Anda di halaman 1dari 8

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GASAL

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

Identitas Mata Kuliah


Kode Mata Kuliah : KIP614213
Nama Mata Kuliah : Kurikulum dan Pembelajaran
SKS : 2
Semeter/ Kelas : III A/B/C
Hari, Tanggal : Rabu, 30 Desember 2020
Bentuk Tes : Take Home
Dosen Pengampu : Dr. Meti Istimurti, M.Pd.

Nama: Hanif Akmal Faiz


NIM: 2222160044
Kelas: 3 A

Jawaban:

1. Prof. Dr. S. Nasution, MA menjelaskan kurikulum sebagai suatu rencana


yang disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar di bawah naungan,
bimbingan & tanggunga jawab sekolah / lembaga pendidikan.

Dengan kata lain kurikulum adalah sebagai landasan dasar, pakem-pakem


dan cara agar proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan sesuai yang
diharapkan.

Adapun menurut Beauchamp (1968) menyatakan kurikulum adalah


dokumen tertulis yang berisi kontennya yang berisi pelajaran yang akan
diajarkan kepada peserta didik dengan melalui berbagai mata pelajaran,
pilihan disiplin ilmu, rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Pada pernyataan ahli di atas menyebutkan bahwa kurikulum adalah


dokumen tertulis, yang artinya adalah kurikulum adalah sebuah produk
yang berisi sebuah program tentang pembelajaran yang diperoleh dari
masalah kehidupan sehari-hari dan kemudian menjadi sebuah pengalaman
belajar yang akan menghasilkan output hasil didik yang baik dan sesuai yang
inginkan.
2. A.
Fungsi kurikulum menurut saya adalah sebagai acuan atau landasan utama
dalam proses belajar mengajar agar membantu peserta didik memahami ilmu
pelajaran dengan sistematis sehingga menghasilkan output didik yang baik.

B.
Pada dasarnya kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi
guru, kurikulum itu berfungsi sebagai pe-doman dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Bagi kepala sekolah dan pengawas, kurikulum itu berfungsi
sebagai pedoman dalam melaksanakan supervisi atau pengawasan. Bagi
orang tua, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam membimbing
anaknya belajar di rumah. Bagi masyarakat, kurikulum itu berfungsi sebagai
pedoman untuk memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses
pendidikan di sekolah.

3. A.
- Top-down
Model yang pertama adalah model pengembangan kurikulum secara
administratif. Dr. Dimyati dan Drs. Mudjiono (2009:281) mengatakan bahwa
“Model pengembangan kurikulum ini berdasarkan pada cara kerja atasan-
bawahan (top-down) yang dipandang efektif dalam pelaksanaan perubahan
kurikulum”. Jadi model ini menggunakan sistem komando dimana bawahan
hanya menerima perintah dari atasan tentang kurikulum apa yang akan di
gunakan dan bagaimana pengembangannya.

Contoh dari pengembangan kurikulum model top-down ini biasa digunakan


atayu diterapkan pada sekolah negri.

- Bottom-Up
Merupakan kebalikan dari model pertama yakni model Top-Down, model
bottom-up ini timbul karena hasil ide, pikiran, kreasi, dan inisiatif dari
sekolah, guru atau masyarakat. Bottom-Up bersumber dari hasil ciptaan
bawahan dan dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan
penyelenggaraan dan mutu pendidikan. Biasanya dilakukan guru atau
masyarakat.

Model strategi inovasi ini lebih bersifat empiris rasional. Asumsi dasar pada
model ini, menempatkan manusia pada kemampuannya menggunakan
pikiran logisnya atau akalnya sehingga, mereka bertindak rasional. Dalam hal
ini innovator bertugas mendemonstrasikan inovasinya dengan menggunakan
metode yang terbaik dan valid untuk memberikan manfaat bagi
penggunanya.
Contoh dari pengembangan kurikulum dengan metode Bottom-Top biasa di
terapkan pada Sekolah Swasta, Sekolah IT atau bahkan Ponpes.

