Anda di halaman 1dari 12

POWER METER PADA TELEMETERING SCADA DI GARDU

INDUK 150 KV UNTUK MENINGKATKAN AKURASI DATA


Anshory Ramadhan1, Bekti Yulianti, ST. MT2,
1,2
Jurusan Teknik Elektro, Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma

Abstrak
Kecepatan dan keakuratan data SCADA (Supervisory Control and Data Acquisition System)
sangatlah dibutuhkan pada pengaturan sistem tenaga listrik. Operasi sistem tenaga listrik untuk
area tertentu dikendalikan oleh Area Control Center (ACC). ACC bertanggung jawab terhadap
kehandalan pasokan tenaga listrik yang menjadi daerah pengendaliannya, mengatur Subsistem
150 kV dan 70 kV. Data Telemetering Gardu Induk Mitsui 150 kV masih menggunakan Transducer
yang masih berupa data analog (mili Ampere) yang dikirim ke RTU (Remote Terminal Unit) dan
kelengkapan data metering yang dikirim ke Control Center hanya MW dan Mvar sehingga
Dispathcer harus menghitung manual untuk mengetahui nilai Ampere. Serta data telemetering
dari Transducer tidak akurat jika dibandingkan dengan data kWh Meter sebagai acuan.
Berdasarkan analisis peralatan Transducer maka dilakukan penggantian Transducer ke Power
Meter untuk mengakomodir akurasi dan kelengkapan data Telemetering dengan data yang dikirim
ke RTU sudah berupa data digital (protocol Modbus). Power Meter sebelum beroperasi dilakukan
tahap pengujian injeksi arus dan tegangan Power Meter agar didapatkan nilai akurasi data
mencapai 100% dari nilai batas ± 5% (Standar PLN Pedoman Pemeliharaan Remote Station)
hingga sesuai dengan nilai kWh Meter sebagai acuan pembanding.

