Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN”

Disusun Oleh:
Adinda Laksmidara (1520122009)
Mita Rismaya (1520122019)
Salpa Nur Padilah (1520122013)
Della Nasta Septina Hidayat (1520122028)

Prodi S1 Kebidanan
Universitas Galuh Ciamis
Tahun 2022

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga saya dapat
menyelesaikan ini dengan tepat waktu . Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Beriring salam tidak lupa kita
membacakan Shalawat buat baginda kita yaitu Nabi Muhammad SAW, Yang telah
memebawa umat manusia dari zaman kebodohan hingga ke zaman yang berilmu pengetahuan
saat ini.
Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas nikmat yang luar biasanya, yang
berupa kesehatan jasmani dan rohani, sehingga saya mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah sebagai mahasiswa Fakultas Kesehatan Universitas Galuh dengan 3 judul yaitu “
BIDAN JOGET TIKTOK SAMBIL NUNGGU KETUBAN PASIEN PECAH” “KISAH
MARIYA JADI BIDAN DI HUTAN DENGAN PENUH TANTANGAN” dan “BIDAN
ABORSI REMAJA 17 TAHUN DI HOTEL GAGAL DAN PASIEN PENDARAHAN”
Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini saya mohon maaf sebesar-besarnya.
Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen kami
yaitu Ibu Arifah Septiane Mukti.,SST.,M.kes
Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terimakasih.

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................................
Daftar Isi ...................................................................................................................
BAB I Pendahuluan

1. 1 Latar Belakang ............................................................................................


1. 2 Rumusan Masalah ......................................................................................
1. 3 Tujuan ........................................................................................................
1. 4 Manfaat .......................................................................................................

BAB II Pembahasan

2. 1 Bidan Joget Tiktok Sambil Nunggu Ketuban Pasien Pecah ......................


1. 2 Kisah Mariya Jadi Bidan Di Hutan Dengan Penuh Tantangan .................
1. 3 Bidan Aborsi Remaja 17 Tahun Di Hotel Gagal Dan Pendarahan ............

BAB III PENUTUP


Kesimpulan ..............................................................................................
Saran ........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1. Bidan Joget Tiktok Sambil Nunggu Ketuban Pasien Pecah
Ketua Umum Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Emi Nurjasmi menegaskan kasus bidan viral
joget TikTok saat pasien hendak melahirkan di Palu sudah mendapatkan teguran. Adapun
yang bersangkutan disebut Emi telah diminta berjanji untuk tidak melakukan hal serupa
di kemudian hari.
"Sementara anggota kemarin sudah diberikan teguran dengan IBI daerah dan sudah juga
diminta membuat surat pernyataan tidak akan lagi membuat konten demikian,"

2. Kisah Mariya Jadi Bidan Di Hutan Dengan Penuh Tantangan


Mariya mengukuhkan dirinya untuk mencoba tantangan mengabdi pada komunitas adat
yang tinggal di hutan-hutan. Kesempatan itu terbuka kala Komunitas Konservasi
Indonesia WARSI yang membuka lowongan untuk tenaga kesehatan yang akan di
tempatkan di suku-suku asli marginal di pedalaman Sumatera, yaitu Orang Rimba, Talang
Mamak dan Bathin Sembilan.

3. Bidan Aborsi Remaja 17 Tahun Di Hotel Gagal Dan Pendarahan


Dokter salah satu rumah sakit di Surabaya curiga saat menangani pasien remaja berusia
17 tahun yang mengalami pendarahan. Dari hasil pemeriksaan, sang dokter melihat ada
persalinan tidak normal pada pasien. Ia pun menghubungi pihak kepolisian untuk
melaporkan kejadian tersebut. Setelah dimintai keterangan, pasien mengaku melakukan
aborsi dibantu seorang bidan di sebuah hotel. Remaja 17 tahun itu tinggal di Kecamatan
Mulyorejo, Kota Surabaya. Saat aborsi dia temani kekasihnya. Tak lama kemudian polisi
pun menangkap SM (31) oknum bidan yang tinggal di Kecamatan Sambikerep, Kota
Surabaya dan kekasih pasien.

