Anda di halaman 1dari 8

Evaluasi nilai biologis protein rendang dan kalio… (Fajri PY; dkk)

EVALUASI NILAI BIOLOGIS PROTEIN RENDANG DAN KALIO KHAS SUMATERA BARAT
(BIOLOGICAL VALUE EVALUATION OF PROTEIN IN RENDANG AND KALIO-
TRADITIONAL CUISINE OF WEST SUMATERA)
1 1 2
Prima Yaumil Fajri , Made Astawan , dan Tutik Wresdiyati

1 Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor


2 Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, Bogor
e-mail: primayaumil@yahoo.co.id

Diterima: 19-08-2013 Direvisi: 25-11-2013 Disetujui: 02-12-2013

ABSTRACT
Rendang is a traditional Indonesian dishes from West Sumatera whichglobally well known. Inrendang making
process, a meat is cooked under long time heat with a large amount of variety spices.Kalio, a rendang similar
dishes,is cooked with a shorter heating time and less of spices. Kalio has a few sauce while rendang has no
sauce. Long time heating in cooking processmay cause maillard reactionin rendang and kalio. One effect of
maillard reaction is lowering the availability of amino acids, consequently could reduce the protein content
qualities. To assess the protein nutritional values of rendang and kalio, an in vivo study was conducted using
albino rats as animal models. The result showed that cooking process did not confirm any significant
differences on feed conversion efficiency, protein efficiency ratio, net protein ratio (NPR), true protein
digestibility and biological value (p>0.05)between rendang and kalio, however asignificant difference on net
protein utilization (p<0.05) was found.

Keywords: rendang, kalio, protein quality

ABSTRAK
Rendang merupakan salah satu masakan tradisional Indonesia asal Sumatera Barat yang sudah mendunia.
Pada proses pembuatannya, rendang dimasak dalam jangka waktu yang lama dengan menggunakan
beragam bumbu dalam jumlah banyak. Kalio merupakan jenis masakan yang hampir sama dengan rendang,
akan tetapi dimasak dengan waktu lebih singkat, dan menggunakan bumbu yang lebih sedikit. Pada kalio
masih terdapat sedikit kuah, sedangkan pada rendang sudah tidak terdapat kuah, atau kering. Pemanasan
dalam jangka waktu lama pada proses pemasakan kedua jenis hidangan ini, menyebabkan terjadinya reaksi
maillard pada rendang ataupun kalio. Salah satu dampak reaksi maillard adalah menurunnya ketersediaan
asam-asam amino, sehingga mengakibatkan penurunan kualitas protein. Untuk membuktikan hal tersebut,
dilakukan analisis kualitas protein rendang dan kalio secara in vivo dengan menggunakan tikus albino
sebagai hewan model. Analisis mengindikasikan tidak terdapat perbedaan antara kalio dengan rendang
(p>0,05) pada feed conversion efficiency (FCE), protein efficiency ratio (PER), net protein ratio (NPR), true
protein digestibility (TPD) dan biological value (BV). Akan tetapi pada pengukuran net protein utilization
(NPU), terdapat perbedaan yang nyata antara kalio dengan rendang (p<0,05). [Penel Gizi Makan 2013,
36(2):113-120]

