Anda di halaman 1dari 15

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Berdasarkan sifatnya, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

tindakan (action research). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan usulan

perbaikan terhadap kualitas produk Koran Serambi Indonesia yang sering

mengalami kecacatan pada proses percetakannya.

3.2. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Aceh Media Grafika Cabang Aceh Barat

Daya yang terletak di Desa Sangkalan, Kecamatan Blang Pidie Kabupaten Aceh

Barat Daya Provinsi Aceh, yang bergerak dalam bidang percetakan koran adapun

letak perusahaan seperti yang terlihat pada Gambar 3.1. berikut.

Gambar 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian PT. Aceh Media Grafika Cabang
Aceh Barat Daya Percetakan Serambi Indonesia

(Sumber: Google Maps, 2020)


29
30

3.3. Kerangka Konseptual Penelitian

Kerangka berpikir dalam penelitian adalah dasar pemikiran dari penelitian

yang disintesiskan dari fakta, observasi dan telaah kepustakaan. Uraian dalam

kerangka berpikir menjelaskan hubungan dan keterkaitan antar variabel penelitian

secara logis. Kerangka pemikiran yang baik yaitu apabila mengidentifikasi

variabel-variabel penting yang sesuai dengan permasalahan penelitian, dan secara

logis mampu menjelaskan keterkaitan antar variabel tersebut. Adapun kerangka

konseptual penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.2. berikut.

Defain
Koran Kabur
Measure Six Sigma

Analyze Koran Tidak


Register
Failure Modes
and Effect
Improve Analysis
Koran Terpotong
(FMEA)
Control

Gambar 3.2. Kerangka Konseptual Penelitian

3.4. Rancangan Penelitian

Rancangan Penelitian dapat dilihat pada blok diagram metodologi

penelitian pada Gambar 3.2. berikut.


31

MULAI

Studi Lapangan Studi Literatur


Observasi Pra Penelitian Mencari Referensi dari Buku Mengenai Judul
Mengidetifikasi Masalah Kualitas Penelitian
Percetakan Koran Serambi Indonesia Mencari Referensi dari Jurnal

Pengumpulan Data
Data Skunder:
Data Produksi
Cacat Koran Kabur
Cacat Koran Register
Cacat Koran Terpotong

Pengolahan Data

Tahap Define

Pembuatan Diagram SIPOC

Tahap Measure
Pembuatan Peta Kendali
Menghitung Persentase Kerusakan
Pembuatan Peta Kendali
Penentuan Level Sigma

Tahap Analisys
Penentuan Stratifikasi Data
Pembuatan Histogram
Pembuatan Diagram Pareto
Pembuatan Diagran Fishbone
Analisisi Penyebab Kecacatan Proses Percetakan dengan
Metode FMEA

Tahap Improve
Usulan tindakan perbaikan seperti:
Faktor Manusia / Operator
Faktor Metode
Faktor Mesin
Faktor Material

Tahap Control
Rencana Perbaikan
Mekanisme Pengendalian

Analisis dan Evaluasi

Kesimpulan dan Saran

SELESAI
Gambar 3.3. Diagram Alir Penelitian
32

3.4.1. Pendahuluan

Persiapan penelitian dilakukan dengan pengenalan perusahaan, membuat

permohonan tugas akhir pada jurusan dan perusahaan, konsultasi dengan

koordinator tugas akhir dan dosen pembimbing, serta membuat proposal.

3.4.2. Studi literatur

Studi literatur dilakukan untuk melihat atau meninjau pustaka-pustaka

yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan atau mengumpulkan data

pustaka tentang analisis pengendalian kualitas dengan menggunakan metode Six

Sigma serta mempelajari teori-teori literatur yang berhubungan dengan

pengendalian kualitas.

3.4.3. Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan beberapa metode atau teknik dan instrumen

yang digunakan untuk pengumpulan data diantaranya adalah:

1. Metode observasi, yakni melakukan pengamatan langsung terhadap proses

pengendalian kualitas percetakan Koran Serambi Indonesia.

2. Teknik dokumentasi, yaitu mencatat prosedur pemeriksaan dan hasil

pengukuran seperti data cacat koran kabur, cacat koran tidak register dan

cacat koran terpotong

2. Wawancara dengan pekerja pada proses percetakan Koran Serambi Indonesia.


33

3.4.4. Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari pengumpulan data selanjutnya dilakukan

pengolahan dan perhitungan data sesuai dengan ketentuan yang ada, dalam

penelitian ini, pengolahan data menggunakan metode yang digunakan sebagai

alat analisis y a i t u DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control)

1. Define (Tahap Pendefinisian)

Tahap pendefinisian merupakan langkah pertama dalam metode six sigma.

