Anda di halaman 1dari 46

TUGAS RADIOLOGI

Oleh:
Dita Azzahra Maso, S.Ked.
71 2019 082

Pembimbing:
dr. Nurmalia Firmansyah, Sp. Rad.

DEPARTEMEN ILMU RADIOLOGI


RUMAH SAKIT A. RIVAI ABDULLAH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2022
PULMONARY TUBERCULOSIS

1. Kuman apa penyebab TB?


Jawab:
Micobacterium Tuberculosis

2. Apa yang dimaksud dengan TB primer dan TB sekunder?


Jawab:
TB primer terjadi pada penderita yang sebelumnya belum pernah terpajan
dengan M. tuberculosis. TB sekunder terjadi pada penderita yang sebelumnya
pernah tersensitasi oleh M. tuberculosis.

3. Apa gambaran radiologis TB primer dan TB sekunder?


Jawab:
Pada tuberkulosis primer hal-hal berikut dapat terlihat pada sinar-X dada :
- Daerah konsolidasi pneumonik perifer (fokus gohn) dengan pembesaran
kelenjer hilus mediastinum (kompleks primer). Keadaan ini biasanya
dapat sembuh dengan gambaran kalsifikasi.
- Daerah konsolidasi yang dapat berukuran kecil, lobaris, atau lebih luas
hingga seluruh lapangan paru.

Pada tuberkulosis post-primer atau tuberkulosis reaktif:


- Konsolidasi becak, terutama pada lobus atas atau segmen apical pada
lobus bawah, sering disertai kavitasi.
- Efusi pleura, empiema, atau penebalan pleura.
- Tuberkulosis milier: nodul-nodul diskret berukuran 1-2 mm yang dapat
terdistribusi di seluruh lapangan akibat penyebaran hematogen.
- Limfadenopati mediastinum atau hilus bukan merupakan gambaran
tuberkulosis kecuali pada pasien Acquired Immune Deficiency Syndrome
(AIDS).
- Selama berlangsung proses penyembuhan, gambaran yang dapat dikenali
adalah fibrosis dan pengecilan volume paru; focus kalsifikasi;
tuberkuloma: granuloma terlokalisasi yang sering mengalami kalsifikasi;
kalsifikasi pleura.

4. Apa yang dimaksud dengan ghon focus, ranke komplex, dan


tuberculoma?
Jawab:
Lesi Ghon, kadang-kadang disebut fokus Ghon merupakan granuloma
kaseosa tuberkulosis (tuberkuloma) dan merupakan gejala sisa dari infeksi
tuberkulosis paru primer. Secara teknis, lesi Ghon adalah granuloma
tuberkulosis awal yang terbentuk selama infeksi primer dan tidak terlihat
secara radiologis kecuali jika mengalami kalsifikasi.
Fokus Ghon bersama limfadenopati mediastinum ipsilateral dikenal
sebagai kompleks Ghon. Kompleks Ghon yang mengalami kalsifikasi (lesi
Ghon dan kelenjar getah bening mediastinal ipsilateral) disebut kompleks
Ranke, yang dapat dideteksi secara radiologis. Dengan demikian, kompleks
Ranke merupakan kombinasi lesi fibrokalsifikasi lanjut dan kelenjar getah
bening yang berevolusi dari kompleks Ghon.
Tuberkuloma (tuberculoma) adalah salah satu komplikasi kronik akibat
dari infeksi TB. Sebelum terbentuk tuberkuloma, komplikasi yang pertama
kali terjadi adalah terbentuknya cavitas (rongga) pada organ yang terinfeksi
TB. Lama kelamaan cavitas tersebut akan diisi oleh sel datia
langhans dan/atau oleh sel yang mengalami nekrosis caseosa sehingga
terbentuk tuberculoma. Selain itu, tuberkuloma bisa juga terjadi juga karena
pembesaran tuberkel di dalam cavitas.
5. Mengapa bisa terjadi limfadenopati pada tb primer?
Jawab:
Limfadenopati adalah keadaan abnormal nodus limfe (kelenjar getah
bening), dibagi menjadi limfadenopati lokal (localized/ jika hanya satu regio)
atau limfadenopati generalisata (generalized/ jika lebih dari satu regio).
Patofisiologi limfadenopati melalui mekanisme replikasi sel-sel nodus limfe,
masuknya sel-sel eksogen, deposisi materi asing, pembesaran vaskuler dan
edema atau karena supurasi jaringan.
Patofisiologi limfadenopati melalui beberapa mekanisme, di antaranya
terjadi replikasi sel-sel nodus limfe, masuknya sel-sel eksogen, deposisi
materi asing, pembesaran vaskuler dan edema atau terjadi supurasi jaringan.
Mekanisme limfadenopati tb di mulai dari masuknya micobacterium
tuberculosis ke dalam saluran pernafasan lalu terjadi proses peradangan.
Setelah proses peradangan, terbentuk tuberkel dan menginfeksi di KGB
sehingga terjadi limfadenopati.