Kata kunci: rendang, kalio, kualitas protein

113
Penelitian Gizi dan Makanan, Desember 2013 Vol. 36 (2): 113-120

M
PENDAHULUAN dalam evaluasi nilai gizi protein adalah:
protein efficiency ratio (PER), net protein
akanan tradisional Indonesia sangat
ratio (NPR), true protein digestibility (TPD),
beragam, mulai dari makanan
biological value (BV), dan net protein
ringan sampai lauk-pauk. Hampir
utilizaton (NPU). Penelitian ini bertujuan
setiap daerah di Indonesia memiliki
untuk mengevaluasi kualitas protein rendang
makanan tradisional dengan rasa khas.
dan kalio secara in vivo.
Salah satu makanan tradisional Indonesia
yang sudah mendunia adalah rendang.
METODE
Rendang merupakan makanan olahan
daging berasal dari Sumatera Barat. Kata Percobaan dilakukan menggunakan
“Rendang” berarti sebuah teknik memasak 20 ekor tikus Sprague-dawley jantan
dengan panas yang berlangsung lama. berumur sapih (21-23 hari) dengan bobot
Hasil survey CNN (Cable News badan rata-rata 48-52 gram. Tikus diperoleh
Network) pada tahun 2011 tentang World’s dari Badan Pengawas Obat dan Makanan
50 Most Delicious Foods (50 makanan (BPOM) Republik Indonesia Jakarta.
terlezat di dunia) menempatkan rendang Penelitian ini menggunakan rancangan acak
pada posisi nomor satu sebagai makanan lengkap, tikus diacak dan ditempatkan pada
1
terlezat di dunia. Rendang dibuat dari empat perlakuan dengan masing–masing
daging, santan dengan penambahan kelompok berjumlah 5 ekor. Perlakuan yang
berbagai bumbu. Rendang umumnya dibuat diberikan adalah ransum kasein, ransum
dari daging sapi yang tinggi kolagen seperti kalio, ransum rendang dan ransum non-
paha atas (round), sehingga harus dimasak protein. Tikus kemudian ditempatkan pada
pada suhu yang tidak terlalu tinggi (kurang kandang metabolik berbahan stainless steel,
0 2 º
dari 100 C) dengan waktu yang cukup lama. dan kandang ditempatkan pada suhu 22 C
Selain rendang dikenal juga olahan daging dengan pengaturan 12 jam gelap dan 12 jam
yang disebut kalio atau rendang basah. Kalio terang. Percobaan dilakukan selama 28 hari,
dikatakan sebagai rendang basah karena ransum dan air minum diberikan secara ad
proses pembuatannya mirip dengan libitum. Penelitian ini dilaksanakan bulan
pembuatan rendang, tetapi hasilnya tidak November 2012 sampai dengan Februari
sekering dan secoklat rendang karena 2013, bertempat di laboratorium Hewan
proses pembuatannya lebih singkat. percobaan dan laboratorium Biokimia
Reaksi maillard merupakan reaksi Pangan Departemen Ilmu dan Teknologi
pencokelatan non-enzimatis, yang Pangan Institut Pertanian Bogor.
melibatkan gula pereduksi dan asam amino. Bahan yang digunakan adalah:
Reaksi ini menimbulkan warna coklat yang kasein, tepung daging kalio, tepung daging
intensitasnya tergantung pada tahapan rendang sebagai bahan penyusun ransum
reaksi maupun faktor-faktor lain, seperti pH, perlakuan. Untuk membuat tepung daging
3
tipe reaktan, suhu, dan aktivitas air. Proses rendang dan tepung daging kalio, daging
pembuatan rendang dan kalio membutuhkan diolah terlebih dahulu menjadi rendang dan
panas yang cukup tinggi dan waktu yang kalio menggunakan standar resep tertentu.
lama, sehingga diduga mengakibatkan Pembuatan rendang dilakukan
terjadinya reaksi maillard. Efek dari reaksi dengan cara sebagai berikut: untuk bahan
maillard ini ada yang bersifat baik dan buruk. baku daging sebanyak satu kg, digunakan
Manfaat baiknya antara lain menciptakan santan kelapa ±2,4 L. Santan dimasak
aroma dan rasa yang khas pada rendang selama 90 menit hingga menjadi minyak,
dan kalio. Efek buruknya adalah kemudian daging beserta bumbu yang telah
menghasilkan senyawa amadori yang dihaluskan seperti cabe merah (±150 gram),
kemungkinan dapat memblokir pemanfaatan lengkuas (±85,3 gram), jahe (±51,9 gram),
asam amino lisin yang sangat penting untuk bawang merah (±55,9 gram) dan bawang
4
pertumbuhan. Senyawa amadori dapat putih (±51,5 gram) dimasukkan dan dimasak
membentuk ikatan silang dengan asam selama 60 menit. Setelah itu, dimasukkan
amino lisin yang menyebabkan asam amino bumbu dan rempah-rempah kedua seperti
lisin tidak dapat dimanfaatkan secara daun kunyit (±24 gram), daun salam (±2,7
5
biologis. gram), daun jeruk (±2,2 gram), sereh (±16,8
Oleh karena itu, menarik untuk gram), bubuk pala (5 gram), bubuk cengkeh
diteliti pengaruh proses pembuatan rendang (±5 gram) dan kayu manis (±12 gram).
dan kalio terhadap kualitas protein secara in Pemasakan dilanjutkan dengan api kecil
vivo. Beberapa parameter yang digunakan selama kurang lebih 15 menit.