Pada tahap ini dilakukan pendefinisian atau penjelasan proses yang akan diukur

kualitasnya dengan membuat urutan-urutan proses yang terjadi. Pembuatan

urutan-urutan proses yang terjadi dapat dilakukan dengan menggunakan diagram

SIPOC (Suppliers, Inputs, Process, Outputs, Customers), pada tahap ini akan

dijelaskan proses percetakan Koran Serambi Indonesia. Adapun contoh diagram

SIPOC dapat dilihat pada Gambar 3.3. berikut.

Suppliers Input Process Output Customer

Gambar 3.4. Diagram SIPOC (Supplier-Input-Process-Output-Customer)

(Sumber: Gaspersz, V. 2012)

Uraian contoh dari diagram SIPOC untuk proses percetakan koran serambi

Indonesia adalah sebagai berikut:

1) Pemasok (Suppliers)

Suppliers merupakan pemasok bahan baku yang digunakan untuk kegiatan

proses produksi,
34

2) Masukan (Input)

Merupakan bahan baku yang diberikan oleh pemasok kepada proses.

3) Proses (Process)

Merupakan sekumpulan langkah atau kegiatan yang bertujuan untuk

mentransfomasikan input menjadi output.

4) Hasil (Output)

Merupakan hasil yang diperoleh dari suatu proses transformasi yang menjadi

output dari proses ini adalah Koran Serambi Indonesia.

5) Pelanggan (Customer)

Merupakan orang atau kelompok yang menerima output. Produk Koran

Serambi Indonesia yang dihasilkan oleh PT. Aceh Media Grafika Cabang Aceh

Barat Daya di jual ke konsumen yang ada di Kabupaten hingga tingkat

Provinsi. Penggunaan diagram SIPOC sangat bermanfaat dalam membuat

urutan-urutan kegiatan yang terjadi dari pemasok sampai kepada pelanggan.

Pada penelitian ini, proses yang akan diukur tingkat kualitasnya adalah proses

produksi Koran Serambi Indonesia.

2. Measure (Tahap Pengukuran)

Measure adalah tahap pengukuran yang merupakan langkah operasional

kedua dalam metode Six Sigma. Adapun langkah-langkah pada tahapan ini adalah

sebagai berikut:

1) Peta Kendali P (P-chart)

Peta kendali digunakan untuk mengetahui proses produksi yang terjadi berada

dalam batas-batas kontrol atau tidak, jika proses tersebut berada dalam batas

kontrol maka dapat dikatakan bahwa proses tersebut stabil, sebaliknya jika
35

proses berada di luar batas kontrol atas dan bawah maka proses tersebut

dikatakan tidak stabil. Adapun langkah-langkah dalam membuat peta kendali

sebagai berikut:

a. Menghitung Persentase Kerusakan

Menghitung persentase kerusakan yaitu memisahkan penyebab

penyimpangan dari batas standar yang telah ditetapkan. Menurut Hendra

(2012) rumus yang digunakan dalam menghitung persentase kerusakan

seperti berikut.

.....................................................................................(3.1.)

Keterangan: np = Jumlah gagal dalam sub grup


n = Jumlah yang diperiksa dalam sub grup
b. Membuat Peta Kendali
Peta pengendali (control chart) tersebut memisahkan penyebab

penyimpangan dari batas standar yang telah ditetapkan melalui peta batas

pengendalian. Bila penyimpangan atau kesalahan melebihi batas

pengendalian, menunjukkan bahwa penyebab khusus telah masuk ke

dalam proses dan proses harus diperiksa untuk mengidentifikasi penyebab

dari penyimpangan atau kesalahan yang berlebihan. Adapun langkah-

langkah dalam membuat peta kendali p sebagai berikut:

a. Menghitung garis pusat/Central Line

Menurut Dorothea (2018), garis pusat merupakan rata-rata kerusakan

produk . Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut.

.........................................................................(3.2.)
36

Keterangan :

∑xi = Total Banyaknya Kesalahan Setiap Sampel (Produk Cacat)

∑n = Total Banyaknya Sampel (Total Produksi)

b. Menghitung batas pengendali atas (BPA)

Menurut Dorothea (2018), untuk menghitung batas pengendali atas

(BPA) dilakukan dengan rumus :

............................................(3.3.)

Keterangan : = Rata-rata kerusakan produk (Garis Pusat)

ni = Banyaknya Sampel Kerusakan/Bulan

c. Menghitung batas pengendali bawah (BPB)

Menurut Dorothea (2018), untuk menghitung batas pengendali bawah

dilakukan dengan rumus berikut.

