Anda di halaman 1dari 21

TUGAS DAN KEWENANGAN KHUSUS GCG

(STUDI KASUS PT BANK CENTRAL ASIA TBK)

Alika Dewi Suciana 0220101044

Alvina Chandra Fadhilah 0220101068

Ameliya Suci Lestari 0220101092

Fenita Cindy Aurellia 0220101069

Gilan Restu Pamurti 0220101043

Ilham Triananda Solihin 0220101052

Julius Prateja 0220101229

Sartika Miansari Lumban Batu 0220101066

Program Studi S1 Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Widyatama

Abstrak

Tata kelola perusahaan atau Good Corporate Governance (GCG) yang baik diperlukan di dunia
perbankan terutama oleh PT Bank Central Asia, Tbk. (BCA) untuk bertahan hidup. Tujuan dari
penelitian ini yaitu untuk mengetahui alasan diperlukan konsep GCG untuk PT Bank Central
Asia, Tbk. (BCA) serta bentuk penerapan tugas dan kewenangan khusus GCG pada PT Bank
Central Asia, Tbk. (BCA). Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat yuridis empiris dan
deskriptif yang menekankan pada praktek di lapangan yang memberikan data secara
menyeluruh, lengkap, dan sistematis tentang objek yang diteliti. Hasil yang diperoleh yaitu PT
Bank Central Asia, Tbk. (BCA) telah menerapkan tata kelola perusahaan dengan baik yang di
dukung dengan adanya penerapan tugas dan kewenangan khusus GCG pada PT Bank Central
Asia, Tbk. (BCA). Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) merupakan organ tertinggi dalam
struktur Tata Kelola BCA yang berfungsi sebagai sarana bagi para pemegang saham untuk
melaksanakan hak dan kewajibannya. Dewan komisaris PT Bank Central Asia, Tbk memiliki
tugas dan tanggung jawab untuk melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai
dengan Anggaran Dasar, memberi nasihat kepada Direksi, serta memastikan pelaksanaan
prinsip-prinsip tata kelola terselenggara dalam setiap kegiatan usaha di seluruh tingkatan atau
jenjang organisasi. Direksi PT Bank Central Asia, Tbk. berwenang dan bertanggung jawab
penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan
tujuan perseroan, serta mewakili perseroan baik di dalam maupun luar pengadilan sesuai
dengan ketentuan Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Tanggungjawab perusahaan terhadap hak dan kewajiban pemegang saham yaitu dengan
melindungi hak pemegang saham sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan anggaran
dasar perusahaan.

Kata Kunci : Good Corporate Governance (GCG), RUPS, Dewan komisaris, Direksi,
Pemegang saham, dan PT Bank Central Asia, Tbk. (BCA).

Abstract

Good corporate governance or Good Corporate Governance (GCG) is needed in the banking
world, especially by PT Bank Central Asia, Tbk. (BCA) to survive. The purpose of this study is
to find out the reasons for the need for the concept of GCG for PT Bank Central Asia, Tbk.
(BCA) as well as the form of implementation of special duties and authorities of GCG at PT
Bank Central Asia, Tbk. (BCA). This research is an empirical and descriptive juridical
research that emphasizes the practice in the field that provides comprehensive, complete, and
systematic data about the object under study. The results obtained are PT Bank Central Asia,
Tbk. (BCA) has implemented good corporate governance, which is supported by the
implementation of special GCG duties and authorities at PT Bank Central Asia, Tbk. (BCA).
The General Meeting of Shareholders (GMS) is the highest organ in the BCA Governance
structure that functions as a means for shareholders to exercise their rights and obligations.
The Board of Commissioners of PT Bank Central Asia, Tbk has the duties and responsibilities
to conduct general and/or specific supervision in accordance with the Articles of Association,
provide advice to the Board of Directors, and ensure that the implementation of governance
principles is carried out in every business activity at all levels or levels. organization. Directors
of PT Bank Central Asia, Tbk. authorized and fully responsible for the management of the
company for the benefit of the company, in accordance with the aims and objectives of the
company, as well as representing the company both inside and outside the court in accordance
with the provisions of the Articles of Association and applicable laws and regulations. The
company's responsibility towards the rights and obligations of shareholders is to protect the
rights of shareholders in accordance with the laws and regulations and the company's articles
of association.

Keywords : Good Corporate Governance (GCG), GMS, Board of Commissioners, Directors,


Shareholders, and PT Bank Central Asia, Tbk. (BCA).
I. PENDAHULUAN
Setiap perusahaan membutuhkan penerapan GCG yang baik di ruang publik agar
membuat suatu perusahaan itu maju. Dengan latar belakang perkembangan tersebut,
maka pada bulan November 2004, Pemerintah dengan Keputusan Menko Bidang
Perekonomian Nomor: KEP/49/M.EKON/11/2004 telah menyetujui pembentukan
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) yang terdiri dari Sub-Komite
Publik dan Sub-Komite Korporasi. Dengan telah dibentuknya KNKG, maka
Keputusan Menko Ekuin Nomor: KEP.31/M.EKUIN/06/2000 yang juga mencabut
keputusan No. KEP.10/ M.EKUIN/08/1999 tentang pembentukan KNKCG
dinyatakan tidak berlaku lagi. Selama proses pembahasan pedoman GCG sector
perbankan sudah banyak perkembangan yang tercipata yang kemudian telah
membuat terjadinya perubahan-perubahan yang mendasar, baik di dalam negeri
maupun di luar negeri. Walaupun peringkat penerapan GCG di dalam negeri masih
sangat rendah, namun semangat menerapkan GCG di kalangan dunia usaha
dirasakan ada peningkatan.

