Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MODEL PEMBELAJARAN WORK – BASED LEARNING

Disusun untuk memenuhi salahsatu mata kuliah pengembangan pembelajaran

Bahasa dan Sastra Indonesia di SD

Dosen pengampu Anggia Suci Pratiwi, M.pd.

Disusun oleh kelompok 4

Fakhri Fauzi C2186206053

Anita Oktapiani C2186206055

Dila Rosida C2186206058

Salsabila C2186206070

PROGRAM GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH TASIKMALAYA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat
menyelsaikan penyusunan makalah ini. Makalaha ini disusun guna memenuhi tugas mata
kuliah penegembangan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SD, adapun judul dari
makalah ini adalah “Model Pembelajaran Work – Based Learning”.

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua yang telah membantu sehingga makalah
ini dapat di selsaikan. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Anggia Suci Pratiwi,
M.pd. selaku dosen pengampu.

Kami juga mengucapkan mohon maaf atas segala kekurangan dalam penulisan makalah
ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna
kesempurnaan yang akan datang. Kami berharap, semoga ini dapat memberikan manfaat dan
menambah pengetahuan pembaca.

Tasikmalaya, 22 juni 2023


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbagai macam teori dan model pembelajaran telah diciptakan oleh para
praktis dan para ahli dalam pendidikan. Pendidikan bukan hanya masalah transfer
pengetahuan begitu saja,tetapi ada proses dan mekanisme tersendiri agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai sesuai target yang telah ditentukan. Aktifitas belajar itu
meliputi penguasaan dan penguasaan pengetahuan, keterampilan, strategi, keyakinan,
sikap, dan perilaku. (Schunk, 2012). Dalam pendidikan, segala prosesdi dalamnya
sistematis dan terencana yang semuanya terangkum oleh model pembelajaran.

Model pembelajaran adalah rangkaian utuh sebuah kesatuan antara pendekatan


pembelajaran, strategis pembelajaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran, dan
taktik pembelajaran. (Komalasari,2013). Jadi, model pembelajaran pada dasarnya
merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang
disajikan secara khas oleh guru.

Maka, agar para pendidik dapat melaksanakan tugas secara profesional, para
pendidik haruspaham dan terampil dalam mengembangkan berbagai macam model
pembelajaran secara efektif, kreatif dan menyenangkan. Tentu saja pendidik
menggunakan dan mengembangkan model yang sesuai dengan kondisinyata di kelas
dan diasumsikan dapat mencapai target-target dalam pembelajaran.

Salah satu dari model pembelajaran yang dikembangkan adalah Bekerja-


Pembelajaran berbasis atau Pembelajaran berbasis kerja. Depdiknas (2003:11)
mengemukakan bahwa belajar berbasis kerja (pembelajaran berbasis kerja) adalah
suatustrategi pembelajaran yang memungkinkan siswa menggunakan konteks tempat
kerja untuk mempelajari materi pembelajaran berbasis sekolah dan bagaimana bahan
tersebut dipergunakan kembali di tempat kerja atau sejenisnya dan berbagai aktivitas
yang dipadukan dengan materi pelajaran untuk kepentingan siswa. Model ini biasa
dikembangkan diinstitusi panggilan,atau sekolah kejuruan yang memang pelatihan
calon tenaga ahli untuk siap bekerja.

Akan tetapi implementasi Pembelajaran berbasis kerja (WBL) tidak hanya


terbatas di sekolah kejuruan saja, tetapi di berbagai jenjang sekolah juga. Dalam
bidang ini tekanan pada upaya memahami persoalan pekerjaan dalam kaitannya
dengan kesejahteraan secara umum serta kajian warga negara yang berbasis pada
dunia kerja warganegara. (Wahab & Sapriya, 2011)

Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari Pembelajaran berbasis kerja (WBL)?
2. Bagaimanakah karakteristik WBL?
3. Apakah manfaat dari WBL?
4. Bagaimana model implementasi WBL dalam pembelajaran?

