Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bimbingan dan Konseling

Volume 4 Nomor 4 tahun 2019


Hal 101 – 107
Desember 2019

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BELAJAR YANG DIALAMI SISWA KELAS X JURUSAN IPA


DAN JURUSAN IPS DI SMA NEGERI 5 BANDA ACEH

Muzakkir, Nurbaity, Khairiah


Program Studi Bimbingan Konseling, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Syiah Kuala
Email: muzakkirahmad777@gmail.com

ABSTRACT

Learning is an attempt to have something new in five dimensions, that is the dimension of knowing,
the dimension of ability, the dimension of will, the dimension of usual, and the dimension of
responsibility. In the learning process, students are perceived to have various obstacles in learning be
caused by internal factors and external factors. The identification technique was carried out using a
non-test instrument in the form of a validated problem statement tool, the namly is AUM PTSDL. The
method used is a quantitative approach and the type is descriptive research that is making a
description of the learning problems experienced by students in accordance with the facts found in the
field. The results of the study illustrate that the learning problems most experienced by class X
students in SMA Negeri 5 Banda Aceh occured in the learning skills component (T). The problem most
often experienced by students is the difficulty in finding additional reading material assigned by the
Teacher.

Keywords: Student learning problems

ABSTRAK

Belajar merupakan usaha untuk menguasai sesuatu yang baru dalam lima dimensi, yaitu dimensi tahu,
dimensi bisa, dimensi mau, dimensi biasa, dan dimensi tangung jawab. Dalam melaksanakan belajar,
siswa dirasa memeliki berbagai kendala baik dari dalam diri siswa maupun dari luar diri. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan belajar yang dialami siswa kelas X jurusan IPA dan
IPS di SMA Negeri 5 Banda Aceh. Teknik identifikasi dilakukan menggunakan instrumen non-tes
berupa alat ungkap masalah yang sudah tervalidasi yaitu AUM PTSDL. Metode yang digunakan adalah
pendekatan kuantitatif dan jenisnya ialah penelitian deskriptif yaitu untuk membuat gambaran atau
deskripsi mengenai permasalahan belajar yang dialami siswa sesuai fakta-fakta yang ditemukan di
lapangan. Hasil penelitian menggambarkan bahwa masalah belajar terbanyak yang dialami siswa kelas
X di SMA Negeri 5 Banda Aceh terjadi pada komponen keterampilan belajar (T). Masalah yang paling
sering dialami siswa adalah mengalami kesulitan dalam menemukan bahan bacaan tambahan yang
ditugaskan guru.

Kata Kunci: Permasalahan belajar siswa

PENDAHULUAN

Pada hakikatnya manusia merupakan makhluk homo educandum yaitu makhluk yang
tidak dapat dipisahkan dari pendidikan. Dengan kata lain sejak dari lahir, seorang manusia
sudah langsung terlibat di dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Sejak kecil setiap
individu itu dirawat, dijaga, dilatih dan dididik oleh orang tua, keluarga serta masyarakat di
sekitarnya sampai menuju tingkat kedewasaan dan kematangan, sehinnga kemudian
terbentuk potensi kemandirian dalam mengelola kelangsungan hidupnya.
Menurut Gredler (Winataputra, 2008) belajar merupakan proses yang dilakukan oleh
manusia untuk mendapatkan aneka ragam kemampuan (competencies), keterampilan (skills)
dan sikap (attitude). Kemampuan, keterampilan dan sikap tersebut diperoleh secara
bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses

ISSN: 2615-0344 101


Muzakkir, Nurbaity, Khairiah
Identifikasi permasalahan belajar yang dialami siswa kelas X...

