Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGINDERAAN JAUH

Dosen Pengajar
1. Siti Puji Lestariningsih, S. Si, M. Sc
2. Erisa Ayu Waspadi P., S. Si, M. Sc

Disusun Oleh
Dwi Andini
NIM: G1011201201

FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan praktikum ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas praktikum mata kuliah
Penginderaan Jauh. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan saya dan
juga pembaca mengenai penginderaan jauh

Saya mengucapkan terima kasih kepada para asdos mata kuliah Penginderaan Jauh
yang telah memberikan tugas ini kepada saya sehingga wawasan saya mengenai cara
interpretasi tutupan lahan pada foto udara bertambah.

Saya menyadari dengan sangat bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan untuk perbaikan kedepannya.

Pontianak, November 2022

Dwi Andini
Daftar Isi

Kata Pengantar ..........................................................................................................................


Daftar Isi .....................................................................................................................................
Acara I.........................................................................................................................................
A. Judul Praktikum..................................................................................................................
B. Tujuan ................................................................................................................................
C. Alat dan Bahan ...................................................................................................................
D. Dasar Teori .........................................................................................................................
E. Hasil dan Pembahasan ........................................................................................................
1. Hasil ................................................................................................................................
2. Pembahasan ....................................................................................................................
Acara II .......................................................................................................................................
A. Judul Praktikum..................................................................................................................
B. Tujuan ................................................................................................................................
C. Alat dan Bahan ...................................................................................................................
D. Dasar Teori .........................................................................................................................
E. Hasil dan Pembahasan ........................................................................................................
1. Hasil .............................................................................................................................
2. Pembahasan ..................................................................................................................
Acara III .....................................................................................................................................
A. Judul Praktikum..................................................................................................................
B. Tujuan ................................................................................................................................
C. Alat dan Bahan ...................................................................................................................
D. Dasar Teori .........................................................................................................................
E. Hasil dan Pembahasan ........................................................................................................
1. Hasil .............................................................................................................................
2. Pembahasan .................................................................................................................
ACARA I

A. Judul Praktikum
Judul yang saya gunakan dalam praktikum kali ini adalah “Interpretasi Tutupan
Lahan Pada Foto Udara.”

B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu melakukan
interpretasi tutupan lahan terutama tutupan lahan bervegetasi pada foto udara dan mahasiswa
mampu menghitung luasan tutupan lahan secara manual.

C. Alat dan Bahan


1) Alat: 2) Bahan:
- Pen OHP - Foto udara
- Penggaris
- Plastik mika bening
- Kertas HVS

D. Dasar Teori
Tutupan lahan adalah tutupan biofisik pada permukaan bumi yang dapat diamati yang
merupakan suatu hasil pengaturan, aktivitas, dan perlakuan manusia yang dilakukan pada
jenis penutup lahan tertentu untuk melakukan kegiatan produksi, perubahan, ataupun
perawatan pada penutup lahan tersebut (SNI 7645-2010). Penutupan lahan (land cover)
adalah gambaran objek di permukaan bumi yang diperoleh dari sumber data terpilih dan
dikelompokkan dalam kelas-kelas penutupan yang sesuai dengan kebutuhannya (Badan
Planologi Kehutanan, 2003).
Tutupan lahan berbeda dengan penggunaan lahan. Menurut Lambin et al. (2003),
tutupan lahan adalah atribut biofisik dari permukaan bumi pada suatu wilayah (seperti
rumput, tanaman, bangunan) sedangkan penggunaan lahan adalah pemanfaatan lahan yang
aktual oleh manusia (misalnya padang rumput untuk penggembalaan ternak, wilayah untuk
perumahan).
Menurut Direktur Jenderal Planologi Kehutanan (2020), klasifikasi penutupan lahan
dibedakan menjadi berikut:
1. Hutan lahan kering primer 7. Hutan tanaman
2. Hutan lahan kering sekunder 8. Perkebunan
3. Hutan mangrove primer 9. Semak belukar
4. Hutan mangrove sekunder 10. Semak belukar rawa
5. Hutan rawa primer 11. Savanna/padang rumput
6. Hutan rawa sekunder 12. Pertanian lahan kering
13. Pertanian lahan kering campuran 19. Pertambangan
14. Sawah 20. Tubuh air
15. Tambak 21. Rawa
16. Pemukiman 22. Bandara/pelabuhan
17. Pemukiman transmigrasi 23. Awan
18. Lahan terbuka
E. Hasil dan Pembahasan

