Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KOGNITIF


DENGAN MENCARI PASANGAN GAMBAR

KELOMPOK 1 :
1. Avis Yudi Putra (193110129)
2. Ananda Syaidina Putri  (203110121)
3. Chykita Putri Amanda (203110126)
4. Hana Azzahra  (203110131)
5. Monalisa Alya Putri (203110136)
6. Najmatul Asriah (203110141)
7. Rahayu Marfira (203110146)
8. Salwa Dwi Sausan (203110151)
9. Syaifil Mazana (203110156)

Dosen Pembimbing :
Tasman, SKp.M.Kep.Sp.Kom

PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG


POLITEKTIK KESEHATAN KEMENKES RI PADANG
2022-2023
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KOGNITIF
MENCARI GAMBAR BERPASANGAN

Topik : Terapi aktivitas kognitif


Indikasi : Kelompok lansia dengan dimensia
Terapis : 5 orang mahasiswa/i Poltekkes Kemenkes RI Padang
Sasaran : 4 orang lansia
Tempat : Panti Jompo Mungo, Nanggalo

A. Latar belakang
Terapi kognitif dikembangkan pada tahun 1960-an oleh Aaron Beck dan berkaitan dengan
terapi rasional emotif dari Albert Ellis. Terapi kognitif akan lebih bermanfaat jika digabung
dengan pendekatan perilaku. Kemudian terapi ini di disatukan dan dikenal dengan terapi
perilaku kognitif (cognitive behavior therapy). Terapi ini memperlakukan individu sebagai
agen yang berpikir positif dan berinteraksi dengan dunianya.
Terapi kognitif adalah terapi yang mempergunakan pendekatan terstruktur, aktif, derektif
dan berjangka waktu singkat, untuk menghadapi berbagai hambatan dalam kepribadian,
misalnya ansietas atau depresi. Terapi ini didasarkan pada teori bahwa afek (keadaan emosi,
perasaan) dan tindakan seseorang sebagaian besar ditentukan oleh bagaimana seseorang
tersebut membentu dunianya. Pikiran manusia memberi gambaran tentang rangkaian kejadian
di dalam kesadarannya. Gejala perilaku yang berkelainan atau menyimpang, berhubungan
erat dengan isi pikiran, misalnya, seorang menderita ansietas karena mengantisipasi akan
mengalami hal-hal yang tidak enak pada dirinya.
Dalam hal seperti ini, terapi kognitif dipergunakan untuk mengidentifikasi, memperbaiki
gejala prilaku dan fungsi kognisi yang terhambat, yang mendasari aspek kongnitifnya yang
ada. Terapi dengan pendekatan kognitif mengajar pasien atau klien agar berpikir lebih
realistis dan sesuai sehingga dengan demikian akan menghilangkan atau mengurangi gejala
yang berlebihan.

B. TUJUAN
1. Umum
Setelah mengikuti kegiatan terapi kognitif mencari gambar berpasangan selama 45
menit lansia di harapkan mampu meningkatkan aktivitas, daya kognitif, dan
kemampuan sosial.
2. Khusus
Setelah mengikuti kegiatan terapi kognitif, lansia mampu :
a. Melatih konsentrasi untuk memusatkan perhatian sesuai petunjuk yang diberikan.
b. Meningkatkan daya ingat pada lansia
c. Meningkatkan interaksi sosial antar lansia

C. MATERI
( Terlampir )

D. Kriteria Anggota Terapi Kognitif


1. Demensia
2. Tingkatan Demensia
3. Lansia yang kooperatif
Menurut (Yosep, 2007) semua lansia rehabilitasi perlu mendapatkan terapi kelompok kecuali
mereka yang mengalami :
1 Psikopat dan sosiopat
2 Selalu diam dan / atau austitik
3 Delusi yang tidak terkontrol.
4 Lansia yang mudah bosan.
5 Lansia rehabilitasi ambulatory yang tidak termasuk psikosis, tidak menunjukkan
gejala regresi dan halusinasi dan ilusi yang berat dan orang-orang dengan
kepribadian sciozoid serta neurotic
6 Pasien dengan ego psiko patologi berat yang menyebabkan psikotik kronik sehingga
menyebabkan toleransi terhadap kecemasan rendah dan adaptasi yang kurang.