1.2 Rumusan Masalah


− Menjelaskan berita Bidan Joget Sambil Nunggu Ketuban Pasien Pecah
− Menjelaskan kisah Mariya Jadi Bidan Di Hutan Dengan Penuh Tantangan
− Menjelaskan berita Aborsi Remaja 17 Tahun Di Hotel Gagal Dan Pendarahan

1.3 Tujuan
Adapun tujuan kami dalam menyusun makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas dalam
perkuliahan, juga agar kami dan semua mahasiswa pada umumnya mampu memahami isi
materi makalah ini.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bidan Joget Tiktok Sambil Nunggu Ketuban Pasien Pecah

Video berdurasi 19 detik tersebut memperlihatkan tiga orang wanita yang diduga bidan akan
membantu proses melahirkan. Aksi tersebut bahkan diunggah di TikTok. Dalam keterangan
video tersebut, bidan berjoget sambil menunggu air ketuban pecah.

"Sambil menunggu ketuban pecah, bidannya goyang dulu," tulis keterangan video tersebut.

Di samping bidan yang asik berjoget. Seorang ibu terlihat meringkuk kesakitan karena
mengalami kontraksi. Namun tiga wanita tersebut malah asik berjoget.
Sang suami yang mendampingi istrinya, nampak tidak nyaman melihat aksi bidan tersebut.

"Lagian ibunya juga tidak bisa dipegang " tulis keterangan video tersebut.

Viral di media sosial, video ini sudah dihapus oleh akun TikTok @bidanpraktekmandiri.
Video tersebut mendapatkan kecaman dari warganet. Banyak yang berkomentar aksi bidan
tersebut tak pantas dilakukan. Terlebih mereka mengunggah video tersebut di media sosial.

Contoh kecaman warganet:


"Sepertinya instansi2 hrs mulai bikin aturan dilarang membuat konten video apapun saat
berpakaian dinas/masih dlm ruang lingkup profesi tanpa ijin.." tulis netizen.

"Nakes nakes kaya gini dulu waktu sumpah profesi yg dibaca sumpah apa" tulis netizen.
Akun twitter @blogdokter juga mengingatkan tenaga kesehatan agar tak berperilaku sama.

"Untuk tenaga kesehatan, minta tolong ingat ingat lagi etika profesi saat berhadapan dengan
pasien. Privasi pasien adalah segalanya, apalagi berhubungan dengan tindakan tindakan yang
membutuhkan privasi tingkat tinggi," tulis akun @blogdokter.

Ketua Umum Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Emi Nurjasmi kemudian menyoroti euforia
sejumlah tenaga kesehatan yang belakangan ikut 'ngonten' TikTok. Ia mengimbau setiap
nakes khususnya anggota IBI atau bidan untuk selalu mengedepankan kode etik profesi.

"Kita sudah melakukan pembinaan ada kegiatan webinar juga terkait bagaimana bidan
mengikuti euforia tiktok, membuat konten di media sosial, mana yang harus di up, mana yang
tidak, agar mereka lebih berhati-hati," pesan dia.

"Itu nanti akan sangat merugikan bagi pasien dan bagi bidan itu sendiri kalau nanti akan
terkena pelanggaran etik, itu tidak kita harapkan seperti itu," sambung Emi.

Ia kembali mengingatkan setiap bidan untuk cerdas menggunakan media sosial, terlebih
berkaitan dengan praktik sehari-hari, agar tidak lantas merugikan diri sendiri dan pasien.

2.2 Kisah Mariya Jadi Bidan Di Hutan Dengan Penuh Tantangan


Inilah sekelumit kisah perjuangan Mariya Kristiana yang mengabdikan dirinya sebagai tenaga
kesehatan untuk masyarakat adat di Jambi dan Riau. Dalam pengabdiannya, dia harus keluar
masuk hutan demi kesehatan masyarakat.

Setelah menamatkan pendidikan di Akademi Kebidanan Ar Rum Salatiga Jawa Tengah,


Mariya Kristiana sempat mengabdi di sejumlah tempat. Mengabdi di klinik perkebunan sawit
di Kalimantan, menjadi ibu asrama di almamaternya, hingga bekerja di klinik kesehatan di
Kota Semarang.

Awalnya tak terbayang oleh anak pertama dari dua bersaudara ini untuk mengabdikan dirinya
di komunitas adat yang tinggal di pedalaman. Namun cerita sepupunya yang sudah sejak
tahun 2008 berkecimpung di komunitas adat mulai mengusik pikirannya.

Dibesarkan di tanah Jawa, sangat sulit membayangkan ada kelompok masyarakat yang
tinggal di pedalaman, dengan semua aspek kehidupannya bergantung pada hutan. Namun dari
cerita sepupu yang pulang kampung setiap masa cutinya, semakin membangkitkan minat
Mariya untuk turut mengenal komunitas adat.