1) Hasil

Gambar 5.1 Foto


Udara
Nama
No. Kode Penggunaan Rona Ukuran Bentuk Tekstur Pola Tinggi Bayangan Situs Asosiasi
Lahan

bertekstur
hijau memiliki berbentuk halus sampai pola berasosiasi
Hutan lahan
1. Hp agak ukuran tidak dengan kasar tidak - - - dengan
kering primer
gelap besar beraturan bergantung beraturan sungai
topografi

berbentuk berasosiasi
hijau memiliki pola
Hutan lahan sangat bertekstur dengan
2. Hs agak ukuran tidak - - -
kering sekunder tidak agak kasar jaringan
terang besar beraturan
beraturan jalan

berasosisasi
memiliki berbentuk pola
rona bertekstur dengan
3. Tb Pertambangan ukuran tidak tidak - - -
terang kasar jaringan
sedang beraturan teratur
jalan

berada
ukuran
pada
rona kecil- bentuk bertekstur pola
dataran
4. T Lahan terbuka agak kecil tidak halus hingga tidak - - -
rendah
terang dan beraturan kasar beraturan
sampai
tersebar
curam

bentuk mengikuti
rona ukruan bertekstur pola
5. Pm Permukiman tidak - - - jaringan
terang sedang kasar seragam
teratur jalan

Gambar 5.2 Tabel Interpretasi


Perhitungan:

1 Hutan lahan kering primer

Hp = Jumlah kotak x (Luas kotak sebenarnya x skala)2

= 765 x (0,5 x 20000)2

= ± 765 Ha

2 Hutan lahan kering sekunder

Hs 1 = Jumlah kotak x (Luas kotak sebenarnya x skala)2

= 41 x ((0,5 x 20000)2

= ± 41 Ha

Hs 2 = Jumlah kotak x (Luas kotak sebenarnya x skala)2

= 884 x (0,5 x 20000)2

= ± 884 Ha

Total Hs = Hs 1 + Hs 2

= 41 Ha + 884 Ha

= ± 925 Ha

3 Pertambangan

Tb = Jumlah kotak x (Luas kotak sebenarnya x skala)2

= 74 x (0,5 x 20000)2

= ± 74 Ha

4 Lahan terbuka

T1 = Jumlah kotak x (Luas kotak sebenarnya x skala)2

= 12 x (0,5 x 20000)2

= ± 12 Ha

T2 = Jumlah kotak x (Luas kotak sebenarnya x skala)2

= 3 x (0,5 x 20000)2

= ± 3 Ha
T3 = Jumlah kotak x (Luas kotak sebenarnya x skala)2

= 1 x (0,5 x 20000)2

= ± 1 Ha

T4 = Jumlah kotak x (Luas kotak sebenarnya x skala)2

= 2 x (0,5 x 20000)2

= ± 2 Ha

T5 = Jumlah kotak x (Luas kotak sebenarnya x skala)2

= 1 x (0,5 x 20000)2

= ± 1 Ha

T6 = Jumlah kotak x (Luas kotak sebenarnya x skala)2

= 2 x (0,5 x 20000)2

= ± 2 Ha

T7 = Jumlah kotak x (Luas kotak sebenarnya x skala)2

= 1 x (0,5 x 20000)2

= ± 1 Ha

T8 = Jumlah kotak x (Luas kotak sebenarnya x skala)2

= 1 x (0,5 x 20000)2

= ± 1 Ha

T9 = Jumlah kotak x (Luas kotak sebenarnya x skala)2

= 1 x (0,5 x 20000)2

= ± 1 Ha

T 10= Jumlah kotak x (Luas kotak sebenarnya x skala)2

= 1 x (0,5 x 20000)2

= ± 1 Ha

T11 = Jumlah kotak x (Luas kotak sebenarnya x skala)2

= 1 x (0,5 x 20000)2
= ± 1 Ha

T12 =Jumlah kotak x (Luas kotak sebenarnya x skala)2

= 2 x (0,5 x 20000)2

= ± 2 Ha

T13 = Jumlah kotak x (Luas kotak sebenarnya x skala)2

= 3 x (0,5 x 20000)2

= ± 3 Ha

T14 = Jumlah kotak x (Luas kotak sebenarnya x skala)2

= 5 x (0,5 x 20000)2

= ± 5 Ha

Total T = T1+T2+T3+T4+T5+T6+T7+T8+T9+T10+T11+T12+T13+T14

= 12 + 3 + 1 + 2 + 1 + 2 + 1 + 1 +1 + 1 + 1 + 2 + 3 + 5

= ±36 Ha

5 Pemukiman

Pm = Jumlah kotak x (Luas kotak sebenarnya x skala)2

= 11 x (0,5 x 20000)2

= ± 11 Ha
ACARA II

A. Judul Praktikum
Judul dari praktikum penginderaan jauh yang ke-2 ini adalah “Kombinasi Band dan
Penajaman Citra”
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu mengkombinasi band dan
melakukan penajaman citra menggunakan aplikasi ArcGIS.
C. Alat dan Bahan
1. Alat
- Laptop
- Aplikasi ArcGIS
2. Bahan
- Citra landsat 8
D. Dasar Teori
Menurut Lillesand dan Kiefer 1979, Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk
memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau gejala dengan jalan menganalisis data
yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah,
atau gejala yang dikaji. Menurut Colwell 1984 Penginderaaan Jauh yaitu suatu pengukuran
atau perolehan data pada objek di permukaan bumi dari satelit atau instrumen lain di atas
atau jauh dari objek yang diindera. Menurut Curran, 1985 Penginderaan Jauh yaitu
penggunaan sensor radiasi elektromagnetik untuk merekam gambar lingkungan bumi yang
dapat diinterpretasikan sehingga menghasilkan informasi yang berguna. Menurut
Lindgren 1985 Penginderaan Jauh yaitu berbagai teknik yang dikembangkan untuk
perolehan dan analisis informasi tentang bumi.
Citra Landsat merupakan gambaran permukaan bumi yang diambil dari luar angkasa
dengan ketinggian kurang lebih 818 km dari permukaan bumi, dengan skala 1 : 250.000.
Dalam setiap perekaman citra landsat mempunyai cakupan area 185 km x 185 km sehingga
aspek dari objek tertentu yang cukup luas dapat diidentifikasi tanpa menjelajah seluruh
daerah yang disurvei atau yang diteliti. Satelit yang merupakaan paten NASA ini memiliki
dua buah sensor yaitu Multi Spectral Scanner (MSS) dan Tematic Mapper (TM). Sensor
TM mempunyai resolusi sampai 30 x 30 m, dan bekerja mengumpulkan data permukaan
bumi dan luas sapuan 185 km x 185 km. Sedangkan resolusi radiometriknya 8 bit, yang
berarti setiap pixel mempunyai nilai jangkauan data dari 0-225. Sensor TM merupakan
sistem yang sangat kompleks yang memerlukan toleransi kelonggaran pembuatan yang
sangat kecil, sehingga tidak memungkinkan dibuat penyempurnaan di masa mendatang
untuk memperkecil resolusi spasial sampai dibawah 20 M (Butler, S.1988). Perjalanan
satelit Landsat dari pertama kali diluncurkan tahun 1972 sampai sekarang, 2013 - Landsat
1– diluncurkan 23 Juli 1972, operasi berakhir tahun 1978, - Landsat 2 – diluncurkan 22
Januari 1975, berakhir 1981, - Landsat 3 – diluncurkan 5 Maret 1978, berakhir 1983, -
Landsat 4 – diluncurkan 16 Juli 1982, berakhir 1993, - Landsat 5 – diluncurkan 1 Maret
1984, masih berfungsi, - Landsat 6 – diluncurkan 5 Oktober 1993, gagal mencapai orbit, -
Landsat 7 – diluncurkan 15 April 1999, sensor bermasalah stripping, - Landsat 8 –
diluncurkan 11 Februari 2013, baru diluncurkan dan masih aktif.
Sistem Satelit Landsat Satelit Landsat merupakan salah satu satelit sumber daya bumi
yang dikembangkan oleh NASA dan Departemen Dalam Negeri Amerika Serikat. Satelit
ini terbagi dalam dua generasi yakni generasi pertama dan generasi kedua. Generasi
pertama adalah satelit Landsat 1 sampai Landsat 3, generasi ini merupakan satelit
percobaan (eksperimental) sedangkan satelit generasi kedua (Landsat 4 dan Landsat 5)
merupakan satelit operasional (Lindgren, 1985), sedangkan Short (1982) menamakan
sebagai satelit penelitian dan pengembangan (Sutanto, 1994). Satelit generasi pertama
memiliki dua jenis sensor, yaitu penyiam multi spektral (MSS) dengan empat saluran dan
tiga kamera RBV (Return Beam Vidicon).
Data Landsat TM (Thematic Mapper) diperoleh pada tujuh saluran spektral yaitu
tiga saluran tampak, satu saluran inframerah dekat, dua saluran inframerah tengah, dan
satu saluran inframerah thermal. Lokasi dan lebar dari ketujuh saluran ini ditentukan
dengan mempertimbangkan kepekaannya terhadap fenomena alami tertentu dan untuk
menekan sekecil mungkin pelemahan energi permukaan bumi oleh kondisi atmosfer bumi.
Jensen (1986) mengemumakan bahwa kebanyakan saluran TM dipilih setelah
analisis nilai lebihnya dalam pemisahan vegetasi, pengukuran kelembaban tumbuhan dan
tanah, pembedaan awan dan salju, dan identifikasi perubahan hidrothermal pada tipe-tipe
batuan tertentu.
Data TM mempunyai proyeksi tanah IFOV (Instantaneous Field Of View) atau
ukuran daerah yang diliput dari setiap piksel atau sering disebut resolusi spasial. Resolusi
spasial untuk keenam saluran spektral sebesar 30 meter, sedangkan resolusi spasial untuk
saluran inframerah thermal adalah 120 m (Jensen,1986).
Penajaman citra merupakan salah satu proses pengolahan citra satelit, yaitu
mengubah nilai piksel secara sistematis sehingga menghasilkan efek
kenampakan citra yang lebih ekspresif sesuai dengan kebutuhan. Tujuan utama dari image
enhancement atau penajaman citra adalah untuk untu memproses sebuah citra sehingga
menghasilkan citra yang lebih cocok/sesuai dengan aplikasi tertentu dibandingkan dengan
citra aslinya (Gonzalez, 2002).
E. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Gambar 1 Citra Landsat 8 lv 1

