ABSTRAK
Indonesia terletak pada wilayah yang rawan terhadap bencana banjir. Kondisi tersebut menuntut kesiapsiagaan dari
tenaga kesehatan untuk kegiatan penanggulangan bencana banjir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
kesiapsiagaan tenaga kesehatan puskesmas di dalam penanggulangan bencana banjir dan beberapa faktor yang
berhubungan dengan kesiapsiagaan tenaga kesehatan puskesmas. Jenis penelitian pada penelitian ini merupakan
penelitian analitik dengan pendekatan Cross Sectional Study dengan jumlah sampel sebanyak 40 orang. Hasil analisis
terlihat tidak semuanya menyatakan siap siaga dalam penanggulangan bencana banjir. Dari 40 orang responden ternyata
masih ada 7,5% yang menyatakan tidak siap siaga. Hasil dari analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel
protap/pedoman dan pelaksanaan evaluasi mempunyai pengaruh yang sama terhadap kesiapsiagaan tenaga kesehatan
puskesmas yaitu protap/pedoman bencana dengan nilai OR (EXP (B) ) = 0,889 dan pelaksanaan evaluasi dengan nilai
OR (EXP (B) )= 0,889.
ABSTRACT
Indonesia is located in an area prone to floods. Makassar is one of the regions that is definitely experiencing flood. These
conditions require the preparedness of the medical practitioner for the activities of flood management. This study aims at
finding an overview of flood management and several factors related to the preparedness of the medical practitioner of
community health center in Manggala. This study includes an analytical research using a Cross Sectional Study approach
with a total sample of 40 people from all community health center in Manggala. The analysis results showed that not all
of the medical practitioner of community health center stated that they were ready for flood management. Out of 40
respondents, it turns out that there were still 7.5% saying they were not ready. The results of the multivariate analysis
showed that the variable of Standard Operating procedure/guideline and the implementation of the evaluation had the
same effect on the preparedness of the medical practitioner of community health center, which are the variable of Standard
Operating procedure/guideline with the value of OR {EXP (B)} = 0.889 and the implementation of the evaluation with the
value of OR {EXP (B)} = 0.889.
rutin dengan perintah atasan yang datang dua variabel dan kemaknaannya dilihat dari
secara mendadak serta bersedia bekerja nilai p < 0,05 (Hastono dan Sabri, 2008).
dengan sarana dan biaya operasional yang Pada analisis multivariat, diajukan uji secara
tersedia diunit kerja untuk kegiatan bersama-sama sehingga dapat dilihat
penanggulangan bencana banjir. variabel mana yang paling berpengaruh
terhadap kesiapsiagaan tenaga kesehatan.
METODE PENELITIAN Variabel yang diikutkan dalam analisis
Lokasi dan Jenis penelitian multivariat adalah variabel yang mempunyai
Penelitian dilakukan di seluruh nilai p < 0,25 dalam analisis bivariat. Analisis
puskesmas yang ada di kecamatan multivariat dilakukan untuk menganalisis
Manggala kota Makassar yaitu Puskesmas dan memperkirakan faktor-faktor yang
Antang Raya, Puskesmas Antang dominan dengan variabel terikat melalui
Perumnas, Puskesmas Tamangngapa, Dan variabel bebas secara bersama-sama
Puskesmas Bangkala. Jenis penelitian pada dengan menggunakan Uji regresi logistik
penelitian ini merupakan penelitian analitik pada tingkat kepercayaan 95%. Analisis
dengan pendekatan Cross Sectional Study. multivariat dilakukan untuk menganalisis
Penelitian ini menjelaskan tentang faktor- dan meramalkan hubungan antara variabel
faktor yang berhubungan dengan dependen dalam hal ini kesiapsiagaan
kesiapsiagaan tenaga kesehatan tenaga kesehatan dengan sekelompok
puskesmas yang ada di wilayah kecamatan variabel independen secara bersama-
Manggala yaitu Puskesmas Antang sama.
