi
spesialisasi ilmu pengetahuan. Namun peminatan IPA tetap ditekankan
dengan menghubungkan ke dimensi lain. Misalnya dalam pelajaran biologi,
pembelajaran tentang asal mula alam semesta dijelaskan secara ilmiah, awal
terjadinya asal mula alam. Namun kemudian dihubungkan dengan unsur
spiritual pencipta alam, yaitu Allah. Begitu juga dengan dimensi manusia dan
sosial yang menjadi tujuan Sains. Jadi Sains tidak hanya pengetahuan ilmiah
tetapi memiliki tujuan transformasi individu dan sosial berdasarkan etika
universal.
58
Mulyadhi Kartanegara, Esensi Epistemologi Islam A Filosofis
Inkuiri Landasan Ilmu (Bandar Sri Begawan: UBD Press, 2014): 16.
59
Choudhury, "Agama dan Ekonomi Sosial (Teori Sistemik Kesatuan
Organik)." 134.
Machine Translated by Google
60
Aydin, “Yayasan Paradigma dan Aksioma Moral Etika Ihsan dalam
Ekonomi dan Bisnis Islam,” 288.
Machine Translated by Google
1. Kesadaran Spiritualitas
Kesadaran spiritual adalah kemampuan untuk mewujudkan jiwa yang sangat
berpengaruh dalam kehidupan manusia seperti Tuhan, Alam, Jiwa, dan kehidupan
bermasyarakat. Kesadaran spiritualitas menciptakan hubungan yang intens antara
manusia dan roh ketuhanan, alam, roh spiritual, dan roh sosial. Roh Ilahi adalah entitas
yang merupakan asal mula kehidupan itu sendiri. Pada saat yang sama, ruh alam
adalah ruh yang ada di alam semesta tempat manusia hidup berdampingan dengannya.
Roh kejiwaan adalah entitas yang ada dalam diri manusia secara spiritual/spiritual
dimana jika roh ini mati akan membahayakan diri sendiri dan lingkungannya. Dengan
kesadaran spiritual ini, manusia menyadari bahwa ada jiwa yang mengelilingi mereka
untuk keselamatan hidup mereka.
3. Kesadaran Etis
Kesadaran Etis adalah kemampuan untuk menyadari bahwa hidup ini penuh dengan
nilai-nilai atau etika, baik individu maupun sosial. Secara individu manusia memiliki
sistem etika yang berhubungan dengan dirinya sendiri dan dengan Tuhan yang
menciptakannya. Manusia yang tidak peduli dengan sistem etika akan merusak
kemanusiaannya. Para pemikir eksistensialisme berpendapat bahwa manusia harus
bebas bertindak, dan tidak boleh ada orang yang boleh membatasinya atau menjadi
manusia yang otentik. Pada kenyataannya, manusia tidak dapat hidup tanpa adanya
entitas lain yang mengelilinginya, sehingga perlu adanya sikap saling menghormati atau
saling menghargai dengan entitas lain. Pada umumnya tidak ada manusia yang bebas
karena hak orang lain membatasinya, sehingga dengan kata lain, kehidupan manusia
penuh dengan nilai-nilai atau etika.
Machine Translated by Google
4. Kesadaran Ilmiah
Kesadaran ilmiah adalah kemampuan manusia untuk menyadari perlunya ilmu
pengetahuan dan teknologi sebagai alat untuk memecahkan berbagai masalah kehidupan.
Mengajar adalah kegiatan ilmiah, sedangkan pena adalah alat atau teknologi
untuk pengembangan Ilmu Pengetahuan. Melalui pengajaran, berbagai data
dari realitas dianalisis dan dikonstruksi menjadi Pengetahuan dan teknologi,
dan pengembangan atau produksi Pengetahuan dilakukan.
Dia mengajar sebagai dimensi internalisasi melalui akal/
Rasio, pengalaman/indera, dan wahyu sedangkan teknologi merupakan
dimensi eksternalisasi sebagai alat atau media yang digunakan dalam
produksi pengetahuan.
KESIMPULAN
Struktur dasar ilmu QS. al-'Alaq: 1-5 dalam pendidikan Islam merupakan
perdebatan antara kesadaran rasionalitas, kesadaran spiritual, kesadaran
etis, dan kesadaran ilmiah yang mengarah pada kesadaran transformatif.
Arah transformasi atau perubahan ini adalah raÿmatan lil 'ÿlamn yang artinya
bersifat universal. Cita-cita humanis/kemanusiaan, liberal/kemerdekaan, dan
transenden/keilahian digunakan untuk memperbaiki situasi sosial. Akibatnya,
sains dalam pendidikan Islam tidak bebas nilai, melainkan kaya dengan nilai-
nilai (humanis, liberal, dan transenden), dan sains berfungsi sebagai alat
transformasi sosial berdasarkan nilai-nilai tersebut. Berdasarkan temuan
penelitian ini, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengkonseptualisasikan
Al-Qur'an sebagai teknik untuk pengembangan pendidikan Islam.
Machine Translated by Google
REFERENSI