Kata Kunci : SCADA, ACC, RTU, Protocol Modbus

1. PENDAHULUAN terhadap kehandalan pasokan tenaga listrik


Pertambahan kebutuhan tenaga listrik yang menjadi daerah pengendaliannya,
yang terus meningkat menyebabkan pula mengatur Subsistem dan pelaksanaan
meningkatnya jumlah pembangkit yang Switching operasi listrik 150 kV dan 70 kV.
beroperasi dan penambahan sistem saluran Teleinformasi data pada Gardu Induk
tenaga listrik yang semakin kompleks. Untuk membutuhkan data yang valid, salah satunya
mendapatkan penyediaan tenaga listrik yang adalah data Telemetering SCADA (MW,
baik dan andal dibuat sistem yang saling Mvar, kV dan Ampere) dimana datanya
terhubung (interkoneksi) antara seluruh dibutuhkan untuk perhitungan beban sistem
pembangkit dengan saluran tenaga listrik. kelistrikan yang diolah melalui Log Sheet.
Pengaturan tenaga listrik pada sistem yang Penunjukan metering sangat dibutuhkan data
terinterkoneksi dilaksanakan oleh pusat yang akurat untuk mengatur pembebanan
pengatur sistem tenaga listrik. Kecepatan dan Trafo oleh Dispatcher sebagai operator
keakuratan data informasi sangatlah operasi real time yang bertanggung jawab
dibutuhkan pada pengaturan sistem tenaga atas pengendalian sistem tenaga listrik,
listrik. Operasi sistem tenaga listrik suatu efesiensi operasi sistem, pengaturan
wilayah dikendalikan oleh Area Control pembangkitan dan penyaluran serta
Center (ACC). ACC bertanggung jawab pengaturan pelaksanaan pekerjaan harian
pada Gardu Induk, Transmisi dan Unit c. Sistem Distribusi Tenaga Listrik
Pembangkit.
Beberapa gardu induk 150kV masih
masih menggunakan Transducer untuk
kebutuhan Telemtering SCADA dimana
spesifikasi alat tersebut output
pengukurannya menggunakan mA (mili
Ampere) berupa jenis data Analog dimana Gambar 1. Skema Prinsip Penyediaan
dari segi akursai pengukuran validitasnya Tenaga Listrik
tidak akurat, lebih dari ± 5% sesuai dengan
pedoman pemelihraaan Remote Station. Suatu sistem distribusi menghubungkan
kemudian parameter yang ditampilkan hanya semua beban pada daerah tertentu kepada
pengukuran MW dan Mvar, sehingga untuk saluran transmisi. Dari Gardu Induk tenaga
mengatahui parameter Ampere masih harus listrik didistribusikan ke Gardu Distribusi
menghitung manual dan pengukuran kV dan ke pemakai atau konsumen. Gardu Induk
hanya terdapat di Busbar. merupakan suatu instalasi yang terdiri dari
Seiring perkembangan zaman peralatan peralatan listrik yang berfungsi untuk
Tranducer sudah tergolong obsolete, maka mentransfer/menyalurkan tenaga listrik dan
dilakukan migrasi dari Transducer ke Power tegangan yang berbeda pengukuran,
Meter untuk mengakomodir validitas data pengawasan, pengamanan sistem tenaga
Telemetering dilakukan pemasangan Power listrik serta pengaturan daya.
Meter yang bertujuan untuk meningkatkan
keakurasian data pengukuran, serta 2.2 Jaringan Transmisi
Jaringan Transmisi adalah suatu instalasi
menambah parameter pengukuran setiap
peralatan listrik yang berfungsi untuk
phasa (Ampere dan kV). Dengan
menyalurkan tenaga listrik dari pembangkit
menggunakan protokol modbus untuk
ke gardu induk dan dari satu gardu ke gardu
komunikasi data Power Meter ke RTU
lainnya (beban). Saluran transmisi berupa
sehingga memudahkan engineer untuk
penghantar udara (SUTT/SUTET) yang
megatur tipe data yang terkirim, tidak perlu
ditopang oleh menara (tower) dan transmisi
lagi melakukan kalibrasi seperti Transducer
bawah tanah serta dalam air/laut
serta terdapat display LCD pada Power Meter
(SKTT/SKLTT) yang panjangnya hingga
untuk mengetahui besaran-besaran data
