Anda di halaman 1dari 32

PANDUAN SERVICE LEARNING

Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris


Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sunan Ampel Surabaya
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah, dan inayahnya Panduan
Service Learning Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris ini dapat selesai dengan
baik. Panduan ini disusun sebagai acuan untuk pelaksanaan kegiatan Service
Learning yang ada di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris.
Service Learning merupakan kegiatan yang

2
DAFTAR ISI

Bab I: Pengertian Dan Model-Model Service Learning

Bab II: Langkah-Langkah Membangun Kemitraan Dengan Sekolah

Bab III: Integrasi Service Learning Dalam Penyusunan Rencana Program Semester
(RPS)

Bab IV: Strategi Evaluasi Performance Mahasiswa Dalam Pelaksanaan Service Learning

Bab V: Mekanisme Pelaksanaan Service Learning Prodi PBI

3
DAFTAR ISTILAH

SL: Service Learning


Prodi: Program Studi
Kaprodi: Ketua Program Studi
PBI: Pendidikan Bahasa Inggris
FTK: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UINSA: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

4
BAB I

PENGERTIAN DAN MODEL-MODEL SERVICE LEARNING

A. Pengertian Service Learning

Service learning adalah merupakan pembelajaran yang mengintegrasikan


kegiatan pengabdian dimana pemberi pelayanan (universitas) dan orang yang
menerima pelayanan (komunitas atau komunitas) belajar dari pengalaman
bersama. Selain itu, Seifer dan Connors (2007) mendefinisikan service learning
sebagai strategi pembelajaran yang menggabungkan pengabdian dengan
pengajaran dan refleksi untuk memperkaya pengalaman belajar dan
mengajarkan tanggung jawab pribadi sekaligus memperkuat komunitas atau
masyarakat. Dengan demikian, service learning adalah bentuk pembelajaran
pengalaman lapangan di mana mahasiswa berusaha untuk menggabungkan
sisi pengabdian dengan pembelajaran yang mereka miliki. service learning
dapat mengembangkan pemikiran kritis reflektif siswa, memperdalam
pemahaman mereka tentang isu-isu masyarakat, dan mengembangkan
keterampilan kolaboratif dan sikap tanggung jawab. Namun demikian, Borrero
dan Reed, (2016) menjelaskan bahwa keberhasilan service learning juga
bergantung pada komitmen dari dosen dan mahasiswa untuk memanfaatkan peluang
yang diberikan oleh komunitas mitra untuk mempromosikan pembelajaran.

Felten & Clayton (2009) mendefinisikan service learning (SL) sebagai kegiatan
pembelajaran kolaboratif dan demokratis yang dirancang untuk
mengakomodasi kompetensi akademik dan kemampuan untuk memenuhi
tanggung jawab sosial sebagai warga negara yang baik. Adapun deskripsi
komponen service learning dideskripsikan dalam gambar berikut:

5
Gambar 1 Komponen service learning Menurut Felten dan Clayton

Pelaksanaan service learning terdiri dari tiga komponen penting, yaitu konten
akademik, kegiatan pengabdian, dan proses refleksi kritis. Oleh karena itu, service
learning melibatkan kemampuan mahasiswa untuk berpikir kritis sambil melakukan
refleksi atas apa yang telah mereka lakukan. Selain itu, Furco menggambarkan perbedaan
antara Service Learning dengan kegiatan pengalaman lapangan lainnya yang diilustrasikan
dalam gambar berikut:

6
Gambar 2 Perbedaan service learning dengan kegiatan lapangan lain

Furco (1996) menjelaskan bahwa suatu kegiatan volunteering atau relawan dapat
dilakukan apabila fokus kegiatannya hanya untuk memberikan pelayanan,
sedangkan konsep magang dapat dilakukan apabila fokus kegiatannya murni untuk
mencari pengalaman di lapangan. Penerima manfaat lebih banyak diperoleh oleh
masyarakat dibanding mahasiswa. Bila penerima manfaat penuh adalah lembaga
pendidikan/mahasiswa, maka kegiatan ini biasa kita sebut praktikum. Namun di
beberapa perguruan tinggi, model kegiatan praktikum saat ini sudah mulai bergerak
menuju model KKN berbasis kebutuhan masyarakat dan partisipatif, lebih mendekati
model KKN. service learning berfokus pada pembelajaran dan pencapaian manfaat
yang seimbang antara pelajar dan masyarakat penerima.

Pembelajaran service learning ini bersifat kolaboratif karena mahasiswa perlu


bekerja dengan setidaknya dua elemen utama, elemen kampus/sekolah dan
masyarakat. Mahasiswa akan bekerja dengan kedua elemen kelompok dalam
proses pembelajaran kontekstual secara simultan. Pembelajaran dengan
pendekatan service learning bersifat demokratis karena mahasiswa dapat memilih
komunitas pendukungnya dan keterampilannya untuk berkontribusi pada komunitas.
George-Paschal (2019) menemukan bahwa berbagai penelitian menunjukkan bahwa service
learning lebih banyak efek positif daripada negatif dengan kebutuhan untuk lebih lanjut

7
penelitian tentang cara mengurangi potensi dampak negatif. Beberapa contoh manfaat
service learning antara lain Servis Learning mampu membangun efikasi diri dan
pemberdayaan sosial mahasiswa sekaligus membangun semangat kewarganegaraan.
Namun demikian salah satu dampak negatif antara lain terganggunya proses pembelajaran
dan pengalaman belajar di kelas ketika mahasiswa masih belajar di komunitas mitra dengan
jadwal yang berubah-ubah. Learning loss bisa terjadi apabila tidak selesai sesuai target.
Meskipun penelitian tentang dampak service learning pada universitas dan
masyarakat masih sedikit, penelitian Blakey dkk (2015) menunjukkan bahwa service
learning mampu meningkatkan tingkat retensi di lembaga pendidikan tinggi. Hal ini
juga meningkatkan hubungan baik antara universitas dan komunitas serta
meningkatkan vitalitas dan kelangsungan hidup universitas itu sendiri.

