EVALUASI NILAI BIOLOGIS PROTEIN RENDANG DAN KALIO KHAS SUMATERA BARAT
(BIOLOGICAL VALUE EVALUATION OF PROTEIN IN RENDANG AND KALIO-
TRADITIONAL CUISINE OF WEST SUMATERA)
1 1 2
Prima Yaumil Fajri , Made Astawan , dan Tutik Wresdiyati
ABSTRACT
Rendang is a traditional Indonesian dishes from West Sumatera whichglobally well known. Inrendang making
process, a meat is cooked under long time heat with a large amount of variety spices.Kalio, a rendang similar
dishes,is cooked with a shorter heating time and less of spices. Kalio has a few sauce while rendang has no
sauce. Long time heating in cooking processmay cause maillard reactionin rendang and kalio. One effect of
maillard reaction is lowering the availability of amino acids, consequently could reduce the protein content
qualities. To assess the protein nutritional values of rendang and kalio, an in vivo study was conducted using
albino rats as animal models. The result showed that cooking process did not confirm any significant
differences on feed conversion efficiency, protein efficiency ratio, net protein ratio (NPR), true protein
digestibility and biological value (p>0.05)between rendang and kalio, however asignificant difference on net
protein utilization (p<0.05) was found.
ABSTRAK
Rendang merupakan salah satu masakan tradisional Indonesia asal Sumatera Barat yang sudah mendunia.
Pada proses pembuatannya, rendang dimasak dalam jangka waktu yang lama dengan menggunakan
beragam bumbu dalam jumlah banyak. Kalio merupakan jenis masakan yang hampir sama dengan rendang,
akan tetapi dimasak dengan waktu lebih singkat, dan menggunakan bumbu yang lebih sedikit. Pada kalio
masih terdapat sedikit kuah, sedangkan pada rendang sudah tidak terdapat kuah, atau kering. Pemanasan
dalam jangka waktu lama pada proses pemasakan kedua jenis hidangan ini, menyebabkan terjadinya reaksi
maillard pada rendang ataupun kalio. Salah satu dampak reaksi maillard adalah menurunnya ketersediaan
asam-asam amino, sehingga mengakibatkan penurunan kualitas protein. Untuk membuktikan hal tersebut,
dilakukan analisis kualitas protein rendang dan kalio secara in vivo dengan menggunakan tikus albino
sebagai hewan model. Analisis mengindikasikan tidak terdapat perbedaan antara kalio dengan rendang
(p>0,05) pada feed conversion efficiency (FCE), protein efficiency ratio (PER), net protein ratio (NPR), true
protein digestibility (TPD) dan biological value (BV). Akan tetapi pada pengukuran net protein utilization
(NPU), terdapat perbedaan yang nyata antara kalio dengan rendang (p<0,05). [Penel Gizi Makan 2013,
36(2):113-120]
113
Penelitian Gizi dan Makanan, Desember 2013 Vol. 36 (2): 113-120
M
PENDAHULUAN dalam evaluasi nilai gizi protein adalah:
protein efficiency ratio (PER), net protein
akanan tradisional Indonesia sangat
ratio (NPR), true protein digestibility (TPD),
beragam, mulai dari makanan
biological value (BV), dan net protein
ringan sampai lauk-pauk. Hampir
utilizaton (NPU). Penelitian ini bertujuan
setiap daerah di Indonesia memiliki
untuk mengevaluasi kualitas protein rendang
makanan tradisional dengan rasa khas.
dan kalio secara in vivo.
Salah satu makanan tradisional Indonesia
yang sudah mendunia adalah rendang.