II. METODE
Pendekatan masalah yang akan dipakai dalam penelitian ini bersifat yuridis
empiris yaitu pendekatan yang menekankan pada praktek di lapangan (das sein)
yang dikaitkan dengan aspek hukum atau peraturan yang berlaku (das sollen)
berkenaan dengan pokok masalah yang dibahas yaitu untuk mengetahui alasan
diperlukan konsep GCG untuk PT Bank Central Asia, Tbk. (BCA) serta bentuk
penyelesaian terhadap penerapan tugas dan kewenangan khusus GCG pada PT Bank
Central Asia, Tbk. (BCA). Penelitian ini bersifat deskriptif, artinya penelitian yang
memberikan data tentang suatu keadaan atau gejala-gejala sosial yang berkembang
ditengah-tengah masyarakat yang sesuai dengan fakta dan tanpa adanya rekayasa
sehingga dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memperoleh gambaran yang
menyeluruh, lengkap, dan sistematis tentang objek yang diteliti.

III. PEMBAHASAN MATERI


A. Awal Munculnya Konsep Good Corporate Governance (GCG)
Mulai populernya istilah "tata kelola perusahaan yang baik" atau lebih dikenal
dengan istilah good corporate governance, tidak lepas dari maraknya skandal
perusahaan yang menimpa perusahaan - perusahaan besar, baik yang ada di
Indonesia maupun yang ada di Amerika Serikat.
Runtuhnya Sistem Ekonomi Komunis mejelang akhir abad ke-20, menjadikan
Sistem Ekonomi Kapitalis sebagai satu-satunya sistem ekonomi yang paling
dominan di seluruh dunia. Sistem Ekonomi Kapitalis ini makin kuat mengakar
berkat arus globalisasi dan perdagangan bebas yang mampu dipaksakan oleh
negera-negara maju penganut sistem ekonomi kapitalis. Ciri umum sistem ekonomi
kapitalis adalah kegiatan bisnis dan kepemilikan perusahaan dikuasai oleh individu-
individu/sektor swasta.
Pola krisis di Indonesia-sebagaimana juga di beberapa negara Asia lainnya
sekitar tahun 1997 diawali oleh para spekulan mata asing sehingga memberikan
tekanan berat pada mata uang lokal di beberapa negera di Asia. Akibatnya, terjadi
penurunan nilai mata uang lokal, naikknya suku bunga bank, meningkatnya kredit
macet, dan anjloknya indeks harga saham (I.P.G. Ary Suta dan Soebowo Musa,
2004). Sebelum krisis, perusahaan-perusahaan besar di Indonesia mendomisasi
pinjaman ke bank dalam valuta asing sehingga pada terjadinya krisis pada tahun
1997 perusahaan-perusahaan tersebut mengalamai kebangkurat atau kesulitan
keuangan karena utang yang menggelembung akibat dari bunga bank yang
meningkat dan anjloknya nilai rupiah. Hal ini menimbulkan efek donomi dengan
hancurnya sistem perbankan di Indonesia pada akhirnya menimbulkan krisis
ekonomi, politik, dan sosial yang sangat kompleks.
Beberapa perusahaan yang bermasalah dan bahkan tidak mampu labi menerukan
kegiatan usahannya akibat adanya praktik tata kelola perusahaan yang buruk (bad
corporate governance), antara lain : PT. Indorayon, PT Lapindo Brantas, PT
Dirgantara Indonesia, dan bank-bank ini harus melakukan mergerBank
Pembangunan Indonesia-Bapindo, Bank Dagang Negara (BDN) , Bank Bumi Daya
- (BBD), Bank Export- Import- Bank Exim).
Pada intinya, timbulnya krisis ekonomi di Indonesia disebabkan pada tata kelola
perusahaan yang buruk (bad corporate governance) dan tata kelola pemerintahaan
yang buruk pula (bad government governance) sehingga memberi peluang besar
timbulnya praktik-praktik korupsi, kolusi dan nepotisme.
Kasus manipulasi dan kebangkrutan perusahaan tidak saja terjadi di Indonesia,
tetapi juga terjadi di negara superpower Amerika Serikat (AS). Bahkan, yang
menimpa AS terjadi secara bergelombang dalam kurun waktu yang relatif singkat.
Sama seperti di Indonesia, Kasus yang terjadi di AS juga disebabkan oleh lemanya
tata kelola perusahaan. Kasus manipulasi dan kebangkrutan perusahaan terjadi pada
sekitar awal tahun 2000-an menimpa perusahaan-perusahaan raksana, seperti :
Enron, Tyco, Adelphia, Global Crossing, Williams Technologies Companies,
WorldCom, Dynegy, JP Morgan, Chase, Citicorp, AOL, TimeWarner, dan Lucent
Technologies (Tuanakotta, 2007).
Akibat dari berbagai praktik tata kelola perusahaan yang buruk oleh perusahaan-
perusahaan besar ini bukan saja telah menimbulkan krisis ekonomi di Indonesia
tetapi juga memengaruhi perekenomian AS dan dunia. Untuk mengatasi krisis
global pertama pada awal tahun 2000-an, pemerintah AS bertindak cepat untuk
meredam kepanikan para investor dengan mengeluarkan undang-undang yang
terkenal dengan nama Sarbanes-Oxley Act of 2002. Undang-undang ini berisi
penataan kembali Akuntansi Perusahaan Publik, tata kelola perusahaan, dan
perlindungan terhadap investor. Oleh karena itu, Undang-Undang ini menjadi acual
awal dalam menjabarkan dan menegakkan GCG, baik di AS maupun di Indonesia.

