Draft Panduan SL
Draft Panduan SL
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah, dan inayahnya Panduan
Service Learning Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris ini dapat selesai dengan
baik. Panduan ini disusun sebagai acuan untuk pelaksanaan kegiatan Service
Learning yang ada di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris.
Service Learning merupakan kegiatan yang
2
DAFTAR ISI
Bab III: Integrasi Service Learning Dalam Penyusunan Rencana Program Semester
(RPS)
Bab IV: Strategi Evaluasi Performance Mahasiswa Dalam Pelaksanaan Service Learning
3
DAFTAR ISTILAH
4
BAB I
Felten & Clayton (2009) mendefinisikan service learning (SL) sebagai kegiatan
pembelajaran kolaboratif dan demokratis yang dirancang untuk
mengakomodasi kompetensi akademik dan kemampuan untuk memenuhi
tanggung jawab sosial sebagai warga negara yang baik. Adapun deskripsi
komponen service learning dideskripsikan dalam gambar berikut:
5
Gambar 1 Komponen service learning Menurut Felten dan Clayton
Pelaksanaan service learning terdiri dari tiga komponen penting, yaitu konten
akademik, kegiatan pengabdian, dan proses refleksi kritis. Oleh karena itu, service
learning melibatkan kemampuan mahasiswa untuk berpikir kritis sambil melakukan
refleksi atas apa yang telah mereka lakukan. Selain itu, Furco menggambarkan perbedaan
antara Service Learning dengan kegiatan pengalaman lapangan lainnya yang diilustrasikan
dalam gambar berikut:
6
Gambar 2 Perbedaan service learning dengan kegiatan lapangan lain
Furco (1996) menjelaskan bahwa suatu kegiatan volunteering atau relawan dapat
dilakukan apabila fokus kegiatannya hanya untuk memberikan pelayanan,
sedangkan konsep magang dapat dilakukan apabila fokus kegiatannya murni untuk
mencari pengalaman di lapangan. Penerima manfaat lebih banyak diperoleh oleh
masyarakat dibanding mahasiswa. Bila penerima manfaat penuh adalah lembaga
pendidikan/mahasiswa, maka kegiatan ini biasa kita sebut praktikum. Namun di
beberapa perguruan tinggi, model kegiatan praktikum saat ini sudah mulai bergerak
menuju model KKN berbasis kebutuhan masyarakat dan partisipatif, lebih mendekati
model KKN. service learning berfokus pada pembelajaran dan pencapaian manfaat
yang seimbang antara pelajar dan masyarakat penerima.
7
penelitian tentang cara mengurangi potensi dampak negatif. Beberapa contoh manfaat
service learning antara lain Servis Learning mampu membangun efikasi diri dan
pemberdayaan sosial mahasiswa sekaligus membangun semangat kewarganegaraan.
Namun demikian salah satu dampak negatif antara lain terganggunya proses pembelajaran
dan pengalaman belajar di kelas ketika mahasiswa masih belajar di komunitas mitra dengan
jadwal yang berubah-ubah. Learning loss bisa terjadi apabila tidak selesai sesuai target.
Meskipun penelitian tentang dampak service learning pada universitas dan
masyarakat masih sedikit, penelitian Blakey dkk (2015) menunjukkan bahwa service
learning mampu meningkatkan tingkat retensi di lembaga pendidikan tinggi. Hal ini
juga meningkatkan hubungan baik antara universitas dan komunitas serta
meningkatkan vitalitas dan kelangsungan hidup universitas itu sendiri.
service 1. Discipline based Mahasiswa yang menempuh mata Penentuan Komunitas Mitra bisa
learning : various activities kuliah praktikum seperti PLP dipilih oleh mahasiswa sendiri
Berbasis ditempatkan di sekolah dan praktik atau berdasarkan permintaan
praktikum mengajar, tetapi juga belajar dari komunitas mitra kepada
mata kuliah proses langsung dari berbagai Universitas/Fakultas/Program
pelajaran Studi
8
2. Community- Mahasiswa dari berbagai disiplin Penentuan Komunitas Mitra bisa
Based Research keilmuan belajar bersama komunitas dipilih oleh mahasiswa sendiri
dalam berbagai menentukan rencana aksi Bersama atau berdasarkan permintaan
bentuk/varian komunitas komunitas mitra kepada
Universitas/Fakultas/Program
Studi
9
Course- Discipline based service learning merupakan unsur
Based service various activities bagian dari kegiatan mata kuliah dan
learning: bobotnya bisa dikonversi
Berbasis menggantikan nilai UTS/Tugas
mata kuliah
Referensi
Ansori, M., Afandi, A., Fitriyah, R. D., & Farisia, H. (2021). Pendekatan-
Pendekatan Dalam University- Community Engagement.