E. Uraian Struktur Organisasi


1 Hari/Tanggal :Jumat / 25 Agustus 2022
2 Tempat Kegiatan : Wisma Mungo, Nanggalo
3 Waktu Kegiatan : 11.00 s.d 11.45 WIB
4 Metode Kegiatan :
a. Dinamika kelompok
b. Diskusi dan tanya jawab
5 Anggota Kelompok :
a. Nenek S usia 62 tahun demensia ringan dengan tongkat
b. Nenek M usia 70 tahun dengan demensia sedang dengan kursi roda
c. Nenek R usia 55 tahun dengan demensia ringan
d. Nenek A usia 68 tahun dengan demensia sedang

F. MEKANISME KEGIATAN
No. Tahapan Waktu Kegiatan Terapis Kegiatan Peserta Media
1. Persiapan 5 Menit a. Mempersiapkan - -
lingkungan :
suasana tenang dan
nyaman (tidak
ribut).
b. Mempersiapkan
tempat : pengaturan
posisi tempat
duduk, leader
berdiri didepan dan
berkomunikasi
dengan seluruh
anggota kelompok.
c. Mempersiapkan
anggota kelompok :
membuat kontrak
kembali dengan
peserta untuk
mengikuti aktifitas
kelompok terapi
kognitif dan terapi
pendengaran.
d. Mempersiapkan
pembagian tugas
anggota terapis
2. Pembukaan 5 menit a. Salam terapeutik a. Menjawab -
- Terapis
/ Orientasi mengucapkan salam
salam
b. Memperhatikan
- Memperkenalka
n terapis dan c. Memperhatikan
pembimbing
dan memberi
- Menjawab
salam jawaban bahwa
Mendengarkan
kondisinya saat
dan
memperhatikan ini baik.
d. Mendengarkan
b. Evaluasi / Validasi
- Menanyakan
perasaan klien
saat ini
- Menanyakan
masalah yang
dirasakan
c. Kontrak
- Menjelaskan
tujuan kegiatan,
dari TAK
- Membuat
kontrak waktu
kegiatan yaitu
45 menit
d. Menjaskan cara
bermain
e. Menjelaskan aturan
main:
- Jika ada klien
yang akan
meninggalkan
kelompok, harus
meminta izin
kepada terapis.
- Lama kegiatan
45 menit.
- Setiap klien
mengikuti
kegiatan dari
awal sampai
selesai.
3. Pelaksanaan 25 a. Peserta berdiri a. Memperhatikan Gambar
/ Isi menit mengelilingi meja, penjelasan
meja tersebut dengan cermat
diletakkan gambar b. Memperhatikan
terbalik yang sudah simulasi
diacak c. Menanyakan
b. Peserta membalik 2 hal-hal yang
gambar untuk belum jelas
mencari gambar 1. Memperhatikan
yang berpasangan
c. Satu peserta
mendapat satu kali
kesempatan
perputaran
d. Percobaan
dilakukan secara
bergantian sampai
semua gambar
mendapatkan
pasangannya
3. Penutup 10 f. Evaluasi pencapaian a. Menjawab -
tujuan
menit pertanyaan
- Menanyakan
perasaan klien b. Bertepuk
setelah
tangan
mengikuti TAK
- Memberikan c. Menjawab
pujian dan atas
salam.
keberhasilan
kelompok
g. Memberikan tindak
lanjut penghargaan
- Terapis
menganjurkan
klien melatih
kognitif dengan
cara bermain tts
dan menjadikan
sebagai kegiatan
harian.
h. Kontrak TAK
selanjutnya
- Terapis
mengakhiri sesi
TAK dan
menyepakati
kegiatan TAK
yang akan
datang.
- Menyepakati
waktu dan
tempat.

