Anda di halaman 1dari 1

Di akhir tahun 2019 saya mengalami pelecehan di tempat pelayanan pelakunya teman pelayanan saya

sendiri. Waktu saya melaporkan kejadian pihak gereja menganggap saya berbohong. Karena memang
orang ini kalo di depan jemaat ataupun orang lain dia seperti nabi atau pun malaikat. Sedangkan saya
mungkin terlihat seperti setan 😊. Lalu di masa-masa natal Desember 2019 waktu itu kita sedang sibuk-
sibuknya mempersiapkan perayaan natal. Kebetulan waktu itu saya tidak membantu pembuatan dekorasi
karena memang saya bukan bagian dekorasi. Lalu saya ada pelayanan konseling keluarga jemaat yang mua
bercerai. Dan saya menemani anak nya. Bermain di kolam renang, waktu pulang ketemu dengan seorang
jemaat lalu jemaat ini melaporkan ke gembala bilang kalo saya bukannya bantu-bantu digereja malah pergi
berenang. Akhirnya semua teman2 di gereja itu kesal dengan saya.

Lalu minggu berikutnya tim musik membuat grup WA tapi saya tidak di masukkan ke grup itu. Lalu org yang
melecehkan saya ini tiba2 gedor pintu kamar saya sambil berkata “kalian ini hamba TUhan macam apa,
orang sudah duduk berkumpul untuk rapat kalian malah duduk santai di kamar, dasar pemalas” waktu itu
saya dengan teman (hamba Tuhan perempuan).

Kami berdua bingung ada rapat apa? Karena kami tidak dapat informasi. Lalu kami masuk ke forum rapat
dan bertanya “infonya ada di grup WA yg mana ya?” setelah dijelaskan taulah bahwa kami tidak di invite ke
grup.

Setelah semua orang pulang Si orang tadi tiba2 gedor kamar saya lalu masuk dan cekek leher saya dan
mengancam untuk membunuh saya. Malam itu saya langsung lapor ke gembala saya yang kebetulan waktu
itu menghadiri acara PGI di sumba. Besoknya ada 1 hamba Tuhan senior yang diminta untuk mengurus
masalah ini. Saya sudah mau melanjutkan masalah ini ke hukum. tp beliau malah bilang “sudahlah Cuma
masalah begini saja, nanti kalo kamu laporkan ke polisi, malah gereja kita yang tercoreng, maafkanlah kan
kamu hamba TUhan.”

Besoknya lagi datang lagi diaken gereja meminta penjelasan kejadian. Tp si orang itu menjawab, “itu hanya
kemarahan sesaat saya pak. Setelah itu saya gak ada malasah lagi.” dan teman saya yang melihat
kejadian pencekekan itu malah diam tidak memberikan penjelasan apa-apa malah seakan memihak ke
orang itu.
Merasa tidak adil dengan apa yang terjadi, saya mengalami depresi hingga tidak maksimal dalam
pelayanan dan saya harus ke psikolog dan dokter jiwa. Perawatan selama 2 bulan menghabiskan banyak
dana dan gereja sama sekali tidak menggubris kondisi saya waktu itu.
Dan di awal 2020 akhirnya saya memutuskan mengundurkan diri dari gereja tersebut dan melanjutkan S2
ke jawa timur. Setelah 2 bulan dari kejadian itu saya mendengar kabar dia di keluarkan dari gereja karena
mau pukul temannya pakai martil hanya karena kalender waktu sidang sinode. Akhirnya diaken yang waktu
itu meminta penjelasan meminta orang ini periksa kejiwaannya, dan didapati bahwa dia masuk dalam
kategori psikopat yang membahayakan jiwa orang lain.

Tapi saya bersyukur dengan kejadian itu saya bisa lanjut S2. Trimksih sudah mendengar cerita saya. Tuhan
memberkati kita semua.

Anda mungkin juga menyukai