Lama perenungan, akhirnya Mariya mengukuhkan dirinya untuk mencoba tantangan


mengabdi pada komunitas adat yang tinggal di hutan-hutan. Kesempatan itu terbuka kala
Komunitas Konservasi Indonesia WARSI yang membuka lowongan untuk tenaga kesehatan
yang akan di tempatkan di suku-suku asli marginal di pedalaman Sumatera, yaitu Orang
Rimba, Talang Mamak dan Bathin Sembilan.

Setelah melalui rangkaian proses rekrutmen, Mariya di terima di WARSI pada pertengahan
September 2015. Hatinya tidak sabar untuk memulai pertualangannya di Komunitas adat.
Hari yang di nanti itupun tiba, tepat sehari menjelang Ulang Tahunnya yang ke 27, Mariya
mengawali perjalanan perdananya sebagai fasilitator kesehatan ke Komunitas Talang Mamak
di pedalaman Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) di Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu)
Riau.

Karena berangkat menjelang hari ulang tahunnya, Mariya tetap menyiapkan kue ulang tahun
sederhana lengkap dengan lilin yang diniatkan akan dinikmati bersama komunitas yang akan
dikunjunginya. Waktu itu lokasi kunjungan adalah Nunusan di pinggiran Sungai Gangsal di
dalam TNBT. Sejatinya Nunusan bisa dicapai dari Desa Lemang perkampungan di pinggiran
TNBT, sedangkan Nunusan sudah masuk ke dalam kawasan taman nasional.
Di Nunusan ini terdapat komunitas Talang Mamak yang berjumlah sekitar 12 kepala
keluarga. Lemang-Nunusan bisa diakses dengan menggunakan perahu bermotor selama tiga
jam. Hanya saja saat kemarau tiba, debit sungai menjadi surut sehingga perahu motor tidak
bisa melintas. Tidak ada pilihan lain selain berjalan kaki, menelusuri pinggiran sungai di
antara pepohonan dan sesekali harus menyeberangi sungai untuk mencari jalan yang landai.

Bersama fasilitator komunitas Talang Mamak Surana, Mariya mengawali perjalanannya,


lengkap dengan alat medis dan obat-obatan serta perlengkapan pribadi dan kue ulang tahun
turut dibawanya. Dengan pendampingnya, Mariya berbagi beban yang harus di bawa.
Awalnya dia sangat yakin dan bersemangat untuk bertemu dengan komunitas Talang Mamak.
Perjalanan di mulai dari pukul 1 siang dari Lemang, setelah sebelumnya mereka menempuh
perjalanan sekitar 4 jam berkendara dari Kota Jambi, kantor Komunitas Konservasi Indonesia
Awalnya perjalanan masih dilalui dengan canda tawa meski keringat mengucur membasahi
badan. Perjalanan semakin berat, karena di rimba yang harusnya memberi kesegaran,
tercemar asap pembakaran lahan gambut di Riau yang terjadi waktu itu.

Setelah hampir maghrib, Mariya dan Surana masih juga belum sampai ke Nunusan. Barang
bawaan semakin terasa berat, ada rasa putus asa mulai menyergap Mariya. Hatinya kembali
bertanya-tanya benarkan ini yang diinginkannya? Seperti inikah medan dan akan selalu
dilaluinya untuk hari-hari berikutnya. Masih jauhkan perjalanan itu? Kapan akan sampai di
kelompok masyarakat yang di ceritanya sepupunya?

Di tengah istirahat, tanpa terasa air mata membasahi pipinya, tangisnya pun pecah kala hari
benar-benar sudah gelap. Sejenak Surana selaku tandem perjalananya terdiam. Perlahan
Surana bersuara, "Mar, kalau kita tak melanjutkan perjalanan dan bermalam di sini, sia-sialah
kue ulang tahun yang kau bawa, bukankah kamu berniat memakan kue ulang tahun itu
dengan komunitas?". Pelan suara Cung, demikian Surana dipanggil, mampu menghentikan
tangis Mariya.

Segera di lapnya pipinya yang basah, kemudian berdiri dan menyandang ranselnya. Entah
dari mana semangatnya muncul dan tenaganya menjadi kuat kembali untuk melangkah di
malam gelap diterangi lampu senter. Mereka berhasil sampai di Nunusan kala jam sudah
menunjukkan pukul 8 malam. Mariya lega bertemu dengan komunitas yang selama ini hanya
dia dengar dari cerita sepupunya.

Kesesokannya, begitu diberitahu bahwa yang datang adalah seorang bidan, para penduduk
Nunusan banyak yang memeriksakan kesehatan. Mulai dari penyakit ringan seperti flu dan
pilek, sampai pada pemeriksaan kehamilan.