114
Evaluasi nilai biologis protein rendang dan kalio… (Fajri PY; dkk)

Santan kelapa (±1,2 L) beserta Kualitas protein diukur berdasarkan


daging yang siap olah (±1 kg) dan bumbu- metode pertumbuhan, yaitu kurva
bumbu yang telah dihaluskan seperti cabe pertumbuhan, FCE, PER dan NPR. Kurva
merah (±100 gram), bawang merah (±31,6 pertumbuhan dibuat dengan menempatkan
gram), bawang putih (±43,2 gram), lengkuas rataan pertambahan bobot badan (pada
(± 64,9 gram), dan jahe (±54,4 gram), serta sumbu y) terhadap hari percobaan (pada
rempah-rempah seperti daun kunyit (±12 sumbu x). Penentuan FCE dilakukan dengan
gram), daun salam (±2,7 gram), daun jeruk cara menimbang bobot tikus setiap dua hari
(±2,2 gram), cengkeh bubuk (±5 gram), dan sekali selama 28 hari dan menimbang
buah pala bubuk (±5 gram) dimasukan jumlah ransum yang dikonsumsi setiap hari.
secara bersamaan kemudian dimasak Perhitungan FCE dilakukan dengan
selama 60 menit hingga matang. menggunakan rumus:
Daging sapi yang digunakan dalam
𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 (𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔 )
pembuatan rendang dan kalio adalah bagian FCE (%) =
𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 ℎ 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 (𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔 )
x 100
paha atas (round). Daging didapatkan dari
sumber yang sama yaitu dari rumah potong Protein efficiency ratio ditentukan
hewan PT. Elders Indonesia cabang Bogor. berdasarkan AOAC (1995). PER ditentukan
Bumbu dan rempah yang digunakan dibeli dengan rumus :
dari pasar Cibereum, Bogor. Untuk bahan
pembuatan ransum tikus percobaan, 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 (𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔 )
PER =
𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 ℎ 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 (𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔 )
digunakan pati jagung merek Maizena,
minyak jagung merek Mazola, kasein, Perhitungan nilai NPR dilakukan sama
vitamin mix merek Fitkom, mineral mix, dan seperti persyaratan PER. NPR dihitung
air minum kemasan merek Aqua. Bahan berdasarkan rumus berikut:
kimia yang digunakan yakni bahan kimia
5
untuk analisis kadar protein. 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢
+
Rendang dan kalio selanjutnya 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝
NPR =
dihaluskan dengan cara dicincang 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 ℎ 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑
menggunakan food processor. Hasil
pencincangan selanjutnya ditepungkan Kualitas protein diukur berdasarkan
menggunakan alat drum dryer, kemudian keseimbangan nitrogen yaitu diukur dengan
kembali dihaluskan menggunakan disc mill melakukan pengumpulan feses dan urin
sehingga diperoleh sampel dalam bentuk secara terpisah selama 10 hari terakhir masa
tepung berukuran 40 mesh. Analisis pemeliharaan. Menetapkan nilai TPD (true
proksimat dilakukan pada tepung rendang, protein digestibility), BV (biological value),
tepung kalio dan kasein yang akan dan NPU (net protein utilization). Untuk
digunakan sebagai sumber protein dalam menetapkan nilai TPD (true protein
ransum perlakuan dengan mengacu pada digestibility) ini diperlukan analisis
metode standar AOAC (Association of kandungan nitrogen dari urin dan feses tikus
7
Official Analitycal of Chemist). Sampel percobaan dengan menggunakan metode
dianalisis dengan dua kali ulangan. Hasil Kjeldahl (AOAC 1995). Rumus perhitungan:
analisis proksimat dapat dilihat pada Tabel 1. 𝑁𝑁 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 −(𝑁𝑁 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 −𝑁𝑁 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 )
Tepung rendang dan kalio TPD (%) = x 100
𝑁𝑁 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑
digunakan sebagai sumber protein dalam
ransum perlakuan. Ransum diformulasikan BV =
sehingga memiliki kadar protein sebesar 10 N yang dikonsumsi-(N feses-N metabolik)-(N urin-N endogen)
persen. Ransum kemudian dikemas dengan N yang dikonsumsi-(N feses-N metabolic)
kantong plastik PE (polyethylene) yang diberi NPU (%) =
label dan disimpan pada refrigerator bersuhu
º 𝑁𝑁 𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 −(𝑁𝑁 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 −𝑁𝑁 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 )−(𝑁𝑁 𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢 −𝑁𝑁 𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒 )
5 C. Komposisi ransum perlakuan dapat x 100
𝑁𝑁 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑
dilihat pada Tabel 3.
Variabel yang diamati adalah NPU (%) = TPD x BV
kualitas protein berdasarkan metode
pertumbuhan (kurva pertumbuhan, feed
conversion ratio, protein efficiency ratio, dan Data parameter-parameter kualitas
net protein ratio) dan kualitas protein protein FCE, PER, NPR, TPD BV dan NPU
berdasarkan metode keseimbangan nitrogen yang diperoleh diolah dengan analisis one
(biological value, true protein digestibility, way anova untuk mengetahui pengaruh
dan net protein utilization). perlakuan terhadap parameter yang diuji.