METODE
Rendang merupakan makanan olahan
daging berasal dari Sumatera Barat. Kata Percobaan dilakukan menggunakan
“Rendang” berarti sebuah teknik memasak 20 ekor tikus Sprague-dawley jantan
dengan panas yang berlangsung lama. berumur sapih (21-23 hari) dengan bobot
Hasil survey CNN (Cable News badan rata-rata 48-52 gram. Tikus diperoleh
Network) pada tahun 2011 tentang World’s dari Badan Pengawas Obat dan Makanan
50 Most Delicious Foods (50 makanan (BPOM) Republik Indonesia Jakarta.
terlezat di dunia) menempatkan rendang Penelitian ini menggunakan rancangan acak
pada posisi nomor satu sebagai makanan lengkap, tikus diacak dan ditempatkan pada
1
terlezat di dunia. Rendang dibuat dari empat perlakuan dengan masing–masing
daging, santan dengan penambahan kelompok berjumlah 5 ekor. Perlakuan yang
berbagai bumbu. Rendang umumnya dibuat diberikan adalah ransum kasein, ransum
dari daging sapi yang tinggi kolagen seperti kalio, ransum rendang dan ransum non-
paha atas (round), sehingga harus dimasak protein. Tikus kemudian ditempatkan pada
pada suhu yang tidak terlalu tinggi (kurang kandang metabolik berbahan stainless steel,
0 2 º
dari 100 C) dengan waktu yang cukup lama. dan kandang ditempatkan pada suhu 22 C
Selain rendang dikenal juga olahan daging dengan pengaturan 12 jam gelap dan 12 jam
yang disebut kalio atau rendang basah. Kalio terang. Percobaan dilakukan selama 28 hari,
dikatakan sebagai rendang basah karena ransum dan air minum diberikan secara ad
proses pembuatannya mirip dengan libitum. Penelitian ini dilaksanakan bulan
pembuatan rendang, tetapi hasilnya tidak November 2012 sampai dengan Februari
sekering dan secoklat rendang karena 2013, bertempat di laboratorium Hewan
proses pembuatannya lebih singkat. percobaan dan laboratorium Biokimia
Reaksi maillard merupakan reaksi Pangan Departemen Ilmu dan Teknologi
pencokelatan non-enzimatis, yang Pangan Institut Pertanian Bogor.
melibatkan gula pereduksi dan asam amino. Bahan yang digunakan adalah:
Reaksi ini menimbulkan warna coklat yang kasein, tepung daging kalio, tepung daging
intensitasnya tergantung pada tahapan rendang sebagai bahan penyusun ransum
reaksi maupun faktor-faktor lain, seperti pH, perlakuan. Untuk membuat tepung daging
3
tipe reaktan, suhu, dan aktivitas air. Proses rendang dan tepung daging kalio, daging
pembuatan rendang dan kalio membutuhkan diolah terlebih dahulu menjadi rendang dan
panas yang cukup tinggi dan waktu yang kalio menggunakan standar resep tertentu.
lama, sehingga diduga mengakibatkan Pembuatan rendang dilakukan
terjadinya reaksi maillard. Efek dari reaksi dengan cara sebagai berikut: untuk bahan
maillard ini ada yang bersifat baik dan buruk. baku daging sebanyak satu kg, digunakan
Manfaat baiknya antara lain menciptakan santan kelapa ±2,4 L. Santan dimasak
aroma dan rasa yang khas pada rendang selama 90 menit hingga menjadi minyak,
dan kalio. Efek buruknya adalah kemudian daging beserta bumbu yang telah
menghasilkan senyawa amadori yang dihaluskan seperti cabe merah (±150 gram),
kemungkinan dapat memblokir pemanfaatan lengkuas (±85,3 gram), jahe (±51,9 gram),
asam amino lisin yang sangat penting untuk bawang merah (±55,9 gram) dan bawang
4
pertumbuhan. Senyawa amadori dapat putih (±51,5 gram) dimasukkan dan dimasak
membentuk ikatan silang dengan asam selama 60 menit. Setelah itu, dimasukkan
amino lisin yang menyebabkan asam amino bumbu dan rempah-rempah kedua seperti
lisin tidak dapat dimanfaatkan secara daun kunyit (±24 gram), daun salam (±2,7
5
biologis. gram), daun jeruk (±2,2 gram), sereh (±16,8
Oleh karena itu, menarik untuk gram), bubuk pala (5 gram), bubuk cengkeh
diteliti pengaruh proses pembuatan rendang (±5 gram) dan kayu manis (±12 gram).
dan kalio terhadap kualitas protein secara in Pemasakan dilanjutkan dengan api kecil
vivo. Beberapa parameter yang digunakan selama kurang lebih 15 menit.