...............................................(3.4.)

Keterangan : = Rata-rata kerusakan produk (Garis Pusat)

ni = Banyaknya Sampel Kerusakan/Bulan

2) Pengukuran Level Sigma

Menurut Gaspersz (2012), untuk melakukan pengukuran level sigma digunakan

langkah-langkah sebagai berikut:

Langkah 1 : Menentukan proses yang diukur. Proses yang akan diukur level

sigmanya adalah proses percetakan koran serambi indonesia.

Langkah 2 : Menetapkan jumlah unit yang diperiksa. Jumlah unit yang

diperiksa dalam proses produksi pada percetakan Koran Serambi

Indonesia.
37

Langkah 3 : Menentukan jumlah produk cacat yang terjadi pada produksi

pada percetakan Koran Serambi Indonesia..

Langkah 4 : Menghitung tingkat cacat dengan menggunakan rumus berikut.


Total Kerusakan
Proporsi  ...............................................(3.5.)
Total Produksi

Langkah 5 : Menetapkan jumlah Critical to Quality (CTQ). Jumlah CTQ

yang terjadi pada proses produksi pada percetakan Koran

Serambi Indonesia dimana terdapat 3 jenis parameter.

Langkah 6 : Menghitung tingkat cacat per karakteristik (defect per

opputunity) dengan menggunakan rumus berikut.

...................................(3.6.)

Langkah 7 : Menghitung peluang cacat per satu juta kesempatan (defect per

million opportunities) dengan rumus yang digunakan sebagai

berikut.

DPMO = DPO x 1.000.000..................................................(3.7.)

Langkah 8 : Mengkonversikan nilai DPMO ke nilai sigma dengan


menggunakan Tabel konversi. Adapun Tabel konversi tersebut
adalah sebagai berikut.
Tabel 3.1. Tingkat Pencapaian Six Sigma
Persentase yang Memenuhi Level
DPMO Keterangan
Spesifikasi Sigma
Sangat Tidak
31% 691.462 1-Sigma
Kompetitif
69.20% 308.538 2-Sigma Rata-Rata Industri
93.32% 66.807 3-Sigma Indonesia
99.379% 6.210 4-Sigma Rata-Rata Industri
99.977% 233 5-Sigma USA
Industri Kelas
99.9997% 3.4 6-Sigma
Dunia
(Sumber: Gaspersz, 2012)
38

3. Analyze (Tahap Analisis)

Tahapan analisis merupakan langkah ke-3 dalam program peningkatan

kualitas six sigma, pada tahap ini dilakukan beberapa hal berikut.

1) Penentuan Stratifikasi Data

2) Pembuatan Histogram

3) Pembuatan Diagram Pareto

4) Pembuatan Diagram Fishbone

5) Mengidentifikasikan dan menganalisis sumber-sumber akar penyebab

kecacatan atau kegagalan atau penyebab kecacatan proses percetakan koran

dengan Metode FMEA.

Sebenarnya six sigma merupakan suatu metode yang digunakan untuk

membawa proses industri pada kondisi yang memiliki stabilitas (stability) dan

kemampuan (capability), sehingga mencapai tingkat kegagalan nol (zero defect

oriented). Menurut Gaspersz (2012) langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1) Stratifikasi Data

Stratifikasi bertujuan untuk mengelompokkan data ke dalam kelompok-

kelompok yang lebih memiliki karakteristik yang sama. Adapun data yang

telah dikelompokkan sesuai dengan jenis produk cacat. Adapun rumus yang

digunakan adalah berikut.

Persentase Produk Cacat ............................(3.8.)

2) Membuat Histogram
Agar mudah membaca atau menjelaskan data dengan cepat, maka data

tersebut perlu untuk disajikan dalam bentuk histogram yang berupa alat
39

penyajian data secara visual dalam bentuk grafis balok yang memperlihatkan

distribusi nilai yang diperoleh dalam bentuk angka.

3) Membuat diagram pareto yaitu diagram yang digunakan untuk

mengidentifikasi, mengurutkan dan bekerja untuk menyisihkan kerusakan

produk secara permanen. Dengan diagram ini akan dapat diketahui jenis

kerusakan yang paling dominan pada hasil produksi. Jenis-jenis kerusakan

tersebut terjadi pada saat proses produksi sedang berlangsung dan langsung

terdeteksi, sehingga bisa di reject atau dipisahkan dari produk yang baik agar

tidak sampai ke tangan konsumen.