B.
Pengembangan kurikulum menurut Suparlan adalah proses perencanaan dan
penyusunan kurikulum oleh pengembang kurikulum (curriculum developer)
dan kegiatan yang dilakukan agar kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi
bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan.

Bisa diartikan bahwa pengembangan kurikulum adalah suatu proses


pembaruan, penambahan atau pengurangan dari kurikulum yang sudah ada
menjadi kurikulum baru yang nanti diharapkan menjadi kurikulum yang
lebih efektif dari sebelumnya”

4. Tujuan Evaluasi Kurikulum


a. Perbaikan Program
Dalam konteks tujuan ini, peranan evaluasi lebih bersifat konstruktif,
karena informasi hasil evaluasi dijadikan input bagi perbaikan yang
diperlukan di dalam program kurikulum yang sedang dikembangkan.
Disini evaluasi lebih merupakan kebutuhan yang datang dari dalam
sistem itu sendiri karena evaluasi itu dipandang sebagai faktor yang
memungkinkan dicapainya hasil pengembangan yang optimal dari sistem
yang bersangkutan.
b. Pertanggung jawaban kepada berbagai pihak
Selama dan terutama pada akhir fase pengembangan kurikulum, perlu
adanya semacam pertanggungjawaban dari pihak pengembang
kurikulum kepada berbagai pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak
yang dimaksud mencakup baik pihak yang mensponsori kegiatan
pengembangan kurikulum tersebut maupun pihak yang akan menjadi
konsumen dari kurikulum yang telah dikembangkan. Dengan kata lain,
pihak-pihak tersebut mencakup pemerintah, masyarakat, orang tua,
petugas-petugas pendidikan, dan pihak-pihak lainnya yang ikut
mensponsori kegiatan pengembangan kurikulum yang bersangkutan.Bagi
pihak pengembang kurikulum, tujuan yang kedua ini tidak dipandang
sebagai suatu kebutuhan dari dalam melainkan lebih merupakan suatu
‘keharusan’ dari luar. Sekalipun demikian hal ini tidak bisa kita hindari
karena persoalan ini mencakup: pertanggungjawaban sosial, ekonomi dan
moral, yang sudah merupakan suatu konsekuensi logis dalam kegiatan
pembaharuan pendidikan. Dalam mempertanggung jawabkan hasil yang
telah dicapainya, pihak pengembang kurikulum perlu mengemukakan
kekuatan dan kelemahan dari kurikulum yang sedang dikembangkan
serta usaha lebih lanjut yang diperlukan untuk mengatasi kelemahan-
kelemahan, jika ada, yang masih terdapat. Untuk menghasilkan informasi
mengenai kekuatan dan kelemahan tersebut di atas itulah diperlukan
kegiatan evaluasi.
c. Penentuan tindak lanjut hasil pengembangan
Tindak lanjut hasil pengembangan kurikulum dapat berbentuk
jawaban atas dua kemungkinan pertanyaan :
- Pertama, apakah kurikulum baru tersebut akan atau tidak akan disebar
luaskan ke dalam sistem yang ada ?
- Kedua, dalam kondisi yang bagaimana dan dengan cara yang bagaimana
pula kurikulum baru tersebut akan disebar luaskan ke dalam sistem yang
ada ?

Ditinjau dari proses pengembangan kurikulum yang sudah berjalan,


pertanyaan pertamadipandang tidak tepat untuk diajukan pada akhir fase
pengembangan. Pertanyaan tersebut hanya mempunyai dua
kemungkinan jawaban – ya atau tidak. Secara teoritis dapat saja terjadi
bahwa jawaban yang diberikan itu adalah tidak. Bila hal ini terjadi, kita
akan dihadapkan pada situasi yang tidak menguntungkan – biaya, tenaga
dan waktu yang telah dikerahkan selama ini ternyata terbuang dengan
percuma. Peserta didik yang telah menggunakan kurikulum baru tersebut
selama fase pengembangan telah terlanjur dirugikan, sekolah-sekolah
dimana proses pengembangan itu berlangsung harus kembali
menyesuaikan diri lagi kepada cara lama; dan lambat laun akan timbul
sikap skeptis di kalangan orang tua dan masyarakat terhadap
pembaharuan pendidikan dalam bentuk apapun.