6. Mengapa lokasi infiltrat tb di daerah apeks?


Jawab:
Pada bagian paru, daerah apeks merupakan daerah teratas dari paru yang
mengandung banyak oksigen, dan biasanya pada daerah ini bakteri
tuberkulosis berkembang pada pasien pengidap TBC, karena mengandung
banyak oksigen.

7. Mengapa bisa terjadi cavitas ?


Jawab:
Kavitas merupakan gambaran radiolusen yang abnormal pada suatu area
konsolidasi dengan atau tanpa air-fluid level. Kavitas juga didefinisikan
sebagai ruang berisi udara, terlihat sebagai daerah lusen atau low-attenuation,
dalam suatu konsolidasi pulmonal, massa, atau nodul.
Kavitas merupakan hasil dari sejumlah proses patologis termasuk
nekrosis supuratif (misalnya, abses paru piogenik), nekrosis kaseosa (misalnya
tuberkulosis), nekrosis iskemik (misalnya, infark paru), dilatasi kistik struktur
paru-paru (misalnya Pneumocystis pneumonia), atau perubahan jaringan paru-
paru oleh struktur kistik lainnya (misalnya, Echinococcus). Kemungkinan
proses kavitasi bergantung pada faktor inang dan sifat proses patogen yang
mendasarinya. Misalnya, Mycobacterium tuberculosis umumnya memiliki
prevalensi terbentuknya kavitas tertinggi di antara penyakit paru dari infeksi
apa pun, karena patogen ini menyebabkan nekrosis kaseosa yang luas. Pada
proses penyembuhan infeksi tuberculosis di parenkim paru dapat
menimbulkan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan sembuh dalam bentuk
kalsifikasi. Bentuk tersebut dapat menjadi aktif kembali dengan
membentuk jaringan perkejuan atau jaringan kaseosa dan menimbulkan
kavitas bila jaringan tersebut dibatukkan keluar. Dalam kasus M.
tuberculosis, kecenderungan untuk membentuk kavitas jelas menguntungkan
bagi perkembangbiakan organisme tersebut karena kavitas tersebut dapat
secara efisien menjadi aerosol dan ditularkan ke inang lain yang rentan.

8. Mengapa bisa terjadi efusi pleura tuberkulosis ?


Jawab:
Efusi pleura merupakan penyakit sekunder dari TBC. Hal ini terjadi
karena iritasi dari selaput pleura yang menyebabkan gangguan permeabilitas
membran sehingga menurunkan tekanan onkotik yang menyebabkan cairan
masuk ke dalam rongga pleura.