B. KNKCG
Sehubungan dengan pelaksanaan GCG, Pemerintah juga makin menyadari
perlunya penerapan good governance di sektor publik, mengingat pelaksanaan GCG
oleh dunia usaha tidak mungkin dapat diwujudkan tanpa adanya good public
governance dan partisipasi masyarakat. Dengan latar belakang perkembangan
tersebut, maka pada bulan November 2004, Pemerintah dengan Keputusan Menko
Bidang Perekonomian Nomor: KEP/49/M.EKON/11/2004 telah menyetujui
pembentukan Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) yang terdiri dari
Sub-Komite Publik dan Sub-Komite Korporasi. Dengan telah dibentuknya KNKG,
maka Keputusan Menko Ekuin Nomor: KEP.31/M.EKUIN/06/2000 yang juga
mencabut keputusan No. KEP.10/M.EKUIN/08/1999 tentang pembentukan
KNKCG dinyatakan tidak berlaku lagi RUPS
Pedoman GCG ini dikeluarkan bagi semua perusahaan di Indonesia termasuk
perusahaan yang beroperasi atas dasar prinsip syariah. Pedoman GCG ini, yang
memuat prinsip dasar dan pedoman pokok pelaksanaan GCG, merupakan standar
minimal yang akan ditindaklanjuti dan dirinci dalam Pedoman Sektoral yang
dikeluarkan oleh KNKG. Berdasarkan pedoman tersebut, masing-masing
perusahaan perlu membuat manual yang lebih operasional.

C. RUPS
RUPS sebagai organ perusahaan merupakan wadah para pemegang saham untuk
mengambil keputusan penting yang berkaitan dengan modal yang ditanam dalam
perusahaan, dengan memperhatikan ketentuan anggaran dasar dan peraturan
perundang-undangan. Keputusan yang diambil dalam RUPS harus didasarkan pada
kepentingan usaha perusahaan dalam jangka panjang. RUPS dan atau pemegang
saham tidak dapat melakukan intervensi terhadap tugas, fungsi dan wewenang
Dewan Komisaris dan Direksi dengan tidak mengurangi wewenang RUPS untuk
menjalankan haknya sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan perundang
undangan, termasuk untuk melakukan penggantian atau pemberhentian anggota
Dewan Komisaris dan atau Direksi.

D. Dewan Komisaris dan Direksi


 Prinsip Dasar
Kepengurusan perseroan terbatas di Indonesia menganut sistem dua
badan (two board system) yaitu Dewan Komisaris dan Direksi yang
mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang jelas sesuai dengan fungsinya
masing-masing sebagaimana diamanahkan dalam anggaran dasar dan peraturan
perundang-undangan (fiduciary responsibility). Namun demikian, keduanya
mempunyai tanggung jawab untuk memelihara kesinambungan usaha
perusahaan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, Dewan Komisaris dan
Direksi harus memiliki kesamaan persepsi terhadap visi, misi, dan nilai-nilai
perusahaan.
 Pedoman Pokok Pelaksanaan
1. Tanggung jawab bersama Dewan Komisaris dan Direksi dalam menjaga
kelangsungan usaha perusahaan dalam jangka panjang tercermin pada:
a) Terlaksananya dengan baik kontrol internal dan manajemen risiko;
b) Tercapainya imbal hasil (return) yang optimal bagi pemegang saham;
c) Terlindunginya kepentingan pemangku kepentingan secara wajar;
d) Terlaksananya suksesi kepemimpinan yang wajar demi
kesinambungan manajemen di semua lini organisasi.
2. Sesuai dengan visi, misi, dan nilai-nilai perusahaan, Dewan Komisaris
dan Direksi perlu bersama-sama menyepakati hal-hal tersebut di bawah
ini:
a) Rencana jangka panjang, strategi, maupun rencana kerja dan
anggaran tahunan;
b) Kebijakan dalam memastikan pemenuhan peraturan perundang-
undangan dan anggaran dasar perusahaan serta dalam menghindari
segala bentuk benturan kepentingan;
c) Kebijakan dan metode penilaian perusahaan, unit dalam perusahaan
dan personalianya;
d) Struktur organisasi sampai satu tingkat di bawah Direksi yang dapat
mendukung tercapainya visi, misi dan nilai-nilai perusahaan.

E. Dewan Komisaris
 Prinsip Dasar
Dewan Komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab
secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada
Direksi serta memastikan bahwa Perusahaan melaksanakan GCG. Namun
demikian, Dewan Komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil
keputusan operasional. Kedudukan masing-masing anggota Dewan Komisaris
termasuk Komisaris Utama adalah setara. Tugas Komisaris Utama sebagai
primus inter pares adalah mengkoordinasikan kegiatan Dewan Komisaris. Agar
pelaksanaan tugas Dewan Komisaris dapat berjalan secara efektif, perlu
dipenuhi prinsip-prinsip berikut:
1. Komposisi Dewan Komisaris harus memungkinkan pengambilan
keputusan secara efektif, tepat dan cepat, serta dapat bertindak independen.
2. Anggota Dewan Komisaris harus profesional, yaitu berintegritas dan
memiliki kemampuan sehingga dapat menjalankan fungsinya dengan baik
termasuk memastikan bahwa Direksi telah memperhatikan kepentingan
semua pemangku kepentingan.
3. Fungsi pengawasan dan pemberian nasihat Dewan Komisaris mencakup
tindakan pencegahan, perbaikan, sampai kepada pemberhentian sementara.