115
Penelitian Gizi dan Makanan, Desember 2013 Vol. 36 (2): 113-120

Jika terdapat perbedaan nyata (p <0,05), setiap jenis ransum harus sama. Hasil
maka dilakukan uji beda lanjut Duncan. perhitungan komposisi ransum pada Tabel 2.
Pada pembuatan ransum,
HASIL dibutuhkan tambahan bahan lain berupa
Carboxy Methyl Cellulose (CMC) dan pati
Untuk menyusun ransum, terlebih
jagung, CMC ditambahkan untuk memenuhi
dahulu dilakukan analisis komposisi
kebutuhan tikus percobaan terhadap serat
proksimat dari semua sampel bahan
makanan. Penambahan CMC dilakukan
penyusun (kasein, tepung daging rendang
karena jumlah serat dalam proksimat bahan
dan tepung daging kalio). Hasil analisis
tidak mencukupi. Apabila terjadi kekurangan
proksimat sampel dapat dilihat pada Tabel 1.
serat pada ransum, tikus percobaan
Hasil analisis proksimat digunakan
mengalami diare, sehingga menyulitkan
untuk membuat formulasi ransum agar
untuk melakukan pengumpulan feses dan
memenuhi kebutuhan karbohidrat, protein,
urin secara terpisah. Penambahan pati
lemak, vitamin, serat makanan dan mineral
jagung bertujuan untuk memenuhi
dari tikus percobaan.
kebutuhan karbohidrat dalam ransum dan
Pembuatan ransum mengacu pada
untuk memenuhi kebutuhan kalori tubuh
standar AOAC (1995), dengan kandungan
tikus percobaan. Pati jagung digunakan
protein sampel 10 persen. Syarat untuk
karena pati murni merupakan sumber
membuat ransum percobaan antar perlakuan
karbohidrat yang sangat baik untuk tikus
adalah isoprotein dan isokalori, artinya
percobaan.
jumlah protein dan total jumlah kalori untuk

Tabel 1
Komposisi Proksimat Sampel
Kadar (%)
Sampel
Karbohidrat Protein Lemak Abu Serat kasar
Kasein 5,52 91,13 0,03 1,26 1,43
Tepung daging rendang 12,99 58,61 15,94 9,43 0,74
Tepung daging kalio 18,67 67,73 9,34 5,43 0,97

Tabel 2
Rancangan Komposisi Ransum Percobaan
Komponen Sumber Jumlah Perhitungan (%)
Protein Protein standar/ protein uji 10% X = (1,60 x 100)/ (% N sampel)
Lemak Minyak jagung 8% 8 – (X x % kadar lemak/100)
Mineral Campuran mineral 5% 5 – (X x % kadar abu/100)
Vitamin Campuran vitamin 1% 1%
Serat CMC 1% 1 – (X x % kadar serat kasar/100)
Air Air minum 5% 5 – (X x % kadar air/100)
Karbohidrat Pati jagung % sisanya 100 – (sisanya)

Tabel 3
Komposisi Ransum Kasein, Kalio, Rendang dan Non-protein
Komponen Penyusun (per 1000 g ransum)
Ransum Sumber Minyak Mineral Vitamin Pati
perlakuan CMC Air
Protein jagung mix mix jagung
(gram) (gram)
(gram) (gram) (gram) (gram) (gram)
Kasein 121,80 79,96 48,60 10,00 8,40 37,86 693,44
Kalio 197,90 52,57 33,77 10,00 8,73 22,72 674,31
Rendang 182,94 65,00 41,20 10,00 8,40 26,47 666,10
Non-protein 0,00 80,00 50,00 10,00 10,00 50,00 800,00