9. Mengapa bisa terjadi secondary pneumothoraks pada TB?


Jawab:
Pneumotoraks yang terjadi pada penderita TB adalah suatu komplikasi.
Keadaan ini terdapat pada proses pneumotoraks sekunder dimana terjadi pada
ruptur lesi paru yang terletak dekat permukaan pleura sehingga udara
inspirasi memperoleh akses ke rongga pleura.
Pneumotoraks spontan sekunder terjadi oleh karena pecahnya bleb yang
berada di sub pleura viseralis dan sering ditemukan di daerah apeks lobus
superior dan inferior. Terbentuknya bleb akibat perembesan udara melalui
alveoli yang dindingnya ruptur kemudian melalui (aringan intersisial ke
lapisan (aringan ikat yang berada di sub pleura viseralis. Sebab pecahnya
dinding alveolus ini belum diketahui dengan pasti diduga ada dua faktor yaitu
penyakit paru dan peningkatan tekanan intraalveolar akibat batuk.

10. Apa saja tanda sekuele TB?


Jawab:
Sequelae TB adalah kondisi yang disebabkan oleh berbagai perubahan
patologis dari anatomi paru pada proses penyembuhan TB paru yang
membutuhkan penatalaksanaan tertentu untuk mengatasi gejala klinis yang
terjadi. Sequelae TB dapat dikategorikan sebagai berikut: (a) lesi parenkim,
(b) lesi pada saluran napas, (c) lesi vaskular, (d) lesi pleura, dan (e)
komplikasi umum (cor-pulmonale, amiloidosis sekunder, gagal napas kronis).

11. Mengapa bisa terjadi Atelektasis karena TB?


Jawab:
Patofisiologi atelektasis berbeda antara atelektasis obstruktif dan
nonobstruktif. Atelektasis nonobstruktif dapat dibagi lagi menjadi atelektasis
kompresi, adhesi, sikatrik, relaksasi, dan replacement. Pada kasus
tuberculosis terjadi atelektasis sikatriks yang disebabkan oleh terbentuknya
jaringan parut pada parenkim paru yang menyebabkan kontraksi pada paru.
hal tersebut akan berujung dengan penurunan compliance paru, terganggunya
oksigenasi, dan peningkatan resistensi vaskular paru

12. Mengapa bisa terjadi destroyed lung karena TB?


Jawab:
Tuberculosis-destroyed lung (TDL) adalah komplikasi tuberkulosis paru
berat yang dapat menyebabkan berbagai gejala pernapasan dan disfungsi
paru. TDL dihasilkan dari TB progresif kronis bertahun-tahun dan
pengobatan yang tidak memadai. Pasien dengan TDL menunjukkan
kerusakan parenkim yang luas dan defek ventilasi obstruktif yang mungkin
disebabkan oleh bronkiektasis dan emfisema.
1.

Foto Rontgen PA view, posisi erect, asimetris, inspirasi cukup

Temuan:
A : Trakea di tengah tidak terdeviasi
B : Tulang-tulang yang tervisualisasi intak
C : CTR <50%, jantung dalam batas normal
D : Diafragma licin tidak mendatar
E : Sudut costofrenicus lancip
- Tak tampak pelebaran mediastinum
- Peningkatan corakan bronkovaskular
- Tampak infiltrate di lobus superior dextra, cavitas dikelilingi banyangan
opaque

Kesan:
TB Paru Lesi Aktif

Usul :
CT SCAN Thorax
2.

Foto Thorax PA, Posisi erect, simetris, inspirasi cukup

A : Posisi trakea ditengah


B : Tulang intak
C : CTR <50%, jantung dalam batas normal
D : Diafragma mendatar
E: Sudut costofrenikus kanan dan kiri lancip
- Tak tampak pelebaran mediastinum
- Tidak terdapat pemadatan hilus
- Tampak perselubungan inhomogen di apeks paru kanan.
- Terdapat peningkatan corakan bronkovaskular.
- Terdapat gambaran air bronchogram

Kesan :
TB Paru Lesi Aktif
3.

Foto Thorax PA, Posisi erect, simetris, inspirasi cukup

Temuan:
A : Posisi trakea ditengah
B : Tulang tulang intak
C : CTR <50%, jantung dalam batas normal
D : Diafragma licin
E: Sudut costofrenikus kanan dan kiri lancip
- Tak tampak pelebaran mediastinum
- Pleura menebal
- Tampak infilrat di seluruh lapang paru disertai air bronkogram (+)
- Tampak cavitas di lobus superior dextra et sinistra (panah hitam)
- Terdapat peningkatan corakan bronkovaskular.

