TINJAUAN PUSTAKA
5
6
50%, 75%, dan 90%. Ditemukan bahwa retak-retak tersebut tumbuh ke arah bergulir saat
mode campuran I + II retak pada spesimen dengan rasio rolling di atas 75%. Juga
dipastikan bahwa mikrostruktur pada spesimen rasio rolling tinggi lebih kecil dan lebih
memanjang ke arah rolling dibandingkan dengan rasio rolling yang lebih rendah. Namun,
tidak ada pengaruh ukuran mikrostruktur pada jalur fatigue cracks.
2.2 Aluminium
2.2.1 Definisi Aluminium
Aluminium memiliki sifat diantaranya tahan terhadap korosi karena aluminium
adalah logam yang reaktif sehingga mudah teroksidasi dengan oksigen sehingga
membentuk lapisan aluminium oksida. Selain itu aluminium bersifat ulet, mudah dibentuk
dan diberi perlakuan permesinan. Aluminium murni memiliki kekuatan tarik sekitar 4-5
kgf/mm2. Apabila aluminium dilakukan permesinan seperti di roll dingin maka kekuatan
tariknya meningkat hingga 15 kgf/mm2. Aluminium memiliki sifat konduktor listrik yang
baik. Aluminium memiliki daya hantar listrik 65% dari tembaga. Aluminium merupakan
logam non fero yang memiliki bobot paling ringan sehingga sering digunakan untuk
pembuatan produk yang kuat dan ringan.
Tabel 2.1
Klasifikasi Aluminium
Relative
Primary Alloying Series Relative Heat
Corrrosion
Element Number Strength Treatment
Resistance
Aluminium, 99 % dan Non-Heat-
1xxx Excellent Fair
lebih besar Treatable
Heat-
Copper 2xxx Fair Excellent
Treatable
Heat-
Manganese 3xxx Good Fair
Treatable
Varies by
Silicon 4xxx - -
Alloy
Non-Heat-
Magnesium 5xxx Good Good
Treatable
Heat-
Magnesium dan Silicon 6xxx Good Good
Treatable
Heat-
Zinc 7xxx Fair Excellent
Treatable
Sumber: Kissel, (2002 : 14)
Tabel 2.2
Sifat Fisik Aluminum Alloys 1100
Kemurnian Al (%)
Sifat-sifat
99,996 > 99,0
Massa jenis (20°C) 2,6989 2.71
Titik cair 660,2 653-657
Panas jenis (cal/g.°C) (100°C) 0,2226 0,2297
Hantaran listrik (%) 64,94 59 (dianil)
Tahanan listrik koefisien temperature
0,00429 0,0115
(/°C)
Koefisien pemuaian (20-100°C) 23,86 x 10-6 23,5 x 10-6
Jenis Kristal, konstanta kisi fcc, a = 4,013 kX fcc, a = 4,04 kX
Sumber: Surdia, (1999: 134)
Tabel 2.3
Sifat Mekanik Aluminum Murni
Kemurnian Al (%)
Sifat-sifat 99,996 > 99,0
Dianil 75% dirol dingin Dianil H18
Kekuatan tarik (kg/mm2) 4,9 11,6 9,3 16,9
Kekuatan mulur (0,2%) 1,3 11,0 3,5 14,8
(kg/mm2)
Perpanjangan (%) 48,8 5,5 35 5
Kekerasan Brinell 17 27 23 44
Sumber: Surdia, (1999: 134)
Tabel 2.4
Sifat Fisik Aluminum Alloys 6061
Aluminum Density Heat Capacity Thermal Conductivity
Alloys g/cm3 lb/in3 j/kg K cal ir /g.°C W/m.K cal ir /cm.s.°C
6061 2,70 0,098 963 0,23 172 0,41
Sumber : ASM Handbook Vol. 06 (1993)
Tabel 2.5
Sifat Mekanik Aluminum Paduan
Kekuatan Kekuatan Perpanjangan Kekerasan Batas
Aluminum
Tarik Mulur Lelah
Paduan
(Kgf/mm ) (Kgf/mm2)
2
(%) Brinell (Kgf/mm2)
6061 31,6 28,0 15 95 9,5
Sumber : Surdia, (1999 : 140)
Tabel 2.6
Komposisi umum A6061
Cladding sering dicapai melalui cara mengekstrusi dua buah logam hingga
terdeformasi melalui proses penekanan atau rolling dengan bertekanan tinggi. Roll
bonding merupakan salah satu metode utama dalam membentuk metal cladding.
paling penting adalah preheating. Preheating adalah proses pemanasan material yang
dilakukan sebelum material di roll dengan menggunakan dapur listrik. Proses ini hanya
memeberikan panas pada material agar mudah di bentuk tidak sampai meleleh atau lunak
sekali. Dan yang terakhir adalah proses rolling. Dalam proses ini ada beberapa hal yang
harus di perhatikan sebelum material di rol yaitu kecepatan putar rol, jarak antara rol, tebal
material yang akan di rol dan tekanan yang harus di hasilkan selama proses rolling.
