Disusun Untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Kurikulum Berbasis
Kompetensi
Dosen Pengampu:
Dr. Toto Ruhimat, M.Pd.
Dr. Riche Cynthia Johan, M.Si.
Oleh:
Alfin Anwar
(2113193)
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang atas berkat
karunia dan rahmat-Nya, penulis diberikan kelancaran dan kesabaran dalam
menyelesaikan tugas Ujian Tengah Semester ini.
Tugas ini disusun untuk memenuhi Ujian Tengah Semester mata kuliah
kurikulum berbasis kompetensi yang diampu oleh Dr. Toto Ruhimat, M.Pd dan Dr.
Riche Cynthia Johan, M.Si. Tugas ini membahas mengenai ulasan materi kuliah
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Semoga tugas Ujian Tengah Semester ini dapat
memberikan manfaat serta menambah wawasan bagi penulis dan pembaca semua.
Seluruh kebenaran hanya milik Tuhan Yang Maha Esa dan dalam penyusunan
makalah ini masih terdapat kekurangan disebabkan keterbatasan pengetahuan dan
pemahaman penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk memperbaiki tugas ini. Semoga tugas Ujian Tengah Semester ini dapat
memberikan manfaat kepada seluruh pihak yang ingin belajar tentang kurikulum.
Aamiin.
Penulis
1. KURIKULUM SISTEMIK OLEH J. D. MC NEIL
Salah satu ciri dari kurikulum sistemik adalah bahwa kurikulum ini merupakan
“kendaraan” bagi efisiensi dan efektivitas dalam menyampaikan isi/materi. Kemudian
ada standar-standar yang menjadi orientasi yang paling dominan baik itu standar
kompetensi, standar proses pembelajaran, standar penilaian dst. Selain itu, tujuan
pembelajaran sudah dirancang bersamaan berbagai standar yang harus dipenuhi.
Evaluasi kemajuan disesuaikan dengan tujuan instruksional, hasil-hasil tes, dan
indikator-indikator lainnya.
Menurut McNeil (2005; 44-50), kurikulum ini dapat dipandang sebagai wahana
yang efektif dan efisien dalam menuntaskan materi pelajaran. Berbagai program
pelatihan militer, industry, dan reliji menerapkan konsep ini dalam kurikulum
pembelajarannya. Keseragaman dan control merupakan ciri utama kurikulum ini.
Keseragaman tersebut meliputi tujuan pembelajaran, proses, materi, dan alat evaluasi.
Mastery learning (ketuntasan belajar) merupakan ciri dari sistemik kurikulum. PSI
(Personalized Systemic Instruction) juga termasuk media teknologi yang banyak
digunakan dalam meningkatkan pembelajaran. PSI menggunakan prinsip behavorial
science yang menuntut respon aktif dari para siswa, hasil pencapaian sesegera mungkin
dan tujuan yang jelas. Evaluasi berupa tes dibuat sebelum merancang kurikulum. Dalam
edisi awal bukunya McNeil mengungkapkan bahwa kurikulum ini disebut sebagai
kurikulum teknologis.
Dalam menentukan standar kinerja dilakukan dengan cara guru dan siswa
memperjelas ekspektasi apa yang ingin diwujudkan sehingga kriterianya yang jelas.
Kemudian prestasi/achievement diukur melalui feedback, tes, modifikasi, reward, dan
punishment. Sistem penilaian dalam Kurikulum Sistemik mengukur/menilai,
memotivasi siswa, proses untuk mendapat perhatian siswa, membimbing, memberi
feedback dst. Dalam pelaksanaannya mengandung elemen dari jumlah siswa dalam
kelompok atau individu, alokasi waktu yang tersedia, dan pelaksanaannya kapan.
Penilaian tersebut berlaku di negara bagian, distrik, untuk materi program pembelajaran
sekolah, penyiapan dan monitoring guru.
Dalam sistemik kurikulum, guru memutuskan topik kunci dan apa yang harus
dikerjakan siswa sehingga memenuhi standar yang telah ditentukan. Proses
pembelajaran dilakukan dengan mencocokan kondisi stimulus dari kriteria based
performance. Tes dibuat sebelum merancang kurikulum.
