Anda di halaman 1dari 3

NAMA ANGGOTA KELOMPOK 2 :

1. I Made Wira Darma Yuda (2002622010044 / 14)


2. I Wayan Dudik Ardina Putra (2002622010046 / 16)
3. Kadek Vrada Aricha Dwinita Diputri (2002622010049 / 19)
4. Ni Kadek Ika Budiari (2002622010052 / 22)
5. I Wayan Irgi Aditya Putra (2002622010053 / 23)

MAMPU MEMAHAMI PERANAN AUDIT INTERNAL DAN MANAJEMEN RISIKO


DALAM MEWUJUDKAN GCG

1.1 Peranan Audit Internal dalam GCG


Peran Auditor Internal dalam mewujudkan Good Corporate Governance adalah sebagai
berikut :
1) Melaksanakan prinsip tata kelola perusahaan yang baik sebagaimana diatur dalam
pedoman audit internal.
2) Membantu direksi dan dewan komisaris mematuhi dan mengawasi penerapan atas
seluruh ketentuan yang berlaku dan auditor internal harus memastikan bahwa seluruh
elemen perusahaan ada dalam setiap aktivitas perusahaan, mereka telah mengikuti
ketentuan secara konsisten.
3) Membantu direksi dan dewan komisaris dalam menyediakan data keuangan dan operasi
serta data lain yang dapat dipercaya, accountable, akurat, tepat waktu, obyektif, mudah
dimengerti dan relevan bagi para stakeholder untuk mengambil keputusan.
4) Membantu direksi menyusun dan mengimplimentasikan struktur pengendalian internal
yang andal dan memadai. Auditor internal harus memastikan bahwa struktur tersebut
telah tersedia secara memadai dan telah berfungsi dan bisa diikuti oleh setiap elemen
perusahaan.
5) Mendorong direksi dan dewan komisaris untuk mengembangkan dan
mengimplementasikan sistem audit yang baik serta menumbuhkan efektifitas penggunaan
dan pemanfaatan hasil kerja auditor internal.

1.2 Peranan Manajemen Risiko dalam GCG


Manajemen risiko berperan penting dalam menjamin terwujudnya prinsip-prinsip GCG di
lingkungan perusahaan. Menurut Pradana Yana, A dan Rikumahu, B (2014) dalam
penelitiannya, penerapan manajemen risiko di salah satu perusahaan asuransi di Indonesia dinilai
baik dan perwujudan GCG juga sudah dilakukan dengan baik. Hasil penelitian membuktikan
bahwa terdapat pengaruh yang signifkan antara manajemen risiko dan GCG sebesar
53,40%.Manajemen risiko merupakan unsur terpenting dalam mewujudkan GCG, berikut uraian
pendapat para ahli:
Manajemen risiko mengidentifkasi dan mengelola risiko-risiko yang akan mempengaruhi
pencapaian nilai yang diinginkan oleh perusahaan (Yana A P dan Brady R, 2014).
Manajemen risiko mengeliminasi kemungkinan dari rendahnya penghasilan yang diraih
organisasi, dan dapat membantu organisasi bergerak pada optimalisasi modal dan struktur
kepemilikan (Stulz, 2005).
Dari berbagai penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa manajemen risiko merupakan unsur
yang ikut menentukan keberhasilan penerapan GCG di dalam suatu perusahaan. Saat penerapan
manajemen risiko membaik, perusahaan akan menambah control risiko pada core competence
dan competitive advantage, maka hubungan antara manajemen risiko dan GCG akan semakin
akut (Drew dan Kendrick, 2005:33).
1.3 Kasus Bank Mega
Kasus Bank mega yakni terjadinya pembobolan dana PT. Elnusa dana tersebut dapat
cair karena terdapat pemalsuan tanda tangan. Bank Indonesia menyatakan kasus ini
terjadi karena kelemahan pelaksanaan manajemen risiko di Bank Mega. Kelemahan
tersebut antara lain direksi belum memiliki sarana pengendalian yang memadai untuk
memastikan bahwa seluruh aktifitas operasional Bank telah didukung oleh SOP yang
memadai. Selain itu masih lemahnya kebijakan dan prosedur, seperti belum adanya kebijakan
yang mengatur prosedur pelayanan pembukaan rekening tanpa kehadiran calon nasabah dan
tata cara pemberian data nasabah kepada pihak ketiga termaksud kantor Akuntan publik dan
belum dilakukan peninjauan kembali terhadap penetapan limit di KCP (kantor cabang
pemantau).
BI juga menemukan adanya perangkapan fungsi marketing dan otorisasi nasabah
baru oleh pemimpin KCP dan dalam pengendalian internal ditemukan kelemahan
pengawasan KC dan Kanwil terhadap KCP, kelemahan atas pemantauan kewajaran transaksi
nasabah serta lemahnya pemantauan terhadap perubahan gaya hidup pegawai dikaitkan
dengan posisi jabatannya.

Penyelesaian kasus Bank Mega yakni menurut Pengadilan Tinggi Jakarta, Bank Mega
harus membayar dana sebesar Rp. 111 Miliar beserta bunga kepada PT. Elnusa. Pihak
BI juga telah memberikan sanksi kepada Bank Mega. Rekomendasi agar kasus serupa tidak
terjadi yakni sebagai berikut:
1. Membenahi elemen-elemen utama sistem pengendalian intern bank
Tertuang dalam Pedoman Standar Sistem Pengendalian Intern bagi Bank
Umum yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Elemen-elemen utama sistem
pengendalian intern bank meliputi Manajemen dan Kultur Pengendalian, identifikasi
dan Penilaian Resiko, kegiatan pengendalian dan pemisahan fungsi sistem akuntansi,
informasi dan komunikasi serta kegiatan pemantauan dan tindakan koreksi
penyimpangan atau kelemahan.
2. Semua lembaga keuangan pasti mempunyai pengendalian internal (audit internal) tapi
tidak semua internal kontrol ini dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang
ada, dalam sebuah lembaga pengendalian internal adalah ujung tombak agar tidak
terjadi suatu kecurangan dalam lembaga tersebut, pengendalian yang perlu dikakukan
oleh Bank Mega yaitu dari aspek SDM.
3. Peningkatan pengawasan dan memperketat prosedur pengambilan dana yang ada.

Anda mungkin juga menyukai