116
Evaluasi nilai biologis protein rendang dan kalio… (Fajri PY; dkk)

Setelah dilakukan analisis proksimat (p <0,05). Sedangkan Nilai PER kelompok


pada bahan sumber protein ransum tikus perlakuan rendang dan kalio tidak
percobaan, maka dapat disusun komposisi berbeda nyata (p >0,05). Berdasarkan hasil
ransum perlakuan tikus percobaan. yang didapatkan terlihat bahwa perlakuan
Komposisi ransum perlakuan dapat dilihat ransum tidak berpengaruh terhadap nilai
pada Tabel 3. NPR (p >0,05).
Nilai FCE pada kelompok tikus Pada nilai true protein digestibility
perlakuan rendang maupun kalio secara menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
nyata lebih tinggi dibandingkan dengan nyata (p >0,05) antara kelompok kasein,
kelompok tikus perlakuan kasein (kontrol) kalio dan rending, sedangkan untuk nilai
(p<0,05), akan tetapi kedua kelompok biological value dan net protein utilization,
mempunyai nilai FCE yang tidak berbeda terdapat perbedaan yang nyata (p <0,05)
nyata (p >0,05). antara kasein (kontrol) dengan rendang.
Nilai PER untuk masing-masing Pertambahan bobot badan tikus
kelompok perlakuan dapat (Tabel 5). percobaan menunjukkan pengaruh
Berdasarkan hasil ini terlihat bahwa terdapat pemanfaatan ransum untuk pertumbuhan
perbedaan nilai PER yang nyata (p<0,05) tubuh. Hasil pengamatan pertambahan
antara kelompok tikus perlakuan rendang bobot badan tikus percobaan disajikan pada
(3,26±0,35) maupun kelompok tikus Gambar 1. Setiap kelompok tikus percobaan
perlakuan kalio (3,19±0,28) dengan memiliki profil pertumbuhan bobot badan
kelompok tikus perlakuan kasein (2,35±0,33) yang khas.

Tabel 4
Konsumsi Ransum dan Bobot Badan Tikus Perlakuan

Total Protein
Kelompok Konsumsi Ransum (g) Bobot Badan (g)
(g/28 hari)

Kasein 241,7±84,41 53,4±21,59 24,17


b

a
Kalio 336,5±41,66 102,2±15,11 33,65
a
Rendang 384,3±37,25 11,0±8,15 38,44
c
Nonprotein 151,1±52,42 -12,4±9,42 Non-protein
keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
perbedaan yang nyata (p<0,05) dengan uji Duncan

Tabel 5
Nilai FCE, PER, dan NPR Ransum Kasein, Kalio dan Rendang
Perlakuan FCE (%) PER NPR
b b a
Kasein 24,00±3,00 2,35±0,33 3,06±0,40
a a a
Kalio 32,00±3,00 3,19±0,28 3,32±0,44
a a a
Rendang 33,00±3,00 3,26±0,35 2,99±0,42
keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan
yang nyata (p<0,05) dengan uji Duncan

Tabel 6
Nilai TPD, BV, dan NPU Ransum Kasein, Kalio dan Rendang
True Protein Biological Value (%) Net Protein
Perlakuan Digestibility (%) Utilization (%)
a a a
Kasein 93,92±1,95 96,00±1,11 90,48±2,60
a ab a
Kalio 92,91±2,57 91,93±3,08 86,37±3,87
a b b
Rendang 91,03±2,26 88,29±4,65 80,66±4,94
keterangan : angka yang diikuti superskrip dengan huruf yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05) dengan uji Duncan

117
Penelitian Gizi dan Makanan, Desember 2013 Vol. 36 (2): 113-120

180

160

140
berat badan (gram)