Kesan :
TB Paru Lesi Aktif
4.

Foto Thorax PA, Posisi erect, simetris, inspirasi cukup

Temuan:
A : Posisi trakea ditengah
B : Tulang tulang intak
C : CTR <50%, jantung dalam batas normal
D : Diafragma licin
E: Sudut costofrenikus kanan dan kiri lancip
- Tak tampak pelebaran mediastinum
- Tidak terdapat pemadatan hilus
- Tampak cavitas di perihilar dextra
- Terdapat peningkatan corakan bronkovaskular.
- Tampak garis garis fibrotic
- Tampak kalsifikasi

Kesan :
TB Paru Lesi Tenang
5.

Foto Thorax PA, Posisi erect, simetris, inspirasi cukup

Temuan:
A : Posisi trakea ditengah
B : Tulang tulang intak
C : CTR tidak dapat dinilai
D : Diafragma licin
E : Sudut costofrenikus kanan tumpul dan kiri lancip
- Tak tampak pelebaran mediastinum
- Tidak terdapat pemadatan hilus
- Tampak konsolidasi inhomogen di apex paru dextra
- Tampat konsolidasi homogen lobus nferior dextra (mesiscus sign +)
- Terdapat peningkatan corakan bronkovaskular.
- Tampak garis garis fibrotik

Kesan :
TB Paru + Efusi Pleura dextra
6.

Foto Thorax PA, Posisi erect, simetris, inspirasi cukup

Temuan:
A : Deviasi trakea ke kanan
B : Tulang tulang intak
C : CTR tidak dapat dinilai, cor terdorong ke kanan
D : Diafragma kanan licin, kiri tidak dapat dinilai
E : Sudut costofrenikus kanan dan kiri lancip
- Batas mediastinum tak dapat dinilai
- Tidak terdapat pemadatan hilus
- Tampak konsolidasi inhomogen di seluruh paru sinistra

Kesan :
TB Paru + Efusi Pleura dextra
7.

Foto Thorax PA, Posisi erect, simetris, inspirasi cukup

Temuan:
A : Posisi trakea shift ke kanan
B : Tulang tulang intak
C : CTR <50%, jantung tidak membesar
D : Diafragma kanan mendatar
E : Sudut costofrenikus kanan dan kiri lancip
- Tak tampak pelebaran mediastinum
- Tidak terdapat pemadatan hilus
- Tampak konsolidasi inhomogen di seluruh lapang paru dextra et sinistra
- Tampak cavitas di lobus paru kanan dan kiri
- Terdapat peningkatan corakan bronkovaskular.

Kesan :
TB Paru Aktif
8.

Foto Thorax PA, Posisi erect, simetris, inspirasi cukup

Temuan:
A : Posisi trakea shift ke kanan
B : Tulang tulang intak
C : CTR <50 %, jantung tidak membesar
D : Diafragma kiri memndatar
E: Sudut costofrenikus kanan tumpul dan kiri lancip
- Tak tampak pelebaran mediastinum
- Tidak terdapat pemadatan hilus
- Elevasi fissura interlobaris paru dextra
- Tampak konsolidasi inhomogen di apex paru dextra
- Tampak multicavitas di lobus superior paru dextra
- Hiperaerasi paru sinistra
- Air fluid level basal sinistra

Kesan :
TB Paru + Atelektasis dextra + Efusi Pleura sinistra (DD: Hydropneumothorax
sinistra)
9.

Foto Thorax PA, Posisi erect, asimetris, inspirasi cukup, overexposed

Temuan:
A : Posisi trakea terdorong ke kanan
B : Tulang tulang intak
C : CTR <50%, cor shift ke kanan
D : Diafragma licin
E: Sudut costofrenikus kanan dan kiri lancip
- Tak tampak pelebaran mediastinum
- Tidak terdapat pemadatan hilus
- Tampak konsolidasi inhomogen di lobus superior paru dextra
- Tampak cavitas di lobus paru dextra et sinistra
- Hiperaerasi paru sinistra
- Pulmonary bullae (+) lobus inferior dextra
- Volume loss paru dextra

Kesan :
TB Paru + Atelektasis dextra
DD: Pneumothorax spontan sinistra ec TB Paru
10.