belajar sepanjang hayat. Dengan kata lain, belajar bisa juga dikatakan sebagai upaya
menjadikan individu sebagai manusia seutuhnya dalam konteks mencapai dan memenuhi
hakikatnya atau kodratnya sebagai khalifah di muka bumi ini.
Proses pembelajaran pada intinya tidak luput dari adanya masalah dan juga tidak
berjalan mulus begitu saja. Ada begitu banyak permasalahan yang terjadi baik itu masalah
yang ditimbulkan oleh faktor siswa itu sendiri maupun masalah yang timbul dari faktor luar
diri siswa, bisa jadi dari lingkungan keluarga, lingkungan sosial maupun lingkungan sekolah.
Menurut Soesilo (2015), masalah belajar yang dialami siswa itu terjadi bukan berarti bahwa
siswa tidak melakukan kegiatan belajar, melainkan kegiatan belajar yang dilakukan siswa itu
mengalami hambatan sehingga tidak mencapai tujuan atau hasil yang optimal.
Menurut Prayitno dkk. (2019), ada beberapa indikator yang dapat menimbulkan
terjadinya permasalahan dalam proses pembelajaran di sekolah yaitu prasyarat penguasaan
materi pelajaran, keterampilan belajar, sarana belajar, lingkungan belajar dan sosio-
emosional siswa atau disingkat dengan PTSDL.
Untuk menemukan kondisi PTSDL yang bermasalah pada siswa maka perlu dilakukan
kegiatan identifikasi. Menurut Suriasumantri (2001), identifikasi adalah suatu tahap awal
dari penguasaan masalah yang di mana suatu objek dalam situasi tertentu dapat dikenali
sebagai suatu masalah. Identifikasi masalah juga merupakan usaha yang dilakukan oleh
seseorang dalam proses menemukan, mendeteksi atau menginventarisasi suatu
permasalahan yang terjadi pada objek tertentu.
Dari hasil observasi yang dilakukan kepada siswa dan juga wawancara dengan Guru
BK di SMA Negeri 5 Banda Aceh maka ditemukan beberapa fenomena permasalahan yang
terjadi di Sekolah yang menyangkut dengan PTSDL yaitu:
1. Masalah yang sering terjadi pada konten prasyarat penguasaan materi adalah ditemukan
adanya siswa yang memiliki hambatan dan tidak menguasai materi pelajaran yang telah
diberikan guru dan siswa yang tidak mampu menjawab soal-soal ulangan atau ujian
karena kurangnya penguasaan materi pelajaran.
2. Masalah yang sering terjadi pada konten keterampilan belajar adalah siwa yang tidak
mencatat materi pelajaran yang telah diberikan guru, siswa mengalami kesulitan
terhadap materi yang memuat kata-kata dalam bahasa asing, siswa yang memiliki
kebiasaan mengganggu teman ketika belajar atau ribut ketika jam pelajaran
berlangsung, siswa yang sering lupa atau tidak membawa peralatan yang diperlukan
dalam belajar di sekolah, tidak menggunakan waktu luang untuk mendalami materi
pelajaran, tidak terbiasa memanfaatkan media elektronik untuk belajar dan siswa yang
tidak bisa mengatur waktu dengan tepat.
3. Masalah yang sering terjadi pada konten sarana dan prasarana belajar yaitu siswa
merasa tidak nyaman didalam kelas karena terasa panas, sarana belajar yang tidak
memadai di rumah dan ekonomi orang tua yang pas-pasan.
4. Masalah yang sering terjadi pada konten diri sendiri atau masalah pribadi siswa yaitu
siswa merasa tidak konsestrasi belajar dan motivasi belajarnya sangat rendah, merokok
di sekolah supaya terlihat keren oleh teman-temannya dan Siswa yang tidak
menghormati atau mengolok-olok gurunya.
5. Masalah yang sering terjadi pada konten lingkungan belajar dan sosio-emosional yaitu
siswa sering terlambat ke sekolah karena jarak tempuh antara rumah siswa ke sekolah
sangat jauh, Siswa yang tidak bisa bergaul dengan teman kelasnya, Sering bolos sekolah
karena ingin main bersama teman dan siswa yang merasa rendah diri karena sering di
bully.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang terjadi di atas, maka peneliti tertarik
untuk mengadakan suatu kajian mendalam tentang “Identifikasi Permasalahan Belajar yang
Dialami Siswa Kelas X Jurusan IPA dan Jurusan IPS di SMA Negeri 5 Banda Aceh.