Tujuan

1. Untuk mendefinisikan WBL


2. Ingin mengetahui karakteristik dari WBL
3. Ingin mengetahui manfaat dari WBL
4. Agar mengetahui proses implementasi model WBL dalam pembelajaran

Ruang Lingkup

Mengingat luasnya cakupan yang akan dibahas dalam makalah ini, maka penulis
akan mengacu pada konsep model pembelajaran berbasis kerja dan seputar
implementasinya dalam pembelajaran.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Definsi Pembelajaran berbasis kerja (WBL)

Work-Based Learning adalah sebuah pendekatan dengan fokus pada praktis kegunaan
dari sedang belajar. Dana dalahKarena itu secara langsung relevan kepeserta didik dan
lingkungan kerjanya. Pendekatan WBL untuk belajar. Diakui bahwa belajar dapat
berlangsung secara bervariasity situasi dan pengaturan, dan tidak terbatas yang
dikembangkan melalui ruang kelas atau teater kuliah. Semua program WBL menggunakan
berbagai alat untuk membantu dan meningkatkan dipandu Kegiatan Pembelajaran.
Pembelajaran 'campuran' ini pendekatan memungkinkan program WBL untuk disesuaikan
dengan kebutuhan siswadan preferensi, sementara masih beroperasi dalam kerangka
akademik.WBL adalah cara praktis dan sukses untuk menciptakan tingkat pembelajaran yang
berhubungan langsung dengan dunia kerja.

Pembelajaran campuran ini menjadi tren dalam pendidikan, karena mempengaruhi


kepuasan pembelajar dan meningkatkan peran tutor dalam pembelajaran (Woltering,Herrler,
Spitzer, & Spreckelsen, 2009).“Kredit untuk Pembelajaran Berbasis Kerja mungkin dimulai
dalam konteks terkait pekerjaan dalam modul atau program studi yang ditawarkan atau diakui
oleh universitas dan mitranya” (Birmingham University, 2008 : 2). Depdiknas (2003:11)
mengemukakan bahwa belajar berbasis kerja (bekerja-pembelajaran berbasis) adalah suatu
strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa menggunakan konteks tempat kerja untuk
mempelajari materi pembelajaran berbasis sekolah dan bagaimana bahan tersebut
dipergunakan kembali di tempat kerja atau sejenisnya dan berbagai aktivitas dipadukan
dengan materi pelajaran untuk kepentingan siswa. Bern dan Erickson (2001:8) dalam
Komalasari (Komalasari,2013) menegaskan bahwa pembelajaran berbasis kerja, atau seperti
tempat terkaterintegrasi dengan materi di kelas untuk kepentingan para siswa dalam
memahamidunia kerja terkait.

2. Karakteristik WBL

David Boud (Boud & Solomon, 2003 ) mendeskripsikan bahwa program- program
WBL secara tipikal memiliki Fitur: (1) merupakan kemitraan antara organisasi eksternal
dengan institusi pendidikan yang ditetapkan dengan kontrak; (2 )pembelajar disertakan
sebagai pek erja (dengan membuat perencan aan belajar yang dinegosiasikan); (3) program
pembelajaran dirumuskan dari kebutuhan tempat kerja dan peserta, dan tidak hanya dari
kurikulum akademik yang telah disusun; (4) program pembelajaran diadaptasi secara individu
setiap pembelajar sesuai pengalaman pendidikan/kerja/latihan mereka sebelumnya; (5)
program pembelajaran sebagai proyek/tugas-tugas yang terintegrasi di tempat tugas; (6)
luaran pembelajaran yang diukur oleh institusi pendidikan.