Perumnas, Puskesmas Antang Raya,
Puskesmas Bangkala, dan Puskesmas HASIL
Tamangngapa. Analisis univariat
Populasi dan sampel Tabel 5.1 menunjukkan gambaran
Populasi adalah wilayah generalisasi kesiapsiagaan tenaga kesehatan
yang terdiri atas objek/subjek yang puskesmas di kecamatan Manggala kota
mempunyai kualitas dan karakteristik Makassar sebagian besar menyatakan siap
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk siaga dalam penanggulangan bencana
dipelajari dan ditarik kesimpulannya. banjir yaitu sebanyak 37 orang (92,5%) dan
Sampel pada penelitian ini diambil dengan 3 orang (7,5%) menyatakan tidak siap siaga.
cara exhaustive sampling (total sampling). Tabel 5.2 terlihat gambaran umur responden
Populasi dan sampel dari penelitian ini yaitu bahwa sebagian besar responden berumur
tenaga kesehatan yang tergabung dalam 35–60 tahun yaitu 29 orang (72,5%) dan 11
Tim Siaga Bencana ditiap puskesmas orang (27,5%) yang berumur 19-34 tahun.
dengan pembagian Puskesmas Antang Tabel 5.3 terlihat gambaran jenis kelamin
Perumnas sebanyak 10 orang, Puskesmas bahwa sebagian besar responden berjenis
Antang Raya sebanyak 10 orang, kelamin perempuan yaitu sebanyak 34
Puskesmas Bangkala sebanyak 10 orang, orang (85%) dan laki-laki sebanyak 6 orang
Puskesmas Tamangngapa 10 orang. (15%). Tabel 5.4 terlihat gambaran
Metode pengumpulan data pengalaman kerja responden bahwa
Pengambilan data dilakukan dengan sebagian besar (67,5%) mempunyai
cara pengisian kuisioner yang dilakukan pengalaman kerja selama 6-15 tahun,
oleh tenaga kesehatan yang bertugas kemudian > 16 tahun sebanyak 30% dan <
sebagai tim penanggulangan bencana pada 5 tahun sebanyak 2,5%. Pada tabel 5.5
ke empat puskesmas. terlihat gambaran frekuensi pelatihan
Analisis Data bencana yang pernah diikuti oleh responden
Metode analisis data dilakukan menunjukkan bahwa sebagian besar 30
dengan dilakukan dengan analisis orang (75%) tidak pernah mengikuti
kuantitatif. Analisis univariat digunakan pelatihan dan 10 orang (25%) pernah
untuk menggambarkan distribusi variabel mengikuti pelatihan manajemen bencana.
yang diukur dalam penelitian dengan cara Pada tabel 5.6 terlihat gambaran frekuensi
mendeskripsikannya dan dinyatakan dalam gladi/simulasi yang pernah diikuti oleh
bentuk tabel proporsi. Dalam analisis responden bahwa sebagian besar (62,5%)
bivariat digunakan uji chi square atau uji menyatakan tidak pernah mengikuti
beda proporsi, karena data yang digunakan gladi/simulasi dan 37,5% menyatakan
berbentuk kategorik. Analisis ini digunakan pernah mengikuti gladi/simulasi. Tabel 5.7
untuk melihat ada tidaknya hubungan antara terlihat gambaran kecukupan sarana di unit
Selanjutnya untuk menilai hubungan yang secara rasional, mengendalikan emosi dan
paling bermakna diantara kedua variabel toleran terhadap pendapat orang lain.