Selain itu, terdapat juga beberapa ketentuan-ketentuan baru di bidang GCG


yang mulai diterapkan oleh OJK di bidang perasuransian tetapi belum
terakomodasi oleh UU PT, yaitu:

1. Tata kelola investasi


2. Ketentuan penggunaan auditor eksternal
3. Tata kelola teknologi informasi
4. Manajemen risiko dan pengendalian internal
5. Rencana strategis perusahaan
6. Keterbukaan informasi
7. Hubungan dengan pemangku kepentingan
8. Etika bisnis
9. Self-assessment dan laporan penerapan GCG, dan
10. Monitoring dan evaluasi.
 Fungsi Pengawasan Dewan Komisaris
1. Dewan Komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil keputusan
operasional. Dalam hal Dewan Komisaris mengambil keputusan mengenai
hal-hal yang ditetapkan dalam anggaran dasar atau peraturan perundang
undangan, pengambilan keputusan tersebut dilakukan dalam fungsinya
sebagai pengawas, sehingga keputusan kegiatan operasional tetap menjadi
tanggung jawab Direksi. Kewenangan yang ada pada Dewan Komisaris
tetap dilakukan dalam fungsinya sebagai pengawas dan penasihat.
2. Dalam hal diperlukan untuk kepentingan perusahaan, Dewan Komisaris
dapat mengenakan sanksi kepada anggota Direksi dalam bentuk
pemberhentian sementara, dengan ketentuan harus segera ditindaklanjuti
dengan penyelenggaraan RUPS.
3. Dalam hal terjadi kekosongan dalam Direksi atau dalam keadaan tertentu
sebagaimana ditentukan oleh peraturan perundang-undangan dan anggaran
dasar, untuk sementara Dewan Komisaris dapat melaksanakan fungsi
Direksi.
4. Dalam rangka melaksanakan fungsinya, anggota Dewan Komisaris baik
secara bersama-sama dan atau sendiri-sendiri berhak mempunyai akses dan
memperoleh informasi tentang perusahaan secara tepat waktu dan lengkap.
5. Dewan Komisaris harus memiliki tata tertib dan pedoman kerja (charter)
sehingga pelaksanaan tugasnya dapat terarah dan efektif serta dapat
digunakan sebagai salah satu alat penilaian kinerja mereka.
6. Dewan Komisaris dalam fungsinya sebagai pengawas, menyampaikan
laporan pertanggungjawaban pengawasan atas pengelolaan perusahaan
oleh Direksi, dalam rangka memperoleh pembebasan dan pelunasan
tanggung jawab (acquit et decharge) dari RUPS.
7. Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Komisaris dapat membentuk
komite. Usulan dari komite disampaikan kepada Dewan Komisaris untuk
memperoleh keputusan. Bagi perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa
efek, perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan yang
menghimpun dan mengelola dana masyarakat, perusahaan yang produk
atau jasanya digunakan oleh masyarakat luas, serta perusahaan yang
mempunyai dampak luas terhadap kelestarian lingkungan, sekurang-
kurangnya harus membentuk Komite Audit, sedangkan komite lain
dibentuk sesuai dengan kebutuhan.
8. Komite Penunjang Dewan Komisaris
Komite Audit
Komite Nominasi dan Remunerasi
Komite Kebijakan Risiko
Komite Kebijakan Corporate Governance
 Pertanggungjawaban Dewan Komisaris
1. Dewan Komisaris dalam fungsinya sebagai pengawas, menyampaikan
laporan pertanggungjawaban pengawasan atas pengelolaan perusahaan
oleh Direksi. Laporan pengawasan Dewan Komisaris merupakan bagian
dari laporan tahunan yang disampaikan kepada RUPS untuk memperoleh
persetujuan.
2. Dengan diberikannya persetujuan atas laporan tahunan dan pengesahan
atas laporan keuangan, berarti RUPS telah memberikan pembebasan dan
pelunasan tanggung jawab kepada masing-masing anggota Dewan
Komisaris sejauh hal hal tersebut tercermin dari laporan tahunan, dengan
tidak mengurangi tanggung jawab masing-masing anggota Dewan
Komisaris dalam hal terjadi tindak pidana atau kesalahan dan atau
kelalaian yang menimbulkan kerugian bagi pihak ketiga yang tidak dapat
dipenuhi dengan aset perusahaan.
3. Pertanggungjawaban Dewan Komisaris kepada RUPS merupakan
perwujudan akuntabilitas pengawasan atas pengelolaan perusahaan dalam
rangka pelaksanaan asas GCG.

F. Direksi
 Prinsip Dasar
Direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara
kolegial dalam mengelola perusahaan. Masing-masing anggota Direksi dapat
melaksanakan tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan pembagian tugas
dan wewenangnya. Namun, pelaksanaan tugas oleh masing-masing anggota
Direksi tetap merupakan tanggung jawab bersama. Kedudukan masing-masing
anggota Direksi termasuk Direktur Utama adalah setara. Tugas Direktur Utama
sebagai primus inter pares adalah mengkoordinasikan kegiatan Direksi. Agar
pelaksanaan tugas Direksi dapat berjalan secara efektif, perlu dipenuhi prinsip-
prinsip berikut:
1. Komposisi Direksi harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan
pengambilan keputusan secara efektif, tepat dan cepat, serta dapat
bertindak independen.
2. Direksi harus profesional yaitu berintegritas dan memiliki pengalaman
serta kecakapan yangdiperlukan untuk menjalankan tugasnya.
3. Direksi bertanggung jawab terhadap pengelolaan perusahaan agar dapat
menghasilkan keuntungan (profitability) dan memastikan kesinambungan
usaha perusahaan.
4. Direksi mempertanggungjawabkan kepengurusannya dalam RUPS sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.Pedoman Pokok
Pelaksanaan
 Fungsi Direksi
Fungsi pengelolaan perusahaan oleh Direksi mencakup 5 (lima) tugas utama
yaitu kepengurusan, manajemen risiko, pengendalian internal, komunikasi, dan
tanggung jawab sosial.
Kepengurusan
Manajemen Risiko
Pengendalian Internal
Komunikasi
Tanggung Jawab Sosial
 Pertanggungjawaban Direksi
1. Direksi harus menyusun pertanggungjawaban pengelolaan perusahaan
dalam bentuk laporan tahunan yang memuat antara lain laporan keuangan,
laporan kegiatan perusahaan, dan laporan pelaksanaan GCG.
2. Laporan tahunan harus memperoleh persetujuan RUPS, dan khusus untuk
laporan keuangan harus memperoleh pengesahan RUPS.
3. Laporan tahunan harus telah tersedia sebelum RUPS diselenggarakan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk memungkinkan pemegang
saham melakukan penilaian
4. Dengan diberikannya persetujuan atas laporan tahunan dan pengesahan
atas laporan keuangan, berarti RUPS telah memberikan pembebasan dan
pelunasan tanggung jawab kepada masing-masing anggota Direksi sejauh
hal-hal tersebut tercermin dari laporan tahunan, dengan tidak mengurangi
tanggung jawab masing-masing anggota Direksi dalam hal terjadi tindak
pidana atau kesalahan dan atau kelalaian yang menimbulkan kerugian bagi
pihak ketiga yang tidak dapat dipenuhi dengan aset perusahaan.
5. Pertanggungjawaban Direksi kepada RUPS merupakan perwujudan
akuntabilitas pengelolaan perusahaan dalam rangka pelaksanaan asas
GCG.