114
Evaluasi nilai biologis protein rendang dan kalio… (Fajri PY; dkk)
115
Penelitian Gizi dan Makanan, Desember 2013 Vol. 36 (2): 113-120
Jika terdapat perbedaan nyata (p <0,05), setiap jenis ransum harus sama. Hasil
maka dilakukan uji beda lanjut Duncan. perhitungan komposisi ransum pada Tabel 2.
Pada pembuatan ransum,
HASIL dibutuhkan tambahan bahan lain berupa
Carboxy Methyl Cellulose (CMC) dan pati
Untuk menyusun ransum, terlebih
jagung, CMC ditambahkan untuk memenuhi
dahulu dilakukan analisis komposisi
kebutuhan tikus percobaan terhadap serat
proksimat dari semua sampel bahan
makanan. Penambahan CMC dilakukan
penyusun (kasein, tepung daging rendang
karena jumlah serat dalam proksimat bahan
dan tepung daging kalio). Hasil analisis
tidak mencukupi. Apabila terjadi kekurangan
proksimat sampel dapat dilihat pada Tabel 1.
serat pada ransum, tikus percobaan
Hasil analisis proksimat digunakan
mengalami diare, sehingga menyulitkan
untuk membuat formulasi ransum agar
untuk melakukan pengumpulan feses dan
memenuhi kebutuhan karbohidrat, protein,
urin secara terpisah. Penambahan pati
lemak, vitamin, serat makanan dan mineral
jagung bertujuan untuk memenuhi
dari tikus percobaan.
kebutuhan karbohidrat dalam ransum dan
Pembuatan ransum mengacu pada
untuk memenuhi kebutuhan kalori tubuh
standar AOAC (1995), dengan kandungan
tikus percobaan. Pati jagung digunakan
protein sampel 10 persen. Syarat untuk
karena pati murni merupakan sumber
membuat ransum percobaan antar perlakuan
karbohidrat yang sangat baik untuk tikus
adalah isoprotein dan isokalori, artinya
percobaan.
jumlah protein dan total jumlah kalori untuk
Tabel 1
Komposisi Proksimat Sampel
Kadar (%)
Sampel
Karbohidrat Protein Lemak Abu Serat kasar
Kasein 5,52 91,13 0,03 1,26 1,43
Tepung daging rendang 12,99 58,61 15,94 9,43 0,74
Tepung daging kalio 18,67 67,73 9,34 5,43 0,97
Tabel 2
Rancangan Komposisi Ransum Percobaan
Komponen Sumber Jumlah Perhitungan (%)
Protein Protein standar/ protein uji 10% X = (1,60 x 100)/ (% N sampel)
Lemak Minyak jagung 8% 8 – (X x % kadar lemak/100)
Mineral Campuran mineral 5% 5 – (X x % kadar abu/100)
Vitamin Campuran vitamin 1% 1%
Serat CMC 1% 1 – (X x % kadar serat kasar/100)
Air Air minum 5% 5 – (X x % kadar air/100)
Karbohidrat Pati jagung % sisanya 100 – (sisanya)
Tabel 3
Komposisi Ransum Kasein, Kalio, Rendang dan Non-protein
Komponen Penyusun (per 1000 g ransum)
Ransum Sumber Minyak Mineral Vitamin Pati
perlakuan CMC Air
Protein jagung mix mix jagung
(gram) (gram)
(gram) (gram) (gram) (gram) (gram)
Kasein 121,80 79,96 48,60 10,00 8,40 37,86 693,44
Kalio 197,90 52,57 33,77 10,00 8,73 22,72 674,31
Rendang 182,94 65,00 41,20 10,00 8,40 26,47 666,10
Non-protein 0,00 80,00 50,00 10,00 10,00 50,00 800,00
116
Evaluasi nilai biologis protein rendang dan kalio… (Fajri PY; dkk)
Tabel 4
Konsumsi Ransum dan Bobot Badan Tikus Perlakuan
Total Protein
Kelompok Konsumsi Ransum (g) Bobot Badan (g)
(g/28 hari)
a
Kalio 336,5±41,66 102,2±15,11 33,65
a
Rendang 384,3±37,25 11,0±8,15 38,44
c
Nonprotein 151,1±52,42 -12,4±9,42 Non-protein
keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
perbedaan yang nyata (p<0,05) dengan uji Duncan
Tabel 5
Nilai FCE, PER, dan NPR Ransum Kasein, Kalio dan Rendang
Perlakuan FCE (%) PER NPR
b b a