Ragam Model service learning

Pelaksanaan service learning dapat dilakukan dalam jangka pendek, semester


panjang atau multiyear bersama sebagai proyek multi course di mana mahasiswa
dan dosen sama-sama berpartisipasi (Baran, 2013). Aspek layanan pembelajaran
layanan dapat diberikan secara langsung atau tidak langsung kepada komunitas .
Ansori dkk (2021) menjelaskan beberapa model service learning yang
dikembangkan di UIN Sunan Ampel Surabaya yang digambarkan dalam tabel
berikut

Tabel 1 Ragam Model service learning

Basis Bentuk/Model/ Contoh Pelaksanaan Keterangan


Pelaksanaan Varian

service 1. Discipline based Mahasiswa yang menempuh mata Penentuan Komunitas Mitra bisa
learning : various activities kuliah praktikum seperti PLP dipilih oleh mahasiswa sendiri
Berbasis ditempatkan di sekolah dan praktik atau berdasarkan permintaan
praktikum mengajar, tetapi juga belajar dari komunitas mitra kepada
mata kuliah proses langsung dari berbagai Universitas/Fakultas/Program
pelajaran Studi

8
2. Community- Mahasiswa dari berbagai disiplin Penentuan Komunitas Mitra bisa
Based Research keilmuan belajar bersama komunitas dipilih oleh mahasiswa sendiri
dalam berbagai menentukan rencana aksi Bersama atau berdasarkan permintaan
bentuk/varian komunitas komunitas mitra kepada
Universitas/Fakultas/Program
Studi

Event/Presentation Mahasiswa melakukan diseminasi Penentuan Komunitas Mitra bisa


/sosialisasi/presentasi/penyadaran dipilih oleh mahasiswa sendiri
pada komunitas mitra tentang atau berdasarkan permintaan
berbagai topik sesuai disiplin keilmuan komunitas mitra kepada
mahasiswa Universitas/Fakultas/Program
Studi
Contohnya Mahasiswa prodi
Pendidikan Bahasa Inggris
memberikan pelatihan media
pembelajaran bagi sekolah atau
komunitas mitra

3.Product model Mahasiswa menghasilkan produk Penentuan Komunitas Mitra bisa


sesuai deskripsi ilmu yang dikuasai dipilih oleh mahasiswa sendiri
sambal belajar dari komunitas atau berdasarkan permintaan
Contohnya Mahasiswa prodi komunitas mitra kepada
Pendidikan Bahasa Inggris mampu Universitas/Fakultas/Program
menghasilkan buku digital dan video Studi
profil bisnis/company profile bagi
komunitas mitra

4. Problem based Mahasiswa dapat bekerja dengan


service learning mendampingi secara langsung,
komunitas marginal yang memiliki
masalah di lapangan

Contoh mahasiswa mengembangkan


program literasi untuk meningkatkan
literasi siswa di sekolah

9
Course- Discipline based service learning merupakan unsur
Based service various activities bagian dari kegiatan mata kuliah dan
learning: bobotnya bisa dikonversi
Berbasis menggantikan nilai UTS/Tugas
mata kuliah

Referensi

Ansori, M., Afandi, A., Fitriyah, R. D., & Farisia, H. (2021). Pendekatan-
Pendekatan Dalam University- Community Engagement.

Baran, K. (2013). service learning and Groundswell service learning and


Groundswell.

Blakey, J. M., Theriot, S., Cazzell, M., & Sattler, M. (2015). Is Service-Learning
Worth It ?: A Mixed-Methods Study of Faculty ’ s Service- Learning
Experiences Factors Motivating Faculty ’ s Use of Service-Learning
Educational benefits. 3(1).

Borrero, N., & Reed, J. (2016). A Case for Community Partnership and
Professional Development: A Nine-Week Service-Learning Seminar for
Faculty. Partnerships - A Journal of Service-Learning and Civic
Engagement, 7(1), 27–51.

Felten, P., & Clayton, P. H. (2009). Service-Learning. New Directions for


Teaching and Learning, 119, 1–7. https://doi.org/10.1002/tl

Furco, A. (1996). Service-Learning: A Balanced Approach to Experiential


Education. In Expanding Boundaries: Serving and Learning. Corporation for
National Service.

George-Paschal, L. (2019). Investigating the Overlapping Experiences and


Impacts of Service-Learning: Juxtaposing Perspectives of Students,
Faculty, and Community Partners. Michigan Journal of Community service
learning, 25(2). https://doi.org/10.3998/mjcsloa.3239521.0025.203

10
Seifer, S. D., & Connors, K. (2007). Community Based Research Internship –
Project DC Curriculum. Learning, 169.
http://www.servicelearning.org/filemanager/download/HE_Toolkit_with_wor
ksheets.pdf

11
BAB II

LANGKAH-LANGKAH MEMBANGUN KEMITRAAN DENGAN SEKOLAH

Semangat dan ruh dari service learning adalah kemitraan, hal ini dilakukan dengan
bekerjasama dan berkolaborasi dengan semua pihak. Ada beberapa prinsip yang
yang harus dilakukan ketika membangun kemitraan secara umum : (dan asset yang
dimiliki1) Transparan/Terbuka (2) Setara (3) Saling memberi manfaat (4)
Kesepakatan untuk berkomitmen berbagai sumber Daya dan Resiko (5) Akuntabel.