G. Pemegang Saham
 Prinsip Dasar
Pemegang saham sebagai pemilik modal, memiliki hak dan tanggung jawab
atas perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan anggaran
dasar perusahaan. Dalam melaksanakan hak dan tanggung jawabnya, perlu
diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Pemegang saham harus menyadari bahwa dalam melaksanakan hak dan
tanggung jawabnya harus memperhatikan juga kelangsungan hidup
perusahaan.
2. Perusahaan harus menjamin dapat terpenuhinya hak dan tanggung jawab
pemegang saham atas dasar asas kewajaran dan kesetaraan (fairness) sesuai
dengan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar perusahaan.
 Pedoman Pokok Pelaksanaan
1) Hak dan Tanggungjawab Pemegang Saham
Hak pemegang saham harus dilindungi dan dapat dilaksanakan sesuai
peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar perusahaan. Hak
pemegang saham tersebut pada dasarnya meliputi:
a) Hak untuk menghadiri, menyampaikan pendapat, dan memberikan
suara dalam RUPS berdasarkan ketentuan satu saham memberi
hak kepada pemegangnya untuk mengeluarkan satu suara;
b) Hak untuk memperoleh informasi mengenai perusahaan secara
tepat waktu, benar dan teratur, kecuali hal-hal yang bersifat
rahasia, sehingga memungkinkan pemegang saham membuat
keputusan mengenai investasinya dalam perusahaan berdasarkan
informasi yang akurat;
c) Hak untuk menerima bagian dari keuntungan perusahaan yang
diperuntukkan bagi pemegang saham dalam bentuk dividen dan
pembagian keuntungan lainnya, sebanding dengan jumlah saham
yang dimilikinya;
d) Hak untuk memperoleh penjelasan lengkap dan informasi yang
akurat mengenai prosedur yang harus dipenuhi berkenaan dengan
penyelenggaraan RUPS agar pemegang saham dapat berpartisipasi
dalam pengambilan keputusan, termasuk keputusan mengenai hal-
hal yang mempengaruhi eksistensi perusahaan dan hak pemegang
saham;
e) Dalam hal terdapat lebih dari satu jenis dan klasifikasi saham
dalam perusahaan, maka: (i) setiap pemegang saham berhak
mengeluarkan suara sesuai dengan jenis, klasifikasi dan jumlah
saham yang dimiliki; dan (ii) setiap pemegang saham berhak
untuk diperlakukan setara berdasarkan jenis dan klasifikasi saham
yang dimilikinya.
Pemegang saham harus menyadari tanggung jawabnya sebagai pemilik
modal dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan dan
anggaran dasar perusahaan. Tanggung jawab pemegang saham
tersebut pada dasarnya meliputi:
a) Pemegang saham pengendali harus dapat: (i) memperhatikan
kepentingan pemegang saham minoritas dan pemangku
kepentingan lainnya sesuai peraturan perundang-undangan; dan
(ii) mengungkapkan kepada instansi penegak hukum tentang
pemegang saham pengendali yang sebenarnya (ultimate
shareholders) dalam hal terdapat dugaan terjadinya pelanggaran
terhadap peraturan perundang-undangan, atau dalam hal diminta
oleh otoritas terkait;
b) Pemegang saham minoritas bertanggung jawab untuk
menggunakan haknya dengan baik sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dan anggaran dasar;
c) Pemegang saham harus dapat: (i) memisahkan kepemilikan harta
perusahaan dengan kepemilikan harta pribadi; dan (ii)
memisahkan fungsinya sebagai pemegang saham dengan
fungsinya sebagai anggota Dewan Komisaris atau Direksi dalam
hal pemegang saham menjabat pada salah satu dari kedua organ
tersebut;
d) Dalam hal pemegang saham menjadi pemegang saham pengendali
pada beberapa perusahaan, perlu diupayakan agar akuntabilitas
dan hubungan antar-perusahaan dapat dilakukan secara jelas.
2) Tanggungjawab Perusahaan terhadap Hak dan Kewajiban Pemegang
Saham
a. Perusahaan harus melindungi hak pemegang saham sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar perusahaan.
b. Perusahaan harus menyelenggarakan daftar pemegang saham secara
tertib sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan anggaran
dasar.
c. Perusahaan harus menyediakan informasi mengenai perusahaan secara
tepat waktu, benar dan teratur bagi pemegang saham, kecuali hal-hal
yang bersifat rahasia.
d. Perusahaan tidak boleh memihak pada pemegang saham tertentu
dengan memberikan informasi yang tidak diungkapkan kepada
pemegang saham lainnya. Informasi harus diberikan kepada semua
pemegang saham tanpa menghiraukan jenis dan klasifikasi saham
yang dimilikinya.
e. Perusahaan harus dapat memberikan penjelasan lengkap dan informasi
yang akurat mengenai penyelenggaraan RUPS.