120

100

80

60

40

20

0
waktu (hari)
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28

kalio rendang kasein nonprotein

Gambar 1
Kurva Pertumbuhan pada Setiap Kelompok Tikus Percobaan

BAHASAN kelompok tikus percobaan ditampilkan pada


Tabel 5. Nilai FCE kelompok rendang dan
Kualitas Protein Berdasarkan Metode
kalio berbeda nyata (p<0,05) dengan
Pertumbuhan
kelompok kontrol (kasein). Hal ini
Tujuan dari evaluasi nilai gizi protein
dikarenakan konsumsi ransum tertinggi
suatu bahan pangan adalah untuk
terdapat pada kelompok rendang dan kalio
mengetahui kemampuan kandungan protein
(Tabel4). Berdasarkan hal ini, terlihat bahwa
dalam suatu bahan pangan dalam
konsumsi rendang dan kalio lebih efisien
memenuhi kebutuhan tubuh, seperti untuk
14 untuk dapat meningkatkan bobot badan tikus
pertumbuhan dan fungsi tubuh lain.
percobaan dibandingkan kasein.
Kelompok tikus percobaan ransum
Kelompok tikus percobaan
rendang memiliki kurva pertumbuhan yang
perlakuan non-protein digunakan sebagai
paling tinggi. Hal ini terjadi karena ransum
kontrol negatif. Ransum yang diberikan
dikonsumsi dengan jumlah yang paling
hampir tidak mengandung protein. Ransum
banyak (Tabel 4), sehingga asupan protein
tersebut hanya untuk memenuhi kebutuhan
yang diterima menjadi banyak. Protein 4
kalori tubuh tikus untuk bertahan hidup. Hal
merupakan zat gizi utama untuk
13 ini terlihat dari hasil nilai FCE terendah
pertumbuhan. Kelompok tikus percobaan
terdapat pada kelompok tikus percobaan
yang diberi ransum non-protein mengalami
perlakuan ransum non-protein (-0,04).
penurunan bobot badan. Hal ini terjadi
Nilai PER diperoleh dari
karena sangat rendahnya kandungan protein
perbandingan antara pertambahan bobot
di dalam ransum yang diberikan..
badan tikus percobaan dengan jumlah
Nilai FCE menerangkan korelasi
protein yang dikonsumsi. PER menentukan
antara pertambahan bobot badan tikus
efektivitas protein melalui pengukuran
percobaan dengan konsumsi ransumnya 6
pertumbuhan hewan percobaan. Semakin
(gram) selama masa percobaan. Semakin
tinggi nilai PER maka semakin efisien protein
tinggi nilai FCE menunjukkan semakin
dalam ransum untuk meningkatkan
efisien ransum yang diberikan untuk
pertumbuhan bobot badan tikus percobaan.
meningkatkan bobot badan tikus percobaan.
Hasil nilai PER yang diperoleh (Tabel 5)
Nilai FCE masing-masing perlakuan
menunjukkan bahwa ransum rendang dan