Kasein 24,00±3,00 2,35±0,33 3,06±0,40
a a a
Kalio 32,00±3,00 3,19±0,28 3,32±0,44
a a a
Rendang 33,00±3,00 3,26±0,35 2,99±0,42
keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan
yang nyata (p<0,05) dengan uji Duncan
Tabel 6
Nilai TPD, BV, dan NPU Ransum Kasein, Kalio dan Rendang
True Protein Biological Value (%) Net Protein
Perlakuan Digestibility (%) Utilization (%)
a a a
Kasein 93,92±1,95 96,00±1,11 90,48±2,60
a ab a
Kalio 92,91±2,57 91,93±3,08 86,37±3,87
a b b
Rendang 91,03±2,26 88,29±4,65 80,66±4,94
keterangan : angka yang diikuti superskrip dengan huruf yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05) dengan uji Duncan
117
Penelitian Gizi dan Makanan, Desember 2013 Vol. 36 (2): 113-120
180
160
140
berat badan (gram)
120
100
80
60
40
20
0
waktu (hari)
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28
Gambar 1
Kurva Pertumbuhan pada Setiap Kelompok Tikus Percobaan
118
Evaluasi nilai biologis protein rendang dan kalio… (Fajri PY.; dkk)
kalio memiliki nilai efisiensi protein yang dapat disimpulkan ketiga sumber protein
lebih baik untuk pertumbuhan tubuh tersebut dapat dicerna oleh tubuh tikus.
dibandingkan kasein. Reaksi maillard yang terjadi pada rendang
Tikus memiliki olfactory system yaitu maupun kalio tidak berpengaruh nyata
sistem yang mengatur ataupun terhadap nilai daya cerna proteinnya. Pada
mempengaruhi perilakunya dalam menerima reaksi maillard lanjutan, asam amino lisin
8
stimulus berupa ransum. Selain itu, akan rusak, demikian juga residu asam-
hipotalamus tikus mensintesis corticotropin asam amino lain seperti sistin yang mungkin
realizing factor receptor (CRF 2 ) yang disebabkan oleh terjadinya reaksi dengan
9 4
berfungsi untuk pengaturan nafsu makan. senyawa antara karbonil dan aldehid.
Hal inilah yang berpengaruh terhadap Nilai biologis (BV) memberikan
banyaknya ransum yang dikonsumsi tikus. pengukuran tentang seberapa efisien tubuh
Pada penetapan nilai PER, semua menggunakan atau memanfaatkan protein
6
protein yang dikonsumsi diasumsikan untuk yang dikonsumsi dari diet. Semakin tinggi
pertumbuhan, padahal protein yang nilai biologis suatu makanan maka semakin
dikonsumsi tersebut sebagian digunakan banyak protein yang diserap dan diubah
untuk pemeliharaan tubuh (body menjadi protein tubuh. Makanan yang
maintenance). Untuk memperhitungkan mempunyai nilai biologis ≥70 dianggap
jumlah protein yang digunakan untuk mampu memberi pertumbuhan bila
pemeliharaan tubuh, maka dikembangkan dikonsumsi dalam jumlah yang cukup dan
15
metode perhitungan net protein ratio (NPR), konsumsi energy mencukupi. Biological
di dalam metode ini diikutsertakan satu value yang didapatkan (Tabel 6)
kelompok tikus yang diberi ransum tanpa menunjukkan adanya perbedaan yang nyata
protein. Perbandingan nilai NPR untuk setiap (p<0,05) antara ransum rendang
kelompok perlakuan pada Tabel 5. (88,29±4,65%) dengan ransum kasein
Berdasarkan hasil NPR, tidak (kontrol) (96,00±4,65%). Hasil ini diduga
terdapat perbedaan yang nyata (p>0,05) disebabkan oleh reaksi maillard yang terjadi
antar kelompok perlakuan tikus percobaan. selama proses pembuatan rendang
Artinya setiap kelompok tikus percobaan memblokir asam-asam amino essensial
memiliki ketersediaan protein yang sehingga tidak dapat diserap oleh tubuh.