H. Pemangku Kepentingan
 Prinsip Dasar
Pemangku kepentingan selain pemegang saham- adalah mereka yang memiliki
kepentingan terhadap perusahaan dan mereka yang terpengaruh secara
langsung oleh keputusan strategis dan operasional perusahaan, yang antara lain
terdiri dari karyawan, mitra bisnis, dan masyarakat terutama sekitar tempat
usaha perusahaan. Antara perusahaan dengan pemangku kepentingan harus
terjalin hubungan yang sesuai dengan asas kewajaran dan kesetaraan (fairness)
berdasarkan ketentuan yang berlaku bagi masing-masing pihak.
 Pedoman Pokok Pelaksanaan
Karyawan
Mitra Bisnis
Masyarakat serta Pengguna Produk dan Jasa

IV. PEMBAHASAN KASUS


A. BENTUK PENERAPAN TUGAS dan KEWENAGAN GCG PADA PT Bank
Central Asia, Tbk
 PROFILE PERUSAHAAAN
PT Bank Central Asia, Tbk. (BCA) mulai beroperasi pada tahun 1957
dengan nama Bank Central Asia NV. Kini BCA merupakan bank swasta
terbesar di Indonesia yang melayani beragam segmen nasabah, baik nasabah
individu maupun nasabah bisnis melalui jaringan perbankan elektronik dan
kantor cabang yang menjangkau hampir seluruh kota besar di Indonesia.
Setelah krisis ekonomi pada tahun 1997-1998, BCA diambil-alih oleh
Pemerintah dan diikut sertakan dalam program rekapitulasi dan restrukturisasi
yang dilaksanakan oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Saati
itu, pada tahun 2000 pengawasan terhadap BCA dikembalikan dari BPPN ke
Bank Indonesia. Pemerintah Indonesia melalui BPPN menguasai 92,8% dari
kepemilikan BCA. Pada tahun yang sama, BPPN melakukan divestasi 22,5%
dari seluruh saham BCA melalui Penawaran Saham Publik Perdana (Initialing
Public Offering/IPO) dan pada tahun 2001 melalui Penawaran Publik Kedua
(Secondary Public Offering) 10% dari total saham BCA. Pada tahun 2002,
Farindo Investment Investment (Mauritus) Limited mengambil alih 51% total
saham BCA melalui proses tender strategic private placement. Selanjutnya,
BPPN melakukan divestasi seluruh sisa saham BCA pada tahun 2004 dan 2005.
BCA merupakan salah satu bank transaksional terbesar yang memiliki
jaringan elektronik yang tersebar luas di Indonesia. Melalui kantor cabang dan
ATM BCA yang terhubung secara online di seluruh Indonesia serta layanan
internet dan mobile banking, BCA memberikan kemudahan dan kenyamanan
dalam bertransaksi.
Saat ini BCA dan entitas anak perusahaan didukung oleh lebih dari
25.000 karyawan yang andal dan professional. BCA mengelola lebih dari 15
juta rekening nasabah, memproses ratusan juta transaksi keuangan dan
memenuhi kebutuhan nasabah perorangan dan perusahaan melalui beragam
produk dan layanan. BCA merupakan salah satu bank terkemuka di Indonesia.
BCA juga aktif menyediakan fasilitas pinjaman baik untuk nasabah individu,
UKM, komersial, maupun korporasi.
Visi BCA adalah menjadi bank pilihan utama andalan masyarakat, yang
berperan sebagai pilar penting perekonomian Indonesia.

 RUPS
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) merupakan organ tertinggi
dalam struktur Tata Kelola BCA yang berfungsi sebagai sarana bagi para
pemegang saham untuk melaksanakan hak dan kewajibannya. RUPS memiliki
wewenang tersendiri, yang tidak diberikan kepada Direksi maupun Dewan
Komisaris, dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang dan/atau
Anggaran Dasar BCA. Dasar hukum penyelenggaraan RUPS di BCA mengacu
pada:
1. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
2. POJK No. 32/POJK.04/2014 tanggal 8 Desember 2014 tentang Rencana
dan Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan
Terbuka.
3. POJK No. 15/POJK.04/2020 tanggal 20 April 2020 tentang Rencana dan
Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Terbuka.
4. Anggaran Dasar BCA.

Mencermati perkembangan pasar modal Indonesia serta meningkatnya


minat investor ritel untuk berinvestasi di Bursa Efek Indonesia, PT Bank
Central Asia Tbk (IDX: BBCA) memutuskan untuk melakukan aksi korporasi
pemecahan saham yang beredar (stock split). Aksi korporasi tersebut telah
mendapat persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-
LB) hari Kamis, 23 September 2021

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) melangsungkan Rapat Umum


Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB) yang diadakan secara elektronik pada
hari Kamis, 23 September 2021. Dalam RUPS-LB tersebut memberikan
persetujuan atas aksi korporasi stock split dengan rasio 1 : 5 (1 saham yang ada
saat ini dipecah menjadi 5 saham baru). Nilai nominal per saham BBCA saat
ini adalah Rp62,5, sedangkan nilai nominal per saham BBCA setelah stock split
akan menjadi sebesar Rp12,5. Sebagai informasi, harga saham BBCA pada saat
siaran pers ini dikeluarkan berkisar Rp32.000 per saham.

