Anda di halaman 1dari 10

I.

PENDAHULUAN
1.1 SISTEM TENAGA LISTRIK
Yang dimaksud dengan Sistem Tenaga Listrik ialah, suatu jaringan listrik yang
terdiri dari pembangkitan, penyaluran dan distribusi.
Didalam sistem tenaga listrik yang sudah cukup besar dan komplek, tentu
banyak dioperasikan berbagai jenis unit pembangkit dan banyak
dioperasikan gardu induk dengan jaringan transmisi yang panjang untuk
mendistribusikan tenaga listrik kepada konsumen.

PLTU/PLTG/PLTD/
PLTA/PLTP
Konsumen TR

SKTM
Gardu
Dist.

SUTT/SUTET
SKTM
Gardu
Induk SKTM/SKTT
Konsumen
TT/TM

Gambar 1. Bagan Penyaluran Tenaga Listrik dari Pembangkitan Sampai ke


Pelanggan

1.2 OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK


Setelah mengetahui tentang sistem tenaga listrik, tentu kemudian perlu
mengetahui tentang bagaimana caranya mengoperasi-kan sistem tenaga
listrik.
Seperti yang kita ketahui, bahwa listrik tidak dapat disimpan di gudang
sebagai stock, maka perusahaan listrik sebagai perusahaan yang

Operasi Sistem Tenaga Listrik 1


memproduksi listrik, harus selalu memproduksi listrik setiap waktu dan setiap
saat sesuai dengan kebutuhan / ketidak butuhan konsumen pengguna listrik.
Untuk mengoperasikan sistem tenaga listrik diperlukan pengaturan atau yang
disebut sebagai Manajemen Operasi Sitem Tenaga Listrik, terdiri atas
perencanaan operasi, pelaksanaan dan monitoring operasi, serta analisa
operasi.

1.2.1 Perencanaan Operasi

Beberapa langkah yang bias diambil dalam tahap perencanaan operasi di


antaranya adalah:

 Mengetahui dan menetapkan konfigurasi jaringan sistem tenaga listrik.

 Memperkirakan pemakaian listrik konsumen yang dituangkan didalam


rencana operasi 5 tahunan, rencana operasi tahunan, rencana operasi
bulanan, rencana operasi mingguan dan rencana operasi harian.

Hal lain yang perlu dipertimbangkan didalam perencanaan operasi sistem


enaga listrik adalah perkiraan beban yang meliputi: Perkiraan Beban Jangka
Panjang (> 1 th), Perkiraan Beban Jangka Menengah (1 bl - 1 th), dan
Perkiraan Beban Jangka Pendek (1 minggu). Adapun untuk mengetahui
perencanaan beban, ada beberapa metode yang bisa dipakai yakni:
metode least square, metode eksponensial, metode curve fit, metode
koefisien beban, metode pendekatan linier, dan metode markov.

1) Metode Least Square

Gambar 2. Perkiraan Beban menggunakan Metode Least Square

Operasi Sistem Tenaga Listrik 2


Metode least square dilakukan dengan cara memperkirakan beban puncak
yang akan terjadi pada suatu Sistem Tenaga Listrik untuk beberapa tahun
yang akan datang .

2) Metode Eksponensial

Gambar 3. Perkiraan Beban menggunakan Metode Eksponensial

Metode Eksponenial digunakan untuk Sistem Tenaga Listrik yang masih jauh
dari kejenuhan dan mempunyai suatu target kenaikan penjualan yang telah
ditetapkan

3) Metode Curve Fit

Gambar 4. Perkiraan Beban menggunakan Metode Curve Fit

Untuk Sistem Tenaga Listrik yang sudah menunjukkan gejala kejenuhan dan
tidak mempunyai rencana pengembangan industri maka perencanaan
beban dilakukan dengan mengunakan metode curve fit

4) Metode Koefisien Beban

Operasi Sistem Tenaga Listrik 3


Metode koefisien beban dilakukan dengan cara memperkirakan beban
harian suatu Sistem Tenaga Listrik seperti pada gambar 5.