G. PENGORGANISASIAN KELOMPOK
1. Hana Azzahra : Leader
2. Chykita Putri Amanda : Co leader
3. Syaifil Mazana : Observer
4. Avis Yudi Putra : Fasilitator
5. Najmatul Asriah : Fasilitator
6. Monalisa Alya Putri : Pasien
7. Ananda Syaidina Putri : Pasien
8. Salwa Dwi Sausan : Pasien
9. Rahayu Marfira : Pasien

Peran masing-masing anggota kelompok


1 Leader : Hana Azzahra
a. Menyusun rencana aktifitas kelompok (proposal)
b. Mengarahkan kelompok dalam mencapai tujuan
c. Memfasilitasi setiap anggota untuk mengekpresikan perasaan dan
memberikan umpan balik
d. Sebagai “role model”
e. Memotivasi setiap anggotan untuk mengemukakan pendapat dan
memberikan umpan balik.
f. Bertanggung jawab terhadap kekacauan kegiatan TAK

2 Co-Leader : Chykita Putri Amanda


a. Menyampaikan informasi fasilitator kepada Leader.
b. Mengingatkan leader apabila permainan menyimpang.
c. Mengingatkan leader tentang lama untuk pelaksanaan kegiatan.
d. Bersama leader menjadi contoh kerjasama yang baik.

3 Observer : Syaifil Mazana


a. Mengobservasi semua respon klien.
b. Mencatat semua proses yang terjadi dan semua perubahan perilaku klien dan
mengawasi proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu.
c. Mengobservasi jalannya TAK.

4 Fasilitator :
a) Avis Yudi Putra
b) Najmatul Asriah

a. Membantu leader memfasilitasi anggota untuk berperan aktif dan memotivasi


anggota
b. Memfokuskan kegiatan TAK
c. Membantu mengkoordinasi anggota kelompok
d. Memfasilitasi peserta dalam aktivitas kelompok
e. Memotivasi anggota dalam mengekspresikan perasaan setelah kegiatan
f. Membimbing kelompok selama pelaksanaan diskusi
g. Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah

H. MEDIA DAN ALAT


1. Gambar

I. SETTING TEMPAT
Keterangan :

: Pembimbing : Fasilitator

: Leader : Pasien

: Co Leader : Meja

: Observer

J. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Tim berjumlah 5 orang yang terdiri atas 1 leader, 1 Co-Leader, 2 Fasilitator,
dan 1 Observer.
b. Lingkungan memiliki syarat luas dan sirkulasi baik, fasilitas kursi, gambar
sudah disiapkan
c. Sudah dilakukan kontrak dengan pasien 3 hari sebelum kegiatan
d. Peserta tidak ada kesulitan memilih peserta yang sesuai dengan kriteria dan
karakteristik peserta untuk melakukan terapi kognitif gambar berpasangan
e. Struktur organisasi, pembagian tugas sudah disepakati paling lambat 3 ahri
sebelum pelaksanaan
f. Simulasi sudah dilakukan 1 hari sebelum acara

2. Evaluasi Proses
a. Leader menjelaskan aturan jalanya kegiatan yang jelas.
b. Semua terapis sudah berada di tempat
c. Semua terapis sudah mengisi absen
d. Co-leader mengingatkan apabila ada dari bagian leader yang lupa
e. Co-leader mengingatkan lama permainan yabg
f. Fasilitator membimbing anggota kelompok dalam permainan
g. Fasilitator memotivasi anggota kelompok dalam permainan
h. Observer menempatkan diri ditempat yang memungkinkan untuk dapat
mengawasi jalannya kegiatan.