Foto Thorax PA, Posisi erect, simetris, inspirasi cukup

Temuan:
A : Posisi trakea shift ke kanan
B : Tulang tulang intak
C : CTR <50%, jantung dalam batas normal
D : Diafragma licin
E: Sudut costofrenikus kanan tumpul dan kiri lancip
- Tak tampak pelebaran mediastinum
- Tidak terdapat pemadatan hilus
- Tampak konsolidasi inhomogen di lobus superior paru dextra et sinistra
- Tampak multicavitas di lobus superior dextra et sinistra.
- Honeycomb appearance (+) lobus superior paru sinistra
- Tampak garis garis fibrotic di lapang paru kanan dan kiri
- Volume loss paru dextra (+)

Kesan :
TB Paru + Bronkiektasis Sinistra
11.

Foto Thorax PA, Posisi erect, simetris, inspirasi cukup

Temuan:
A : Posisi trakea shift ke kiri
B : Tulang tulang intak
C : CTR tidak dapat dinilai
D : Diafragma licin
E: Sudut costofrenikus kanan lancip dan kiri tidak dapat dinilai
- Tampak konsolidasi inhomogen di lobus paru sinistra
- Hiperaerasi paru dextra
- Volume loss paru dextra (+)

Kesan :
TB Paru (Destroyed Lung) Sinistra
PNEUMOTHORAX

1. Apa yang dimaksud dengan pneumothoraks?


Jawab:
Pneumothorax adalah adanya udara yang terdapat antara pleura visceralis dan
cavum pleura.

2. Apa penyebab pneumothoraks?


Jawab:
a. Pneumotoraks primer: terjadi tanpa disertai penyakit paru yang
mendasarinya.
b. Pneumotoraks sekunder: merupakan komplikasi dari penyakit paru yang
mendahuluinya.
c. Pneumotoraks traumatik: terjadi akibat cedera traumatik pada
dada.Traumanya bisa bersifat menembus(luka, tusuk, peluru atau tumpul
(benturan pada kecelakaan bermotor). Pneumotoraks juga bisa merupakan
komplikasi dari tindakan medis tertentu (misal torakosentesis).

3. Apa yang dimaksud dengan:


a. Tension pneumothoraks
Jawab:
Suatu keadaan dimana udara masuk rongga pleura tetapi tidak dapat
keluar, hal ini menyebabkan peningkatan tekanan di dalam rongga pleura
secara progresif, kolapsnya jaringan paru secara progresif dan
menyebabkan pendorongan mediastinum ke sisi yang berlawanan dapat
mengakibatkan terjadinya penurunan fungsi kardiopulmoner.

b. Loculated pneumothoraks
Jawab:
Loculated pneumothorax adalah bentuk pneumothorax dimana udara
pleura terperangkap diarea yang terlokalisasi.
Hal ini dapat terjadi misalnya pada pasien dengan penyakit pernapasan
akut yang diobati dengan ventilasi mekanis dan status pasca aspirasi pleura
dalam konteks peradangan pleura atau pleurodesis sebelumnya.

4. Mengapa pada tension pneumothoraks, paru yang kolaps kearah


sentral?
Jawab:

5. Mengapa pada kasus TB bisa terjadi secondary pneumothoraks?


Jawab:
Pneumotoraks yang terjadi pada penderita TB adalah suatu komplikasi.
Keadaan ini terdapat pada proses pneumotoraks sekunder dimana terjadi pada
ruptur lesi paru yang terletak dekat permukaan pleura sehingga udara
inspirasi memperoleh akses ke rongga pleura.
Pneumotoraks spontan sekunder terjadi oleh karena pecahnya bleb yang
berada di sub pleura viseralis dan sering ditemukan di daerah apeks lobus
superior dan inferior. Terbentuknya bleb akibat perembesan udara melalui
alveoli yang dindingnya ruptur kemudian melalui (aringan intersisial ke
lapisan (aringan ikat yang berada di sub pleura viseralis. Sebab pecahnya
dinding alveolus ini belum diketahui dengan pasti diduga ada dua faktor yaitu
penyakit paru dan peningkatan tekanan intraalveolar akibat batuk.