Melihat respons Komunitas yang sangat antusias dengan tenaga kesehatan, semangat Mariya
untuk melakukan pengobatan dasar komunitas adat semakin besar. Pengobatan hari itu
diakhiri dengan doa bersama untuk atas perayaan ulang tahun Mariya.

Bagi komunitas adat, tenaga kesehatan yang datang ke mereka masih sangat langka. Makanya
tidak heran, kala ada tenaga kesehatan yang datang langsung menjadi rebutan dan tidak
pernah sepi pengunjung. Kondisi ini yang mendorong semangat Mariya untuk terus
berkunjung ke komunitas-komunitas adat. Medan berat tak lagi menjadi penghalangnya. Tak
hanya medan yang berat, dalam menjalan misi pengobatan pada komunitas adat, ada kalanya
Mariya juga harus bisa kompromi dan menahan diri, misalnya ketika ada kendala teknis yang
dihadapinya.

Pada suatu misi pengobatan ke Komunitas Talang Mamak di Datai, Mariya diharuskan
menggunakan jasa ojek motor untuk mencapai Datai di hulu Sungai Gansal dari Simpang
Pendowo Keritang. Hanya ojek motorlah satu-satunya kendaraan ke lokasi yang paling hulu
Talang Mamak ini.

Namun tubuh Mariya yang cukup berisi membuat tukang ojek enggan mengangkutnya. Jalan
tanah nan berlumpur dengan medan turun naik, menjadi alasan bagi tukang ojek untuk
membawa beban lebih.

Kondisi ini tak menyurutkan Mariya, dia yakin pasti akan ada ojek yang bersedia
membawanya menemui suku di pedalaman tersebut. Benar saja, orang baik selalu ada. Kini
Mariya malah memiliki langganan ojek yang akan mengantarnya melakukan pengobatan ke
komunitas adat yang hanya ada di sekitar Taman Nasional Bukit Tigapuluh itu yang sebagian
besar wilayahnya masuk di Provinsi Riau.

Sebagai fasilitator kesehatan Mariya, tidak hanya berkunjung ke Talang Mamak, namun juga
ke komunitas Orang Rimba dan Batin Sembilan. Tidak hanya memberikan pengobatan dasar,
namun juga memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat yang ditemuinya.
Selanjutnya Mariya juga akan bertindak selaku advokator kala harus mengadvokasikan
layanan kesehatan ke pemerintah daerah. Pekerjaan-pekerjaan ini kini menjadi sangat
menyenangkan bagi gadis periang ini.

"Kini saya semakin yakin, bahwa hidup ini sangat berarati. Bukan hanya untuk diri kita tetapi
juga untuk orang lain," sebut Mariya yang kini kehadirannya selalu di nanti oleh komunitas.
Bahkan kala ia menelusuri Sungai Gangsal akan ada saja komunitas yang memintanya
mampir. Kadang kala pengobatan bisa dilakukan di perahu yang membawanya.

Menurutnya, dengan mengunjungi komunitas-komunitas adat di pedalaman, ia semakin yakin


bahwa terdapat kaitan erat antara ketersediaan hutan dengan tingkat kesehatan masyarakat
adat yang tinggal di kawasan itu. Setelah mengamati Talang Mamak dan Orang Rimba,
Mariya menjadi yakin bahwa ketika hutan masih relatif baik, akan mampu memberi pasokan
pangan yang memadai untuk komunitas yang tinggal di dalamnya, namun kala hutan sudah
berganti dengan perkebunan monokultur, maka kehidupan komunitas adat akan semakin sulit.

"Di Talang Mamak misalnya, meski terdapat sejumlah penyakit pada mereka, kasusnya
relatif bisa tertangani dan dikendalikan. Hanya saja kalau sudah kehilangan sumber daya
penghidupan, seperti Orang Rimba yang berada perkebunan sawit, akan sangat sulit untuk
mendapatkan kualitas kesehatan hidup yang lebih baik," tutur Mariya.

Untuk itu, lanjut Mariya, peranan negara harus hadir untuk memberikan perlindungan bagi
komunitas adat. Tidak hanya berupa layanan kesehatan langsung, namun juga perlindungan
sumber daya alam yang menjadi sumber penghidupan mereka.
2.3 Bidan Aborsi Remaja 17 Tahun Di Hotel Gagal Dan Pendarahan

Aborsi tersebut berawal saat MZ (32) dan RA bertemu dengan SM untuk konsultasi
kehamilan. MZ bercerita jika kekasihnya sedang hamil 20 minggu atau 5 bulan. Pembicaraan
pun menjurus ke rencana aborsi. Setelah pertemuan pertama itu, MZ dan RA sepakat untuk
mengugurkan kandungan yang berusia 5 bulan. Mereka pun mengubungi SM untuk
menanyakan harga. Mereka kemudian sepakat melakukan aborsi di salah satu hotel di
Surabaya dengan biaya Rp 1,5 juta.