ratusan kilometer. Pembangunan
telemetering secara visual.
SUTT/SUTET maupun SKTT/SKLTT
2. LANDASAN TEORI dilakukan terkait dengan estetika kota dan
2.1. Sistem Tenaga Listrik keselamatan lingkungan di kota atau daerah
Secara umum sistem tenaga listrik pemukiman. SUTT/SUTET merupakan jenis
dapat dikatakan terdiri dari tiga bagian Saluran Transmisi Tenaga Listrik yang
utama, yaitu: banyak digunakan di PLN karena harganya
a. Sistem Pembangkitan Tenaga Listrik yang lebih murah dibanding jenis lainnya
b. Sistem Transmisi Tenaga Listrik serta pemeliharaannya mudah.
Saluran udara ini dapat diklasifikasikan pada jaringan dan kemudian membuat
berdasarkan tegangan kerja yaitu: penilaian atau observasi seperlunya untuk
a. Saluran Udara Tegangan Menengah menetapkan tindak lanjut.
(SUTM) 6 kV, 20 kV. d. Mengkoordinasikan pelaksanaannya
b. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dengan pihak-pihak lain yang
30 kV. 70 kV, 150 kV. berhubungan dengan operasi jaringan
c. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi yaitu : Region P3B, Petugas Pelayanan
(SUTET) 275, 500 kV. Gangguan, Petugas Pemeliharaan dan
d. Saluran Kabel Laut Tegangan Tinggi Operator Gardu Induk bila ada.
(SKLTT) 150 kV e. Mengawasi jaringan secara terus menerus
dan tidak terputus putus oleh
2.3. SCADA Jaringan Listrik operator/dispatcher dibantu oleh fasilitas
SCADA singkatan dari Supervisory Control SCADA yang berfungsi sebagai supervisi
and Data Acquisition. Dimaksudkan dengan jaringan dimana bila terjadi kondisi
SCADA adalah suatu sistem pengawasan, abnormal akan memberi masukan berupa
pengendalian dan pengolahan data secara real alarm.
time. Peran peralatan SCADA dan f. Mengusut dan melokalisasi jaringan
Telekomunikasi adalah sangat dominan terganggu dengan fasilitas SCADA
untuk mencegah terjadinya gangguan yang melalui perintah telekontrol dengan
meluas, dan mengupayakan agar gangguan memperhatikan besaran-besaran
dapat segera datasi dengan waktu yang telemeter yang ada pada workstation.
secepat-cepatnya. Komponen SCADA g. Mendeteksi gangguan sehingga titik
meliputi Master Station, media gangguan dapat diketemukan untuk
telekomunikasi dan Remote Station /Remote diperbaiki.
Terminal Unit. Mode operasi sitem tenaga listrik
dalam kondisi real time ada 4 (empat)
Prosedur pengaturan jaringan secara keadaan mode operasi yaitu, keadaan normal,
umum dengan menggunakan fasilitas gangguan, darurat dan pemulihan. Mode
SCADA dilaksanakan dengan : tersebut dapat digambarkan seperti di bawah
a. Manuver atau manipulasi jaringan 2 berikut ini.
melalui fasilitas telekontrol SCADA
dimana telah disesuaikan dengan pola
operasi konfigurasi jaringan distribusi
yang ada.
b. Menerima informasi-informasi yang
berhubungan dengan keadaan jaringan
dari Workstation dan kemudian membuat
penilaian atau observasi seperlunya untuk Gambar 2. Empat keadaan sistem operasi
menetapkan tindak lanjut. tenaga listrik.
c. Memonitor besaran-besaran pengukuran
dengan fasilitas telemetering SCADA
2.4. CT (Current Transformer) jarak. Perbedaan mendasar trafo arus
Trafo Arus (Current Transformer) pengukuran dan proteksi adalah pada titik
yaitu peralatan yang digunakan untuk saturasinya seperti pada kurva saturasi
melakukan pengukuran besaran arus pada dibawah.
instalasi tenaga listrik disisi primer
(Tegangan Ekstra Tinggi, Tegangan Tinggi
dan Tegangan Menengah) yang berskala
besar dengan melakukan transformasi dari
besaran arus yang besar menjadi besaran arus
yang kecil secara akurat dan teliti untuk
keperluan pengukuran dan proteksi.