Gambar 5. Perkiraan Beban menggunakan Koefisien Beban

5) Metode Pendekatan Linier

Gambar 6. Perkiraan Beban menggunakan Pendekatan Linier

Metode pendekatan linier dilakukan dengan cara memperkirakan beban


puncak beberapa menit ke depan

6) Metode Markov

Memperkirakan beban puncak suatu Sistem Tenaga Listrik dalam jangka


panjang dg memperhitungkan kegiatan-kegiatan ekonomi suatu negara
secara makro

Operasi Sistem Tenaga Listrik 4


1.2.2 Pelaksanaan dan Pengendalian Operasi

Dalam pelaksanaan dan pengendalian operasi system tenaga listrik,


beberapa hal yang bias ditempuh adalah:

a. Mengoperasikan sistem tenaga listrik dengan mengacu kepada rencana


operasi harian dan jika terjadi penyimpangan (deviasi), harus diatasi oleh
Dispatcher sebagai pelaksana operasi real time.

b. Menggunakan SCADA (Supervisory Control And Data Acquisition) yang


menampilkan besaran-besaran listrik (telemetering), yang memberikan
indikasi perubahan status pmt – pms disertai dengan alarm, yang
dilengkapi dengan pengendalian jauh (remote control) sangat berguna
bagi Dispatcher didalam melakukan tindakan operasional dengan tepat
dan cepat.

1.2.3 Analisa Operasi

Seperti halnya semua kegiatan ataupun aktivitas yang sudah direncanakan


dan telah dilaksanakan, maka operasi system tenaga listrik perlu untuk
dianalisa. Hal ini diperlukan agar nantinya semua kegiatan pelaksanaan dan
pengendalian operasi system tenaga listrik sesuai dengan rencana awal. Di
samping itu, analisa sangat diperlukan agar performa sistem tenaga listrik
sesuai dengan harapan yakni dapat memenuhi semua kebutuhan pelangan

1.3 OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK JAWA BALI

S U R AL A YA

K et erangan :

G IT E T 50 0 kV
P e mb a n g ki t 50 0 kV
G I 1 50 kV
G I 7 0 kV
U
Pe m b an g kit 1 5 0 kV
U
Pe m b an g kit 7 0 kV
SUT E T E xi stin g
SUTT 1 50 kV

S UTT 7 0 kV

Gambar 7. Sistem Tenaga Listrik Jawa Bali

Operasi Sistem Tenaga Listrik 5


Operasi sistem tenaga listrik Jawa Bali meliputi beberapa hal tersebut di
bawah ini:

 Sistem tenaga listrik Jawa Bali merupakan jaringan interkoneksi dengan


tegangan kerja 500 kV, 150 kV dan 70 kV.

 Unit-unit pembangkit terpasang dan beroperasi menyebar di sistem


jaringan 500 kV, 150 kV dan 70 kV.

 Jaringan listrik tegangan extra tinggi (TET) 500 kV merupakan tulang


punggung (back bond) nya sistem tenaga listrik Jawa Bali.

 Jaringan listrik tegangan tinggi (TT) 150 kV digunakan sebagai jaringan


interkoneksi hingga ke pulau Madura dan pulau Bali.

 Jaringan listrik tegangan tinggi (TT) 70 kV kebanyakan merupakan jaringan


yang sudah tua yang menyalurkan tenaga listrik dari unit-unit pembangkit
peninggalan perusahaan listrik dimasa kolonial.

1.3.1 Tujuan Operasi

Sesuai dengan SK Direksi PLN No. 032/DIR/1981 tgl. 30 Maret 1981 & SK Direksi
PLN No. 028/DIR/1987 tgl. 1 April 1987.
“Mengatur operasi sistem pembangkitan dan penyalur-an se Jawa Bali
secara rasional dan ekonomis dengan memperhatikan mutu dan keandalan,
sehingga peng-gunaan tenaga listrik se Jawa Bali dapat mencapai daya
guna yang semaksimal mungkin”.

Keandalan / Sekuriti : Kemampuan Sistem untuk meng-hadapi kejadian


yang tidak direncanakan, tanpa mengakibatkan
pemadaman.

