PENDAHULUAN
bisnis saat ini memaksa setiap perusahaan untuk selalu berbenah diri dari waktu
ke waktu agar tetap bertahan didalam persaingan dunia usaha yang semakin ketat.
kualitas produknya agar tetap bagus dan bermutu sehingga bisa mempertahankan
perusahaan manufaktur yakni memproses bahan baku menjadi barang jadi dan
juga menambah nilai guna suatu barang. Hasil produksi yang akan dijual
diharapkan mempunyai hasil yang sempurna sehingga layak untuk dijual kepada
dibantu dengan bantuan alat-alat teknologi yang canggih, namun tidak menutup
kemungkinan akan adanya produk rusak ataupun produk cacat sehingga tidak
memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Produk yang cacat
maupun produk rusak akan sangat berpengaruh terhadap perhitungan harga pokok
produksi maupun terhadap laba yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Dalam
ilmu akuntansi produk yang cacat ataupun produk yang rusak ini akan
proses, sehingga dalam perhitungan unit ekuivalen jumlah produk rusak dianggap
sudah menikmati biaya produksi secara penuh pada departemen dimana produk
1
2
rusak diproduksi dan dibebani harga pokok pada departemen yang bersangkutan
secara penuh pula. Perhitungan unit ekuivalen dan perhitungan harga pokok
Produk rusak adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah
ditetapkan, yang secara ekonomis tidak dapat diperbaiki menjadi produk yang
baik. Produk rusak berbeda dengan sisa bahan karena sisa bahan merupakan
bahan yang mengalami kerusakan dalam proses produksi, sehingga belum sempat
menjadi produk sedangkan produk rusak merupakan produk yang telah menyerap
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Produk rusak
dapat disebabkan karena berbagai macam hal baik dari mesin yang digunakan
tidak berjalan semestinya, bahan yang tidak sesuai dengan dengan standar mutu
maupun faktor manusia yang kurang teliti. Perlakuan terhadap produk rusak
adalah tergantung dari sifat dan sebab terjadinya: jika produk rusak terjadi karena
sulitnya proses pengerjaan tertentu atau faktor luar biasa yang lain, maka harga
pokok produk rusak dibebankan sebagai tambahan harga pokok produk yang baik
dalam proses yang bersangkutan. Produk rusak yang timbul dari proses produksi
tujuan utama perusahaan yaitu memperoleh laba. Perlakuan harga pokok produk
rusak tergantung pada penyebab terjadinya produk rusak dan apakah produk rusak
laku dijual atau tidak laku dijual. Produk rusak yang tidak laku dijual dibedakan
menjadi dua jenis yang pertama yaitu produk rusak yang tidak laku dijual dan
sifatnya normal, yang kedua yaitu produk rusak tidak laku dijual dan sifatnya
sebagai pengurang rugi produk rusak. Jika produk rusak merupakan hal yang
normal terjadi dalam proses pengolahan produk, maka kerugian yang timbul
overhead pabrik. Seperti halnya produk rusak, hal yang sama juga dialami oleh
Produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah
tersebut secara ekonomis dapat disempurnakan lagi menjadi produk jadi yang
baik. Masalah yang timbul dalam produk cacat adalah bagaimana memperlakukan
biaya tambahan untuk pengerjaan kembali (rework costs) produk cacat tersebut.
Perlakuan terhadap biaya pengerjaan kembali produk cacat adalah mirip dengan
yang telah dibicarakan dalam produk rusak (spoiled goods). Jika produk cacat
bukan merupakan hal yang biasa terjadi dalam proses produksi tetapi karena
produk cacat merupakan hal yang biasa terjadi dalam proses pengerjaan produk
dan cacat yang tepat sesuai dengan prosedur dan teori ini akan mempengaruhi
dua metode pengumpulan harga pokok produksi yaitu metode harga pokok
pesanan (job order costing) dan metode harga pokok proses (process cost
method). Pada metode harga pokok pesanan, harga pokok produksi per satuan
produk yang dihasilkan untuk memenuhi pesanan dihitung pada saat pesanan
selesai diproduksi dengan membagi total biaya produksi untuk pesanan tertentu
dengan jumlah dalam pesanan yang bersangkutan. Pada metode harga pokok
proses, harga pokok per satuan dihitung dengan membagi total biaya produksi
yang dikeluarkan selama periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang
mengetahui berapa harga pokok produksi per satuan produk yang dihasilkan.