118
Evaluasi nilai biologis protein rendang dan kalio… (Fajri PY.; dkk)

kalio memiliki nilai efisiensi protein yang dapat disimpulkan ketiga sumber protein
lebih baik untuk pertumbuhan tubuh tersebut dapat dicerna oleh tubuh tikus.
dibandingkan kasein. Reaksi maillard yang terjadi pada rendang
Tikus memiliki olfactory system yaitu maupun kalio tidak berpengaruh nyata
sistem yang mengatur ataupun terhadap nilai daya cerna proteinnya. Pada
mempengaruhi perilakunya dalam menerima reaksi maillard lanjutan, asam amino lisin
8
stimulus berupa ransum. Selain itu, akan rusak, demikian juga residu asam-
hipotalamus tikus mensintesis corticotropin asam amino lain seperti sistin yang mungkin
realizing factor receptor (CRF 2 ) yang disebabkan oleh terjadinya reaksi dengan
9 4
berfungsi untuk pengaturan nafsu makan. senyawa antara karbonil dan aldehid.
Hal inilah yang berpengaruh terhadap Nilai biologis (BV) memberikan
banyaknya ransum yang dikonsumsi tikus. pengukuran tentang seberapa efisien tubuh
Pada penetapan nilai PER, semua menggunakan atau memanfaatkan protein
6
protein yang dikonsumsi diasumsikan untuk yang dikonsumsi dari diet. Semakin tinggi
pertumbuhan, padahal protein yang nilai biologis suatu makanan maka semakin
dikonsumsi tersebut sebagian digunakan banyak protein yang diserap dan diubah
untuk pemeliharaan tubuh (body menjadi protein tubuh. Makanan yang
maintenance). Untuk memperhitungkan mempunyai nilai biologis ≥70 dianggap
jumlah protein yang digunakan untuk mampu memberi pertumbuhan bila
pemeliharaan tubuh, maka dikembangkan dikonsumsi dalam jumlah yang cukup dan
15
metode perhitungan net protein ratio (NPR), konsumsi energy mencukupi. Biological
di dalam metode ini diikutsertakan satu value yang didapatkan (Tabel 6)
kelompok tikus yang diberi ransum tanpa menunjukkan adanya perbedaan yang nyata
protein. Perbandingan nilai NPR untuk setiap (p<0,05) antara ransum rendang
kelompok perlakuan pada Tabel 5. (88,29±4,65%) dengan ransum kasein
Berdasarkan hasil NPR, tidak (kontrol) (96,00±4,65%). Hasil ini diduga
terdapat perbedaan yang nyata (p>0,05) disebabkan oleh reaksi maillard yang terjadi
antar kelompok perlakuan tikus percobaan. selama proses pembuatan rendang
Artinya setiap kelompok tikus percobaan memblokir asam-asam amino essensial
memiliki ketersediaan protein yang sehingga tidak dapat diserap oleh tubuh.
mencukupi untuk pemeliharaan tubuh. Nilai Asam-asam amino yang terblokir akibat
PER dan NPR yang didapatkan saling reaksi maillard diduga masih dapat dicerna
terkait, yaitu protein ransum kalio dan tetapi belum tentu dapat diserap oleh tubuh.
rendang baik untuk pertumbuhan dan juga Makanan dengan nilai BV tinggi berkorelasi
baik untuk pemeliharaan tubuh. Nilai NPR dengan tingginya suplai asam amino
8
menunjukkan asupan protein ransum yang esensial bagi tubuh. Nilai daya cerna
dapat digunakan untuk pertumbuhan dan protein kalio (91,93±3,88%) tidak berbeda
10
pemeliharaan tubuh. nyata dengan kasein (96,00±1,11%)
(p>0,05). Hasil ini dapat menjelaskan bahwa
Kualitas Protein Berdasarkan Metode reaksi maillard yang terjadi pada kalio tidak
Keseimbangan Nitrogen berpengaruh secara signifikan terhadap nilai
Daya cerna protein adalah biologis ransum kalio.
pengukuran persentase protein yang Net Protein Utilization (NPU) dapat
dihidrolisis oleh enzim pencernaan dan didefinisikan sebagai perbandingan antara
diserap sebagai asam-asam amino oleh jumlah nitrogen yang ditahan di dalam tubuh
suatu organisme. Nilai ini menentukan dengan jumlah nitrogen yang dikonsumsi.
(10)
kualitas protein suatu makanan . Nilai daya Semakin tinggi nilai NPU suatu makanan,
cerna protein sejati (True Protein semakin banyak nitrogen dari makanan
Digestibility) merupakan indikator jumlah tersebut yang ditahan dalam tubuh.
nitrogen atau protein yang diserap tubuh dari Perbandingan nilai NPU setiap kelompok
11
makanan. Nilai daya cerna protein sejati perlakuan tikus percobaan pada Tabel 6.
untuk masing-masing kelompok perlakuan Terlihat perbedaan yang nyata
ditampilkan pada Tabel 6. (p<0,05) antara rendang (80,66±4,94%)
Perlakuan ransum tidak dengan kasein (90,40±3,87%), menunjukkan
berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap daya adanya pengaruh reaksi maillard yang terjadi
cerna protein sejati. Nilai daya cerna protein pada rendang terhadap jumlah nitrogen
4
sejati lebih dari 90 persen dikatakan baik. rendang yang dapat diserap oleh tubuh.
Rendang, kalio dan kasein memiliki daya Reaksi maillard dapat mengurangi nilai gizi
cerna protein lebih dari 90 persen, sehingga yang ditunjukkan dengan kehilangan