3. Evaluasi Hasil
a. 100 % peserta dapat mengikuti kegiatan dengan aktif dari awal sampai selesai
b. 75% peserta mampu mencocokkan gambar dengan baik
c. 75% Peserta dapat menemukan seluruh gambar berpasangan dengan batas
waktu yang ditentukan
d. 75% peserta mampu melakukan hubungan sosial dengan lingkungan (mau
berinteraksi dengan perawat/peserta lain).
e. 100% Peserta hadir dalam mengikuti terapi kognitif

K. PENUTUP
Demikianlah proposal ini kami ajukan dalam rangka memenuhi tugas Keperawatan
Komunitas. Atas perhatian dan kesempatan yang diberikan kepada kami, kami
mengucapkan terimakasih.

Padang, 25 Agustus
2022

Ketua Kelompok
(Syaifil Mazana)

Disetujui oleh :
Pembimbing Akademik
(Tasman, SKp.M.Kep.Sp.Kom)

DAFTAR PUSTAKA

Yosep, Iyus. (2009). Keperawatan Jiwa.Bandung: PT Refika Aditamam


Corey, G. Teori dan Praktik dari Konseling dan Psikoterapi. Edisi ke 4.Semarang: IKIP
Semarang Press. 2007
Lampiran Materi
TERAPI AKTIVITAS KOGNITIF
A. Pengertian
Kognitif adalah Kemampuan berpikir dan memberikan rasional, termasuk proses
mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan. Defenisi Terapi kognitif
adalah terapi jangka pendek yang teratur, yang memberikan dasar berpikir pada klien
untuk mengekspresikan perasaan negatifnya, memahami masalahnya, serta mampu
mengatasi perasaan negatifnya dan mampu memecahkan masalah tersebut.
Untuk menciptakan rasa positif dalam hidup anda dan untuk mengatasi rasa murung
memerlukan tehnik-tehnik baru. Tehnik-tehnik baru tersebut didasarkan pada suatu
bentuk penanganan baru yang dikenal sebagai terapi kognitif, suatu tindak pendekatan
yang cepat dalam menangani kekecewaan emosional seperti depresi dan kecemasan.
Penanganan baru ini di sebut “terapi kognitif” yang melatih untuk mengubah cara anda
menafsirkan dan memandang segala sesuatu pada saat anda mengalami kekecewaan
sedemikian rupa hingga anda merasa lebih baik dan bertindak produktif.
Lansia merupakan pasien yang membutuhkan terapi kognitif, terutama lansia yang
mengalami demensia
Terdapat jurnal bahwa terapi kelompok dapat membantu membuat kognitif lansia
membaik

B. Tujuan
Menurut Setyoadi, dkk beberapa mekanisme koping dengan menggunakan terapi kognitif
adalah sebagai berikut:
1. Membantu klien dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan menentang
keakuratan kognisi negative klien. Selain itu, juga untuk memperkuat persepsi
yang lebih akurat dan mendorong perilaku yang dirancang untuk mengatasi gejala
depresi. Dalam beberapa penelitian, terapi ini sama efektifnya dengan terapi
depresan.
2. Menjadikan atau melibatkan klien subjek terhadap uji realitas
3. Memodifikasi proses pemikiran yang salah dengan membantu klien mengubah
cara berpikir atau mengembangkan pola piker yang rasional.
4. Membentuk kembali pikiran individu dengan menyangkal asumsi yang
maladaptive, pikiran yang mengannggu secara otomatis, serta proses pikir tidak
logis yang dibesar-besarkan. Berfokus pada pikiran individu yang menentukan
sifat fungsionalnya
5. Menghilangkan sindrom depresi dan mencegah kekambuhan. Tanda dan gejala
depresi dihilangkan melalui usaha yang sistematis yaitu mengubah cara berpikir
maladaptive dan otomatis. Dasar pendekatannya adalah suatu asumsi bahwa
kepercayaan-kepercayaan yang mengalami distorsi tentang diri sendiri, dunia, dan
masa depan yang dapat menyebabkan depresi. Klien menyadari kesalahan cara
berpikirnya. Kemudian klien harus belajar cara merespon kesalahan tersebut
dengan cara yang lebih adaptif. Dengan perspektif kognitif, klien dilatih untuk
mengenal dan menghilangkan pikiran- pikiran dan harapan-harapan negative.
Cara lain adalah dengan membantun klien mengidentifikasi kondisi negative,
mencari alternative, membuat skema yang sudah ada menjadi lebih fleksibel, dan
mencari kognisi perilaku baru yang lebih adaptif
6. Membantu menargetkan proses berpikir serta perilaku yang menyebabkan dan
mempertahankan panik atau kecemasan. Dilakukan dengan cara penyuluhan klien,
restrukrisasi jognitif, pernapasan rileksasi terkendali, umpan balik biologis,
mempertanyakan bukti, memeriksa alternative, dan reframing
7. Menempatkan individu pada situasi yang biasanya memicu perilaku gangguan
obsesif kompulsif dan selanjutnya mencegah responsnya. Misalnya dengan cara
pelimpahan atau pencegahan respons, mengidentifikasi, dan merestrukturisasi
distorsi kognitif melalui psikoedukasi
8. Membantu individu mempelajari respons rileksasi, membentuk hirarki situasi
fobia, dan kemudian secara bertahap dihadapkan pada situasinya sambil tetap
mempertahankan respons rileksasi misalnya dengan cara desensitisasi sistematis.
Restrukturisasi kognitif bertujuan untuk mengubah persepsi klien terhadap situasi
yang ditakutinya
9. Membantu individu memandang dirinya sebagai orang yang berhasil bertahan
hidup dan bukan sebagai korban, misalnya dengan cara restrukturisasi kognitif
10. Membantu mengurangi gejala klien dengan restrukturisasi system keyakinan yang
salah
11. Membantu mengubah pemikiran individu dan menggunakan latihan praktik untuk
meningkatkan aktivitas sosialnnya
12. Membentuk kembali perilaku dengan mengubah pesan-pesan internal.