Harga pokok produksi akan digunakan dalam perhitungan harga pokok penjualan
kecil dari total biaya yang dikeluarkan perusahaan, maka perusahaan mengalami
dan prestasi perusahaan, sehingga perusahaan harus berusaha agar laba yang
diperoleh dapat selalu optimal atau bahkan meningkat. Laba sendiri dibedakan
5
menjadi dua jenis yaitu laba bersih dan laba kotor. Penyajian laba dalam laporan
keadaan perusahaan.
Produk cacat dan produk rusak dapat diketahui setelah selesai proses produksi
sehingga dalam perhitungan harga pokok produksi, produk cacat dan produk
rusak dianggap sudah menikmati biaya produksi secara penuh. Produk cacat dan
produk rusak ini mempengaruhi jumlah pada perhitungan harga pokok produk
yang normal serta penetapan laba yang telah ditentukan oleh manajemen
mengatasi hal tersebut agar produk cacat maupun produk rusak dapat bernilai
bisnis yang semakin ketat manajemen dituntut untuk bekerja keras agar
shuttlecock, dalam setiap pembuatan shuttlecock terdapat produk yang cacat atau
rusak, misalnya terdapat bulu shuttlecock yang patah maupun tidak rapi.
mengabaikan produk-produk yang rusak dan cacat tersebut. Padahal produk rusak
dan cacat tersebut dianggap sudah menyerap biaya produksi, karena kerusakan
produk tersebut maka berpengaruh juga terhadap laba perusahaan yang kurang
maksimal. Dalam perhitungan BOP dan biaya non produksi, perusahaan tidak
6
saja (yang diserap produk baik). Pada UD. Memory produk rusak dan produk
Perusahaan belum mengetahui berapa harga pokok produksi dari produk yang
dihasilkan, ketika terdapat produk rusak dan cacat dan hasil penjualan produk
keseluruhan. Akibat dari tidak turut diperhitungkannya produk rusak dan cacat
produksi yang tinggi pada perusahaan. Terjadinya produk cacat dan produk rusak
produk rusak dan produk cacat dalam pembebanan biaya produksi dan dalam
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan diatas, maka rumusan
masalah yang akan dibahas lebih lanjut adalah bagaimana analisis perlakuan
produk rusak dan produk cacat dalam perhitungan harga pokok produksi untuk
penelitian lebih terarah, maka peneliti membatasi penelitian hanya mencakup pada
analisis perlakuan produk rusak dan produk cacat dalam perhitungan harga pokok
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data perusahaan periode tahun
2021.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana analisis
perlakuan produk rusak dan produk cacat dalam perhitungan harga pokok
kebijakan yang akan datang dalam hal perlakuan produk rusak dan produk cacat
diperoleh dan tambahan informasi mengenai perlakuan produk rusak dan produk
cacat dalam perhitungan harga pokok produksi untuk mengoptimalkan laba, serta
8
sama.
BAB II
LANDASAN TEORI
rusak dan produk cacat dalam perhitungan harga pokok produksi untuk
beberapa penelitian yang dilakukan dari sumber yang lain, antara lainnya sebagai
berikut:
Menentukkan Harga Jual Pada Ud. 7 Jaya Meubel Tondano”. Variabel yang
digunakan peneliti terdahulu adalah produk rusak, produk cacat, harga pokok
produksi dan harga jual. Jenis penelitian yang digunakan peneliti pendahulu
perlakuan akuntansi atas produk rusak belum dilakukan dengan baik. Hal ini
terlihat dengan tidak dibedakannya produk rusak yang terjadi dalam proses
produksi, apakah produk rusak normal atau abnormal. Sedangkan produk cacat,
berbeda antara produk rusak yang bersifat abnormal apabila dibebankan kepada
9
10
produk selesai dan bila dibebankan sebagai kerugian serta pengaruhnya terhadap
melakukan penelitian dengan variabel yang sama yaitu produk rusak, produk
cacat dan harga pokok produksi. Perbedaan dari peneliti terdahulu adalah
adanya variabel tambahan yaitu laba, selain itu obyek yang akan diteliti juga
Produk Cacat pada PT. EPI di Surabaya”. Variabel yang digunakan peneliti
terdahulu adalah produk rusak dan produk cacat. Jenis penelitian yang
ini adalah perlakuan akuntansi untuk produk cacat bersifat normal yang terjadi
pada PT Exedy Prima Indonesia (PT EPI) periode bulan Juli 2020 telah sesuai