Menurut Panduan Pembelajaran Berbasis Kerja (Morley, 2010) fitur kunci dalam
pelaksanaan program Pembelajaran Berbasis Kerja : (1) program dikoordinasikan oleh
koordinator yang “memenuhi syarat” dan memiliki dedikasi; (2) pembelajar mengikuti
program berdasarkan sikap, kebutuhan, kepentingan, dan tujuan okupasi yang jelas; (3)
tempat-tempat pelatihan di tempat kerja yang dikembangkan oleh koordinator untuk
menyediakan pengalaman pada pekerjaan di tempat kerja yang langsung berkaitan dengan
kebutuhan dan tujuan karir pembelajar; (4) bimbingan k ari yang dilakukan mencakup
informasi – informasi tentang okupasi-okupasi tradisional dannon-tradisional. Karakteristik
selanjutnya: (5) instruksi yang relevan direncanakan dan langsung berhubungan dengan
pengalaman dan kebutuhan OJT pembelajar; (6) aturan-aturan yang dikembangkan
ditentukan secara jelas dan tanggung jawab yang tepat diukur dari pedoman/panduan
program; (7) aktivitas sebagai evaluasi memungkinkan para koordinator guru untuk monitor
program; (8) komite penasehat untuk menyeimbangkan aspek jender/etnik/komunitas okupasi
memberi sa-ran dan penugasan dalam perencanaan, pengembangan dan implementasi; (9)
kesepakatan/perjanjian pelatihan tertulis dan rencana-rencana pembelajar perseorangan
dikembangkan secara cermat dan setuju oleh pengusaha/pemilik perusahaan, sponsor
pelatihan,pembelajar dan koordinator; (10) pengusaha memberi penghargaan dan
penghargaan kredit (sks) pada para pembelajar untuk pengalaman penyelesaian OJT yang
lengkap; (11) tempat – tempat pelatihan WBL melekat/mengacu pada ketentuan hukum
negara bagian ataupun federal dalam hal praktik – praktik ketenaga kerjaan.

Enam karakteristik berikutnya adalah: (12) waktu yang cukup (minimum satu setengah
jam per minggu per orang) disediakan untuk koordinator guru untuk mengadakan koordinasi
dan pengawasan; (13) para koordinator guru menyediakankontrak yang diperluas untuk
membantu para sponsor pelatihan, mengembangkan rencana pelatihan, memperbaharui
catatan, mensupervisi pembelajar dan menangani/mengem-bangkan program/kegiatan; (14)
para penasehat/pembimbingdan guru koordinator bekerja sama secara erat dalam upaya
pelaksanaan WBL; (15)hasil studi tindak lanjut yang diadakan oleh koordiantor guru dan
pembimbing berguna untuk meningkatkan program dan rencana kedepan; (16) fasilitas yang
cukup disediakan untuk para koordinator guru termasuk kantor, telepon, dan kelas
instruksional yang cukup; (17) para koordinator guru harus mengetahui manfaatWBL dan
menawarkan pengalaman WBL ke berbagai kalangan termasuk para siswa, orangtua,
pengusaha, dan komunitas mereka.

3. Manfaat dari WBL

Berikut manfaat

Pembelajaran Berbasis Kerja (Morley, 2010) :

A. Manfaat bagi peserta

1) Meningkatkan motivasi
2) Mewujudkan tanggung jawab dan kematangan dengan penguatan sumber daya
manusia, keterampilan menyelesaikan masalah,kepercayaan diri, dan disiplin diri.
3) Memberikan kesempatan untuk mengembangkan pilihan okupasi dalam
pembuatan pendidikan dan pelatihan jangka panjang atau investasi masa depan.
4) Menyediakan pelatihan organisasi pelatihan dalam pekerjaan dalamkondisi bisnis
aktual.
5) Pembuatan keterampilan hubungan manusia melalui interaksi pribadi dalam
Pengaturan pekerjaan.
6) Penyediaan keterampilan profesional untuk membantu pembelajar membuat
transisi dari sekolah ke bekerja.
7) Meningkatkan kepedulian tanggung jawab sosial dan kemasyarakatan.
8) Meningkatkan kemungkinan mendapatkan pekerjaan dan keahlian.
9) Menambah sumber keuangan.
10) Ceritakan peluang resiko siswa tinggal kelas.
11) Memberikan pendidikan teknis yang lebih dibanding yang diberikan sekolah.
12) Membuat instruksi akademik lebih relevan dan aplikatif dalam pekerjaan