Dengan:
h o : tebal awal spesimen (mm)
h f : tebal akhir spesimen (mm)
Pr: gaya pengerolan (N)
F: gaya gesek (N)
Lp: panjang proyeksi busur rol daerah kontak (mm)
v o : kecepatan awal spesimen (rpm)
N: Titik Netral
v f : kecepatan akhir spesimen (rpm)
R: jari-jari rol (mm)
P= p.b.Lp……............................................…………………….............................. (2-2)
Gaya pengerolan total diasumsikan terkonsentrasi pada satu titik dengan jarak a dari
sumbu rol dimana a=λ.Lp dan λ=0.5 (hot rolling) atau 0.45 (cold rolling). Jika frekuensi
putaran adalah n, maka daya pengerolan totalnya adalah:
4.𝜋.𝑎.𝑃.𝑛
N= ......……..........................................……………....…….................. (2-4)
60000
Dengan:
P : Gaya Pengerolan (N)
A : Setengah dari busur kontak pengerolan (mm)
n : Kecepatan Putar Roll (rpm)
N : Daya pengerolan (kW)
Distribusi tekanan rol di sepanjang busur kontak ditunjukkan pada gambar 2.4.
tekanan bertambah besar mencapai harga maksimum pada titik netral kemudian turun.
Distribusi tekanan tidak berupa puncak yang tajam pada titik netral seperti yang
dibutuhkan secara teoritis untuk suatu pengerolan, menyatakan bahwa titik netrat tidak
berupa garis pada pemukaan rol namun berupa luas permukaan. Daerah yang diarsir pada
gambar 2.4 adalah daerah yang menyatakan gaya yang dibutuhkan untuk mengatasi
gesekan antara rol dan lembara, sedangkan daerah dibawah garis putus-putus AB
menyatakan gaya yang dibutuhkan untuk membentuk logam.
15
Sudut α antara bidang masuk dan garis pusat pengerolan dinamakan sudut kontak atau
sudut gigit (angle of bite). Gambar 2.3 menunjukkan bahwa komponen horizontal gaya
normal adalah P r sin α dan komponen horizontal gaya gesekan adalah F cos α. Agar benda
kerja dapat masuk pada celah rol maka gaya gesek yang mengarahkan ke celah rol harus
lebih besar atau sama dengan gaya normal yang cenderung menjauhkan benda kerja dari
celah rol. Syarat batas untuk memasukkan plat tanpa gaya luar adalah :
𝐹 cos 𝛼 = 𝑃 sin 𝛼................................…………………...................……………..(2.6)
𝐹 sin 𝛼
= = tan 𝛼.................................………………………………......................(2.7)
𝑃 cos 𝛼
𝐹 = µ 𝑃.................................………………………………………....................…(2.8)
µ = tan 𝛼.................................……………………...............……………………...(2.9)
Benda kerja tidak dapat dimasukkan ke celah rol, jka garis singgung sudut kontak
melebihi koifisien gesekan. Jika µ = 0, pengerolan tidak dapat terjadi, tetapi jika nilai µ
bertambah maka slab yang dimasukkan ke dalam rol bertambah besar. Untuk kondisi
gesekan yang sama, rol berdiameter besar akan memungkinkan masuknya slab yang
bertambah besar. Hal ini terjadi karena meskipun sudut antara pusat rol dengan bidang
masuk akan sama dalam kedua kasus (tan x) tetapi panjang busur kontak akan berbeda
cukup besar.
pada permukaan negatif suatu elemen adalah positif apabila bekerja dalam arah negatif
sumbu dan negatif apabila bekerja dalam arah positif.
Dengan:
Nilai kekuatan geser pada plat yang telah di roll bonding dapat digunakan untuk
menentukan kekuatan antar kedua plat yang berikatan (Miyajima et. Al, 2014). Sifat-sifat
suatu bahan dalam keadaan geser dapat ditentukan secara eksperimental dari uji-uji geser
langsung (direct shear). Bagian awal dari diagram tegangan-regangan geser sebuah garis
lurus, seperti dalam keadaan tarik. Untuk daerah elastis linier, kekuatan geser berbanding
lurus dengan regangan geser, jadi diperoleh persamaan berikut bagi hukum Hooke untuk
keadaan geser.
2. Wavy edge
Wavy edge atau edge wrinkling disebabkan oleh roll bending. Wavy edges adalah cacat
hasil rol yang terjadi pada plat. Plat menjadi tipis pada bagian tepinya sedangkan bagian
tengahnya tidak bertambah panjang. Bagian tipis pada bagian tepi plat akan melengkung
disebabkan bagian plat yang bertambah panjang terhalang oleh bagian tebal yang tidak
berambah panjang.
2.6 Hipotesis
Dari tinjauan pustaka yang telah dibahas diatas, hipotesis yang saya peroleh adalah
nilai kekuatan geser pada benda kerja akan meningkat sesuai dengan menurunnya
kecepatan putar roll. Hal ini disebabkan karena semakin rendah kecepatan putar roll maka
pembebanan yang diberikan roll pada plat semakin merata dan juga apabila putaran roll
semakin rendah maka waktu difusi atom di sekitar daerah antar muka plat semakin lama
sehingga menyebabkan celah yang terjadi antara material tersebut semakin kecil dan
kekuatan ikatan antar plat akan semakin meningkat, sehingga kekuatan geser pada plat
tersebut meningkat. Kerataan lembaran pelat mempengaruhi hasil pengerolan. Semakin
20
tinggi kecepatan putar roll maka semakin susah menentukan nilai kerataannya sehingga
semakin besar kemungkinan plat cacat.