Blakey, J. M., Theriot, S., Cazzell, M., & Sattler, M. (2015). Is Service-Learning
Worth It ?: A Mixed-Methods Study of Faculty ’ s Service- Learning
Experiences Factors Motivating Faculty ’ s Use of Service-Learning
Educational benefits. 3(1).
Borrero, N., & Reed, J. (2016). A Case for Community Partnership and
Professional Development: A Nine-Week Service-Learning Seminar for
Faculty. Partnerships - A Journal of Service-Learning and Civic
Engagement, 7(1), 27–51.
10
Seifer, S. D., & Connors, K. (2007). Community Based Research Internship –
Project DC Curriculum. Learning, 169.
http://www.servicelearning.org/filemanager/download/HE_Toolkit_with_wor
ksheets.pdf
11
BAB II
Semangat dan ruh dari service learning adalah kemitraan, hal ini dilakukan dengan
bekerjasama dan berkolaborasi dengan semua pihak. Ada beberapa prinsip yang
yang harus dilakukan ketika membangun kemitraan secara umum : (dan asset yang
dimiliki1) Transparan/Terbuka (2) Setara (3) Saling memberi manfaat (4)
Kesepakatan untuk berkomitmen berbagai sumber Daya dan Resiko (5) Akuntabel.
12
Bekerja sama dengan kemitraan bisa dilakukan melalui komunitas, instansi dan
OMS. Program Pendidikan Bahasa Inggris mitra yang sudah dibangaun adalah
sekolah dan komunitas baik itu komunitas digital, komunitas anak jalanan. Langkah-
langkah untuk membangun kemitraan adalah
13
d. Melakukan pelatihan sesuai dengan rancangan yang sudah di sepakati
bersama baik waktu maupun materi
14
Referensi:
Ridwan Andi Kimbau dkk (2016). Panduan service learning di UIN Alaudin
Makassar. Makassar Nur Khairunnisa Press
Seifer, S.D., & Connors, K. (2007). Eds. Community campus partnerships for health.
Faculty toolkit for service-learning in higher education. National Service-
Learning Clearinghouse.
http://www.servicelearning.org/filemanager/download/
HE_Toolkit_with_worksheets.pdf
St. Francis Xavier University. (2012). Course-based service learning direct service
handbook. http://www.mystfx.ca/academic/servicelearning/
15
BAB III
Mata kuliah yang mengintegrasikan unsur service learning (SL) melalui model CBSL
ini perlu disusun dan direncanakan secara matang dalam rumusan RPS dengan
mengikuti prinsip-prinsip berikut ini:
1. Tujuan service learning (SL) harus dirumuskan secara jelas dan eksplisit dalam
tujuan perkuliahan (e.g., dalam CPMK dan sub CPMK).
2. Kegiatan service learning (SL) harus dikaitkan dan diselaraskan dengan
kurikulum yang berlaku (e.g., CPL and prinsip integrasi twin towers UINSA).
3. Kegiatan pengabdian/pelayanan (service) dalam SL bisa membantu mahasiswa
dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan (learning) mereka sesuai
dengan mata kuliah yang ditempuh.
4. Komunitas mitra kegiatan service learning bersedia memfasilitasi proses
pelaksanaan pengabdian (service) dan bekerja sama dalam mendiskusikan
tujuan kegiatan SL berbasis mata kuliah yang dipilih.
5. Mengkoordinasikan kegiatan SL dengan program studi untuk memudahkan
proses pengaturan logistik di lokasi SL.
16
6. Mensosialisasikan RPS yang memiliki unsur SL kepada mahasiswa di awal
perkuliahan sehingga mereka bisa mengantisipasi dan menyesuaikan dengan
jadwalnya masing-masing.
Beberapa tahapan yang perlu dilakukan dalam rumusan RPS adalah sebagai
berikut:
1. Merumuskan tujuan kegiatan service learning di komunitas mitra dan dituangkan
dalam rumusan CPMK dan sub CPMK. Secara lebih terperinci, tujuan service
dan tujuan learning dirumuskan secara terpisah dalam sub CPMK.