B. Manfaat bagi pengusaha

1) Memperoleh calon pekerja yang lebih baik


2) Mengurangi biaya pelatihan
3) Memiliki fungsi skrening/seleksi pekerja bersama sekolah
4) Memberikan kesempatan untuk menilai pekerja sebelum memutuskan untuk
bekerja sebagai tenaga kerja penuh.
5) Mempersiapkan pekerja dengan kehadiran yang lebih baik
6) Menguji pengusaha untuk memperoleh pajak kompensasi
7) Memberikan pada pekerja memperoleh gagasan-gagasan baru, pendekatan segar,
dan antusiasme dalam bekerja
8) mempersembahkan masukan langsung dalam pendidikan dan latihan yang disedia-
kan oleh pihak sekolah.
9) Meningkatkan image dan prestise dari industri dan atau bisnis di antaranya sesama
pembelajar dan dengan komunitas.

C. Manfaat bagi sekolah

1) Meningkatkan hubungan dan jaringan kerja dengan dunia usaha/industri


2) Membangun kemitraan antara sekolah dengan komunitas
3) Membuat kurva yang relevan dengan pengalaman yang lebih luas d ikelas dengan
diintegrasikan antara teori dan praktek.
4) Banyak memperoleh informasi yang lebih baik dan peduli terhadap tren mutakhir
dari dunia usaha/industri.
5) Membangun hubungan publik yang positif, sehingga reputasi sekolah meningkat
dan menarik para siswa baru
6) Meningkatkan kualitas lulusan
7) Penyediaan fasilitas pelatihan dunia usaha dan industri yang umumnya sulit untuk
disediakan secara finansial oleh sekolah
8) Menciptakan keleluasaan kebutuhan individu dengan tujuan
D. Manfaat bagi masyarakat

1) Meningkatkan prospek lulusan untuk tinggal di dalam komunitas


2) Melibatkan komunitas dalam menemukan kebutuhan pelatihan yang cocok
3) Membesarkan keberanian para anggota masyarakat muda untuk tetap peduli
sekolah, hingga mengurangi masalah komunitas dalam resiko keluar
4) Menghasilkan warga masyarakat yang lebih bertanggung jawab dalam usia yang
lebih awal
5) Mempromosikan hubungan yang lebih erat antara komunitas dengan sekolah.

4. Implementasi WBL dalam pembelajaran

Adapun terkait model implementasi ini, Siswanto (Siswanto, 2011) mengutip Panduan WBL
menyebutkan berbagai bentuk/model WBL, antara lain : program magang (kesempatan
magang), Kepenasehatan karir (karierbimbingan),pengalaman kerja kooperatif ( pengalaman
kerja kooperatif ), kredit belajar yang diakui (kredit untuk pembelajaran sebelumnya-CPL),
masa pembelajaran (magang), kerja terdampingi (bayangan pekerjaan), praktik kerja
(praktikum), kewirausahaan berbasis sekolah (kewirausahaan berbasis sekolah), belajar
memberi pelayanan (pembelajaran layanan), guru eksternship (ekstern guru), persiapan
pendidikanvokasi (persiapan teknologi), organisasi mahasiswa vokasi (mahasiswa
kejuruanorganisasi), pelayanansukarela (layanan sukarela), kunjungan lapangan (wisata
lapangan tempat kerja).

A. Model-model Pembelajaran Berbasis Kerja (WBL)

1) Bermain Peran

Peran Bermain adalah suatu model penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui


pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan
penghayatan dilakukan siswa dengan memerankan nya sebagai tokoh hidup atau
benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu
bergantung pada apa yang diperankan.

Kelebihan metode role playing


Melibatkan seluruh siswa di mana siswa dapat berpartisipasi danmempunyai
kesempatan untuk memajukan kemampuan dalam bekerjasama.

a. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.


b. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakandalam
situasi dan waktu yang berbeda.
c. Guru dapat menilai pemahaman siswa setiap melalui pengamatan pada saat
melakukan permainan.
d. Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagianak.