Gambar 4. Kurva kejenuhan CT untuk


Pengukuran

2.5. VT (Voltage Transformer)


Trafo tegangan adalah peralatan yang
mentransformasi tegangan sistem yang lebih
tinggi ke suatu tegangan sistem yang lebih
rendah untuk peralatan indikator, alat ukur /
Gambar 3. Rangkaian pada Trafo Arus meter dan relai.
Secara fungsi trafo arus dibedakan menjadi Trafo tegangan memiliki prinsip kerja
dua yaitu: yang sama dengan trafo tenaga tetapi
a. Trafo arus pengukuran untuk metering rancangan Trafo tegangan berbeda yaitu :
memiliki ketelitian tinggi pada daerah
kerja (daerah pengenalnya) 5% - 120% a. Kapasitasnya kecil (10 – 150 VA), karena
arus nominalnya tergantung dari kelasnya digunakan hanya pada alat-alat ukur, relai
dan tingkat kejenuhan yang relatif rendah dan peralatan indikasi yang konsumsi
dibandingkan trafo arus untuk proteksi. dayanya kecil.
Penggunaan trafo arus pengukuran untuk b. Memiliki tingkat ketelitian yang tinggi.
Amperemeter, Watt-meter, VARh-meter, c. Salah satu ujung terminal tegangan
dan cos j meter. tingginya selalu ditanahkan.
b. Trafo arus untuk proteksi, memiliki
ketelitian tinggi pada saat terjadi Fungsi dari trafo tegangan yaitu :
gangguan dimana arus yang mengalir a. Mentransformasikan besaran tegangan
beberapa kali dari arus pengenalnya dan sistem dari yang tinggi ke besaran
tingkat kejenuhan cukup tinggi. tegangan listrik yang lebih rendah
Penggunaan trafo arus proteksi untuk sehingga dapat digunakan untuk
relai arus lebih (OCR dan GFR), relai beban peralatan proteksi dan pengukuran yang
lebih, relai diferensial, relai daya dan relai lebih aman, akurat dan teliti.
b. Mengisolasi bagian primer yang tegangan dan mengeluarkan output berupa
tegangannya sangat tinggi dengan bagian miliampere (4-20 mA, ± 10 mA) yang masuk
sekunder yang tegangannya rendah untuk ke dalam modul Analog Input (AI) pada
digunakan sebagai sistm proteksi dan RTU. Umumnya untuk 1 unit Transducer
pengukuran peralatan dibagian primer. digunakan untuk 1 jenis pengukuran (MW
c. Sebagai standarisasi besaran tegangan atau Mvar).
sekunder (100, 100/√3, 110/√3 dan 110
PANEL CONTROL
RTU
volt) untuk keperluan peralatan sisi MW MX
MP TB TB