C. Indikasi Terapi Kognitif


Menurut Setyoadi, dkk (2011) terapi kognitif efektif untuk sejumlah kondisi psikiatri
yang lazim, terutama:
1. Depresi (ringan sampai sedang)
2. Gangguan panic dan gangguan cemas menyeluruh atau kecemasan
3. Indiividu yang mengalami stress emosional
4. Gangguan obsesif kompulsif (obsesessive compulsive disorder) yang sering
terjadi pada orang dewasa dan memiliki respon terhadap terapi perilaku dan
antidepresan – jarang terjadi pada awal masa anak-anak, meskipun kompulsi
terisolasi sering terjadi
5. Gangguan fobia (misalnya agoraphobia, fobia social, fobia spesifik)
6. Gangguan stress pascatrauma (post traumatic stress disorder)
7. Gangguan makan (anoreksia nervosa)
8. Gangguan mood
9. Gangguan psikoseksual
10. Mengurangi kemungkinan kekambuhan berikutnya.

D. Langkah-langkah Melakukan Tetapi Kognitif


Menurut Setyoadi, dkk (2011) terapi kognitif dipraktikan diluar sesi terapi dan menjadi
modal utama dalam mengubah gejala. Terapi berlangsung lebih kurang 12-16 sesi yang
terdiri atas:
Fase awal (sesi 1-4)
1. Membentuk hubungan terapeutik dengan klien.
2. Mengajarkan klien tentang bentuk kognitif yang salah serta pengaruhnyan
terhadap emosi dan fisik.
3. Menentukan tujuan terapi.
4. Mengajarkan klien untuk mengevaluasi pikiran-pikirn yang otomatis.
Fase pertegahan (sesi 5-12)
1. Mengubah secara berangsur-angsur kepercayaan yang salah.
2. Membantu klien mengenal akar kepercayaan diri. Klien diminta mempraktikan
keterampilann berespons terhadap hal-hal yang menimbulkan depresi dan
memodifikasinya.
Fase akhir (13-16)
1. Menyiapkan klien untuk terminasi dan memprediksi situasi beresiko tinggi yang
relevan untuk terjadinya kekambuhan.
2. Mengonsolidasikan pembelajaran melalui tugas-tugas terapi sendiri.

Anda mungkin juga menyukai