independen tersebut terhadap
kesiapsiagaan (variabel dependen), maka Hubungan Jenis Kelamin dengan
dilakukan analisis regresi logistik secara Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan
bersama-sama semua variabel yang Puskesmas
memenuhi syarat Dari hasil penelitian ini sebagian
Dari Tabel 5.13 menunjukkan bahwa besar berjenis kelamin perempuan sebesar
kedua variabel mempunyai pengaruh yang 85%. Sedangkan pada jenis kelamin laki-laki
sama terhadap kesiapsiagaan tenaga proporsinya sebesar 15%. Berdasarkan
kesehatan puskesmas yaitu tabel 5.12 tampak bahwa proporsi
protap/pedoman bencana dengan nilai OR kesiapsiagaan tenaga kesehatan
(EXP (B) ) = 0,889 dan pelaksanaan puskesmas lebih tinggi pada kelompok jenis
evaluasi dengan nilai OR (EXP (B)) = 0,889. kelamin perempuan (77,5%) dibandingkan
Pembahasan dengan kelompok laki-laki (15%). Dari hasil
Gambaran Kesiapsiagaan Tenaga analisis statistik untuk melihat hubungan
Kesehatan Puskesmas antara umur dengan kesiapsiagaan ternyata
Dari 40 orang responden ternyata tidak menunjukkan adanya perbedaan yang
masih ada 7,5% yang menyatakan tidak siap bermakna proporsi kesiapsiagaan menurut
siaga. Ketidaksiapsiagaan ini terjadi karena kelompok jenis kelamin tidak bermakna
responden tidak bersedia bekerja diluar jam secara statistik dimana p value = 0,572 atau
kerja rutin dan atau tidak bersedia bekerja p > 0,05.
dengan perintah atasan yang datang secara Hasil penelitian ini sejalan dengan
mendadak dan atau tidak bersedia bekerja studi-studi psikologis yang telah
dengan sarana dan biaya operasional yang menemukan bahwa perempuan lebih
tersedia di unit kerja untuk kegiatan bersedia untuk mematuhi wewenang, dan
penanggulangan bencana banjir diwilayah laki-laki lebih agresif dan lebih besar
kerjanya. kemungkinannya dari perempuan dalam
memiliki pengharapan untuk sukses, tetapi
Hubungan Umur dengan Kesiapsiagaan perbedaan ini kecil adanya. Kita
Tenaga Kesehatan Puskesmas mengasumsikan bahwa tidak ada
Responden penelitian ini berusia 19- perbedaan berarti dalam produktivitas
34 tahun. Berdasarkan tabel 5.12 tampak pekerjaan antara laki-laki dan perempuan
bahwa proporsi kesiapsiagaan tenaga (Robbins, 1996).
kesehatan puskesmas lebih tinggi pada
kelompok umur 35-60 tahun (65%) Hubungan Lama Pengalaman Kerja
dibandingkan dengan kelompok umur 19-34 dengan Kesiapsiagaan Tenaga
tahun (27,5%). Dari hasil analisis statistik Kesehatan Puskesmas
untuk melihat hubungan antara umur Dari hasil penelitian ini menunjukkan
dengan kesiapsiagaan ternyata tidak proporsi terbesar ada pada kelompok
menunjukkan adanya perbedaan yang responden dengan pengalaman kerja 6-15
bermakna proporsi kesiapsiagaan menurut tahun sebesar 67,5%. Berikutnya pada lama
kelompok umur tidak bermakna secara pengalaman kerja > 16 tahun proporsinya
statistik dimana p value = 1,230 atau p > sebesar 30% dan kelompok dengan
0,05. pengalaman kerja < 5 tahun sebesar 2,5%.