mencukupi untuk pemeliharaan tubuh. Nilai Asam-asam amino yang terblokir akibat
PER dan NPR yang didapatkan saling reaksi maillard diduga masih dapat dicerna
terkait, yaitu protein ransum kalio dan tetapi belum tentu dapat diserap oleh tubuh.
rendang baik untuk pertumbuhan dan juga Makanan dengan nilai BV tinggi berkorelasi
baik untuk pemeliharaan tubuh. Nilai NPR dengan tingginya suplai asam amino
8
menunjukkan asupan protein ransum yang esensial bagi tubuh. Nilai daya cerna
dapat digunakan untuk pertumbuhan dan protein kalio (91,93±3,88%) tidak berbeda
10
pemeliharaan tubuh. nyata dengan kasein (96,00±1,11%)
(p>0,05). Hasil ini dapat menjelaskan bahwa
Kualitas Protein Berdasarkan Metode reaksi maillard yang terjadi pada kalio tidak
Keseimbangan Nitrogen berpengaruh secara signifikan terhadap nilai
Daya cerna protein adalah biologis ransum kalio.
pengukuran persentase protein yang Net Protein Utilization (NPU) dapat
dihidrolisis oleh enzim pencernaan dan didefinisikan sebagai perbandingan antara
diserap sebagai asam-asam amino oleh jumlah nitrogen yang ditahan di dalam tubuh
suatu organisme. Nilai ini menentukan dengan jumlah nitrogen yang dikonsumsi.
(10)
kualitas protein suatu makanan . Nilai daya Semakin tinggi nilai NPU suatu makanan,
cerna protein sejati (True Protein semakin banyak nitrogen dari makanan
Digestibility) merupakan indikator jumlah tersebut yang ditahan dalam tubuh.
nitrogen atau protein yang diserap tubuh dari Perbandingan nilai NPU setiap kelompok
11
makanan. Nilai daya cerna protein sejati perlakuan tikus percobaan pada Tabel 6.
untuk masing-masing kelompok perlakuan Terlihat perbedaan yang nyata
ditampilkan pada Tabel 6. (p<0,05) antara rendang (80,66±4,94%)
Perlakuan ransum tidak dengan kasein (90,40±3,87%), menunjukkan
berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap daya adanya pengaruh reaksi maillard yang terjadi
cerna protein sejati. Nilai daya cerna protein pada rendang terhadap jumlah nitrogen
4
sejati lebih dari 90 persen dikatakan baik. rendang yang dapat diserap oleh tubuh.
Rendang, kalio dan kasein memiliki daya Reaksi maillard dapat mengurangi nilai gizi
cerna protein lebih dari 90 persen, sehingga yang ditunjukkan dengan kehilangan
119
Penelitian Gizi dan Makanan, Desember 2013 Vol. 36 (2): 113-120
12
availabilitas asam amino esensial, Nilai 3. Yilmaz Y, Toledo R. Antioxidant activity
NPU kalio (86,37±3,87%) tidak berbeda of water soluble Maillard reaction
nyata dengan kasein (90,48±2,60%) product. Food Chem. 2005;93:273-278.
(p>0,05). Hasil ini dapat menjelaskan bahwa 4. Muchtadi D. Teknik evaluasi nilai gizi
reaksi maillard yang terjadi pada kalio tidak protein. Bandung: Alfabeta, 2010.
berpengaruh secara signifikan terhadap nilai 5. Fayle SE, Gerard JA. The Maillard
NPU protein kalio. reaction. New Zealand: The Royal
Society of Chemistry, 2002.