2. Menentukan bentuk dan jenis kegiatan pengabdian yang akan dilakukan di
komunitas sesuai dengan mata kuliah masing-masing. Bentuk dan jenis
pengabdian yang dipilih disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang sudah
dirumuskan. Contoh, dalam mata kuliah Business English, mahasiswa
mendesain website profile sekolah sebagai bentuk pengabdian yang juga
menjadi tugas akhir perkuliahan. Kemampuan mendesain profile sekolah adalah
salah satu tujuan perkuliahan yang sudah dirumuskan dalam CMPK dan sub
CPMK mata kuliah.
3. Memastikan adanya keterkaitan antara kegiatan pengabdian (service) yang
dilakukan di komunitas dengan upaya peningkatan pembelajaran (learning) dari
mata kuliah yang ditempuh. Contoh, dalam mata kuliah Instructional Materials
and Media Development (IMMD) mahasiswa ditugaskan untuk mendesain buku
ajar digital untuk siswa di sekolah mitra sebagai bentuk pengabdian. Pengabdian
ini juga berkorelasi positif dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilan
mahasiswa untuk memadukan antara teori mengembangkan sumber belajar dan
media pembelajaran yang dipelajari di bangku kuliah dengan praktek membuat
bahan ajar sesuai dengan penggunanya, yaitu siswa sekolah mitra.
4. Menentukan waktu pelaksanaan SL dalam course outline. Pelaksanaan SL harus
dituangkan secara jelas dalam pertemuan perkuliahan. Contoh, dalam mata
kuliah Instructional Materials and Media Development (IMMD), mahasiswa
akan melaksanakan tahapan kegiatan needs analysis di sekolah mitra pada
pertemuan ke-5, dan mempresentasikan Bahan ajar digital yang sudah mereka
susun pada pertemuan ke-15. Menentukan waktu pelaksanaan SL dalam course
outline ini sangat penting dilakukan untuk menghindari benturan dengan jadwal
mata kuliah lainnya terutama jika mahasiswa harus datang ke komunitas mitra
17
untuk kegiatan SL. Komunitas juga perlu diajak berdiskusi terkait waktu
pelaksanaan SL sehingga tidak berbenturan dengan jadwal sekolah mitra.
5. Merumuskan aspek evaluasi dari kegiatan SL. Instrumen evaluasi difokuskan
pada performance mahasiswa dari aspek pengabdian (service) dan aspek
pembelajaran (learning). Aspek pengabdian bisa dikaitkan dengan ada dan
tidaknya peningkatan rasa tanggung jawab sosial (social responsibility) sebagai
warga negara. Aspek pembelajaran (learning), bisa dikaitkan dengan CMPK dan
sub CMPK mata kuliah yang sudah dirumuskan. Secara lebih terperinci, akan
dipaparkan pada BAB IV dalam buku panduan ini.
Referensi:
Seifer, S.D., & Connors, K. (2007). Eds. Community campus partnerships for health.
Faculty toolkit for service-learning in higher education. National Service-
Learning Clearinghouse.
http://www.servicelearning.org/filemanager/download/
HE_Toolkit_with_worksheets.pdf
St. Francis Xavier University. (2012). Course-based service learning direct service
handbook. http://www.mystfx.ca/academic/servicelearning/
18
BAB IV
19
rencana yang dibuat sebelumnya. Tahap refleksi merupakan bagian penting karena
mahasiswa dapat menganalisis usaha yang sudah dilakukan untuk mencapai tujuan.
Pada tahap ini, mahasiswa dapat belajar dari pengalaman yang dialami selama
proses kegiatan service learning. Untuk mengidentifikasi ketercapaian kegiatan
service learning, beberapa strategi penilaian performance mahasiswa akan
dilakukan yaitu: penilaian pada tahap persiapan (need analysis instrument),
pelaksanaan service learning (reflective journal) dan pengembangan produk
(product development e.g. flipbook). Melalui tiga tahap service learning (persiapan,
pelaksanaan, refleksi)i, diharapkan mahasiswa semakin memahami peran materi
dan nilai yang diajarkan di kelas, dan belajar menerapkan tanggung jawabnya atas
pemahaman materi dan nilai tersebut.