 DEWAN KOMISARIS PT Bank Central Asia, Tbk


Berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas, Dewan Komisaris merupakan organ Perseroan yang memiliki tugas
dan tanggung jawab untuk melakukan pengawasan secara umum dan/atau
khusus sesuai dengan Anggaran Dasar, memberi nasihat kepada Direksi, serta
memastikan pelaksanaan prinsip-prinsip tata kelola terselenggara dalam setiap
kegiatan usaha di seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.
Dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, Dewan Komisaris
BCA berpedoman pada Pedoman dan Tata Tertib Kerja Dewan Komisaris
sehingga setiap anggota Dewan Komisaris dapat melaksanakan fungsi
pengawasan yang efektif, efisien, akuntabel, transparan, dan independen. Isi
dokumen Pedoman dan Tata Tertib Kerja Dewan Komisaris BCA mengacu
pada POJK No. 55/POJK.03/2016 tentang Penerapan Tata Kelola bagi Bank
Umum jo. POJK No. 33/POJK.04/2014 tentang Direksi dan Dewan Komisaris
Emiten atau Perusahaan Publik. Pedoman ini dievaluasi dan diperbaharui
secara berkala dengan mengacu pada peraturan perundangundangan yang
berlaku. Adapun susuan dewan komisaris yang terdapat pada PT Bank Central
Asia, Tbk : SUSUNAN DEWAN KOMISARIS :
1. Djohan Emir Setijoso : Presiden Komisaris
2. Tonny Kusnadi : Komisaris
3. Cyrillus Harinowo : Komisaris Independen
4. Raden Pardede : Komisaris Independen
5. Sumantri Slamet : Komisaris Independen

Adapun Tugas dan Tanggung Jawab dari Dewan Komisaris adalah sebagai
berikut :

a) Melakukan pengawasan terhadap kebijakan pengurusan BCA dan


jalannya pengurusan pada umumnya, untuk kepentingan BCA sesuai
dengan maksud dan tujuan BCA.
b) Mengarahkan, memantau, dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan
strategis BCA serta memberikan nasihat kepada Direksi sesuai dengan
maksud dan tujuan Anggaran Dasar BCA
c) Memastikan pelaksanaan prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan
terselenggara dalam setiap kegiatan usaha BCA pada seluruh tingkatan
atau jenjang organisasi BCA,
d) Melakukan pengawasan atas penerapan Tata Kelola Terintegrasi.
e) Memastikan bahwa Direksi telah menindaklanjuti temuan audit dan
rekomendasi dari Divisi Audit Internal, Auditor Eksternal, hasil
pengawasan pihak otoritas, termasuk namun tidak terbatas pada OJK,
Bank Indonesia, dan/atau Bursa Efek Indonesia.
f) Memberitahukan kepada OJK/Bank Indonesia paling lambat 7 (tujuh)
hari kerja sejak ditemukan pelanggaran peraturan perundang-undangan di
bidang keuangan dan perbankan, dan/atau keadaan atau perkiraan
keadaan yang dapat membahayakan kelangsungan usaha BCA.

 DIREKSI PT Bank Central Asia, Tbk


Berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas, Direksi merupakan organ perseroan yang berwenang dan bertanggung
jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai
dengan maksud dan tujuan perseroan, serta mewakili perseroan baik di dalam
maupun luar pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, Direksi BCA
berpedoman pada Pedoman dan Tata Tertib Kerja Direksi yang disusun
berdasarkan pada Pasal 18 POJK No. 55/POJK.03/2016 tentang Penerapan Tata
Kelola bagi Bank Umum jo.Pasal 35 POJK No. 33/ POJK.04/2014 tentang
Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik. Pedoman ini
dievaluasi dan diperbaharui secara berkala dengan mengacu pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Adapun susunan direksi pada PT Bank
Central Asia, Tbk sebagai berikut :
SUSUNAN DIREKSI :
1. Jahja Setiaatmadja : Presiden Direktur
2. Armand Wahyudi Hartono : Wakil Presiden Direktur
3. Suwignyo Budiman : Wakil Presiden Direktur
4. Tan Ho Hien/Subur/Subur Tan : Direktur
5. Rudy Susanto : Direktur
6. Lianawaty Suwono : Direktur
7. Santoso : Direktur
8. Vera Eve Lim : Direktur
9. Gregory Hendra Lembong : Direktur
10. Haryanto Tiara Budiman : Direktur
11. Frengky Chandra Kusuma : Direktur
12. John Kosasih : Direktur

Adapun tugas dan tanggung jawab Direksi BCA mencakup hal-hal berikut:

a) Memimpin dan mengurus perusahaan sesuai dengan maksud dan tujuan


dalam Anggaran Dasar BCA
b) Menguasai, memelihara, dan mengurus kekayaan BCA untuk
kepentingan BCA.
c) Menciptakan struktur pengendalian internal, menjamin terselenggaranya
fungsi Audit Internal dalam setiap tingkatan manajemen, dan
menindaklanjuti temuan Audit Internal sesuai dengan kebijakan atau
arahan yang diberikan Dewan Komisaris
d) Meninjau visi dan misi BCA pada setiap awal memangku jabatan setelah
pengangkatannya.
e) Menyiapkan dan menyampaikan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan,
termasuk rencana lainnya yang berhubungan dengan pelaksanaan usaha
BCA, kepada Dewan Komisaris untuk mendapat persetujuan, sebelum
dimulainya tahun buku yang akan datang dengan memperhatikan
ketentuan yang berlaku.
f) Melaksanakan prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan (Good Corporate
Governance) dalam setiap kegiatan usaha BCA pada seluruh tingkatan
atau jenjang organisasi, termasuk penerapan Tata Kelola Terintegrasi.

 PEMEGANG SAHAM
Pemegang Saham Utama/Pengendali BCA terhitung sejak tanggal 11
November 2016 adalah PT Dwimuria Investama Andalan. Otoritas Jasa
Keuangan telah menyetujui perubahan Pemegang Saham Pengendali BCA
melalui surat No. KEP-15/D.03/2017 tertanggal 1 Februari 2017 tentang Hasil
Penilaian Kemampuan dan Kepatutan PT Dwimuria Investama Andalan selaku
calon Pemegang Saham Pengendali BCA. Sehubungan dengan perubahan
Pemegang Saham Pengendali tersebut, tidak terjadi perubahan pengendalian di
BCA di mana Pemegang Saham Pengendali terakhir adalah Robert Budi
Hartono dan Bambang Hartono. Berikut adalah susunan pemegang saham BCA
per 30 April 2020:

Persentase
Pemegang Saham Jumlah Saham Kepemilikan

PT Dwimuria Investama
Andalan *) 13.545.990.000 54,94%

Masyarakat **) 11.109.020.000 45,06%

Total 24.655.010.000 100%

Pemegang Saham PT Bank Central Asia Tbk (BCA) per 30 April 2020 :

*) Pemegang Saham PT Dwimuria Investama Andalan adalah Sdr. Robert Budi


Hartono dan Sdr. Bambang Hartono, sehingga pemegang saham pengendali
terakhir BCA adalah Sdr. Robert Budi Hartono dan Sdr. Bambang Hartono.