Sistemik kurikulum sering pula disebut kurikulum teknologis, bersifat holistik, yang
terdiri dari dua komponen atau lebih yang memiliki relasi untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Kedua, teknologi dalam model dan prosedur untuk pengembangan konstruksi dan
evaluasi materi kurikulum dan sistem pembelajaran. Proses perkembangan dapat
diartikan sebagai aturan, yang jika diikuti akan menghasilkan produk yang lebih efektif.
Teknologi pada cara yang pertama lebih berkaitan dengan bagaimana mengajar daripada
apa yang akan diajarkan. Teknologi yang banyak digunakan melihat fungsi kurikulum
sebagai menemukan cara yang efisien dan efektif untuk tujuan yang telah ditentukan.
Pandangan kedua menunjukkan teknologi merupakan sesuatu yang dihasilkan memiliki
banyak hubungannya dengan jenis materi yang dipejari atau tidak dipelajari.
Salah satu ciri globalisasi adalah pesatnya arus informasi melalui berbagai alat
teknologi seperti telepon, radio, televisi, teleconference sampai dengan satelit, dan
internet. Kehadiran teknologi perlu dimanfaatkan oleh dunia pendidikan dalam upaya
pemerataan kesempatan, peningkatan mutu, relevansi dan efesiensi pendidikan.
1. Tujuan
Bahan ajar dan isi kurikulum banyak diambil dari disiplin ilmu, tetapi telah diramu
sedemikian rupa sehingga mendukung penguasaan sesuatu kompetensi. Bahan ajar atau
kompetensi yang luas/besar dirinci menjadi bagian-bagian atau subkompetensi yang
lebih kecil, yang menggambarkan objektif. Urutan dari objektif-objektif ini pada
dasarnya menjadi inti organisasi bahan.
4. Evaluasi
Kegiatan evaluasi dilakukan pada setiap saat, pada akhir suatu pelajaran, suatu unit
atau semester. Fungsi evaluasi ini bermacam-macam, sebagai umpan balik bagi siswa
dalam penyempurnaan penguasaan suatu satuan pelajaran (evaluasi formatif), umpan
balik bagi siswa pada akhir suatu program atau semester (evaluasi sumatif). Juga dapat
menjadi umpan balik bagi guru dan pengembang kurikulum untuk penyempurnaan
kurikulum. Tes evaluasi yang biasa dilakukan adalah tes objektif.
ISTILAH DESKRIPSI
Competent Ajektifa yang berarti cakap atau mampu
Competency Kompetensi/kecakapan/kemampuan untuk melakukan sesuatu
Outcome Keterampilan/penguasaan yang didapatkan oleh peserta didik
setelah Pendidikan atau pelatihan
Objective Langkah spesifik dan terukur yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan tersebut
Systemic Bertalian atau berhubungan dengan suatu sistem atau susunan
yang teratur
Competency- Kurikulum berbasis kompetensi adalah sebuah pendekatan
based pembelajaran yang menekankan pada pencapaian keahlian dan
curriculum bukan pada jumlah jam belajar yang dialokasikan.
Standard Based Pendidikan berbasis standar yang mengukur kemampuan siswa
Curriculum berdasarkan seperangkat standar tertentu.
Technology Teknologi dalam model dan prosedur untuk pengembangan
Curriculum konstruksi dan evaluasi materi kurikulum dan sistem
pembelajaran
Mastery Suatu pandangan yang menyatakan bahwa dengan sistem
Learning pengajaran yang tepat semua siswa dapat belajar dengan hasil
yang baik dari hampir seluruh materi pelajaran yang diajarkan
disekolah dengan tuntas.
Instructional Keselarasan instruksional mengacu pada tingkat kesepakatan
Alignment yang tinggi di antara tujuan, penilaian, dan konten dalam
pengalaman belajar.
Personalized Pendekatan pengajaran di kelas yang dirancang untuk mengubah
Systematic peran guru dari agen informasi menjadi insinyur atau manajer
Instruction pembelajaran siswa.