4) Failure Modes and Effect Analysis (FMEA)

Analisys risk dengan metode FMEA dimana Risk Priority Number (RPN),

yakni angka yang menggambarkan tindakan yang harus diprioritaskan. RPN

diukur berdasarkan pertimbangan rating dari ketiga faktor yakni severity,

occurrence, dan detection. Adapun rumus yang digunakan sesuai dengan

persamaan berikut.

RPN = rating severity x rating occurrence x rating detection...................(3.9.)

4 Improve
Improve digunakan untuk menguraikan ide-ide perbaikan atau solusi-solusi

yang mungkin untuk dilaksanakan. Menetapkan rencana tindakan (action

plan) untuk melaksanakan peningkatan kualitas six sigma. Rencana

mendeskripsikan tentang alokasi sumber daya serta prioritas dan

alternative yang dilakukan dalam implementasi dari rencana itu.

Pengembangan rencana tindakan merupakan salah satu aktivitas yang penting

dalam program peningkatan kualitas six sigma.


40

5. Control

Control adalah bagian dari pendekatan Six Sigma, perlu adanya

pengawasan untuk meyakinkan bahwa hasil-hasil yang diinginkan sedang dalam

proses pencapaian. Perancangan pada tahap control dilakukan dengan

merancang kualitas yang akan mengintegrasikan hasil six sigma ked a l a m

cara praktek bisnis perusahaan sehingga tercapai pengendalian kualitas

perusahaan.

6. Analisis dan Pembahasan

Hasil pengolahan data selanjutnya akan dilakukan analisis dan

pembahasan. Analisis pemecahan masalah dilakukan terhadap hasil pengolahan

data yang telah dilakukan sebelumnya sehingga dapat diketahui pengendalian

kualitas produk serta parameter kualitasnya.

7. Kesimpulan dan Saran

Pada tahap akhir dari penelitian ini ditarik kesimpulan yang didasarkan

pada hasil pengolahan data dan analisis yang dilakukan pada tahap sebelumnya.

Selanjutnya akan diberikan saran-saran yang dianggap penting dan mungkin

untuk digunakan baik untuk kepentingan praktisi, pihak perusahaan maupun untuk

penyempurnaan bagian penelitian selanjutnya.


3.4.5. Time Line Penelitian

Adapun waktu pelaksanaan penelitian dan penyusunan Tugas Akhir direncanakan 6 (enam) bulan. Time line penelitian dapat

dilihat pada Tabel 3.1. di bawah ini:


Tabel 3.2. Time Line Penelitian
BULAN
Desember Januari Februari Maret April Mei
AKTIVITAS
Minggu
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Studi Lapangan:
- Mengidetifikasi Masalah di Perusahaan -
Studi Literatur:
- - - -
- Mencari Referensi dari Buku dan Jurnal
Pengumpulan Data:
1. Pengumpulan Data:
2. Data Produksi -
3. Cacat Koran Kabur
- - -
4. Cacat Koran Register
5. Cacat Koran Terpotong
Pengolahan Data:
1. Tahap Define
2. Tahap Measure
3. Tahap Analyze
4. Tahap Improve
5. Tahap Control
Laporan TGA - - - - -
(Sumber: Data Sekunder, 2020)

Berdasarkan Tabel 3.1. di atas menunjukan bahwa langkah awal yang harus dilaksanakan dalam pembuatan proposal

penelitian yaitu studi lapangan dengan mengidentifikasi masalah yang terjadi di perusahaan, tahap berikutnya yaitu studi literatur

dengan mencari referensi dari buku dan jurnal, langkah selanjutnya yaitu penyusunan proposal dengan membuat laporan sesuai

sistematikan penulisan seperti pendahuluan, landasan teori dan metodologi penelitian. Adapun rencana proposal penelitian

dilakukan selama 3 bulan dan jadwal ini bisa berubah di sesuaikan dengan penelitian.

29

41
35

3.4.6. Posisi Penelitian

Posisi penelitian terdahulu bermanfaat untuk merujuk terhadap referensi yang digunakan dalam melakukan penelitian, adapun

posisi penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.3. berikut.