KESIMPULAN
6. Hoffman JR, Falvo MJ. Protein-which is
Analisis kualitas protein ransum best. J Sports Sci Med. 2004;3:118-130.
rendang dan kalio secara in vivo 7. Assosiation Official Analytical Chemist
mengindikasikan bahwa tidak terdapat (AOAC). Official method of analytical of
perbedaan (p>0,05) pada feed conversion chemist. Virginia: The Association of
efficiency, protein efficiency ratio, net protein Official Analytical Chemist,1995.
ratio, true digestibility dan biological value.
8. Munger SD, Zufall TL, McDougall LM
Akan tetapi terdapat perbedaan nyata net
Cockerham RE, Schmid A, Wandernoth
protein utilization yang nyata antara ransum
P, et al. An olfactory subsystem that
kalio dan rendang (p<0,05). Berdasarkan
detects carbon disulfide and mediates
nilai true digestibility, baik ransum rendang
food related social learning. Current
maupun kalio memiliki daya cerna yang baik,
Biology. 2010;16:1438-1444.
namun nilai net protein utilization
menunjukkan bahwa daya serap protein 9. Kamdi SP, Nakhate KT, Dandekar MP,
rendang lebih rendah dari protein kalio. Kokare DM, Subhedar NK. Participation
Rendang dan kalio masih memiliki of corticotropin releasing factor type 2
kualitas protein yang baik untuk receptors in the acute, chronic, and
pertumbuhan tubuh tikus percobaan withdrawal actions of nicotine associated
dibandingkan dengan kontrol kasein with feeding behaviour in rats. Appetite.
walaupun rendang dan kalio telah 2009;(53):354-362.
mengalami reaksi Maillard selama proses 10. Rossi DM, Flores SH, Venzke JG, Ayub
pembuatannya. MA. Biological evaluation of
mechanically deboned chicken meat
SARAN protein hydrolysate.Rev Nutr Campinas.
2009; 6:879-885.
Perlu dilakukan analisis komposisi
asam amino dan analisis Lysine Available 11. Cuevaz-Rodriguez EO, Verdugo-
untuk melihat efek lanjutan dari reaksi Montoya NM, Angulo-Bejarano PI, Milan-
Maillard pada rendang dan kalio. Carrillo J, Mora-Escobedo R, Bello-
Perez LA, et al. Nutritional properties of
UCAPAN TERIMA KASIH tempeh flour from quality protein maize
(Zea mays L.) Swiss Society of Food Sci
Ucapan terima kasih kepada Prof and Tech. 2006;39:1072-1079.
Made Astawan dan Prof Tutik Wresdiyati
12. Finot PA. Historical perspective of the
atas bimbingannya selama penelitian, dan
Maillard reaction in food science. Ann
perkenannya mengunakan Laboratorium
NY Acad Sci. 2005;1043:1-8.
Hewan Percobaan, Laboratorium Biokimia
Pangan Institut Pertanian Bogor. 13. Rangel A, Saraiva K, Schwengber P,
Narciso SM, Domont GB, Ferreira ST,
RUJUKAN Pedrosa C. Biological evaluation of a
protein isolate from cowpea (Vigna
1. Cnngo.World’s 50 Most Delicious Foods. unguiculata) seeds. Food Chem.
[cited 2012 September 19]. Available 2004;87:491-499.
from:http://travel.cnn.com/ explorations/
14. Milward DJ, Layman DK, Tome D,
eat/readers-choice–worlds-50-most-
Schaafsma. Protein quality assessment:
delicious-foods-012321.
impact of expanding understanding of
2. Sholihah A. Proses pengalengan kalio
protein & amino acid needs for optimal
daging sapi dan kajian pengaruh
health. Am J Clin Nutr.2008;87:1576S-
sterilitas (Fo) pemanasan pada berbagai
81S.
suhu terhadap perubahan sifat fisiknya.
Skripsi. Bogor: IPB, 2011. 15. Almatsier S. Prinsip dasar ilmu gizi.
Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 2004.
120