Subject matter Kesatuan jumlah pengetahuan, kesanggupan, kecakapan, sikap
dan nilai yang berkenaan dengan mata pelajaran / mata
perkuliahan tertentu yang harus dikuasai dan dimiliki oleh siswa
/ mahasiswa, untuk hidup, bekerja, melanjutkan studi, dan
belajar sepanjang hayat
A competent professional
(performance of key occupational tasks at satisfactory level)
realisation of
Core Competencies
Graduate
Profile
domain-specific generic
competencies competencies
Curriculum
Profile
Berdasarkan konsep kompetensi di atas dapat dilihat bahwa terdapat 3 ranah utama
dalam kompetensi yakni ranah professional, ranah lulusan, dan ranah kurikulum. Dapat
diketahui lebih lanjut bahwa Kompetensi inti (Core Competencies) didefinisikan sebagai
seperangkat kompetensi yang sesuai dan dibutuhkan untuk mewujudkan suatu tugas atau
pekerjaan (Key occupational tasks) pada tingkatan yang memuaskan atau tinggi. Selain
itu kompetensi inti juga secara langsung berkaitan dengan kelompok terintegrasi
kompetensi domain-spesifik dan generic yang merupakan karateria profil lulusan guna
mendukung pencapaian profil professional/pekerjaan. Dikutip dari artikel lih. Prahalad
& Hamel (1990) menyatakan bahwa kompetensi inti (Core Competencies) adalah suatu
strategi yang digunakan dalam bisnis strategis yang memberikan keunggulan pasar bagi
perusahaan.
Mastery Learning atau belajar tuntas adalah sebuah pendekatan sistem pengajaran
yang mempersyaratkan siswa menguasai secara tuntas setiap unit bahan pelajaran baik
secara perseorangan maupun kelompok, dibuktikan dengan ketuntasan hasil belajar
siswa dengan menggunakan berbagai macam metode-metode yang diterapkan.
Mastery learning dikembangkan oleh John B. Caroll (1963) dan Benjamin Bloom
(1971). Keduanya mengembangkan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan
semua siswa dapat mencapai sejumlah tujuan pendidikan. Model ini menguraikan faktor-
faktor pokok yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa, seperti bakat dan waktu
yang dibutuhkan untuk mencapai suatu tingkat pencapaian.
Model belajar tuntas atau mastery learning terdiri atas lima tahap, yaitu orientasi
(orientation), penyajian (presentation), latihan terstruktur (structured practice), latihan
terbimbing (guided practice) dan latihan mandiri (independent practice). Tujuan proses
belajar mengajar secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dikuasai sepenuhnya
oleh peserta didik. Ini disebut mastery learning atau belajar tuntas, artinya penguasaan
penuh (Nasution, 2011).
2. Kompetensi okupasional, artinya peserta didik harus memiliki kesiapan dan mampu
beradaptasi terhadap dunia kerja.
3. Kompetansi kultural, artinya peserta didik harus mampu menempatkan diri sebaik
baiknya dalam sistim budaya dan tata nilai masyarakat.
4. Kompetensi temporal, yaitu peserta didik tetap eksis dalam menjalani kehidupanya
sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman.
4. ANALISIS PERUBAHAN YANG DIUSUNG OLEH KURIKULUM MERDEKA
BELAJAR PADA BERBAGAI KATEGORI DALAM PERSPEKTIF KURIKULUM
BERBASIS KOMPETENSI
1. Ekosistem
2. Guru
Berkaitan dengan guru, Kebijakan Merdeka Belajar akan mengubah paradigma guru
sebagai penyampai informasi semata menjadi guru sebagai fasilitator dalam kegiatan
belajar. Dengan demikian guru memegang kendali akan pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar di ruang kelasnya masing-masing. Hal ini sejalan dengan hasil riset
Rahmawati (2019) yang menyatakan bahwa Peran guru sebagai fasilitator
berpengaruh secara positif terhadap efektivitas belajar siswa. Ini berarti bahwa setiap
peningkatan peran guru sebagai fasilitator diikuti oleh peningkatan kompetensi
siswa. Sehingga penghargaan setinggi-tingginya bagi profesi guru sebagai fasilitator
dari beragam sumber pengetahuan akan diwujudkan melalui pelatihan guru
berdasarkan praktik yang nyata, penilaian kinerja secara holistik, dan pembenahan
kompetensi guru.
3. Pedagogi
4. Program/Kurikulum
5. Asesmen/Pengujian