Universitas ketika membangun kemitraan harus memperhatikan prinsip-prinsip


berikut ini

1. Bentuk partnership untuk menfasilitasi tujuan tertententu atau menentukan


tujuan baru sesuai dengan kesepakatan
2. Mitra harus menyetujui bersama misi, nilai-nilai, tujuan, hasil yang terukur dan
akumtabel
3. Hubungan antar mitra dibentuk dengan membangun kepercayaan bersama,
menghormati dan memiliki komitmen bersama
4. Kemitraan membangun kekekuatan tertentu, tetapi juga bekerjasama untuk
mencapai tujuan dan meningaktkan kapasitas semua mitra
5. Kemitraan menyeimbangkan kekuatan dan sumberdaya dengan berbagi
bersama
6. Kemitraan memperjelas dan membuka komunikasi dengan memprioritaskan
kebutuhan dan ketertarikan satu dengan yang lain serta mengembangakn
komunikasi bersama-sama
7. Prinsip dan proses kemitraan dibangun dengan masukan dan persutujuan
mitra, khususnya membuat keputusan dan resolusi konflik
8. Ada umpan balik antar stakeholder dalam kemitraan dengan tujuan
peningkatan berkelanjutan kemitraan dan peningkatan hasil bersama
9. Mitra membagi keuntungan sesuai kesepakatan kemitraan
10. Kemitraan dapat dihentikan dan membutuhkan proses perencanakan untuk
mengakhiri kerjasama

12
Bekerja sama dengan kemitraan bisa dilakukan melalui komunitas, instansi dan
OMS. Program Pendidikan Bahasa Inggris mitra yang sudah dibangaun adalah
sekolah dan komunitas baik itu komunitas digital, komunitas anak jalanan. Langkah-
langkah untuk membangun kemitraan adalah

1. Menginisiasi komunikasi dengan mitra yang disesuaikan dengan Mata Kuliah


yang diampu. Hal ini dilakukan dengan cara
a. Diskusi antara dosen dan mahasiswa
b. Memilih komunitas/instansi sekolah
c. Mengunjungi komunitas/instansi sekolah
2. Perjanjian kerjasama dan kemitraan dengan komunitas/instansi sekolah . Hal-
hal yang dilakukan adalah
a. Telah melakukan komunikasi awal baik secara lisan maupun tertulis
b. Mengajukan usulan kepada TIm service learning dan dosen pengampu
mata kuliah
c. Mendiskusikan draft kerjasama/ MOU antara Tim Service Learning,
Dosen Pengampu mata kuliah, mahasiswa dan dari pihak komunitas
dan instansi sekolah
d. Persutujuan kerjasama yang telah disepakati bersama antara
komunitas/instansi sekolah dan TIm SL dari pihak universitas
e. Penanda tanganan kesepakatan kerjasama antara universitas dengan
komunitas/instansi sekolah

3. Pelatihan Service learning berbasis ABCD

a. Bersama-sama menentukan waktu pelatihan dengan komunitas/instansi


sekolah
b. Menyelesaikan prosedur administrasai dengan pihak komunitas/instansi
sekolah
c. Berdiskusi bersama tentang materi, design pelatihan yang bisa dilakukan
dengan memperhatikan asset yang telah dimiliki bersama

13
d. Melakukan pelatihan sesuai dengan rancangan yang sudah di sepakati
bersama baik waktu maupun materi

4. Survey dan observasi lokasi

a. Menentukan waktu kunjungan ditempat instansi/komunitas sekolah


b. Melaksanakan survey/observasi di sekolah
c. Mendapatkan gambaran kebutuhan yang akan dikerjakan bersama-sama
dengan komunitas/instansi sekolah

5. Mengidentifikasi masalah dan aset komunitas dengan mitra

a. Mengidentifikasi masalah yang ditemukan


b. Mendiskusikan bersama dengan mitra akan kebutuhan yang ada dilapangan
c. Menyusun jadwal FGD bersama dengan mitra
d. Melaksanakan FGD bersama dengan mitra
e. Membuat program kerja bersama dengan mitra
f. Memaparkan program kerja yang telah disepakati bersama

14
Referensi:

Ridwan Andi Kimbau dkk (2016). Panduan service learning di UIN Alaudin
Makassar. Makassar Nur Khairunnisa Press

Seifer, S.D., & Connors, K. (2007). Eds. Community campus partnerships for health.
Faculty toolkit for service-learning in higher education. National Service-
Learning Clearinghouse.
http://www.servicelearning.org/filemanager/download/
HE_Toolkit_with_worksheets.pdf

St. Francis Xavier University. (2012). Course-based service learning direct service
handbook. http://www.mystfx.ca/academic/servicelearning/

15
BAB III

MENGINTEGRASIKAN SERVICE LEARNING DALAM PENYUSUNAN

RENCANA PROGRAM SEMESTER (RPS)

RPS yang disusun akan menyesuaikan dengan model course-based service


learning (CBSL). CBSL adalah model pengabdian yang innovative yang merupakan
perpaduan antara belajar berbasis pengalaman (experiential learning), studi
akademik (academic study), and pengabdian masyarakat (community service).
CBSL digunakan sebagai strategi alternatif yang memungkinkan mahasiswa untuk
memperluas zona belajarnya yang tidak terbatas pada kelas saja namun proses
belajarnya bisa dilakukan di masyarakat. Kegiatan pengabdian yang dilakukan oleh
mahasiswa service learning di masyarakat merupakan bagian dari tugas
perkuliahan. Pengalaman pengabdian mahasiswa di masyarakat tersebut juga harus
dikaitkan dengan luaran (learning outcome) dari mata kuliah yang mereka tempuh.