Gibson (1987), menyatakan bahwa Berdasarkan tabel 5.12 tampak bahwa
faktor usia merupakan variabel dari individu proporsi kesiapsiagaan tenaga kesehatan
yang pada dasarnya semakin bertambah puskesmas lebih tinggi pada responden
usia seseorang akan semakin bertambah dengan pengalaman kerja 6-15 tahun
kedewasaannya dan semakin banyak sebesar 62,5% dibandingkan dengan
menyerap informasi yang akan kelompok lama pengalaman kerja > 16
mempengaruhi produktivitasnya. Teori ini tahun proporsinya sebesar 27,5% dan
juga dikemukakan oleh Siagian (1995), yang kelompok dengan pengalaman kerja < 5
menyatakan bahwa semakin meningkatnya tahun sebesar 2,5% Dari hasil analisis
usia seseorang maka kedewasaan, teknik, statistik, tidak menunjukkan adanya
dan psikologisnya semakin meningkat. Ia perbedaan yang bermakna proporsi
akan mampu mengambil keputusan, kesiapsiagaan menurut faktor lama
semakin bijaksana, semakin mampu berpikir pengalaman kerja tidak bermakna secara
statistik dimana p value = 0,572 atau p > Berdasarkan tabel 5.12 tampak bahwa
0,05. proporsi kesiapsiagaan tenaga kesehatan
Hasil penelitian ini bisa saja terjadi puskesmas lebih tinggi pada responden
mengingat bahwa pengalaman kerja yang tidak pernah mengikuti pelatihan
keseluruhan dari masa kerja yang dijalani gladi/simulasi sebesar 60% dibandingkan
mungkin saja lebih berperan secara dengan kelompok yang pernah mengikuti
dominan dalam mendukung kesiapsiagaan gladi/simulasi sebesar 32,5% Dari hasil
tenaga kesehatan. Walaupun pengalaman analisis statistik, ternyata tidak menunjukkan
akan membentuk perilaku petugas (Siagian, adanya perbedaan yang bermakna proporsi
1992), tetapi bukan berarti bahwa kesiapsiagaan menurut kelompok jenis
pengalaman yang telah dimiliki oleh petugas kelamin tidak bermakna secara statistik
selalu dapat dipergunakan untuk dimana p value = 1,177 atau p > 0,05.
melaksanakan tugas. Hal ini karena selalu Hasil ini dapat dijelaskan bahwa
dipengaruhi oleh perubahan-perubahan dan metode pelatihan dengan melakukan
perkembangan yang selalu terjadi. gladi/simulasi sepertinya tidak terlalu
berperan dalam meningkatkan
Hubungan Frekuensi Pelatihan kesiapsiagaan tenaga kesehatan dalam
Manajemen Bencana dengan penanggulangan bencana banjir. Menurut
Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan Andrew F. Sikula yang dikutip oleh Hasibuan
Puskesmas (2008), menunjukkan adanya beberapa
Dari hasil penelitian ini menunjukkan metode latihan yang dapat diberikan kepada
bahwa kesiapsiagaan tenaga kesehatan pekerja tidak hanya dalam bentuk simulasi
puskesmas yang bekerja terkait dengan saja akan tetapi dapat berupa on the job,
penanggulangan bencana banjir di vestibule, demonstration dan example,
kecamatan Manggala kota Makassar tahun apprenticeship dan classroom methods
2019 proporsi terbesar ada pada kelompok
responden yang pernah mengikuti pelatihan Hubungan Kecukupan Sarana dengan
manajemen bencana 92,5%. Kemudian Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan
yang tidak pernah mengikuti pelatihan Puskesmas
sebesar 7,5%. Berdasarkan tabel 5.12 Dari hasil penelitian ini proporsi terbesar
tampak bahwa proporsi kesiapsiagaan ada pada kelompok responden yang
tenaga kesehatan puskesmas lebih tinggi menyatakan sarana yang tersedia cukup
pada responden yang pernah mengikuti sebesar 65%. Kemudian yang menyatakan
pelatihan manajemen bencana sebesar tidak cukup sebesar 35%. Berdasarkan
25% dibandingkan dengan kelompok yang tabel 5.12 tampak bahwa proporsi
tidak pernah mengikuti pelatihan sebesar kesiapsiagaan tenaga kesehatan
0% Dari hasil analisis statistik, ternyata tidak puskesmas lebih tinggi pada responden
menunjukkan adanya perbedaan yang yang menyatakan sarana penanggulangan
bermakna proporsi kesiapsiagaan menurut bencana di unit kerja cukup sebesar 57,5%
faktor pelatihan manajemen bencana tidak dibandingkan dengan kelompok yang
bermakna secara statistik dimana p value = menyatakan tidak cukup sebesar 35%. Dari
1,081 atau p > 0,05. hasil analisis statistik, ternyata tidak
Hasil penelitian ini tidak sejalan menunjukkan adanya perbedaan yang
dengan Hasibuan (2008), yang menyatakan bermakna proporsi kesiapsiagaan menurut
bahwa pelatihan merupakan proses kecukupan sarana di unit kerja tidak
pengembangan untuk meningkatkan bermakna secara statistik dimana p value =
kualitas sumber daya manusia, karena 1,746 atau p > 0,05..