dengan teori yang ada dimana biaya perbaikan produk cacat secara keseluruhan
perlakuan akuntansi produk rusak yang bersifat tidak normal yang terjadi di
bulan Juli 2020 belum sesuai dengan teori yang ada dimana seharusnya diakui
sebagai rugi produk rusak tetapi oleh perusahaan dibebankan ke harga pokok
sekarang adalah peneliti melakukan penelitian dengan variabel yang sama yaitu
11
produk cacat dan produk rusak. Perbedaan dari peneliti terdahulu adalah adanya
variabel tambahan yaitu harga pokok produksi dan laba selain itu obyek yang
akan diteliti juga berbeda, perusahaan yang diteliti peneliti terdahulu merupakan
Rusak dalam Penentuan Harga Pokok Produksi (Studi Kasus Penentuan Biaya
Variabel yang digunakan peneliti terdahulu adalah produk rusak dan harga
sepatu dan sandal di kawasan sentra industri sepatu Cibaduyut dalam proses
produk kerusakan bersifat normal laku dijual dan pendapatan penjualan dicatat
sekarang adalah peneliti melakukan penelitian dengan variabel yang sama yaitu
produk rusak dan harga pokok produksi. Perbedaan dari peneliti terdahulu
adalah adanya variabel tambahan yaitu produk cacat dan laba selain itu obyek
yang akan diteliti juga berbeda, perusahaan yang diteliti peneliti terdahulu
4. Ulinuha (2013)
12
rusak dan harga pokok produksi. Jenis penelitian yang digunakan peneliti
peneliti melakukan penelitian dengan variabel yang sama yaitu produk rusak
dan harga pokok produksi. Perbedaan dari peneliti terdahulu adalah adanya
variabel tambahan yaitu produk cacat dan laba selain itu obyek yang akan
Bakery)”. Variabel yang digunakan peneliti terdahulu adalah produk rusak dan
adalah deskriptif kuantitatif. Hasil dari penelitian di CV. Naf”a Bakery didapati
adanya produk rusak yang bersifat normal dan laku dijual. Perlakuan akuntansi
produk rusak yang terjadi diakhir proses adalah menjadi pengurang harga pokok
13
variabel yang sama yaitu produk cacat dan produk rusak. Perbedaan dari peneliti
terdahulu adalah adanya variabel tambahan yaitu produk cacat dan laba selain
itu obyek yang akan diteliti juga berbeda, perusahaan yang diteliti peneliti
rusak merupakan produk yang tidak memenuhi standar mutu dalam proses
produksi secara teknis atau ekonomis dan tidak dapat diperbaiki menjadi produk
dengan standar mutu yang ditentukan, karena biaya untuk perbaikan produk rusak
menjadi produk baik cenderung lebih tinggi dari nilai jual setelah produk rusak
diperbaiki.
untuk menggambarkan realita dan menekankan bahwa harga pokok produk rusak
adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan secara
ekonomis tidak dapat diperbaiki menjadi produk yang baik. Apabila produk rusak
tidak mempunyai nilai jual, maka perlakuan serta pengaruhnya terhadap harga
pokok produksi persatuan adalah sama dengan produk hilang di akhir proses dan
jika produk rusak masih laku dijual, maka masalah yang timbul adalah bagaimana
memperlakukan hasil penjualan atau kerugian yang timbul sebagai akibat adanya
produk rusak.
Terdapat dua metode penentuan biaya terhadap produk rusak yaitu metode
Perlakuan terhadap produk rusak adalah tergantung dari sifat dan sebab
terjadinya:
15
a. Jika produk rusak terjadi karena sulitnya pengerjaan pesanan tertentu, maka
produk yang tidak rusak (kondisi baik) dalam pesanan yang bersangkutan.
Jika produk rusak tersebut masih laku dijual, maka hasil penjualannya
Pesanan di departemen :
= Jumlah Biaya bahan baku + Biaya tenaga kerja +Biaya overhead pabrik
Proses produk (produk baik + produk rusak)
Oleh karena itu, anggaran biaya overhead pabrik yang digunakan untuk
ini:
(Mulyadi, 2015:302)
Perlakuan harga pokok produk rusak dengan metode harga pokok proses
sebagai berikut:
1) Produk rusak yang tidak laku dijual dan sifatnya normal, harga pokok
dengan produk hilang akhir proses, harga pokok produk selesai jumlahnya
menjadi bertambah.
(Supriyono, 2012:187)
2) Produk rusak yang tidak laku dijual yang tidak normal atau karena
harga pokok produk selesai tetapi diperlakukan sebagai rugi produk rusak.