Mata kuliah yang mengintegrasikan unsur service learning (SL) melalui model CBSL
ini perlu disusun dan direncanakan secara matang dalam rumusan RPS dengan
mengikuti prinsip-prinsip berikut ini:
1. Tujuan service learning (SL) harus dirumuskan secara jelas dan eksplisit dalam
tujuan perkuliahan (e.g., dalam CPMK dan sub CPMK).
2. Kegiatan service learning (SL) harus dikaitkan dan diselaraskan dengan
kurikulum yang berlaku (e.g., CPL and prinsip integrasi twin towers UINSA).
3. Kegiatan pengabdian/pelayanan (service) dalam SL bisa membantu mahasiswa
dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan (learning) mereka sesuai
dengan mata kuliah yang ditempuh.
4. Komunitas mitra kegiatan service learning bersedia memfasilitasi proses
pelaksanaan pengabdian (service) dan bekerja sama dalam mendiskusikan
tujuan kegiatan SL berbasis mata kuliah yang dipilih.
5. Mengkoordinasikan kegiatan SL dengan program studi untuk memudahkan
proses pengaturan logistik di lokasi SL.

16
6. Mensosialisasikan RPS yang memiliki unsur SL kepada mahasiswa di awal
perkuliahan sehingga mereka bisa mengantisipasi dan menyesuaikan dengan
jadwalnya masing-masing.

Beberapa tahapan yang perlu dilakukan dalam rumusan RPS adalah sebagai
berikut:
1. Merumuskan tujuan kegiatan service learning di komunitas mitra dan dituangkan
dalam rumusan CPMK dan sub CPMK. Secara lebih terperinci, tujuan service
dan tujuan learning dirumuskan secara terpisah dalam sub CPMK.
2. Menentukan bentuk dan jenis kegiatan pengabdian yang akan dilakukan di
komunitas sesuai dengan mata kuliah masing-masing. Bentuk dan jenis
pengabdian yang dipilih disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang sudah
dirumuskan. Contoh, dalam mata kuliah Business English, mahasiswa
mendesain website profile sekolah sebagai bentuk pengabdian yang juga
menjadi tugas akhir perkuliahan. Kemampuan mendesain profile sekolah adalah
salah satu tujuan perkuliahan yang sudah dirumuskan dalam CMPK dan sub
CPMK mata kuliah.
3. Memastikan adanya keterkaitan antara kegiatan pengabdian (service) yang
dilakukan di komunitas dengan upaya peningkatan pembelajaran (learning) dari
mata kuliah yang ditempuh. Contoh, dalam mata kuliah Instructional Materials
and Media Development (IMMD) mahasiswa ditugaskan untuk mendesain buku
ajar digital untuk siswa di sekolah mitra sebagai bentuk pengabdian. Pengabdian
ini juga berkorelasi positif dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilan
mahasiswa untuk memadukan antara teori mengembangkan sumber belajar dan
media pembelajaran yang dipelajari di bangku kuliah dengan praktek membuat
bahan ajar sesuai dengan penggunanya, yaitu siswa sekolah mitra.
4. Menentukan waktu pelaksanaan SL dalam course outline. Pelaksanaan SL harus
dituangkan secara jelas dalam pertemuan perkuliahan. Contoh, dalam mata
kuliah Instructional Materials and Media Development (IMMD), mahasiswa
akan melaksanakan tahapan kegiatan needs analysis di sekolah mitra pada
pertemuan ke-5, dan mempresentasikan Bahan ajar digital yang sudah mereka
susun pada pertemuan ke-15. Menentukan waktu pelaksanaan SL dalam course
outline ini sangat penting dilakukan untuk menghindari benturan dengan jadwal
mata kuliah lainnya terutama jika mahasiswa harus datang ke komunitas mitra

17
untuk kegiatan SL. Komunitas juga perlu diajak berdiskusi terkait waktu
pelaksanaan SL sehingga tidak berbenturan dengan jadwal sekolah mitra.
5. Merumuskan aspek evaluasi dari kegiatan SL. Instrumen evaluasi difokuskan
pada performance mahasiswa dari aspek pengabdian (service) dan aspek
pembelajaran (learning). Aspek pengabdian bisa dikaitkan dengan ada dan
tidaknya peningkatan rasa tanggung jawab sosial (social responsibility) sebagai
warga negara. Aspek pembelajaran (learning), bisa dikaitkan dengan CMPK dan
sub CMPK mata kuliah yang sudah dirumuskan. Secara lebih terperinci, akan
dipaparkan pada BAB IV dalam buku panduan ini.

Referensi:

Evers, T. (2010). High quality instruction that transforms. A guide to implementing


quality academic service-learning. Wisconsin Department of Public
Instruction.