**) Pada komposisi saham yang dimiliki masyarakat, sebesar 2,49% dimiliki
oleh pihak-pihak yang terafiliasi dengan PT Dwimuria Investama Andalan.
Adapun Hak-hak pemegang saham BCA antara lain :

a. Menghadiri RUPS.
b. Mengusulkan mata acara RUPS sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
c. Memperoleh publikasi materi RUPS selambatlambatnya pada 28 (dua
puluh delapan) hari sebelum RUPS dilaksanakan.
d. Memperoleh kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan/atau
pendapat di tiap pembahasan mata acara RUPS.
e. Mendapatkan perlakuan yang sama dari BCA.
f. Memberikan suara dalam RUPS.
g. Menominasikan calon Dewan Komisaris dan/ atau Direksi.
h. Mengangkat seorang anggota Direksi dan/atau Dewan Komisaris atau
lebih untuk menambah jumlah anggota Direksi dan/atau Dewan
Komisaris yang ada atau menggantikan anggota Direksi dan/ atau
Dewan Komisaris yang diberhentikan.
i. Memberhentikan anggota Direksi dan Dewan Komisaris pada setiap
waktu sebelum masa jabatannya berakhir melalui RUPS.
j. Memperoleh pembayaran dividen sesuai dengan tata cara dan
ketentuan yang berlaku.

V. PENUTUP
1. Kesimpulan
BCA (Bank Central Asia) merupakan bank swasta terbesar di Indonesia
yang melayani beragam segmen nasabah, baik nasabah individu maupun
nasabah bisnis melalui jaringan perbankan elektronik dan kantor cabang yang
menjangkau hampir seluruh kota besar di Indonesia. Pada tahun yang sama,
BPPN melakukan divestasi 22,5% dari seluruh saham BCA melalui Penawaran
Saham Publik Perdana (Initialing Public Offering/IPO) dan pada tahun 2001
melalui Penawaran Publik Kedua (Secondary Public Offering) 10% dari total
saham BCA.
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) merupakan organ tertinggi
dalam struktur Tata Kelola BCA yang berfungsi sebagai sarana bagi para
pemegang saham untuk melaksanakan hak dan kewajibannya. Dalam RUPS-LB
tersebut memberikan persetujuan atas aksi korporasi stock split dengan rasio 1 :
5 (1 saham yang ada saat ini dipecah menjadi 5 saham baru) yang telah
mendapat persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-
LB).
Direksi BCA berpedoman pada Pedoman dan Tata Tertib Kerja Direksi
yang disusun berdasarkan pada Pasal 18 POJK No. 55/POJK.03/2016 tentang
Penerapan Tata Kelola bagi Bank Umum jo. Pasal 35 POJK No. 33/
POJK.04/2014 tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan
Publik.
Pemegang Saham Utama/Pengendali BCA terhitung sejak tanggal 11
November 2016 adalah PT. Dwimuria Investama Andalan. Otoritas Jasa
Keuangan telah menyetujui perubahan Pemegang Saham Pengendali BCA
melalui surat No. KEP-15/D.03/2017 tertanggal 1 Februari 2017 tentang Hasil
Penilaian Kemampuan dan Kepatutan PT. Dwimuria Investama Andalan selaku
calon Pemegang Saham Pengendali BCA. Sehubungan dengan perubahan
Pemegang Saham Pengendali tersebut, tidak terjadi perubahan pengendalian di
BCA di mana Pemegang Saham Pengendali terakhir adalah Robert Budi
Hartono dan Bambang Hartono.
2. Saran
Supaya tugas dan kewenangan khusus GCG (peraturan dan UU PT)
dapat diterapkan dengan baik dalam Perseroan Terbatas, organ Perseroan
Terbatas yang terdiri atas Direksi dan Komisaris, haruslah orang yang memiliki
moralitas, kompetensi, profesionalisme, dan komitmen yang tinggi terhadap
dunia usaha, sehingga upaya untuk menerapkan tugas-tugas dan kewenangan
serta prinsip-prinsip GCG tidak akan sampai menggunakan jalur pengadilan,
sebagai penyelesaian terhadap pelanggaran yang menyebabkan kerugian pada
perseroan maupun pemegang saham.

DAFTAR PUSTAKA

Tim Dosen Widyatama : Modul pertemuan 11 Etika Bisnis (Tugas Dan Kewenangan Khusus
GCG (Peraturan Dan UU PT))

Santo, Maria Fransiska Owa da.2016. Urgensi diterapkannya prinsip good corporate
governance pada pengelolaan perusahaan daerah.Masalah-masalah hukum,45(3).
bcafinance.co.id.Pemegang Saham. Diakses pada 8 November 2021, dari
https://bcafinance.co.id/profile/Pemegang-Saham
bcafinance.co.id.Struktur Organisasi. Diakses pada 8 November 2021, dari
https://www.bca.co.id/id/tentang-bca/tata-kelola/Struktur-Organisasi
bcafinance.co.id. PT Bank Central Asia Tbk Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa 2021
RUPS-LB Setujui Rencana Stock Split Saham BCA. Diakses pada 8 November 2021, dari
https://www.bca.co.id/id/tentang-bca/media-riset/pressroom/siaran-pers/2021/09/23/06/12/
rups-lb-setujui-rencana-stock-split-saham-bca

Anda mungkin juga menyukai