Misalnya siswa pemeran tokoh-tokoh yang terlibat dalam proses perkara (hakim,
jakwa, sayang, saksi, pembelaan, panitera, dansebagainya) dan memahami fungsi
peran masing-masing tokoh dalam proses sengketa serta memahami alur proses
sengketa.

2) Mendatangkan Model Pekerja ke Kelas

Siswa memahami jenis pekerjaan tertentu beserta fungsi dan betapapun secara
langsung dari pekerja sebagai modelyang didatangkan dalam pembelajaran di
kelas. Misalnya untuk pembelajaran tentang peraturan perundang – undangan,
guru mendatangkan dan anggota DPRD. Untuk pembelajaran tentang sistem
hukum Indonesia, guru bawa hakim atau jaksa.

3) Studi Lapangan Kerja

Siswa memahami jenis pekerjaan tertentu beserta fungsi dan betapapun secara
langsung dengan datang lokasi atau instansi tempat bekerja. Misalnya untuk
belajar tentang pemerintahan desa, siswa melakukan kunjungan ke kantor desa.
Untuk mempelajari proses perselingkuhan maka siswa diajak ke pengadilan.

4) ktivitas Ekstrakurikuler dan Pengembangan Diri

Aktivitas siswa dalam berbagai kegiatan – kegiatan ekstrakurikuler dan


pengembangan diri merupakan suatu wahana pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan, misalnya kepemimpinan, tanggung jawab, kerja sama,
toleransi.

penghargaan terhadap perbedaan pena dapat, dan sebagainya. Oleh karena itu,di
dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan guru unggulan memberikan
penilaian dan penghargaan terhadap siswa yang aktif dalam kegiatan
ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri merupakan kegiatan pembiasaan
nilai, sikap, dan perilaku yang sesuai dengan norma sekolah, agama dan hukum
dalam kehidupan di sekolah. Oleh karena itu, guru dia memiliki catatan harian
tentang sikap dan perilaku siswa.Kegiatan ekstrakurikuler dan pengembangan diri
ini mendukung standar hasil belajar.

BAB III

KESIMPULAN
Pembelajaran Berbasis Kerja (WBL) secara ekspresif menggabungkan antara teori dengan
praktik, pengetahuan dengan dunia nyata. Secara garis besar, WBL patut digunakan dan
diimplementasikan di sekolah kejuruan/vokasi untuk berbagai macam mata pelajaran. karena
beberapa hal, antara lainn: WBL menawarkan kesempatan yang banyak untuk belajar di luar
pembelajaran tradisional. WBL muncul karena adanya tuntutan untuk mencapai mutu lebih
tinggi, efisiensi dan keterkaitan pendidikan dengan pekerjaan. Selain itu, WBL dibutuhkan
karena perlunya pengembangan keterampilan kerja para siswa untuk masadepan
ketenagakerjaan. WBL diperlukan karena kebutuhan untuk pendidikan seumur hidup dan
pendidikan sepanjang karir di tempat kerja. WBL diperlukan karena kebutuhan untuk
pengembagan karir dan pengembangan profesional. Pada prinsipnya WBL adalah untuk
“memposisikan kembali” kerjasama antara pendidikan tinggi dan dunia kerja. pembelajaran
yang dikerjakan di tempat kerja akan tetapi tidak serupa dengan bekerja. Melalui WBL
diperkenalkan bagaimana sebelumnya sedang belaja rmendapat tempat atau dapat
diakreditasi. WBL menuntut fleksibilitas yang tinggi dari perusahaan maupun dari perguruan
tinggi. Dunia kerja berubah sedemikian cepat, oleh karena itu pembelajaran di perguruan
tinggi harus sedekat dan sedekat mungkin dengan dunia kerja.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/9981509/
WORK_BASED_LEARNING_Model_Pembelajaran_Berbasis_Kerja_

Anda mungkin juga menyukai