Seifer, S.D., & Connors, K. (2007). Eds. Community campus partnerships for health.
Faculty toolkit for service-learning in higher education. National Service-
Learning Clearinghouse.
http://www.servicelearning.org/filemanager/download/
HE_Toolkit_with_worksheets.pdf

St. Francis Xavier University. (2012). Course-based service learning direct service
handbook. http://www.mystfx.ca/academic/servicelearning/

18
BAB IV

STRATEGI EVALUASI PERFORMANCE MAHASISWA DALAM


PELAKSANAAN SERVICE LEARNING

Service Learning merupakan salah satu pendekatan dalam pengajaran yang


menggabungkan studi akademik (academic study), belajar berbasis pengalaman
(experiential learning) dan pengabdian masyarakat (community service). Kegiatan
service learning yang berbasis pada mata kuliah dilakukan sebagai upaya
menumbuhkan kesadaran dalam memecahkan persoalan masyarakat secara
langsung dengan mengaplikasikan materi dan teori yang didapat di ruang kelas.
Service learning juga bisa dijadikan sarana untuk menyiapkan mahasiswa
menghadapi perubahan sosial, budaya, dunia kerja dan kemajuan teknologi. Service
learning yang diselenggarakan di UIN Sunan Ampel terintegrasi ke dalam mata
kuliah di prodi. Penentuan mata kuliah yang akan diintegrasikan ke dalam service
learning ditentukan oleh dosen yang mengajar mata kuliah tersebut, dan
dilaksanakan sebagai metode pembelajaran. Sehingga kegiatan ini dilaksanakan
sebagai bagian dari ‘praktikum’ dari sebuah mata kuliah untuk mengembangkan
pengetahuan, keterampilan dan kompetensi sosial mahasiswa di masyarakat.
Meskipun tidak semua mata kuliah bisa menerapkan service learning, hanya mata
kuliah yang memiliki nilai aplikatif dan praktis yang menjadi prioritas dalam integrasi
service learning.

Melalui Service Learning, mahasiswa belajar untuk memberikan perhatian terhadap


lingkungan, menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi di komunitas,
mengembangkan keterampilan berkomunikasi dan bekerja sama, melakukan
negosiasi, serta mendapatkan banyak pembelajaran praktis lainnya yang akan
mempertajam kemampuan interpersonal dari mahasiswa tersebut. Dalam
melakukan kegiatan service learning terdapat tiga tahapan yang dilakukan: tahap
persiapan, pelaksanaan service learning, dan refleksi. Pada tahap persiapan,
mahasiswa membuat rencana, mengidentifikasi kebutuhan sekolah mitra, dan
mempersiapkan instrumen identifikasi kebutuhan. Pada tahap pelaksanaan service
learning, mahasiswa melaksanakan kegiatan service learning sesuai dengan

19
rencana yang dibuat sebelumnya. Tahap refleksi merupakan bagian penting karena
mahasiswa dapat menganalisis usaha yang sudah dilakukan untuk mencapai tujuan.
Pada tahap ini, mahasiswa dapat belajar dari pengalaman yang dialami selama
proses kegiatan service learning. Untuk mengidentifikasi ketercapaian kegiatan
service learning, beberapa strategi penilaian performance mahasiswa akan
dilakukan yaitu: penilaian pada tahap persiapan (need analysis instrument),
pelaksanaan service learning (reflective journal) dan pengembangan produk
(product development e.g. flipbook). Melalui tiga tahap service learning (persiapan,
pelaksanaan, refleksi)i, diharapkan mahasiswa semakin memahami peran materi
dan nilai yang diajarkan di kelas, dan belajar menerapkan tanggung jawabnya atas
pemahaman materi dan nilai tersebut.

Komponen Penilaian Service Learning

Penilaian service learning terdiri dari tiga komponen yaitu:

1. Tahap persiapan: Menilai instrumen need analysis buatan mahasiswa

Kegiatan service learning tidak bisa dilakukan langsung tanpa mengidentifikasi


kebutuhan sekolah mitra. Mahasiswa perlu membuat instrumen need analysis
yang dapat mengidentifikasi kebutuhan sekolah sehingga kegiatan service
learning sesuai dengan aspek yang ingin dikembangkan. Instrumen need
analysis perlu mengcover beberapa aspek diantaranya: Potensi Sekolah Mitra,
Problem yang Dihadapi Sekolah Mitra, dan Keinginan Sekolah Mitra. Contoh
rubrik penilaian hasil needs analysis buatan:

NO KOMPONEN PENILAIAN INSTRUMEN NEEDS SKOR


ANALYSIS
(1-7)

1 How comprehensive the instrument is

2 Clarity of the language

20
3 Practicality of the items/questions

2. Jurnal refleksi (reflective journal)

Refleksi merupakan bagian penting dari kegiatan service learning yang


bertujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan kegiatan. Jurnal refleksi
menggambarkan kegiatan pada tahap persiapan, pelaksanaan dan
pengembangan produk. Sehingga refleksi menggambarkan pengalaman
sebelum (before), pada saat pelaksanaan (during) dan kegiatan setelah service
learning (after). Ada tiga aspek yang harus dipertimbangkan ketika melakukan
refleksi: identifikasi tahap persiapan dan pelaksanaan service learning,
identifikasi apakah teori yang dipelajari dapat dikembangkan, dan identifikasi
apakah yang telah dipelajari bisa diaplikasikan dalam kehidupan atau kegiatan
service learning. Berikut template jurnal refleksi yang bisa digunakan
mahasiswa.