Pertanyaan kedua dipandang lebih tepat untuk diajukan pada akhir


fase pengembangan kurikulum. Pertanyaan tersebut mengimplikasikan
sekurang- kurangnya tiga anak pertanyaan – aspek-aspek mana dari
kurikulum tersebut yang masih perlu diperbaiki ataupun disesuaikan,
strategi penyebaran yang bagaimana yang sebaiknya ditempuh, dan
persyaratan-persyaratan apa yang perlu dipersiapkan terlebih dahulu di
dalam sistem yang ada. Pertanyaan-pertanyaan ini dirasakan lebih bersifat
konstruktif dan lebih dapat diterima ditinjau dari segi sosial, ekonomi,
moral maupun teknis. Untuk menghasilkan informasi yang diperlukan
dalam menjawab pertanyaan yang kedua itulah diperlukan kegiatan
evaluasi.

5. Macam Komponen Pembelajaran


Di dalam pembelajaran, terdapat komponen-komponen yang berkaitan
dengan proses pembelajaran, yaitu :

1. Kurikulum
Secara etimologis, kurikulum ( curriculum ) berasal dari bahasa
Yunani, curir yang artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”.
yaitu suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai
garis finish. Secara terminologis, istilah kurikulum mengandung arti sejumlah
pengetahuan atau mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan
siswa guna mencapai suatu tingkatan atau ijazah. Pengertian kurikulum
secara luas tidak hanya berupa mata pelajaran atau bidang studi dan
kegiatan-kegiatan belajar siswa saja, tetapi juga segala sesuatu yang
berpengaruh terhadap pembentukan pribadi siswa sesuai dengan tujuan
pendidikan yang diharapkan. Misalnya fasilitas kampus, lingkungan yang
aman, suasana keakraban dalam proses belajar mengajar, media dan sumber-
sumber belajar yang memadai.

Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan


yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat
pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam
perkembangan kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum
tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan yang kokoh dan kuat.

2. Guru
Kata Guru berasal dari bahasa Sansekerta “guru” yang juga berarti
guru, tetapi arti harfiahnya adalah “berat” yaitu seorang pengajar suatu ilmu.
Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.

Di dalam masyarakat, dari yang paling terbelakang sampai yang


paling maju, guru memegang peranan penting. Guru merupakan satu
diantara pembentuk-pembentuk utama calon warga masyarakat. Peranan
guru tidak hanya terbatas sebagai pengajar (penyampai ilmu pengetahuan),
tetapi juga sebagai pembimbing, pengembang, dan pengelola kegiatan
pembelajaran yang dapat memfasilitasi kegiatan belajar siswa dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3. Siswa
Siswa atau Murid biasanya digunakan untuk seseorang yang
mengikuti suatu program pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan
lainnya, di bawah bimbingan seorang atau beberapa guru. Dalam konteks
keagamaan murid digunakan sebagai sebutan bagi seseorang yang mengikuti
bimbingan seorang tokoh bijaksana. Meskipun demikian, siswa jangan selalu
dianggap sebagai objek belajar yang tidak tahu apa-apa. Ia memiliki latar
belakang, minat, dan kebutuhan serta kemampuan yang berbeda. Bagi siswa,
sebagai dampak pengiring (nurturent effect) berupa terapan pengetahuan
dan atau kemampuan di bidang lain sebagai suatu transfer belajar yang akan
membantu perkembangan mereka mencapai keutuhan dan kemandirian.