Biaya tersebut untuk anistesi, infus, dan obat pendorong janin agar keluar. Praktik aborsi
dilakukan di kamar sebuah hotel di Jalan Sambikerep, Surabaya pada 12 Maret 2020.
Berdasarkan kesepakatan, bidan akan memberikan janin yang telah diaborsi pada pasangan
tersebut untuk dimakamkan. Ternyata saat aborsi yang keluar hanya darah. Pemberian obat
pendorong janin tak bekerja optimal. Aborsi tak berhasil dilakukan.

Janin berusia 20 minggu itu masih menempel di rahim gadis 17 tahun itu. Mereka pun
pulang. Pada 15 Maret 2020, janin RA keluar dari rahim dalam kondisi meninggal sekitar
pukul 04.30 WIB. Saat itu RA ada di kamar kos. Janin milik RA kemudian dibungkus oleh
MZ dengan tas plastik hitam dan dibuang ke sungai Merr.

RA mengalami pendarahan hebat dan ia harus dibawa ke rumah sakit. Dokter yang curiga
membongkar praktik aborsi tersebut. Sang dokter lalu membuat laporan ke polisi pada 19
Maret 2020. "Dari situ kami bergerak melakukan interogasi kepada tersangka Mawar dan MZ
selanjutnya kami dapatkan keterangan jika memang keduanya menggugurkan janin atas
bantuan tersangka SM," kata Kasatreskrim Polrestabes Surabaya AKBP Sudamiran.

Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya, AKBP Sudamiran melalui Kanit Pelayanan Perempuan
dan Anak, Iptu Harun mengatakan SM mengaku kasian melihat ibu janin tersebut. Kepada
polisi, ia megaku hanya melakukan praktik aborsi ilegal ketika merasa iba kepada ibu janin.
"Alasannya karena kasihan dan kemanusiaan saja. Tapi caranya tetap salah dan itu sudah
melanggar hukum," kata Harun. Tak hanya itu. bidan SM juga mengaku hampir setiap bulan
menerima permintaan aborsi sejak setahun terakhir. SM bercerita jika ia tak memiliki tempat
khsusus untuk paktik aborsi. Praktik aborsi dilakukan di kamar hotel yang telah disepakatinya
oleh pasien "Tidak punya tempat praktik khusus, tapi di kamar hotel yang disepakati
pengorder," ujar Wakasat Reskrim Wakasat Reskrim Kompol Ardian Satrio Utomo, saat
dihubungi melalui telepon, Senin (6/4/2020).

SM, RA, dan MZ kita telah ditetapkan sebagai tersangka. Ketiganya dijerat pasal berlapis,
yakni Pasal 77 A jo pasal 45A UU RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, dan
atau pasal 346 KUHP, pasal 299 KUHP, dan atau Pasal 348 KUHP.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
jadi kesimpulan dalam makalah ini yaitu pentingnya etika profesi (kode etik), ketentuan
hukum, peraturan, dan perundang-undangan yang berlaku. Tanpa etika yang baik, bisa saja
semua tenaga tersebut melakukan tindakan semau mereka, tidak sesuai prosedur, tidak
menjamin keselamatan pasien dan mungkin hanya demi mendapat materi atau imbalan.

Saran
penulis dapat memberikan saran yakni seorang bidan yang telah melanggar kode etik
seharusnya penegakan hukum nya lebih di pertegas lagi karena profesi bidan merupakan
profesi yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan sehingga dibutuhkan pertanggung jawaban
secara nyata atas pelanggaran yang dibuat oleh bidan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-6138365/viral-bidan-joget-tiktok-saat-pasien-
mau-lahiran-ibi-sentil-euforia-ngonten

https://www.merdeka.com/sumut/bikin-warganet-geram-viral-video-bidan-asik-joget-di-
depan-pasien-saat-kontraksi.html

https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-3342463/penuh-tantangan-begini-kisah-mariya-
jadi-bidan-di-hutan

https://regional.kompas.com/read/2020/04/08/06070001/berdalih-kemanusiaan-bidan-aborsi-
remaja-17-tahun-di-hotel-gagal-dan-pasien?page=all

Anda mungkin juga menyukai