UNDEVELOPED DEVELOPING SKILLED

DESCRIBING Unclear and vague Clear but general Clear and focused
EXPERIENCE on the specific
Student provides a aspects that
description of the challenge the
experience, student
observation,
activity, reading,
etc. upon which he
or she is reflecting

CONNECTIONS Demonstrates no Describes some Demonstrates


TO PEOPLE effort to engage conversations or meaningful
Student engages others in reflecting interviews conversations with
instructors, on the experience regarding the others to test ideas

21
mentors, or insights. experience or and gain insights
colleagues, and reflection but only on the experience
others in in an incidental and reflection.
conversations fashion, rather than
about reflection as as an effort to test
appropriate. ideas or gain
insights

GENERAL Minimal reflection – Reflection – Critical reflection –


REFLECTION No personal Making connection Critical evaluation
Evidence that the reflection or limited between student’s (questioning,
student has to description of personal examining more
questioned or general opinions assumptions, closely) student’s
evaluated their and behaviors habits, or values personal
prior perceptions, without reflection on and the opinions or assumptions,
actions, or beliefs underlying behaviors upon habits, or values
assumptions, which the student and their
habits, or values is reflecting connection to the
driving those opinions or
opinions or behaviors upon
behaviors. which the student
is reflecting in light
of other
perspectives

Adapted from: https://www.smu.edu/-/media/Site/Law/faculty/teaching-


resources/Student-Reflection-Rubric.pdf

3. Pengembangan produk (sesuai dengan kebutuhan sekolah mitra)

Sebagai hasil dari kegiatan service learning, mahasiswa diharapkan mampu


mengembangkan produk sesuai dengan kebutuhan sekolah mitra.
Pengembangan produk tersebut tercipta berkat kerjasama antara mahasiswa,
guru pamong dan dosen pembimbing. Produk yang dikembangkan harus sesuai

22
dengan need analysis sebelum pelaksanaan kegiatan service learning,
misalnya: flipbook, digital media, digital application, dan e-book.

Contoh rubrik penilaian produk service learning:

Material Review Rubric


Title :
Authors :
Reviewer :
Date of review :
Aspects Criteria Notes
Content
1 Content is current. The resource is not dated in its content,
language, or visuals in a way that reduces its educational
value.
2 Content is accurate (Possible problems in content accuracy
include the following: outdated information, factual errors,
improper use of statistics, inaccurate graphs or displays,
invalid or oversimplified models, examples, or simulations)
3 Content supports curriculum. The content will assist the
student in achieving the prescribed learning outcomes
4 Scope (range) and depth of topics are appropriate to student
needs. Treatment of topics satisfies learning outcomes, and
is at an appropriate level of detail. Keep in mind that overview
materials often sacrifice depth and may require augmentation
with additional materials.
5 Material has significant Indonesian content. Indonesia is
featured in references, examples, analogies, maps, and data.
6 The level of difficulty is appropriate for the intended audience.
Concepts, visuals, vocabulary, and internal structure are
developmentally appropriate and are meaningful to a broad
range of abilities and achievement levels.
a.Readability of student and support materials is
consistent with the expected ability level of the
audience (e.g., vocabulary, phrasing, and sentence
length).
b.The number of steps is logical and well-suited to the
intended ability levels.
c. There are multiple levels of instruction to provide for
individual differences in students.
d.Graphic illustrations, such as photographs and
realistic drawings, are suitable for the maturity, age,
and/or developmental level of student (they should
be used to support the introduction and
development of concept learning).
e. In digital resources that require student response,
the method of response is appropriate (e.g., multiple
choice, single keystroke, manipulation of graphics).
f. Concepts are presented one at a time, at a concrete
level, for some audiences.
7 Content integrates “real-world” experiences. Content that
supports the integration of personal, familiar, and cultural

23
contexts of society is meaningful for many students. Links
with real-world activities are incorporated, and provision is
made for hands-on experiences. The experience of the
individual student should form the context for learning
Language
1 The material uses language that features:
a. controlled vocabulary
b. clear sentence structure
c. logical and clear development of main ideas
supported by relevant details
d. paragraph development use of signal words
(ordinals) for sequence, emphasis, and comparison
e. contextual clues
2 Technical terms are consistently explained/introduced.
Consider:
a. consistent presentation (e.g., in boldface; pause for
explanation, accompanied by illustrative examples)
b. student support (e.g., glossaries, an index, advance
organizers, post-lesson summary)
3 The use of specialized language is suited to the context,
maturity, and intellectual level of the audience.
4 Non-technical vocabulary is appropriate.
Consider
a. the overall vocabulary load
b. the purpose for reading, listening, or viewing
c. the sophistication of the ideas presented
d. the context (sentence complexity)
e. the level of concreteness/abstraction
f. the use of idiom and dialect (can increase
comprehension difficulty and/or enrich meaning)
g. user support (e.g., examples, illustrations,
glossaries)
ICT
The material has:
a. added value to digital/computer resource
b. interactive features - possibilities for feedback for
the student and for the teacher - constructive
engagement
c. possibilities for customizing content, environment
d. pathways according to user needs
e. offering hypertext links, so users can jump around,
and a site map for the left-brained or concrete-
sequential user
Design
1 Appropriate support materials are provided. (support
materials contribute to the achievement of the resource’s
objectives; the use of all components should be clearly
identified). These include:
a. for students, - sufficient material for a variety of
activities including pre-instruction and follow-up
b. for teachers, - a description of the instructional
activities, an overview of how these relate to each
other and to the curriculum/resource goals, and
identification of prerequisite skills