4. Metode
Metode pembelajaran adalah cara yang dapat dilakukan untuk
membantu proses belajar-mengajar agar berjalan dengan baik, metode-
metode tersebut antara lain :

a. Metode Ceramah
Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan
menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah
siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif.

b. Metode Tanya Jawab


Metode Tanya jawab adalah suatu metode dimana guru menggunakan
atau memberi pertanyaan kepada murid dan murid menjawab, atau
sebaliknya murid bertanya pada guru dan guru menjawab pertanyaan murid
itu .

c. Metode Diskusi
Metode diskusi dapat diartikan sebagai siasat “penyampaian” bahan
ajar yang melibatkan peserta didik untuk membicarakan dan menemukan
alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis.

d. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara
memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu
kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media
pembelajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang
disajikan.

e. Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah metode atau cara di mana guru dan murid
bersama-sama mengerjakan sesuatu latihan atau percobaan untuk
mengetahui pengaruh atau akibat dari sesuatu aksi.

5. Materi
Materi juga merupakan salah satu faktor penentu keterlibatan siswa.
Adapun karakteristik dari materi yang bagus menurut Hutchinson dan
Waters adalah:
- Adanya teks yang menarik.
- Adanya kegiatan atau aktivitas yang menyenangkan serta meliputi
kemampuan berpikir siswa.
- Memberi kesempatan siswa untuk menggunakan pengetahuan dan
ketrampilan yang sudah mereka miliki.
- Materi yang dikuasai baik oleh siswa maupun guru.
Dalam kegiatan belajar, materi harus didesain sedemikian rupa, sehingga
cocok untuk mencapai tujuan dengan memperhatikan komponen-komponen
yang lain, terutama komponen anak didik yang merupakan sentral.
Pemilihan materi harus benar-benar dapat memberikan kecakapan dalam
memecahkan masalah kehidupan sehari-hari.
6. Alat Pembelajaran (Media)
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak
dari “medium” yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Jadi
media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada
penerima pesan. Media pembelajaran adalah perangkat lunak (soft ware) atau
perangkat keras (hard ware) yang berfungsi sebagai alat belajar atau alat
bantu belajar.
7. Evaluasi
Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “Evaluation”.
Menurut Wand dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses
untuk menentukan nilai dari suatu hal. Ada pendapat lain yang mengatakan
bahwa evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya,
sedalam-dalamnya yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa, guna
mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan
mengembangkan kemampuan belajar.

Hubungan Masing-Masing Komponen Pembelajaran


Dari semua komponen pembelajaran, antara komponen yang satu dengan yang
lain memiliki hubungan saling keterkaitan. Guru sebagai ujung tombak pelaksanaan
pendidikan di lapangan, sangat menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan
pendidikan. Tidak hanya berfungsi sebagai pelaksana kurikulum, guru juga sebagai
pengembang kurikulum. Bagi guru, memahami kurikulum merupakan suatu hal
yang mutlak.
Setelah guru mempelajari kurikulum yang berlaku, selanjutnya membuat suatu
desain pembelajaran dengan mempertimbangkan kemampuan awal siswa (entering
behavior), tujuan yang hendak dicapai, teori belajar dan pembelajaran, karakteristik
bahan yang akan diajarkan, metode dan media atau sumber belajar yang akan
digunakan, dan unsur-unsur lainnya sebagai penunjang. Setelah desain dibuat,
kemudian KBM atau pembelajaran dilakukan. Dalam hal ini ada dua kegiatan
utama, yaitu guru bertindak mengajar dan siswa bertindak belajar. Kedua kegiatan
tersebut berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Pada
akhirnya implementasi pembelajaran itu akan menghasilkan suatu hasil belajar.
Hasil ini akan memberikan dampak bagi guru dan siswa.
Bagi setiap guru, dituntut untuk memehami masing-masing metode secara baik.
Dengan pemilihan dan penggunaan metode yang tepat untuk setiap unit materi
pelajaran yang diberikan kepada siswa,maka akan meningkatkan proses interaksi
belajar-mengajar. Siswa juga akan memperoleh hasil belajar yang efektif dan
mendapatkan kesempatan belajar yang seluas-luasnya. Jika ada salah satu
komponen pembelajaran yang bermasalah, maka proses belajar-mengajar tidak
dapat berjalan baik.

Anda mungkin juga menyukai