(Supriyono, 2012:188)
1) Produk rusak yang laku dijual dan penyebab atau sifat produk rusak
(Supriyono, 2012:193)
produk rusak.
Perlakuan ini memerlukan alokasi yang adil pada setiap elemen biaya
biaya produksi.
Biaya
Pembagian produksi
Jumlah Presentase nilai jual setelah
Biaya (%) produk dikurangi
Unsur 1 x100% rusak nilai jual
Biaya Total1 produk
(2) x Nilai rusak
Rp % Jual Produk (1) – (3)
Rusak
Biaya Produksi
Setelah Dikurangi Biaya
Elemen Unit Nilai Jual Produk Produksi
Biaya Ekuivalensi Rusak Per Satuan
(Rp) (Rp)
(1) (2) (3) = (2) : (1)
BBB Xxx xxx xxx
BTK Xxx xxx xxx
BOP Xxx xxx xxx
Jumlah Xxx xxx xxx
(Supriyono, 2012:194)
(Supriyono, 2012:194)
(Supriyono, 2012:194)
Perlakuan ini mudah dipakai akan tetapi metode ini dapat berakibat
pengurang rugi produk rusak. Perlakuan ini sesuai dengan perlakuan harga
(Supriyono, 2012:183)
xxx
xxx
bersangkutan yaitu:
(Supriyono, 2012:199)
merupakan produk yang tidak sesuai dengan standar mutu yang telah
cacat adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditentukan,
namun secara ekonomis dapat diperbaiki kembali menjadi produk yang baik.
biaya perbaikan produk cacat yang dapat mengkonsumsi biaya bahan, biaya
27
tenaga kerja, maupun biaya overhead pabrik. Dalam hal ini perlakuan biaya
Bila produk cacat bersifat normal, biaya perbaikan diperlakukan sebagai elemen
biaya produksi di mana produk cacat digabungkan dengan elemen biaya yang ada.
(Supriyono, 2012:203)
produk cacat tidak boleh dikapitalisasi ke dalam harga pokok produk, akan tetapi
Akun rugi dilaporkan di laporan laba rugi sebagai kelompok biaya diluar usaha
atau biaya lain-lain. Dengan jurnal untuk mencatat kerugian sebagai berikut:
(Supriyono, 2012:207)
yang berkaitan dengan aktivitas dan proses untuk mengubah bahan baku
berkaitan dengan aktivitas dan kegiatan pengolahan bahan baku menjadi barang
jadi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead
pabrik.
Elemen-elemen harga pokok produksi mencakup tiga yaitu biaya bahan baku
Bahan baku adalah bahan yang akan diolah menjadi bagian produk selesai dan
bagian integral pada produk tertentu. Biaya bahan baku adalah harga perolehan
Tenaga kerja adalah semua karyawan perusahaan yang memberikan jasa kepada
perusahaan. Biaya tenaga kerja adalah semua balas jasa yang diberikan oleh
Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain dari bahan baku dan tenaga
unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi. Dalam penentuan harga pokok
produksi dikenal dua metode pendekatan, yaitu pendekatan full costing (metode
harga pokok penuh) dan pendekatan variable costing (metode harga pokok
variabel).
yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
Dengan demikian harga pokok produksi metode full costing terdiri dari unsur
produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan
biaya overhead pabrik variabel. Dengan demikian harga pokok produksi menurut
(Mulyadi, 2015:17)
golongan, yaitu golongan produk yang didasarkan atas pesanan dan pengolahan
pokok pesanan (job order cost method). Sedangkan perusahaan yang berproduksi
pesanan tertentu dan harga pokok per satuan produk yang dihasilkan untuk
memenuhi pesanan tersebut dihitung dengan cara membagi total biaya produksi
untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang
banyak jenis jasa atau produk yang cukup berbeda antara yang satu dengan yang
lain. Produk khusus atau produk yang dibuat menurut pesanan termasuk dalam
kategori ini, begitu juga perusahaan yang menyediakan jasa yang berbeda kepada
secara individual.
menjadi dua kelompok yaitu biaya produksi langsung dan biaya produksi
tidak langsung.
3) Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
5) Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai diproduksi
pesanan tertentu dengan jumlah unit produk yang dihasilkan dalam pesanan
yang bersangkutan.
yaitu:
periode tertentu dan biaya produksi per satuan produk yang dihasilkan dalam
periode tersebut dihitung dngan cara membagi total biaya produksi untuk periode
tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam periode yang
memproduksi produk yang hampir sama atau sejenis secara besar-besaran. Contoh
makanan, semen, bahan bakar, dan bahan kimia. (Hansen Mowen, 2017:290)
tertentu.