102
Muzakkir, Nurbaity, Khairiah
Identifikasi permasalahan belajar yang dialami siswa kelas X...

METODE

Pendekatan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif.
Pendekatan kuantitatif yakni suatu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data
numeric (angka) yang diolah dengan menggunakan metode statistika (Azwar, 2004) dengan
kata lain dapat dikatakan bahwa penelitian kuantitatif berupaya menganalisis data bersifat
statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan sehingga hasil
pengolahan data yang diperoleh memiliki gambaran yang jelas dan bermakna serta
mempermudah peneliti dalam mendeskripsikan hasil temuan di lapangan.
Penelitian deskriptif merupakan suatu bentuk penelitian yang bertujuan untuk
mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena
buatan manusia. Fenomena itu dapat berupa bentuk, aktivitas, perubahan, karakteristik,
hubungan, kesamaan dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya
(Sukmadinata, 2006).
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
Bila populasi terlalu besar maka untuk memudahkan penelitian maka perlu dilakukan
pengambilan sampel (sampling). Sedapat mungkin dalam pengambilan sampel harus benar-
benar menggambarkan keadaan populasi (Sugiyono, 2013). Adapun teknik pengambilan
sampel pada penelitian ini menggunakan teknik probability sampling, yaitu teknik
pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota)
populasi untuk dipilih sebagai anggota sampel. Cara yang digunakan dalam pengambilan
sampel di sini adalah berdasarkan yang dikemukakan oleh Arikunto (2010), yaitu jika
subjeknya kurang dari 100 orang sebaiknya diambil semuanya, jika subjeknya besar atau
lebih dari 100 orang maka sampel dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih. Pada
penelitian ini jumlah sampel yang ditetapkan untuk diteliti adalah 56 siswa atau 30% dari
pada jumlah populsi yaitu keseluruhan siswa kelas X SMA Negeri 5 Banda Aceh yang
berjumlah 181 siswa.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
instrumen non-tes yang sudah tervalidasi yaitu alat ungkap masalah belajar atau disebut juga
dengan AUM PTSDL format 3 (SMA). Sedangkan teknik analisis data adalah dengan cara
komputerisasi yaitu menggunakan perangkat komputer yang berupa program AUM PTSDL
yang telah disusun dalam bentuk Microsoft Excel oleh tim penyusun.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 5 Banda Aceh. Sebelum memulai penelitian,


peneliti telah menyelesaikan administratif terlebih dahulu dengan pihak sekolah. Sampel
dalam penelitian telah ditetapkan terlebih dahulu sesuai karakteristik yang diperlukan. Pada
saat proses pengisian AUM PTSDL, peneliti juga ditemani oleh guru pendamping untuk lebih
memudahkan siswa.
Dari hasil pengolahan AUM PTSDL yang telah diisi oleh sampel dari kelas X IPA dan
kelas X IPS, permasalahan-permasalahan belajar yang terjadi pada siswa di SMA Negeri 5
Banda Aceh pada umumnya memiliki kesamaan yaitu rata-rata siswa mengalami
permasalahn belajar pada komponen atau indikator keterampilan belajar (T). Masalah-
masalah dalam paling berat atau yang paling banyak dialami siswa terjadi pada item nomor
98, 121 dan 166. Sedangkan pada ketegori menengah terjadi pada item nomor 40,101, 102,
124, 127, 131 dan 151.

Masalah Keterampilan Belajar


Permasalahan belajar dalam bidang keterampilan belajar ini dialami oleh siswa
jurusan IPA dan IPS dengan persentase IPA 38% dan IPS 41%. Keterampilan belajar adalah
keahlian yang didapatkan oleh seorang individu melalui proses latihan yang kontinyu dan
mencakup aspek optimalisasi cara-cara belajar baik dalam domain kognitif, afektif ataupun