Mutu : Kemampuan sistem untuk menjaga agar semua


batasan operasi terpenuhi.

Ekonomi : Optimasi biaya pengoperasian tenaga listrik


tanpa melanggar batasan keamanan dan mutu.

Operasi Sistem Tenaga Listrik 6


TUJUAN OPERASI

SEKURITI MUTU

EKONOMI

Gambar 8. Bagan Tujuan Operasi Sistem Tenaga Listrik di Indonesia

1.3.2 Kondisi Operasi

Terdapat 4 macam kondidi yang mungkin terjadi dalam operasi sistem


tenaga listrik adalah: normal, siaga/alert, darurat/gangguan, dan pemulihan.
Masing-masing kondisi dijelaskan dengan keterangan singkat seperti di
bawah ini.

1) Kondisi NORMAL

Dalam kondisi ini, seluruh konsumen dapat dilayani, kendala operasi


teratasi dan sekuriti sistem dapat dipenuhi.

2) Kondisi SIAGA / ALERT

Seluruh konsumen dapat dilayani, kendala operasi dapat dipenuhi, tetapi


sekuriti sistem tidak dapat dipenuhi jika operasi sistem tenaga listrik dalam
kondisi SIAGA/ALERT

3) Kondisi DARURAT / GANGGUAN

Jika terjadi kondisi darurat/gangguan, maka konsumen tidak dapat


terlayani, kendala operasi tidak dapat dipenuhi.

4) Kondisi PEMULIHAN

Kondisi ini menyatakan peralihan kondisi DARURAT menjadi SIAGA


maupun NORMAL

Operasi Sistem Tenaga Listrik 7


Secara singkat keempat kondisi operasi sistem tenaga listrik dapat
digambarakan seperti dalam gambar 9.

KONDISI
NORMAL

KONDISI KONDISI SIAGA /


ALERT

KONDISI DARURAT/
GANGGUAN

Gambar 9. Empat Kemungkinan kondisi operasi sistem tanaga listrik

1.3.3 Jenis-jenis Operasi

Di dalam pelaksanaannya, operasi sistem tenaga listrik dapat dilakukan


melalui salah satu dari keempat jenis operasi di bawah ini:

1) Operasi Interkoneksi (sistem interkoneksi). Dalam kondisi operasi normal,


sistem tenaga listrik dioperasikan secara interkoneksi. Pengoperasian
sistem direncanakan dan dilaksanakan secara rasional dan ekonomis
dengan memperhatikan mutu dan keandalan.

2) Operasi Spliting. Pola operasi spliting dimaksudkan untuk menghindari


gangguan berantai (cascade) di subsistem dan untuk menghindari
pengoperasian instalasi pada level arus hubung singkat yang lebih tinggi
dari kemampuan instalasi. Pola operasi spliting sangat tepat untuk dianut
pada jaringan yang tingkat sekuriti N-1 sudah tidak terpenuhi lagi.

3) Operasi Jaringan Tertutup (looping). Dengan konfigurasi looping, maka


tingkat keandalan pasokan tenaga listrik menjadi lebih terjamin
sepanjang kriteria tingkat sekuriti N-1 terpenuhi.

4) Operasi Satu Arah (radial). Operasi radial keandalannya rendah karena


pasokan tenaga listrik hanya dari satu arah saja. Tingkat keandalannya
tergantung dari pasokan double sirkit yang berbeban masing-masing 50 %
(memenuhi kriteria sekuriti N-1).

Operasi Sistem Tenaga Listrik 8


Disebakan perkembangan sistem dan juga semakin pesatnya permintaan
akan ketersediaan tenaga listrik, maka pelaksanaan operasi sistem tenaga
listrik tidak hanya menggunakan 1 jenis operasi saja, melainkan sudah
merupakan perpaduan dari keempat jenis operasi di atas, seperti dapat
dilihat pada gambar 10.

Subsistem Gandul
MKBRU MKLMA

Operasi Looping

Operasi Radial

Gambar 10. jenis-jenis operasi sistem tenaga listrik.

Operasi Sistem Tenaga Listrik 9


Operasi Sistem Tenaga Listrik 1
0

Anda mungkin juga menyukai