24
c. resource information, including a bibliography of
resources and references related to the topic, and
possibilities for package modification
d. technical documentation (mandatory for digital
resources) clear, easy-to understand instructions for
use, including information about system
requirements, where appropriate.)
2 Visual design is interesting/effective
the actual presentation of the information will appeal to and
enhance effective use for both students and teachers.
a. Graphics, colour, and sound enhance the learning
process, drawing the student’s attention to
important points.
b. Materials are visually clear, with good visual
contrast.
c. In multi-level or multi-component packages, co-
ordination of components is facilitated by colour-
coding and number-sequencing of individual items.
d. The user interface uses interesting and topic-
appropriate metaphors for the learning activity.
3 Illustrations/visuals are effective/appropriate. The illustrations
focus attention on the important content areas and are
appropriate to the student’s maturity level.
a. Animations and graphics are of a high quality, add
to the instructional design, and are used
appropriately to enhance the message.
b. Visuals are light, uncluttered, and have competing
elements.
c. A variety of different types of visuals are used to
support and represent concepts (flow charts, webs,
diagrams, tables).
4 Character size/typeface is appropriate.
a. The material uses effective typographic design in
the main body of text, captions, indices, diagrams,
etc.
b. Cueing devices are used to attract attention to
specific points (variations in typeface, boxes,
underlining, spacing).
c. A hierarchy of information, and the relationship
among ideas, is clearly communicated through
effective and efficient use of contrasting print size
and style (font variation should only be used as a
cueing device, not just to be artistic)
5 Layout is logical and consistent. The material is presented in
a well-organized, consistent, and predictable fashion. The
structure is apparent to the user in the table of contents.
Individual pages or screens are laid out in logical, uncluttered
fashion. The number of “buttons” and the information blocks
are not too complex. Layout should feature appropriate use of
text, visuals, and backgrounds. The structure should not be
distracting.
6 Users can easily employ the resource. The resource should
be easily used and understood by both the teacher and
student. Envision an instructional situation in which the

25
resource could be suitable and easy to facilitate.
a. Teachers can control pace and difficulty levels, if
desired.
b. Prerequisites are identified.
c. Equipment set-up is adequately explained or
demonstrated.
d. Materials are easily used in the space typically
available.
e. Materials, activities, lessons, etc. are easily
adaptable to a variety of classroom environments.
f. Directions are accompanied by useful examples
and “how to use,” “how to read,” and “how to
approach/study information” aids, as appropriate.
g. Thorough and easy-to-use manuals are provided.
h. The resource can’t be easily misused.
i. The resource contains no hazardous materials.
7 Packaging/design is suitable for the classroom/library.
a. The text, captions, labels, pictures, and diagrams
are attractive, clear, and free of errors.
b. Components are packaged for easy access (e.g.,
teacher materials can be separated from student
materials).
c. Containers for organizing and storing all
components, if needed, are provided.
General Comment

Reviewer

(name and signature)

Source: Service Rubric of last year

26
BAB V

MEKANISME PELAKSANAAN SERVICE LEARNING PRODI PBI

A. Perijinan
Pelaksanaan Service Learning Prodi PBI berada dalam naungan Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya. Oleh karena itu, permohonan izin
melaksanakan service learning dikeluarkan oleh Dekan FTK melalui surat
permohonan yang disampaikan oleh Prodi Pendidikan Bahasa Inggris. Setiap
kelompok SL pada mata kuliah yang bersesuaian akan menyampaikan surat
permohonan izin yang diterbitkan oleh Dekan FTK. Izin oleh mitra dibuat dalam
sebuah surat resmi yang kemudian akan diarsip oleh FTK dan Prodi PBI.

B. Pelaksanaan
Service Learning pada Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris dapat
dilaksanakan dengan dua acara: mitra in dan kampus out.

1. Mitra-in adalah jenis pelaksanaan yang didasarkan pada permintaan


mitra yang mengirimkan permohonan kepada Prodi Pendidikan
Bahasa Inggris untuk didampingi.

27
2. Kampus-out adalah jenis pelaksanaan yang didasarkan pada
permintaan kelompok dosen rumpun mata kuliah untuk dicarikan mitra
di luar kampus yang perlu pendampingan sesuai dengan kompetensi
mata kuliah.

Mekanisme pelaksanaan dengan kedua cara tersebut dapat dijelaskan


sebagai berikut.

I. Prosedur Pelaksanaan untuk Mitra-In

Langkah pelaksanaan untuk jenis Mitra-In adalah sebagai berikut.

1. Mitra yang ingin didampingi menghubungi Program Pendidikan Bahasa


Inggris melalui alamat email pbi@uinsby.ac.id dengan menyertakan berkas
berikut.
a. Surat Permohonan Pendampingan
b. Bentuk Pendampingan yang Diinginkan
c. Bentuk Pengembangan/Peningkatan Kualitas yang Diinginkan
2. Koordinator Service Learning yang ditunjuk oleh Prodi Pendidikan Bahasa
Inggris mempelajari permohonan dari mitra.
3. Koordinator Service Learning berdiskusi dengan kelompok rumpun mata
kuliah yang memiliki capaian pembelajaran mata kuliah yang sesuai dengan
bentuk pendampingan yang dibutuhkan oleh mitra.\
4. Kelompok dosen rumpun mata kuliah memetakan jenis tugas yang sesuai
dengan kerangka service learning berdasarkan kebutuhan mitra.\
5. Kelompok dosen rumpun mata menyusun RPS dengan mengintegrasikan
service learning sebagai tugas mata kuliah.
6. Kelompok dosen rumpun mata kuliah menyusun instrument penilaian service
learning.
7. Kelompok dosen rumpun mata kuliah mengajukan rancangan pelaksanaan
service learning dan timeline pelaksanaan kepada coordinator service
learning Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris.
8. Koordinator service learning bersama dengan Ketua Program Studi dan
kelompok dosen rumpun mata kuliah membahas rancangan dan melakukan
finalisasi rancangan pelaksanaan.