6. Apa yang dimaksud dengan istilah


a. Pleural white line
Jawab:
Ditemukan pada pneumothorax yang terjadi akibat adanya pemisahan
antara lapisan visceral dan parietal pleura karena adanya udara sehingga
terlihat sebagai adanya pleural white line pada gambaran x-ray.

b. Deep sulcus sign


Jawab:
Deep sulcus sign pada posisi AP menimbulkan kecurigaan pneumotoraks.
Pada radiografi yang diambil dengan posisi berbaring (umumnya di unit
perawatan intensif), akan ditemukan deep sulcus sign karena udara
terkumpul di anterior dan basal, tidak di apeks seperti ketika pasien dalam
posisi berdiri. Sudut kostofrenikus menjadi dalam secara abnormal ketika
udara pleura terkumpul secara lateral, menghasilkan deep sulcus sign.
1.
2.

Kesan:
Pneumothorax
3.

Foto Thorax AP, Posisi Semi erect, Inspirasi kurang

Temuan:
A : Trakea ditengah
B : Tulang tulang intak
C : CTR <50%, jantung dalam batas normal
D : Diafragma licin
E: Sudut costofrenikus kanan tumpul dan kiri lancip
- Tak tampak pelebaran mediastinum
- Tak tampak pemadatan hilus
- Tampak perselubungan homogen pada paru dextra inferior

Kesan:
4.

Kesan:
Tension Pneumothorax

5.
6.
7.
8.
9.
PNEUMONIA DAN BRONCHOPNEUMONIA

1. Lobar pneumonia
Jawab:
Pneumonia yang terjadi pada seluruh atau segmen yang besar dari satu atau
lebih lobus pulmonary. Apabila kedua paru yang terkena, maka hal ini sering
disebut sebagai bilateral atau “double” pneumonia.

2. Segmental pneumonia
Jawab:
Pneumonia yang terjadi pada satu segmen pulmo.

3. Interstitial pneumonia
Jawab:
Suatu proses inflamasi yang lebih atau hanya terbatas di dalam dinding
alveolar (interstitium) dan peribronchial dan jaringan inter lobular.

4. Bronchopneumonia
Jawab:
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu
peradangan/inflamasi pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya
mengenai bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya yang
disebabkan oleh berbagai macam etiologi dimana kuman atau zat (agen)
teraspirasi akan menimbulkan kestidakseimbangan antara ventilasi dan
perfusi di system pernafasan, yang tercemin melalui gejala klinis, radiologis
dan laboratoris.
5. Rounded pneumonia
Jawab:
Rounded pneumonia adalah jenis pneumonia yang biasanya hanya terlihat
pada pasien anak. Ditegakkan berdasarkan adanya opasitas berbentuk bulat
yang mewakili wilayah konsolidasi yang terinfeksi.

6. Konsolidasi
Jawab:
Konsolidasi merupakan gambaran opaque terbatas yang dibentuk oleh adanya
cairan yang menggantikan udara pada alveolus sehingga menghasilakan suatu
area dengan bayangan homogen yang konfluen.

7. Air bronchogram
Jawab:
Air bronkogram didefinisikan sebagai pola bronkus berisi udara pada bagian
paru-paru tanpa udara. Normalnya, udara tidak dapat terlihat pada
percabangan bronkus yang lebih perifer, tetapi bila terlihat, hal ini disebut air
bronchogram. Pada keadaan ini, tampak bayangan percabangan bronkus yang
terisis udara (lusen/hitam) yang dikelilingi oleh banyangan putih akibat
konsolidasi/infiltrate.

