Anda di halaman 1dari 2

PRODUCTIVITY OF NEW ZEALAND WHITE RABBITS WITH

DIFFERENT FEEDING OF FIBER SOURCE

Kelinci merupakan hewan herbivora yang dibudidayakan untuk


dimanfaatkan dagingnya maupun menjadi hewan peliharaan. Kelinci dapat
dipelihara dengan diberi pakan konsentrat dan hijauan dari sumber
lingkungan lokal sehingga dapat mengurangi biaya pakan. Beternak kelinci
dapat berkembang secara cepat karena kelinci merupakan hewan prolifik
atau melahirkan lebih dari satu anak setiap kali beranak. Keberhasilan
dalam beternak kelinci dapat dipengaruhi oleh kualitas pakan yang
diberikan. Pakan berpengaruh sekitar 70% dari keberhasilan beternak
kelinci. Kelinci membutuhkan nutrien protein kasar sekitar 15-18%, lemak
kasar 4,75-5%, dan serat kasar sebesar 15,20-16,25%. Serat kasar
merupakan salah satu nutrien yang dimanfaatkan kelinci untuk
mengubahnya menjadi energi. Serat kasar yang dicerna akan diubah
menjadi volatile fatty acid (VFA) kemudian akan diubah menjadi ATP.
Selain itu pemanfaatan serat kasar juga untuk meningkatkan kecepatan
perpindahan pakan yang masuk dalam usus. Kelebihan dan kekurangan
serat kasar ada efeknya, apabila kekurangan maka kelinci akan mengalami
enteritis, sedangkan kelebihan ternak akan mengurangi penyerapan
karbohidrat. Kelinci merupakan hewan pseudoruminansia yang hanya
memiliki lambung sederhana namun pada sekum terhadap banyak mikroba
yang membantu proses fermentasi pakan. Kelinci yang kekurangan serat
akan sering memakan bulunya sendiri dan apabila terlalu banyak maka bulu
yang termakan maka akan mengganggu pencernaan. Pemanfaatan limbah
pertanian dan limbah industri pertanian dapat dimanfaatkan sebagai pakan
ternak kelinci. Limbah industri pertanian yang dimanfaatkan sebagai pakan
kelinci yaitu kulit kopi dan kulit kacang tanah.

Konsumsi BK

Variabel yang diamati dari penelitian kali ini adalah konsumsi


BK,pertambahan bobot badan harian (PBBH), dan konversi pakan.
Penelitian ini memiliki 3 perlakuan yaitu, penggunaan kulit kopi 8% (T1),
penggunaan kulit kopi 4% dan kulit kacang tanah 4% (T2), dan penggunaan
kulit kacang tanah 8%. (T3). Konsumsi BK setiap perlakuan tidak terlalu
berbeda, rentang dari 92.31 – 98.82 dengan rata rata 94,97 g/ekor/hari.
Konsumsi BK yang tidak terlalu berbeda antara kulit kopi, kombinasi kulit
kopi dan kulit kacang tanah, dan kulit kacang tanah berarti ketiga perlakuan
tersebut memiliki palatabilitas yang sama. Berdasarkan penelitian ini
konsumsi BK dipengaruhi oleh kandungan serat kasar dalam bahan pakan
tersebut, apabila kandungannya besar maka konsumsinya pun akan lebih
rendah dengan yang kandungan serat kasarnya lebih kecil. Selain itu kelinci
lebih menyukai bahan pakan yang berbentuk pelet dibanding mash, karena
kelinci merupakan hewan pengerat. Konsumsi energi dari ketiga perlakuan
juga tidak berbeda jauh. Hal tersebut dikarenakan kandungan energi ketiga
perlakuan hampir sama. Konsumsi PK ketiga perlakuan hampir sama yang
diakibatkan dari kandungan PK yang tidak berbeda jauh juga.

Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH)

Kelinci yang dipakai untuk melihat PBBH tersebut memiliki bobot


yang berbeda. Yang mana T1 memiliki bobot awal 1,4 Kg, T2 memiliki
bobot awal 1,2 Kg, dan T3 memiliki bobot awal 0,92 Kg. Berdasarkan
pemeliharaan dhasilkan bobot akhir dari ketiga pemeliharaan yang tidak
terlalu berbeda yaitu, T1 memiliki bobot akhir 3,035 Kg, T2 memiliki bobot
akhir 2,865 Kg, dan T3 memiliki bobot akhir 2,901 Kg. Dari bobot awal dan
bobot akhir tersebut dapat diketahui PBBH dari ketiga perlakuan tersebut.
PBBH dari ketiga perlakuan tersebut tidak berbeda jauh yaitu T1 13,84
g/hari, T2 14,02 g/hari dan T3 14,94 g/hari. PBBH ini masih masuk
kedalam rentang rata-rata PBBH kelinci didaerah tropis yaitu 10-20 g/ekor.

Konversi Pakan

Untuk mengukur nilai konversi pakan dari ketiga perlakuan, maka


dibutuhkan konsumsi BK tiap perlakuan dan PBBH tiap perlakuan.
Konversi pakan digunakan untuk melihat apakah efisien penggunaan pakan
terhadap PBBH kelinci tersebut. Nilai konversi pakan pada T1 adalah 5,61,
T2 adalah 5,21 dan T3 adalah 4,56. Berdasarkan penelitian lain, nilai
konversi kelinci berkisar antara 6,09-13,03 sehingga nilai konversi pada
ketiga perlakuan ini adalah sangat baik. Dari ketiga perlakuan, perlakuan T3
yaitu pemberian kulit kacang tanah adalah yang paling efisien, karena
memiliki nilai konversi pakan yang paling kecil. Hal tersebut dapat menjadi
potensial penggunaannya bagi masyarakat.

Daftar Pustaka

Yuliyanto NF, Endang P, Winarti RA. 2019. Productivity of New Zealand


White rabbits with different feeding of fiber source. Buletin of
Applied Animal Research. 1(2): 30-34.

Anda mungkin juga menyukai