sekunder. +
VR
VS
A <
d. Memiliki 2 kelas, yaitu kelas proteksi I
-
<
VT

TRANDUCER
(3P, 6P) dan kelas pengukuran (0,1; 0,2; MDF
TB
+ MW
<
0,5;1;3) <
- MX
TB
+ 5mA
<
Trafo tegangan dibagi dibagi menjadi dua 4-20 mA
0-10 mA >
IR

<
jenis yaitu : >
IT

a. Trafo tegangan magnetik (Magnetik


Voltage Transformer / VT) Disebut juga Gambar 5. Skematik Pengukuran Tranducer
Trafo tegangan induktif. Terdiri dari
belitan primer dan sekunder pada inti besi 2.7. Power Meter
yang prinsip kerjanya belitan primer Akuisisi data menggunakan Power
menginduksikan tegangan kebelitan Meter digunakan pada GI konvensional
sekundernya. ataupun SOGI. Pada GI konvensional, power
b. Trafo tegangan kapasitif (Capasitive meter digunakan untuk menggantikan meter
Voltage Transformer / CVT) Trafo analog yang umumnya menggunakan jarum
tegangan ini terdiri dari rangkaian seri 2 untuk menunjukan nilai
(dua) kapasitor atau lebih yang berfungsi pengukuran/metering. Power meter
sebagai pembagi tegangan dari tegangan Sedangkan pada SOGI, power meter ini
tinggi ke tegangan rendah pada primer, disebut sebagai IED meter, IED meter ini
selanjutnya tegangan pada satu kapasitor harus support protokol IEC 61850.
ditransformasikan mengunakan trafo Sedangkan pada GI konvensional, power
tegangan yang lebih rendah agar meter support protokol modbus.
diperoleh teganggan sekunder.
Pada GI konvensional, power meter
digunakan untuk menggantikan meter
2.6.Tranducer
analog. Masing-masing power meter
Transducer adalah suatu peralatan
tersambung ke CT, VT suatu bay. Input
remote station yang merupakan penghubung
power meter berupa arus dan tegangan
(interface) sistem yang diatur dan RTU serta
sekunder dari CT dan VT. Arus dan tegangan
berfungsi mentransformasi besaran ukur dari
tersebut diolah oleh power meter menjadi
sistem yang diatur ke besaran ukur sistem
nilai digital, yang akan ditampilkan pada
SCADA. Dalam proses pengukuran
display pada power meter. Untuk power
Transducer terdapat 2 inputan yaitu arus dan
meter yang support suatu protokol (misal
modbus), maka arus dan tegangan tersebut menjumlahkan daya dari tiap-tiap fase. Pada
juga akan diproses lalu dikirimkan sistem yang seimbang, daya total tersebut
menggunakan protokol tertentu ke RTU. sama dengan tiga kali daya fase, karena daya
RTU akan meneruskan data pengukuran pada tiap-tiap fasenya sama.
tersebut ke Control Center menggunakan Jika sudut antara arus dan tegangan
protokol IEC 60870-5-101/104. Koneksi adalah sebesar θ, maka besarnya daya perfasa
antara power meter ke CT, VT menggunakan adalah :
hardwired/kabel, begitu juga koneksi antara Pfase = Vfase.Ifase.cos θ …………… (1)
power meter ke RTU/Gateway menggunakan Total daya adalah penjumlahan dari
hardwired/kabel. besarnya daya tiap fase, dan dapat dituliskan
dengan :
PT = 3.Vf.If.cos θ ……………………. (2)
Pada hubungan bintang, karena
besarnya tegangan saluran adalah 1,732
Vfase maka tegangan perfasanya menjadi
Vline/1,732, dengan nilai arus saluran sama
dengan arus fase, IL = If, maka daya total
(PTotal) pada rangkaian hubung bintang (Y)
adalah:
PT = 3.VL/1,732.IL.cos θ
= 1,732.VL.IL.cos θ ……………… (3)
Gambar 6. Skematik Pengukuran Power
Pada hubung segitiga, dengan besaran
Meter
tegangan line yang sama dengan tegangan
2.8. Sistem Listrik 3 Phasa fasanya, VL = Vfasa, dan besaran arusnya
Pada sistem tenaga listrik 3 fase, Iline = 1,73Ifase, sehingga arus perfasanya
idealnya daya listrik yang dibangkitkan, menjadi IL/1,732, maka daya total (Ptotal)
disalurkan dan diserap oleh beban semuanya pada rangkaian segitiga adalah:
seimbang, P pembangkitan = P pemakain, PT = 3.IL/1,732.VL.cos θ
dan juga pada tegangan yang seimbang. Pada = 1,732.VL.IL.cos θ ……………. (4)
tegangan yang seimbang terdiri dari tegangan
1 fase yang mempunyai magnitude dan 2.9.Protokol Modbus
frekuensi yang sama tetapi antara 1 fase Modbus adalah protocol sistem
dengan yang lainnya mempunyai beda fase komunikasi serial yang dipublikasikan oleh
sebesar 120° listrik, sedangkan secara fisik Modicon pada tahun 1979 untuk
mempunyai perbedaan sebesar 60°, dan dapat diaplikasikan ke dalam programmable logic
dihubungkan secara bintang (Y, wye) atau controllers (PLCs). Modbus sudah menjadi
segitiga (delta, Δ, D). standar protokol yang umum digunakan
Daya yang diberikan oleh suatu untuk menghubungkan peralatan elektronik
generator 3 fase atau daya yang diserap oleh industri. Beberapa alasan mengapa protokol
beban 3 fase, diperoleh dengan ini banyak digunakan, antara lain:
a. Modbus dipublikasikan secara terbuka kerusakan. Perintah dasar Modbus RTU
dan bebas royalti dapat memerintahkan peralatan untuk
b. Mudah digunakan dan dipelihara mengubah nilai registernya, mengendalikan
c. Memindahkan data bit atau word tanpa dan membaca port I/O, serta memerintahkan
terlalu banyak membatasi vendor peralatan untuk mengirimkan kembali nilai
Modbus mampu menghubungkan 247 yang ada pada registernya.
peralatan (slave) dalam satu jaringan
atau master, misalnya sebuah sistem yang 3. METODOLOGI PENELITIAN
melakukan pengukuran suhu dan Agar pengkajian penggunaan Power
kelembapan dan mengirimkan hasilnya ke Meter dapat dilaksanakan dengan baik maka
sebuah komputer. Modbus sering digunakan perlu adanya pentahapan-pentahapan mulai
untuk menghubungkan komputer pemantau dari identifikasi permasalahan yang ada,
dengan RTU pada sistem SCADA. sehingga memunculkan adanya ide
pemecahan masalah dan selanjutnya
mengajukan proposal perencanaan untuk
persetujuan pembimbing.