20
3 Practicality of the items/questions
DESCRIBING Unclear and vague Clear but general Clear and focused
EXPERIENCE on the specific
Student provides a aspects that
description of the challenge the
experience, student
observation,
activity, reading,
etc. upon which he
or she is reflecting
21
mentors, or insights. experience or and gain insights
colleagues, and reflection but only on the experience
others in in an incidental and reflection.
conversations fashion, rather than
about reflection as as an effort to test
appropriate. ideas or gain
insights
22
dengan need analysis sebelum pelaksanaan kegiatan service learning,
misalnya: flipbook, digital media, digital application, dan e-book.
23
contexts of society is meaningful for many students. Links
with real-world activities are incorporated, and provision is
made for hands-on experiences. The experience of the
individual student should form the context for learning
Language
1 The material uses language that features:
a. controlled vocabulary
b. clear sentence structure
c. logical and clear development of main ideas
supported by relevant details
d. paragraph development use of signal words
(ordinals) for sequence, emphasis, and comparison
e. contextual clues
2 Technical terms are consistently explained/introduced.
Consider:
a. consistent presentation (e.g., in boldface; pause for
explanation, accompanied by illustrative examples)
b. student support (e.g., glossaries, an index, advance
organizers, post-lesson summary)
3 The use of specialized language is suited to the context,
maturity, and intellectual level of the audience.
4 Non-technical vocabulary is appropriate.
Consider
a. the overall vocabulary load
b. the purpose for reading, listening, or viewing
c. the sophistication of the ideas presented
d. the context (sentence complexity)
e. the level of concreteness/abstraction
f. the use of idiom and dialect (can increase
comprehension difficulty and/or enrich meaning)
g. user support (e.g., examples, illustrations,
glossaries)
ICT
The material has:
a. added value to digital/computer resource
b. interactive features - possibilities for feedback for
the student and for the teacher - constructive
engagement
c. possibilities for customizing content, environment
d. pathways according to user needs
e. offering hypertext links, so users can jump around,
and a site map for the left-brained or concrete-
sequential user
Design
1 Appropriate support materials are provided. (support
materials contribute to the achievement of the resource’s
objectives; the use of all components should be clearly
identified). These include:
a. for students, - sufficient material for a variety of
activities including pre-instruction and follow-up
b. for teachers, - a description of the instructional
activities, an overview of how these relate to each
other and to the curriculum/resource goals, and
identification of prerequisite skills
24
c. resource information, including a bibliography of
resources and references related to the topic, and
possibilities for package modification
d. technical documentation (mandatory for digital
resources) clear, easy-to understand instructions for
use, including information about system
requirements, where appropriate.)
2 Visual design is interesting/effective
the actual presentation of the information will appeal to and
enhance effective use for both students and teachers.
a. Graphics, colour, and sound enhance the learning
process, drawing the student’s attention to
important points.
b. Materials are visually clear, with good visual
contrast.
c. In multi-level or multi-component packages, co-
ordination of components is facilitated by colour-
coding and number-sequencing of individual items.
d. The user interface uses interesting and topic-
appropriate metaphors for the learning activity.
3 Illustrations/visuals are effective/appropriate. The illustrations
focus attention on the important content areas and are
appropriate to the student’s maturity level.
a. Animations and graphics are of a high quality, add
to the instructional design, and are used
appropriately to enhance the message.
b. Visuals are light, uncluttered, and have competing
elements.
c. A variety of different types of visuals are used to
support and represent concepts (flow charts, webs,
diagrams, tables).
4 Character size/typeface is appropriate.
a. The material uses effective typographic design in
the main body of text, captions, indices, diagrams,
etc.
b. Cueing devices are used to attract attention to
specific points (variations in typeface, boxes,
underlining, spacing).
c. A hierarchy of information, and the relationship
among ideas, is clearly communicated through
effective and efficient use of contrasting print size
and style (font variation should only be used as a
cueing device, not just to be artistic)
5 Layout is logical and consistent. The material is presented in
a well-organized, consistent, and predictable fashion. The
structure is apparent to the user in the table of contents.
Individual pages or screens are laid out in logical, uncluttered
fashion. The number of “buttons” and the information blocks
are not too complex. Layout should feature appropriate use of
text, visuals, and backgrounds. The structure should not be
distracting.
6 Users can easily employ the resource. The resource should
be easily used and understood by both the teacher and
student. Envision an instructional situation in which the
25
resource could be suitable and easy to facilitate.
a. Teachers can control pace and difficulty levels, if
desired.
b. Prerequisites are identified.
c. Equipment set-up is adequately explained or
demonstrated.
d. Materials are easily used in the space typically
available.
e. Materials, activities, lessons, etc. are easily
adaptable to a variety of classroom environments.
f. Directions are accompanied by useful examples
and “how to use,” “how to read,” and “how to
approach/study information” aids, as appropriate.
g. Thorough and easy-to-use manuals are provided.
h. The resource can’t be easily misused.
i. The resource contains no hazardous materials.