103
Muzakkir, Nurbaity, Khairiah
Identifikasi permasalahan belajar yang dialami siswa kelas X...

psikomotor (Budiardjo, 2007). Kebanyakan siswa kurang mengetahui cara belajar yang baik.
Pihak sekolah lebih menekankan siswa untuk menguasai isi materi pelajaran yang diajarkan
guru. Padahal orientasi belajar bukan hanya penguasaan terhadap materi yang dipelajari,
tetapi menekankan pada pemahaman terhadap proses serta keterampilan yang diperlukan
untuk menguasai suatu materi.
Ada beberapa keterampilan belajar yang harus dimiliki siswa, diantaranya
keterampilan membaca, mencatat (menulis), mengelola waktu, mendengarkan, mengingat
(menghafal), berbicara, konsentrasi, mengerjakan tugas, menghadapi tes atau ujian, belajar
kelompok, dan keterampilan menyiapkan bahan pelajaran (Khoiriyah, 2016). Penguasaan
terhadap cara-cara belajar yang baik sebetulnya memberikan gambaran tentang kadar
penguasaan siswa terhadap keterampilan belajar, karena dengan menguasai keterampilan
belajar, siswa akan menyadari bagaimana cara belajar yang terbaik sehingga menjadi lebih
bertanggung jawab terhadap cara belajarnya.

Masalah Penguasaan Materi Pelajaran


Masalah penguasaan materi pelajaran juga dialami oleh siswa SMA Negeri dengan
persentase 31% IPA dan 28 % IPS. Menurut Sudjana (2000), kemampuan menguasai materi
pelajaran sebagai bagian integral dari proses belajar mengajar. Penguasaan materi tidak
hanya mengetahui dan memahami materinya saja, tetapi mampu mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari. Untuk menjadi sukses dalam pembelajaran peserta didik tersebut
tidak hanya mampu menguasai banyaknya materi yang disampaikan oleh gurunya tetapi
peserta didik tersebut mampu mengubah tingkah lakunya menjadi lebih baik lagi dari
sebelumnya. Materi pelajaran itu sendiri adalah pengetahuan yang bersumber dari mata
pelajaran yang diberikan di sekolah. Sedangkan, mata pelajaran itu sendiri adalah
pengalaman-pengalaman manusia masa lalu yang disusun secara sistematis dan logis
kemudian diuraikan dalam buku-buku pelajaran dan selanjutnya isi buku itu yang harus
dikuasai siswa.
Apabila siswa mampu menguasai pencapaian target minimal penguasaan materi
pelajaran maka peluang untuk terjadi peningkatan mutu kegiatan belajar siswa dan juga
keberhasilan belajar sangat besar. Selain penguasaan materi siswa, Guru juga harus mampu
menguasai materi atau bahan ajaran dengan sangat baik karena hal itu adalah kunci bagi
guru untuk bisa memilah materi pembelajaran yang sesuai dengan ketentuan kurikulum.
Sebaliknya, jika siswa dan Guru tidak memenuhi target minimal prasyarat penguasaan
materi pelajaran maka akan menyebabkan terjadinya kegagalan belajar.

Masalah Sarana Belajar


Bidang masalah sarana belajar dialami oleh siswa dengan persentase IPA 34% dan
IPS 35%. Bidang masalah ini merupakan masalah kedua yang banyak dialami oleh siswa X
IPA. Sarana belajar yang dimaksud juga merupakan alat-alat yang digunakan siswa dalam
membantu proses belajar seperti ruangan belajar, alat-alat pelajaran, penerangan dan
suasana tempat belajar (Gunawan, 2002).
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009) sarana belajar memiliki beberapa indikator
yang terdiri dari sarana meliputi 1) media pembelajaran, 2) alat- alat pelajaran, 3)
perlengkapan sekolah dan prasarana meliputi 1) Jalan menuju sekolah dan 2) penerangan.
Bila ditinjau dari fungsi dan peranannya dalam proses belajar mengajar, maka sarana
pendidikan dapat dibedakan menjadi 3 yaitu 1) alat pelajaran, alat pelajaran adalah alat
yang digunakan secara langsung dalam proses belajar mengajar. 2) Alat peraga, alat peraga
mempunyai arti yang luas. Alat peraga adalah semua alat pembantu pendidikan dan
pengajaran, dapat berupa benda ataupun perbuatan dari yang tingkatannya paling konkrit
sampai ke yang paling abstrak yang dapat mempermudah pemberian pengertian
(penyampaian konsep) kepada siswa. 3) Media pengajaran, kata media berasal dari bahasa
latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara
atau pengantar.