Gambar 7. Modbus Transaction

Variasi Modbus dapat diaplikasikan


pada port serial dan ethernet dan jaringan
lainnya yang support dengan internet
protocol suite. Sebagian besar peralatan
Modbus menggunakan port serial RS-485.
Konsep dasar komunikasi Modbus terdiri
master dan slave. Peralatan yang bertindak
sebagai slave akan terus idle kecuali
mendapat perintah dari master. Setiap
Peralatan yang dihubungkan (slave) harus Gambar 8. Diagram Alir Penelitian
memiliki alamat unik. Sebuah perintah
Modbus dilengkapi dengan alamat tujuan 4. ANALISA JARINGAN
perintah tersebut. Hanya alamat tujuan yang 4.1. Pengujian Metering Power Meter -
akan memproses perintah, meskipun Control Center
peralatan yang lain mungkin menerima
Tujuan pengujian ini adalah untuk
perintah tersebut. Setiap perintah modbus
memastikan tidak ada masalah pada Power
memiliki informasi pemeriksaan kesalahan
untuk memastikan data diterima tanpa Meter dan juga memastikan data pengukuran
yang dikirimkan melalui protokol modbus
terkirim sampai dengan Control Center Protocol Analyzer IEC 101/104
(ASE2000, harness dll)
sesuai dengan addressing protokol IEC-101. Untuk monitoring

Alat yang digunakan yaitu injector arus & Tapping data Tampilan
digital via protokol digital pada
tegangan sekunder dan AVO meter. Untuk (IEC 101/104 dll) LED/LCD
Injector arus
melakukan pengujian ini, terminal input Control Center RTU/GATEWAY Power Meter
Arus dan
dan tegangan
sekunder
Data digital via Data digital via tegangan
power meter diubah dari CT/VT ke injector protokol (IEC
101/104 dll)
protokol
(modbus dll)
sekunder

arus dan tegangan sekunder. Kemudian


Gambar 10. Alur komunikasi data pengujian
memastikan rangkaian sekunder CT dalam
pengukuran power meter
kondisi tidak terbuka (open circuit).
Sedangkan link RTU diubah dari RTU atau Dengan asumsi cos φ = 1, maka perhitungan
ke protocol analyzer (monitoring). Cara untuk 3 fasa dengan pengujian inject 100%
pengujiannya adalah melakukan injeksi arus adalah sebagai berikut :
dan tegangan sekunder pada terminal input P = V.I cos φ √3
power meter sesuai Ratio yang terpasang di = 150 kV x 1000 A x 1 x 1,732
Switchyard. Lalu melihat nilai pengukuran di = 260 MW
tampilan power meter dan juga nilai pada
protocol analyzer modbus. Pengujian ini Q = V.I cos φ √3
dilakukan dengan untuk nilai pengukuran = 150 kV x 1000 A x 1 x 1,732
kapasitas beban power meter sebesar -100%, = 260 Mvar
-50%, 0, 50%, dan 100% yang bertujuan
untuk melihat linearitas dari power meter. kV = V : √3
= 150 kV : 1,732
Ke Control Center = 86,61 kV x 1,1732 = 150 kV
Hardwired/kabel
liink IEC 60870-5-101/104

A = I : √3
Protocol Analyzer IEC 101/104 = 1000 A : 1,732
(ASE2000, harness dll)
Untuk monitoring = 577,3 A x 1,1732 = 1000 Ampere

RTU/GATEWAY
Injeksi tegangan 100 V dengan arus
Modbus
0%, 50%, dan 100% dari 1 ampere dengan
Injector arus beda sudut 00 dan 1800. Lalu data pengukuran
Power Meter dan tegangan
sekunder pada power meter. Nilai pengukuran yang
Injector arus diharapkan adalah -260 MW, -130 MW, 0
Power Meter dan tegangan
sekunder MW, 130 MW dan 260 MW. Selisih antara
Injector arus nilai pengukuran yang terbaca di display
Power Meter dan tegangan
sekunder power meter dan nilai pengukuran pada
protocol analyzer (modbus) dibandingkan
Gambar 9. Block diagram pengujian dengan nilai pengukuran yang diharapkan,
pengukuran power meter . tidak boleh lebih dari 0,25 % dari pengukuran
real time (SPLN Pengujian Remote Station).
Maka berikut hasil dari proses injeksi arus Tabel 3. . Hasil Pengujian Inject TM Bay
dan tegangan pada Power Meter GI Mitsui Petrokimia
150 kV :