7 Packaging/design is suitable for the classroom/library.
a. The text, captions, labels, pictures, and diagrams
are attractive, clear, and free of errors.
b. Components are packaged for easy access (e.g.,
teacher materials can be separated from student
materials).
c. Containers for organizing and storing all
components, if needed, are provided.
General Comment
Reviewer
26
BAB V
A. Perijinan
Pelaksanaan Service Learning Prodi PBI berada dalam naungan Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya. Oleh karena itu, permohonan izin
melaksanakan service learning dikeluarkan oleh Dekan FTK melalui surat
permohonan yang disampaikan oleh Prodi Pendidikan Bahasa Inggris. Setiap
kelompok SL pada mata kuliah yang bersesuaian akan menyampaikan surat
permohonan izin yang diterbitkan oleh Dekan FTK. Izin oleh mitra dibuat dalam
sebuah surat resmi yang kemudian akan diarsip oleh FTK dan Prodi PBI.
B. Pelaksanaan
Service Learning pada Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris dapat
dilaksanakan dengan dua acara: mitra in dan kampus out.
27
2. Kampus-out adalah jenis pelaksanaan yang didasarkan pada
permintaan kelompok dosen rumpun mata kuliah untuk dicarikan mitra
di luar kampus yang perlu pendampingan sesuai dengan kompetensi
mata kuliah.
28
9. Ketua Program Studi mengundang mitra untuk berdiskusi bersama dengan
coordinator service learning terkait kerangka dan timeline pelaksanaan
pendampingan.
10. Setelah diperoleh kesepakatan, kelompok dosen rumpun mata kuliah
mensosialisasikan kegiatan service learning kepada mahasiswa sebagai
bentuk penugasan.
11. Ketua Program Studi mengajukan penerbitan MoU antara Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan dengan mitra dan penerbitan surat tugas bagi dosen yang
bertugas melaksanakan pendampingan kepada mitra bersama mahasiswa.
12. Setelah kegiatan, kelompok dosen rumpun mata kuliah bersama mahasiswa
menyusun laporan pelaksanaan service learning dan disahkan oleh
Koordinator service learning.
13. Lembaga mitra menyampaikan evaluasi pelaksanaan service learning dan
hasil dari dampingan.
29
3. Koordinator Service Learning menghubungi mitra yang sekiranya
memiliki kebutuhan sesuai dengan capaian pembelajaran mata kuliah.
4. Koordinator service learning bersama dengan Ketua Program Studi
dan perwakilan mitra berdiskusi terkait kerangka dan timeline
pelaksanaan pendampingan.
5. Setelah diperoleh kesepakatan, kelompok dosen rumpun mata kuliah
mensosialisasikan kegiatan service learning kepada mahasiswa
sebagai bentuk penugasan.
6. Ketua Program Studi mengajukan penerbitan MoU antara Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan dengan mitra dan penerbitan surat tugas bagi
dosen yang bertugas melaksanakan pendampingan kepada mitra
bersama mahasiswa.
7. Setelah kegiatan, kelompok dosen rumpun mata kuliah bersama
mahasiswa menyusun laporan pelaksanaan service learning dan
disahkan oleh Koordinator service learning.
8. Lembaga mitra menyampaikan evaluasi pelaksanaan service learning
dan hasil dari dampingan.
C. Evaluasi Pelaksanaan
1. Tujuan evaluasi
Mengacu pada kedua tujuan diatas, ada dua hal terkait dengan evaluasi
pelaksanaan service learning yaitu (1) evaluasi service learning sebagai
project-based assessment (PBA) yang melekat pada mata kuliah dan (2)
evaluasi pelaksanaan kegiatan.
30
1. Evaluasi service learning sebagai PBA mata kuliah
31
Evaluasi dilakukan setelah kegiatan selesai dengan setiap pemangku
kepentingan mengisi melalui tautan s.id/EvaluasiProgram-
ServiceLearning. Koordinator kegiatan merekap seluruh hasil evaluasi
dan menyusun laporan pelaksanaan kegiatan SL untuk disampaikan
kepada Kaprodi dan diteruskan kepada Dekan FTK.
32