2.2.4 Laba
Menurut Jusup (2012:31), menyatakan bahwa laba (atau rugi) adalah selisih
selisih antara pendapatan dan beban yang terjadi dalam suatu periode akuntansi.
1. Laba kotor
Penjualan bersih dikurangi dengan harga pokok penjualan akan diperoleh laba
kotor. Jumlah ini dinamakan laba kotor karena masih belum memperhitungkan
pembentukan pendapatan.
2. Laba operasional.
Laba yang diperoleh dari usaha operasional ditambah dengan pendapatan dan
4. Laba bersih
Laba dari operasi berlanjut ditambah atau dikurangi keuntungan atau kerugian
dari operasi yang dihentikan dan dikurangi dengan kerugian luar biasa.
(Hery, 2013:120)
37
bagi pihak yang berkepentingan. Adapun tujuan dari pelaporan laba antara lain
sebagai berikut :
besar laba perusahaan maka pajak yang dikenakan juga akan semakin besar.
bonus yang akan didapat oleh karyawan juga akan meningkat secara
signifikan.
dari perusahaan. Berfluktuasinya laba ini dapat dijadikan sebagai alat motivasi
Cadangan adalah jumlah tertentu dari laba bersih setiap tahun buku yang
hanya boleh dibagikan apabila perseroan mempunyai saldo laba yang positif.
1. Pendapatan (revenue) adalah arus masuk atau peningkatan lain dari aktiva
dari penyerahan atau produksi suatu barang, pemberian jasa, atau aktivitas lain
yang merupakan usaha terbesar atau usaha utama yang sedang dilakukan
entitas tersebut.
2. Beban (expense) adalah arus keluar atau penggunaan lain dari aktiva atau
produksi suatu barang, pemberian jasa, atau pelaksanaan aktivitas lain yang
merupakan usaha terbesar atau usaha utama yang sedang dilakukan entitas
tersebut.
39
transaksi sampingan atau transaksi yang terjadi sesekali dari suatu entitas dan
entitas tersebut, kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi pemilik.
4. Kerugian (loss) adalah penurunan dalam ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi
sampingan atau transaksi yang terjadi sesekali dari suatu entitas dan dari
tersebut, kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi pemilik. (Stice,
Terjadinya produk rusak dan produk cacat merupakan hal yang biasa terjadi
pada proses produksi. Namun jika produk rusak dan produk cacat tidak bisa
produksi dan laba perusahaan. Oleh karena itu perusahaan perlu menerapkan
perlakuan akuntansi produk rusak dan produk cacat. Perlakuan akuntansi produk
rusak dan produk cacat antara lain apabila prodok rusak dan produk yang laku
dijual dan bersifat normal maka hasil penjualan produk rusak dan produk cacat
produksi dan elemen biaya overhead pabrik dan apabila produk rusak produk
cacat tidak laku dan produk dijual sifatnya normal, harga pokok produk rusak dan
produk selesai atau departemen berikutnya dan produk rusak dan produk cacat
tidak laku dijual sifatnya tidak normal atau karena kesalahan, harga pokok produk
rusak dan produk cacat diperlakukan sebagai rugi produk rusak dan produk cacat.