Tabel 1. . Hasil Pengujian Inject TM Bay


Mitsui-1

Tabel 4. . Hasil Pengujian Inject TM Bay


Cilegon-1

Tabel 2. . Hasil Pengujian Inject TM Bay


Mitsui-2

Tabel 5. . Hasil Pengujian Inject TM Bay


Busbar
Tabel 6. Catatan Pengujian Keseluruhan Hasil data dari log sheet GI Mitsui 150
Power Meter kV didapatkan parameter tambahan yaitu kV
dan Ampere sehingga kelengkapan data
NOTE RESULT INJECTION
No Bay tersebut dapat membatu meningkatkan
25% > ± 0,5% 50% > ± 0,5% 75% > ± 0,5% 100% > ± 0,5% 125% > ± 0,5%
ITR ITR ITR perhitungan dan trend beban Gardu Induk
1. Cilegon-1 0,61 0,68 1,28
999,39 1499,32 2498,72
IST IRS pada masing-masing Penghantar dan Trafo
0,83 0,83
2. Petrokimia
249,17 1249,17 yang beroperasi.
MW
0,65
64,35
MW
Tabel 8. Aliran Daya Operasi Subsistem
3. Mitsui-1 0,78
96,22

Gambar 11. Telemetering GI Mitsui setelah 5. KESIMPULAN


pemasangan Power Meter. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa penggunaan Power Meter untuk
Telemetering SCADA pada Gardu Induk
Mitsui 150 kV yaitu :
Tabel 7. Perbandingan Nilai Metering Power
1. Tingkat akurasi Telemetering dari Power
Meter dan kWh Meter
Meter Gardu Induk Mitsui 150 kV tidak
Tegangan Ampere Daya Aktif Daya Reaktif
Peralatan
(kV) (I) (MW) (Mvar) melebihi batas maksimum ± 5% sesuai
Power Meter Trafo Mitsui-1 143,6 57 12,4 6 dengan Standar PLN Pedoman Remote
kWh Meter Trafo Mitsui-1 143,7 57,2 12,41 6 Station.
SPLN Pedoman Remote Station ± 5% -0,1 -0,2 -0,01 0 2. kWh Meter digunakan sebagai nilai acuan
Power Meter Trafo Mitsui-2 143,6 20 3,5 3,9 pembanding nilai Telemetering SCADA
kWh Meter Trafo Mitsui-2 142,8 20,1 3,55 3,9 di Gardu Induk Mitsui 150 kV.
SPLN Pedoman Remote Station ± 5% 0,8 -0,1 -0,05 0
3. Dengan terpasangnya Power Meter nilai 5. Peraturan Jaringan Sistem Tenaga Listrik
telemetering SCADA Gardu Induk Mitsui (Grid Code) PM ESDM No 20 Tahun
150 kV menjadi lengkap (MW, Mvar, 2020
Ampere dan kV) yang sebelumnya hanya 6. PT PLN (Persero) Buku Pedoman
MW, Mvar dan kV Busbar. Pemeliharaan Remote Station SCADA
4. Meningkatkan akurasi perhitungan log tahun 2014
sheet dan trend beban Gardu Induk Mitsui 7. PT PLN (Persero) SPLN S3.001 2008
150 kV dengan parameter tambahan Peralatan SCADA Sistem Tenaga Listrik
Ampere dan kV untuk analisa dan 8. PT PLN (Persero) Udiklat Semarang Live
perencanaan operasi sistem tenaga listrik an Maintenance.2012. Sistem Transaksi
pada subsistem Suralaya. Tenaga Listrik
9. Susmini Indriani Lestariningati, M.T
DAFTAR PUSTAKA
Makalah Komunikasi Data Digital dan
1. Manual Book Power Meter Acuvim II
Series User's Manual V2.02 tahun 2018 Data Analog tahun 2013
2. PT PLN (Persero) Udiklat Semarang Live
and Maintenance.2012. Pengenalan
Operasi Sistem Tenaga Listrik. Semarang
3. PT PLN (Persero) SPLN S5.003-1 2014
Teleinformasi Data Dan Tampilan Untuk
Sistem Otomasi Gardu Induk Fungsi
Operasi.
4. PT PLN (Persero) SPLN S4.001 2008
Pengujian Sistem SCADA

Anda mungkin juga menyukai