melalui pelatihan, technical skill, human skill, Sutermeister dalam kutipan
dan managerial skillnya akan semakin baik. Sedarmayanti (2009), menyatakan bahwa
selain penyediaan sarana dan peralatan
Hubungan Frekuensi Simulasi/Gladi kerja yang lengkap juga harus mencakup
dengan Kesiapsiagaan Tenaga dukungan organisasi yang baik, dukungan
Kesehatan Puskesmas struktur organisasi, penyediaan teknologi,
Dari hasil penelitian ini proporsi penyediaan tempat dan lingkungan kerja
terbesar ada pada kelompok responden yang nyaman, penyediaan kondisi dan
yang tidak pernah mengikuti gladi/simulasi syarat kerja, peluang membangun
sebesar 62,5%. Kemudian yang pernah hubungan kerja yang harmonis serta
mengikuti gladi/simulasi sebesar 37,5%. menyediakan kecukupan anggaran yang
Tabel 5.1
Distribusi Kesiapsiagaan Responden
n= 40
No Kesiapsiagaan n %
1 Tidak siap siaga 3 7.5
2 Siap siaga 37 92.5
Tabel 5.2
Distribusi Umur Responden
n= 40
Umur n %
19-34 tahun 11 27.5
35-60 tahun 29 72.5
Tabel 5.3
Distribusi Jenis Kelamin Responden
n= 40
Jenis Kelamin n %
Laki-laki 6 15
Perempuan 34 85
Tabel 5.4
Distribusi Lama Pengalaman Kerja Responden
n= 40
Masa kerja n %
kurang 5 tahun 1 2.5
6 - 15 tahun 27 67.5
lebih 16 tahun 12 30
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Pelatihan Bencana Responden
n= 40
Frekuensi pelatihan n %
Tidak pernah 30 75
Pernah 10 25
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Simulasi/Gladi Responden
n= 40
frekuensi n %
tidak pernah 25 62.5
Pernah 15 37.5
Tabel 5.7
Distribusi Kecukupan Sarana Menurut Responden
n= 40
Kecukupan Sarana n %
tidak cukup 14 35
Cukup 26 65
Tabel 5.8
Distribusi Tersedianya Biaya Operasional Menurut
Responden
n= 40
Biaya operasional n %
tidak tersedia 23 57.5
Tersedia 17 42.5
Tabel 5.9
Distribusi Tersedianya Kebijakan Pemerintah Tentang
Kesiapsiagaan Bencana
n= 40
Kebijakan pemerintah n %
Tidak tersedia 26 65
Tersedia 14 35
Tabel 5.10
Distribusi Tersedianya Protap/Pedoman Menurut
Responden
n= 40
Protap/ pedoman n %
tidak tersedia 15 37.5
Tersedia 25 62.5
Tabel 5.11
Distribusi Pelaksanaan Evaluasi Kepada Responden
n= 40
Evaluasi n %
tidak dilakukan 15 37.5
Dilakukan 25 62.5
Tabel 5.12
Faktor Yang Berhubungan dengan Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan Puskesmas
protap/pedoman 0,024
tidak tersedia 1 2,5 14 35 15
Tersedia 2 5 23 57,5 25
Evaluasi 0,024
tidak dilakukan 1 2,5 14 35 15
Dilakukan 2 5 23 57,5 25
Tabel 5.13
Hasil uji regresi logistik variabel yang berpengaruh terhadap kesiapsiagaan tenaga
kesehatan puskesmas dalam menghadapi bencana banjir tahun 2019
95% C.I.for
Variabel B S.E. Wald df Sig. Exp(B) EXP(B)
Lower Upper
Protap
-0.117 1.719 0.005 1 0.946 0.889 0.031 25.844
Bencana
Pelaksanaan
-0.117 1.719 0.005 1 0.946 0.889 0.031 25.844
Evaluasi
Constant 2.898 2.388 1.473 1 0.225 18.140