119
Penelitian Gizi dan Makanan, Desember 2013 Vol. 36 (2): 113-120

12
availabilitas asam amino esensial, Nilai 3. Yilmaz Y, Toledo R. Antioxidant activity
NPU kalio (86,37±3,87%) tidak berbeda of water soluble Maillard reaction
nyata dengan kasein (90,48±2,60%) product. Food Chem. 2005;93:273-278.
(p>0,05). Hasil ini dapat menjelaskan bahwa 4. Muchtadi D. Teknik evaluasi nilai gizi
reaksi maillard yang terjadi pada kalio tidak protein. Bandung: Alfabeta, 2010.
berpengaruh secara signifikan terhadap nilai 5. Fayle SE, Gerard JA. The Maillard
NPU protein kalio. reaction. New Zealand: The Royal
Society of Chemistry, 2002.
KESIMPULAN
6. Hoffman JR, Falvo MJ. Protein-which is
Analisis kualitas protein ransum best. J Sports Sci Med. 2004;3:118-130.
rendang dan kalio secara in vivo 7. Assosiation Official Analytical Chemist
mengindikasikan bahwa tidak terdapat (AOAC). Official method of analytical of
perbedaan (p>0,05) pada feed conversion chemist. Virginia: The Association of
efficiency, protein efficiency ratio, net protein Official Analytical Chemist,1995.
ratio, true digestibility dan biological value.
8. Munger SD, Zufall TL, McDougall LM
Akan tetapi terdapat perbedaan nyata net
Cockerham RE, Schmid A, Wandernoth
protein utilization yang nyata antara ransum
P, et al. An olfactory subsystem that
kalio dan rendang (p<0,05). Berdasarkan
detects carbon disulfide and mediates
nilai true digestibility, baik ransum rendang
food related social learning. Current
maupun kalio memiliki daya cerna yang baik,
Biology. 2010;16:1438-1444.
namun nilai net protein utilization
menunjukkan bahwa daya serap protein 9. Kamdi SP, Nakhate KT, Dandekar MP,
rendang lebih rendah dari protein kalio. Kokare DM, Subhedar NK. Participation
Rendang dan kalio masih memiliki of corticotropin releasing factor type 2
kualitas protein yang baik untuk receptors in the acute, chronic, and
pertumbuhan tubuh tikus percobaan withdrawal actions of nicotine associated
dibandingkan dengan kontrol kasein with feeding behaviour in rats. Appetite.
walaupun rendang dan kalio telah 2009;(53):354-362.
mengalami reaksi Maillard selama proses 10. Rossi DM, Flores SH, Venzke JG, Ayub
pembuatannya. MA. Biological evaluation of
mechanically deboned chicken meat
SARAN protein hydrolysate.Rev Nutr Campinas.
2009; 6:879-885.
Perlu dilakukan analisis komposisi
asam amino dan analisis Lysine Available 11. Cuevaz-Rodriguez EO, Verdugo-
untuk melihat efek lanjutan dari reaksi Montoya NM, Angulo-Bejarano PI, Milan-
Maillard pada rendang dan kalio. Carrillo J, Mora-Escobedo R, Bello-
Perez LA, et al. Nutritional properties of
UCAPAN TERIMA KASIH tempeh flour from quality protein maize
(Zea mays L.) Swiss Society of Food Sci
Ucapan terima kasih kepada Prof and Tech. 2006;39:1072-1079.
Made Astawan dan Prof Tutik Wresdiyati
12. Finot PA. Historical perspective of the
atas bimbingannya selama penelitian, dan
Maillard reaction in food science. Ann
perkenannya mengunakan Laboratorium
NY Acad Sci. 2005;1043:1-8.
Hewan Percobaan, Laboratorium Biokimia
Pangan Institut Pertanian Bogor. 13. Rangel A, Saraiva K, Schwengber P,
Narciso SM, Domont GB, Ferreira ST,
RUJUKAN Pedrosa C. Biological evaluation of a
protein isolate from cowpea (Vigna
1. Cnngo.World’s 50 Most Delicious Foods. unguiculata) seeds. Food Chem.
[cited 2012 September 19]. Available 2004;87:491-499.
from:http://travel.cnn.com/ explorations/
14. Milward DJ, Layman DK, Tome D,
eat/readers-choice–worlds-50-most-
Schaafsma. Protein quality assessment:
delicious-foods-012321.
impact of expanding understanding of
2. Sholihah A. Proses pengalengan kalio
protein & amino acid needs for optimal
daging sapi dan kajian pengaruh
health. Am J Clin Nutr.2008;87:1576S-
sterilitas (Fo) pemanasan pada berbagai
81S.
suhu terhadap perubahan sifat fisiknya.
Skripsi. Bogor: IPB, 2011. 15. Almatsier S. Prinsip dasar ilmu gizi.
Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 2004.

120

Anda mungkin juga menyukai