28
9. Ketua Program Studi mengundang mitra untuk berdiskusi bersama dengan
coordinator service learning terkait kerangka dan timeline pelaksanaan
pendampingan.
10. Setelah diperoleh kesepakatan, kelompok dosen rumpun mata kuliah
mensosialisasikan kegiatan service learning kepada mahasiswa sebagai
bentuk penugasan.
11. Ketua Program Studi mengajukan penerbitan MoU antara Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan dengan mitra dan penerbitan surat tugas bagi dosen yang
bertugas melaksanakan pendampingan kepada mitra bersama mahasiswa.
12. Setelah kegiatan, kelompok dosen rumpun mata kuliah bersama mahasiswa
menyusun laporan pelaksanaan service learning dan disahkan oleh
Koordinator service learning.
13. Lembaga mitra menyampaikan evaluasi pelaksanaan service learning dan
hasil dari dampingan.

II. Prosedur Pelaksanaan untuk Kampus-Out

Langkah pelaksaan untuk jenis Kampus -Out adalah sebagai berikut.

1. Kelompok dosen rumpun mata kuliah yang ingin mengintegrasikan


service learning sebagai tugas mata kuliah mengajukan permohonan
kepada Program Studi Bahasa Inggris melalui coordinator service
learning. Permohonan berisi:
a. Surat Permohonan untuk dihubungkan dengan calon mitra.
b. RPS
c. Deskripsi tugas yang mengintegrasikan Service Learning
d. Instrumen penilaian service learning
e. Timeline pelaksanaan service learning

2. Koordinator Service Learning yang ditunjuk oleh Prodi Pendidikan


Bahasa Inggris mempelajari permohonan dari kelompok dosen rumpun
mata kuliah.

29
3. Koordinator Service Learning menghubungi mitra yang sekiranya
memiliki kebutuhan sesuai dengan capaian pembelajaran mata kuliah.
4. Koordinator service learning bersama dengan Ketua Program Studi
dan perwakilan mitra berdiskusi terkait kerangka dan timeline
pelaksanaan pendampingan.
5. Setelah diperoleh kesepakatan, kelompok dosen rumpun mata kuliah
mensosialisasikan kegiatan service learning kepada mahasiswa
sebagai bentuk penugasan.
6. Ketua Program Studi mengajukan penerbitan MoU antara Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan dengan mitra dan penerbitan surat tugas bagi
dosen yang bertugas melaksanakan pendampingan kepada mitra
bersama mahasiswa.
7. Setelah kegiatan, kelompok dosen rumpun mata kuliah bersama
mahasiswa menyusun laporan pelaksanaan service learning dan
disahkan oleh Koordinator service learning.
8. Lembaga mitra menyampaikan evaluasi pelaksanaan service learning
dan hasil dari dampingan.
C. Evaluasi Pelaksanaan
1. Tujuan evaluasi

Sebagai kegiatan yang mengintegrasikan kegiatan penelitian dan


pengabdian kepada masyarakat dalam pembelajaran, evaluasi
pelaksanaan service learning ini ditujukan untuk:

a. Mengetahui dan mengukur capaian kompetensi mahasiswa


pada mata kuliah
b. Mengetahui dan mengevaluasi keberhasilan kegiatan service
learning dari segi desain dan proses pelaksanaan serta
kebermanfaatan kegiatan untuk peningkatan kapasitas
pemangku kepentingan pada komunitas mitra

Mengacu pada kedua tujuan diatas, ada dua hal terkait dengan evaluasi
pelaksanaan service learning yaitu (1) evaluasi service learning sebagai
project-based assessment (PBA) yang melekat pada mata kuliah dan (2)
evaluasi pelaksanaan kegiatan.

30
1. Evaluasi service learning sebagai PBA mata kuliah

Evaluasi SL sebagai PBA mata kuliah diatur oleh kelompok dosen


rumpun mata kuliah yang menugaskan SL. RPS dan instrumen
penilaian diserahkan kepada koordinator SL untuk divalidasi dari segi
aspek SL dan kepada Ketua Program Studi PBI untuk kemudian
disampaikan kepada Gugus Kendali Mutu Fakultas untuk dapat
divalidasi dari segi aspek evaluasi pembelajarannya.

2. Evaluasi pelaksanaan service learning

Evaluasi pelaksanaan service learning dilakukan oleh seluruh


pemangku kepentingan yang terlibat terdiri dari (1) Ketua Program
Studi Pendidikan Bahasa Inggris, (2) Koordinator SL, (3) Kepala
lembaga/komunitas mitra, (4) guru/anggota komunitas yang terlibat, (5)
dosen pengampu MK yang menugaskan SL, (5) mahasiswa yang
melaksanakan SL.

Evaluasi meliputi hal-hal berikut.

(i) kualitas kegiatan secara keseluruhan

(ii) perencanaan kegiatan

(iii) pelaksanaan kegiatan

(iv) koordinasi antara mitra dan Prodi PBI

(v) kebermanfaatan kegiatan

(vi) kelebihan kegiatan

(vii) kekurangan kegiatan

(viii) perlunya keberlangsungan kegiatan

(ix) kesediaan pemangku kepentingan untuk melaksanakan SL kembali

(x) rekomendasi perbaikan dari pemangku kepentingan

31
Evaluasi dilakukan setelah kegiatan selesai dengan setiap pemangku
kepentingan mengisi melalui tautan s.id/EvaluasiProgram-
ServiceLearning. Koordinator kegiatan merekap seluruh hasil evaluasi
dan menyusun laporan pelaksanaan kegiatan SL untuk disampaikan
kepada Kaprodi dan diteruskan kepada Dekan FTK.

32

Anda mungkin juga menyukai