8. Silhoutte sign
Jawab:
Dalam radiologi, sillhoute sign mengacu pada hilangnya batas normal antara
struktur toraks. Biasanya disebabkan oleh massa radiopak intratoraks yang
menyentuh batas jantung atau aorta.
Dengan kata lain, sulit untuk melihat batas struktur tertentu (normal atau
sebaliknya) karena letaknya bersebelahan dengan struktur padat lainnya, yang
keduanya akan tampak putih pada sinar-X standar. Ini dapat terjadi, misalnya,
pada right middle lobe syndrome, di mana margin jantung kanan tidak jelas,
dan pada pneumonia lobus kanan bawah, di mana batas diafragma di sisi
kanan tidak jelas, sedangkan margin jantung kanan tetap jelas. Silhouette sign
sangat berguna dalam melokalisasi lesi paru karena semua struktur yang
membentuk siluet jantung bersentuhan dengan bagian tertentu dari paru-paru.

9. Bulging fissure sign


Jawab:
Bulging fissure sign merupakan tanda yang menunjukkan adanya konsolidasi
lobus di mana bagian paru yang terkena meluas menyebabkan perpindahan
fisura yang berdekatan.

10. Apakah pneumonia menyebabkan tarikan/dorongan mediastinum


Jawab:
Pneumonia bisa menyebabkan
1.

Foto PA dan lateral view, posisi erect, simetris, inspirasi cukup

Temuan:
A : Trakea di tengah tidak terdeviasi
B : Tulang-tulang yang tervisualisasi intak
C : CTR <50%, jantung dalam batas normal
D : Diafragma licin tidak mendatar
E : Sudut costofrenicus lancip
- Tak tampak pelebaran mediastinum
- Tak tampak pemadatan limfonodi hilus, paratrachea
- Tampak konsolidasi inhomogen di zona bawah pulmo dextra, superposisi
dengan cor, air bronchogram, sillhoutte sign

Kesan:
Pneumonia lobus medial dextra
2.

Foto PA dan lateral view, posisi erect, simetris, inspirasi cukup

Temuan:
A : Trakea di tengah tidak terdeviasi
B : Tulang-tulang yang tervisualisasi intak
C : CTR <50%, jantung dalam batas normal
D : Diafragma licin tidak mendatar
E : Sudut costofrenicus lancip
- Tak tampak pelebaran mediastinum
- Tak tampak pemadatan limfonodi hilus, paratrachea
- Tampak konsolidasi lesi retikuler di interstitial space pada kedua lapang paru

Kesan:
Pneumonia interstitial

3.
Foto PA dan lateral view, posisi erect, inspirasi cukup

Temuan:
A : Trakea di tengah tidak terdeviasi
B : Tulang-tulang yang tervisualisasi intak
C : CTR <50%, jantung dalam batas normal
D : Diafragma licin tidak mendatar
E : Sudut costophrenicus kanan tumpul, sudut costophrenicus kiri lancip
- Tak tampak pelebaran mediastinum
- Tak tampak pemadatan limfonodi hilus, paratrachea
- Tampak konsolidasi di lobus atas pulmo dextra, air bronchogram, bulging
fissure sign

Kesan:
Pneumonia lobus superior dextra + Efusi pleura dextra

4.
Foto PA view, posisi erect, simetris, inspirasi cukup

Temuan:
A : Trakea di tengah tidak terdeviasi
B : Tulang-tulang yang tervisualisasi intak
C : CTR <50%, jantung dalam batas normal
D : Diafragma licin tidak mendatar
E : Sudut costofrenicus lancip
- Tak tampak pelebaran mediastinum
- Tak tampak pemadatan limfonodi hilus, paratrachea
- Tampak konsolidasi inhomogen di zona tengah pulmo dextra, air
bronchogram, tampak cavitas di lobus medial dextra, sillhoutte sign

Kesan:
Pneumonia lobus medial dextra

5.
Foto Thorax PA dan Lateral, Posisi erect, Inspirasi kurang

Temuan:
A : Trakea di tengah tidak terdeviasi
B : Tulang-tulang yang tervisualisasi intak
C : CTR <50%, jantung dalam batas normal
D : Diafragma licin tidak mendatar
E : Sudut costofrenicus lancip