Produk rusak dan produk cacat akan mengakibatkan harga pokok produksi
menjadi tinggi karena produk rusak dan produk cacat juga ikut menyerap biaya
produksi. Kenaikan harga pokok produksi ini juga akan berpengaruh terhadap
laba usaha. Untuk menekan biaya produksi agar harga pokok produksi tidak tinggi
karena adanya produk rusak dan produk cacat perusahaan perlu melakukan
memperlakukan hasil penjualan produk rusak dan produk cacat tersebut sebagai
secara adil dengan membagi nilai jual produk rusak dan produk cacat ke dalam
biaya produksi. Jika hal tersebut diperhatikan dengan benar maka perusahaan
Gambar 2. 1
Kerangka Pikir
Laba
41
Keterangan:
kemungkinan terjadinya produk rusak dan produk cacat. Produk rusak dan cacat
diketahui setelah dilakukan proses produksi. Dalam proses produksi, produk rusak
yang harus dikeluarkan perusahaan antara lain biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja dan biaya overhead pabrik. Biaya-biaya tersebut akan berpengaruh terhadap
perhitungan harga pokok produksi dan laba perusahaan. Yang menjadi masalah
yaitu ketika proses produksi perusahaan tidak selalu menghasilkan produk baik
ada pula produk jadi tersebut sebagian berupa produk rusak dan cacat. Ketika
perusahaan memiliki produk rusak dan cacat, yang menjadi poin penting yaitu
bagaimana memperlakukan produk rusak dan cacat tersebut karena produk rusak
turut menyerap biaya produksi, produk rusak akan mengurangi total penjualan dan
mengakibatkan harga pokok produksi yang telah dikeluarkan tidak sejalan dengan
produk rusak tidak laku dijual dengan harga normal, produk rusak memerlukan
diskon atau potongan harga agar laku dijual. Dalam penelitian ini produk rusak
42
terjadi diakhir proses yang mana memiliki wujud fisik dan laku dijual, secara teori
maka pendapatan dari produk rusak diperlakukan sebagai pengurang biaya pokok
dikeluarkan yaitu hasil penjualan produk rusak dikurangkan ke biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Sehingga output yang diharapkan
akan tercapai yakni mengurangi harga pokok produksi sehingga harga pokok
produksi menjadi lebih kecil. Harga pokok produksi yang kecil akan
METODE PENELITIAN
pendekatan yang diterapkan oleh peneliti, maka ruang lingkup dalam penelitian
ini hanya mencakup tentang analisis perlakuan produk rusak dan produk cacat
beralokasi di Jl. Megantoro 44B Kec. Kab. Nganjuk. Adapun alasan peneliti
1. Perusahaan belum menerapkan perlakuan produk rusak dan produk cacat dalam
3.3.1 Data
1. Sifat Data
Adapun sifat data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yakni:
a. Data kualitatif
43
44
b. Data kuantitatif
Data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini berupa data mengenai
kapasitas produksi dan data produksi, data penjualan, data biaya listrik, data
biaya air, data biaya telepon, data biaya administrasi dan umum, biaya produksi,
biaya non produksi, dan data produk rusak serta produk cacat tahun 2021.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer
tersebut terdiri dari sejarah singkat perusahaan, lokasi perusahaan, visi dan misi
manusia, kegiatan produksi, data produksi, data penjualan, data biaya listrik, data
biaya air, data biaya telepon, biaya produksi, biaya non produksi, dan data produk
1. Wawancara
2. Dokumentasi
tersebut, yaitu data tentang lokasi perusahaan, tujuan perusahaan, proses produksi,
laporan data produksi, daftar biaya overhead pabrik, dan laporan biaya produksi
1. Produk Rusak
2. Produk Cacat
4. Laba
1. Produk rusak adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah
ditetapkan, yang secara ekonomis tidak dapat diperbaiki menjadi produk yang
baik.
2. Produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah
4. Laba merupakan selisih antara pendapatan dan beban yang terjadi dalam suatu
periode akuntansi.
sesuai data yang dianalisis serta menjelaskan angka-angka tersebut dalam bentuk
Tabel 3.1
Menghitung nilai jual produk rusak sebagai pengurang biaya produksi
Table 3.3
Menghitung harga pokok per satuan di departemen produksi
(Supriyono, 2012:194)
Apabila produk cacat bersifat normal, semua biaya perbaikan produk cacat
(Supriyono, 2012:203)
50
Dalam Rupiah
Beban operasional
Listrik, air dan telepon xxx
Lain-lain xxx
Jumlah beban xxx
Laba bersih tahun berjalan xxx
Beban pajak xxx
Laba bersih setelah pajak xxx
diterapkan perusahaan selama ini dengan hasil perhitungan yang dilakukan oleh
peneliti.
Perusahaan Teori
5. Interpretasi.
DAFTAR PUSTAKA
Bustami, Bastian, dan Nurlela (2013), Akuntansi Biaya, Edisi keempat, Jakarta:
Mitra Wacana Media
Chariri, Anis dan Imam Ghozali, (2014), Teori Akuntansi, Edisi 4, Semarang:
Universitas Diponegoro
Hanafi, Mahmud M dan Abdul Halim, (2018), Analisis Laporan Keuangan, Edisi
Kelima, Yogyakarta: STIE YKPN
Siregar dkk (2013), Akuntansi Biaya, Edisi kedua, Jakarta: Salemba Empat
Zuhroh, Diana. 2021. Perlakuan Akuntansi Produk Rusak dan Produk Cacat pada
PT. EPI di Surabaya. Jurnal teknik industri Vol. 24 No.1, hal. 18-29.
Surabaya.