Tabel 3.3. Posisi Penelitian


Metode Penelitian
Nama
No (Tahun Judul Failure Mode and Hasil Penelitian
Six Seven
Peneliti) Effect Analyze Taguchi Kaizen
Sigma Tools
(FMEA)
Hasil penelitiannya menunjukan bahwa kualitas koran
yang dihasilkan oleh perusahaan cukup baik yaitu 3,20 sigma
Analisis Pengendalian Kualitas dengan tingkat kerusakan 44.679 untuk sejuta produksi
1 Muhaemin,
Produk Koran dengan Metode  -  - - (DPMO). Implementasi peningkatan kualitas six sigma pada
2015
Six Sigma pada Harian Tribun penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada tiga penyebab
Timur. produk cacat tertinggi yaitu: warna kabur sebanyak 78%, tidak
register sebanyak 12% dan terpotong 10%.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kualitas asam lemak
bebas tetap pada level 1,3 sigma dengan nilai DPMO 317500
Analisa Pengendalian Mutu
produk yang tidak memenuhi syarat sebagaimana ditentukan
CPO (Crude Palm Oil)
oleh SNI. Kadar air pada CPO berada pada level 3 sigma dan
2 Prawiro, Menggunakan Six Sigma di  -  - -
kadar kotoran telah mendekati level 4 sigma, berdasarkan hasil
2016 Pabrik Pengolahan CPO PT.
tersebut target perusahaan yang mengharapkan kualitas CPO
Gunajaya Karya Gumilang
di atas 3 level sigma dapat tercapai.

Berdasarkan optimal proses pengemasan teh yaitu


Penerapan Metode Six Sigma
kecepatan mesin 90 tea bag/menit, suhu sealer 90oC, dan
dengan Pendekatan
kelembaban ruangan 65%. Kombinasi level parameter
Metode Taguchi untuk
Solihah, optimal tersebut, nilai Defect Per Million Opportunity
3 Menurunkan Produk  - -  -
2017 (DPMO) mengalami penurunan dari 10.376 unit tea bag
Cacat pada Industri Hilir Teh
menjadi 3.125 unit tea bag, dan terjadi peningkatan nilai
PT. Perkebunan Nusantara
sigma dari 3,82 menjadi 4,23. Metode Six Sigma mampu
VIII
mengurangi tingkat kecacatan produk Teh Walini.

42

8
36

Tabel 3.3. Posisi Penelitian (Lanjutan)


Metode Penelitian
Nama Failure Mode and
No Judul Six Hasil Penelitian
(Tahun Peneliti) Effect Analyze Seven Tools Taguchi Kaizen
Sigma
(FMEA)
Usulan Perbaikan Hasil Six Sigma pengukuran baseline kinerja
Kualitas Produk Pipa perusahaan pada kondisi 4,055 sigma dengan DPMO
4 Sandi, S., dkk Baja Las Spiral 5.310. Hasil Seven Tools masih tingginya kecacatan
 -  - -
2017 Menggunakan Metode produk jahitan dengan jumlah kecacatan lipatomo
Six Sigma 21,44% dan Pasang machi 12,99 % dan pasang machi
di PT. XYZ yang dapat Diatasi 9,26% .
Analisa Pengendalian Hasil penelitian menunjukan bahwa kualitas asam
Mutu CPO (Crude lemak bebas tetap pada level 1,3 sigma dengan nilai
Palm Oil) DPMO 317500 produk yang tidak memenuhi syarat
Yunitasari, Menggunakan Six sebagaimana ditentukan oleh SNI. Kadar air pada CPO
5  -  - -
2017 Sigma di Pabrik berada pada level 3 sigma dan kadar kotoran telah
Pengolahan CPO PT. mendekati level 4 sigma, berdasarkan hasil tersebut
Gunajaya Karya target perusahaan yang mengharapkan kualitas CPO di
Gumilang atas 3 level sigma dapat tercapai.
Hasil penelitian faktor utama penyebab
kecacatan pada proses percetakan koran Serambi
Indonesia menggunakan metode Six Sigma
berdasarkan diagram sebab akibat bahwa faktor
Pengendalian Kualitas penyebab kecacatan koran diantaranya yaitu faktor
Pada Proses Percetakan mesin,faktor manusia, faktor metode /cara dan faktor
Koran Serambi bahan baku. Kategori jenis kegagalan terhadap proses
Indonesia percetakan koran Serambi Indonesia menggunakan
Menggunakan Metode metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
Marisa
6 Six Sigma Dan Failure   - - - dimana kategori jenis kegagalan ini berdasarkan nilai
2020
Modes And Effect RPN tertinggi yaitu pemeriksaan mata pisau pada
Analysis (Fmea) Di PT. mesin cutting sebelum proses produksi dimana nilai
Aceh Media Grafika RPN-nya sebesar 245. Pemeriksaan setiap bagian-
Cabang Aceh Barat bagian mesin percetakan sebelum dilakukannya proses
Daya produksi dengan nilai RPN sebesar 210. Persentasi
kecacatan yang dominan pada proses percetakan koran
Serambi Indonesia yaitu kecacatan koran kabur dengan
tingkat persentase sebesar 43,80%, dari jumlah
produksi koran sebesar 667800 Ekp.

43

Anda mungkin juga menyukai