Kesan:

6.
Foto AP view, posisi supine, asimetris, inspirasi cukup

Temuan:
A : Trakea di tengah tidak terdeviasi
B : Tulang-tulang yang tervisualisasi intak
C : CTR <50%, jantung dalam batas normal
D : Diafragma licin tidak mendatar
E : Sudut costofrenicus lancip
- Tak tampak pelebaram cavum pleura
- Tak tampak pelebaran mediastinum
- Tampak konsolidasi inhomogen pada zona tengah, bawah, pulmo sinistra
segmen terutama di sentral

Kesan:
Bronkopneumonia

7.
Foto PA view, posisi erect, asimetris, inspirasi cukup

Temuan:
A : Trakea di tengah tidak terdeviasi
B : Tulang-tulang yang tervisualisasi intak
C : CTR <50%, jantung dalam batas normal
D : Diafragma licin tidak mendatar
E : Sudut costofrenicus lancip
- Tak tampak pelebaran mediastinum
- Tak tampak pemadatan limfonodi hilus, paratrachea
- Tampak konsolidasi inhomogen berbentuk oval/rounded zona tengah,
bawah, pulmo dextra, air bronchogram

Kesan:
Pneumonia

8.
Foto PA view, posisi erect, simetris, inspirasi cukup

Temuan:
A : Trakea di tengah tidak terdeviasi
B : Tulang-tulang yang tervisualisasi intak
C : CTR <50%, jantung dalam batas normal
D : Diafragma licin tidak mendatar
E : Sudut costofrenicus lancip
- Tak tampak pelebaran mediastinum
- Tak tampak pemadatan limfonodi hilus, paratrachea
- Tampak konsolidasi inhomogen di kedua pulmo terutama pulmo dextra,
air bronchogram, tampak cavitas di pulmo sinistra

Kesan:
Bronkopneumonia

9.
Foto PA view, posisi erect, asimetris, inspirasi cukup

Temuan:
A : Trakea di tengah tidak terdeviasi
B : Tulang-tulang yang tervisualisasi intak
C : CTR <50%, jantung dalam batas normal
D : Diafragma licin tidak mendatar
E : Sudut costofrenicus lancip
- Tak tampak pelebaran mediastinum
- Tak tampak pemadatan limfonodi hilus, paratrachea
- Tampak konsolidasi inhomogen di superior dextra, dengan batas bawah lesi
fissura minor, bentuk triangular, air bronchogram

Kesan:
Pneumonia segmental lobus superior dextra

EFUSI PLEURA
1.

Foto Thorax PA+ Lat, Posisi erect, simetris, inspirasi cukup

Temuan:
A : Posisi trakea shift ke kanan
B : Tulang tulang intak
C : CTR tidak dapat dinilai
D : Diafragma kanan licin, kiri tidak dapat dinilai
E : Sudut costofrenikus kiri tumpul dan kanan lancip
- Mediastinum dan cor shift ke kanan
- Tidak terdapat pemadatan hilus
- Tampak nodul/kalsifikasi multiple di paru kanan
- Tampat konsolidasi homogen lobus paru sinistra (meniscus sign +)

Kesan:
Efusi pleura kiri massif ec keganasan

2.
Foto Thorax AP, Posisi semi-erect, asimetris, inspirasi cukup

Temuan:
A : Posisi trakea ditengah
B : Tulang tulang intak
C : CTR tidak dapat dinilai
D : Diafragma kiri licin, kanan tidak dapat dinilai
E : Sudut costofrenikus kanan tumpul dan kiri lancip
- Mediastinum shift ke kiri
- Tidak terdapat pemadatan hilus
- Tampat konsolidasi homogen lobus paru dextra (meniscus sign +)

Kesan:
Efusi pleura kanan massif

3.
4.
5.

6.
7.

8.

Anda mungkin juga menyukai