104
Muzakkir, Nurbaity, Khairiah
Identifikasi permasalahan belajar yang dialami siswa kelas X...

Dalam proses belajar, Apabila sarana belajar terpenuhi dan tersedia dengan baik
maka akan memudahkan siswa dalam melakukan aktivitas belajar. Sebaliknya, dengan
kurangnya sarana belajar maka akan mengakibatkan kesulitan bagi siswa dalam belajar dan
akan mengurangi minat belajarnya serta juga akan mengakibatkan gagalnya proses belajar.

Masalah Diri Pribadi Siswa


Masalah ini merupakan masalah dengan total persentase yang paling rendah.
Persentase siswa yang mengalami permasalahan belajar disebabkan karena keadaan diri
sendiri yaitu IPS 31% dan IPA 27%. Menurut Slameto (2010), “Faktor yang sangat
mempengaruhi proses belajar mengajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu 1)
Faktor intern atau diartikan sebagai faktor dari dalam individu, sebagai peranan utama bagi
subjek belajar, seperti kesehatan, kenormalan tubuh, minat dan watak. Faktor intern sangat
perlu mendapatkan perhatian bagi peningkatan prestasi belajar.
Pada aspek ini, siswa dituntut untuk memahami kondisi dan situasi dirinya dalam
mengikuti proses pembelajaran. Siswa harus memiliki konsep diri dalam usaha untuk
mencapai kesuksesan belajar. Siswa harus mampu menciptakan karakter atau
kepribadiannya yang sesuai dengan tuntutan dunia pendidikan atau kepribadian yang
mencerninkan bahwa dirinya merupakan seseorang yang berpendidikan. Jika aspek ini tidak
mampu dipenuhi oleh siswa itu maka sangat besar kemungkinan siswa tersebut mengalami
kegagalan dalam belajar.
Masalah Lingkungan Belajar dan Sosio-Emosional
Permasalahan belajar yang dialami siswa dalam konten lingkungan belajar dan
hubungan sosio-emosional sebanyak 31% siswa kelas X IPA dan 36% kelas X IPS.
Lingkungan belajar merupakan faktor ekstern yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
siswa (Yasa, 2008). Prestasi belajar siswa juga dipengaruhi oleh faktor yang bersumber dari
lingkungan belajar yang efektif, yaitu lingkungan belajar yang produktif, dimana sebuah
lingkungan belajar yang dirancang atau dibangun untuk membantu siswa meningkatkan
produktifitas belajar mereka, sehingga proses belajar mengajar tercapai sesuai dengan yang
diharapkan.
Di dalam sebuah lingkungan belajar yang efektif, siswa akan bias menjadi lebih
produktif, hal ini di gambarkan dengan kemudahan para siswa dalam berpikir, berkreasi
juga mampu belajar secara aktif dikarenakan lingkungan belajar yang sangat mendukung
sehingga timbul ketertarikan dan kenyamanan pada saat proses belajar mengajar
berlangsung. Keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat merupakan
lingkungan belajar bagi siswa. Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan
tidak memberikan paksaan kepada individu. Namun, lingkungan belajar dapat menjadi
permasalahan bagi siswa saat lingkungan tersebut tidak berkontribusi atau malah
memberikan dampak negatif bagi siswa.
Kebanyakan masalah lingkungan belajar anak disebabkan oleh teman-teman
sebayanya. Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka
anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak di
sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran tidak menutup
kemungkinan anakpun dapat terpengaruh pula. Lingkungan akan membentuk kepribadian
anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya
dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya (Djiwandono, 2008).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya
mengenai identifikasi permasalahan belajar yang dialami siswa kelas X jurusan IPA dan
jurusan IPS di SMA Negeri 5 Banda Aceh dapat disimpulkan sebagai berikut:

105
Muzakkir, Nurbaity, Khairiah
Identifikasi permasalahan belajar yang dialami siswa kelas X...

1. Masalah belajar yang dialami siswa berdasarkan hasil AUM mencakup keseluruhan
aspek yang dikaji AUM PTSDL. Aspek yang dimaksud terdiri dari aspek lingkungan
belajar, diri pribadi, sarana belajar, keterampilan belajar dan penguasaan materi
pelajaran.
2. Permasalahan-permasalahan belajar yang terjadi pada siswa di SMA Negeri 5 Banda
Aceh pada umumnya memiliki kesamaan yaitu rata-rata siswa mengalami permasalahn
belajar pada komponen atau indikator keterampilan belajar (T).
3. Masalah-masalah dalam paling berat atau yang paling banyak dialami siswa terjadi pada
item nomor 98, 121 dan 166. Sedangkan pada ketegori menengah terjadi pada item
nomor 40,101, 102, 124, 127, 131 dan 151.
4. Rata-rata permasalahan belajar yang dialami oleh siswa X IPA berada pada kategori
sedang dengan skor tertinggi 44% dan terendah 15%. Sedangkan untuk kelas X IPS juga
berada pada kategori sedang dengan skor tertinggi 44% dan terendah 13%. Namun
permasalahan belajar yang dialami siswa X IPS lebih banyak daripada siswa X IPA.
5. Mutu belajar siswa X IPA dan X IPS berada pada kategori rendah dengan skor rata-rata
34% IPA dan 30% IPS. Mutu belajar siswa X IPA lebih tinggi dibandingkan dengan siswa
X IPS.

Saran
Adapun saran yang dapat diberikan oleh peneliti berdasarkan hasil penelitian ini,
yaitu:
1. Guru BK
Hasil analisis dari AUM PTSDL yang telah diolah dapat dijadikan acuan dalam membuat
program yang bisa meningkatkan mutu dan keterampilan belajar siswa dan mencegah
terjadinya permasalahan yang berkelanjutan.
2. Guru Mata Pelajaran
Guru mata pelajara harus lebih memperhatikan gaya belajar yang dinginkan oleh siswa
dan memahami karakteristik setiap siswa agar dapat mengetahui kesenjangan yang
dihadapi oleh siswa tersebut sehingga mampu menciptakan proses belajar yang efektif
dan kondusif.
3. Kepala Sekolah atau Pengawas
Petinggi sekolah harus lebih memperhatikan setiap kebutuhan-kebutuhan yang
diperlukan oleh siswa, guru mata pelajaran ataupun guru BK baik itu kebutuhan yang
bersifat primer amupun sekunder, terutama menyediakan sarana yang memadai dan
meningkatkan metode pembelajaran. Dengan begitu proses pembelajaran akan berjalan
dengan stabil dan lancar tanpa ada kendala.
4. Siswa / Peserta Didik
Hasil penelitian dapat dijadikan sumber untuk memperbaiki cara belajar siswa selama
ini. setelah mengetahui letak kelemahan atau masalah belajarnya, siswa dapat
memperbaiki dan meningkatkan aspek-aspek belajar yang rendah. Sehingga siswa dapat
memperbaiki masalah belajarnya dan dapat meningkatkan mutu belajar sesuai target
yang dinginkan, terutama memperbaiki keterampilan belajarnya karena dengan begitu
akan mempermudah siswa memahami materi pelajaran.
5. Peneliti selanjutnya
Dalam penelitian ini, peneliti merasa masih belum maksimal dan masih sangat banyak
kekurangan. Peneliti berharap untuk peneliti selanjutnya mampu memaksimalkan
penelitian ini yaitu bisa memberikan pelaksanaan layanan BK untuk mengatasi
permasalahan belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

106
Muzakkir, Nurbaity, Khairiah
Identifikasi permasalahan belajar yang dialami siswa kelas X...

Azwar, Saifuddin. 2004. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Arikunto, Suharsimi.
2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Budiarjo, Lily. 2007. Keterampilan Belajar. Yogyakarta: Penerbit Andi
Djiwandono. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Gramedia.
Gunawan. 2002. Administrasi Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Prayitno. Dkk., 2019. Pedoman Alat Ungkap Masalah: AUM PTSDL Format 3 untuk Siswa SLTA.
Padang: UNP Press
Slameto. 2010. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 2000. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo Soesilo, Tritjahjo Danny. 2015. Teori Pendekatan Belajar: Implikasinya
Dalam Pembelajaran. Yogyakarta: Ombak
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alfabeta
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Suriasumantri, Jujun S. 2001. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Winataputra, Udin S., Dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Yasa, D. 2008. Aktivitas Dan Prestasi Belajar. Jakarta: Depdiknas.
Winataputra, 2008 Pembinaan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

107

Anda mungkin juga menyukai