Gambar 2 Citra Landsat Hasil Cropping


Gambar 3 Citra Landsat Kombinasi Band 432 (Natural Color) Setelah Penajaman

Gambar 4 Citra Landsat Hasil Kombinasi Band 764 (False Color)


Gambar 5 Citra Landsat Hasil Kombinasi Band 543 (Color Infrared)

Gambar 6 Citra Landsat Kombinasi Band 652 (Agriculuture)


Gambar 7 Citra Landsat Kombinasi Band 765 (Atmospheric Penetration)

Gambar 8 Citra Landsat Kombinasi Band 562 (Healthy Vegetation)


Gambar 9 Citra Landsat Kombinasi Band 564 (Land/Water)

Gambar 10 Citra Landsat Kombinasi Band 753 (Natural With Atmospheric


Removal)
Gambar 11 Citra Landsat Kombinasi Band 754 (Shortwave Infrared)

Gambar 12 Citra Landsat Kombinasi Band 654 (Vegetation Analysis)

2. Pembahasan
Gambar 1 merupakan citra landsat 8 level 1 yang telah didownload dari USGS,
terlihat bahwa citra masih berwarna hitam putih sebelum di kompositkan. Gambar 2
merupakan citra landsat yang telah mengalami pemotongan dan belum
dikompositkan. Gambar 3 merupakan citra landsat yang telah dikompositkan dan
ditajamkan dengan kombinasi band 432 menghasilkan warna alami (natural color)
yang sesuai dengan visualisasi panca indra manusia. Gambar 4 merupakan citra
landsat yang telah mengalami kombinasi band 764 yang memberikan tampilan
“natural-like” dimana vegetasi akan tampak sebagai area berwarna hijau yang gelap
dan terang ketika musim pertumbuhan. Permukaan daratan yang panas seperti
kebakaran hutan atau kaldera gunung berapi akan memberikan efek kejenuhan pada
kanal Mid-IR, sehingga akan tampak sebagai bayang berwarna merah atau kuning.
Dengan demikian salah satu aplikasi khusus dari kombinasi ini yaitu digunakan dalam
monitoring kebakaran hutan.
Gambar 5 merupakan citra landsat yang telah mengalami kombnasi band 543
yang menampakkan vegetasi berwaarna merah. Semakin baik vegetasi di daerah
tersebut maka akan semakin tampak berwarna merah gelap. Kombinasi ini sering
digunakan untuk studi vegetasi, monitoring drainase dan pola tanah serta tahapan
dalam pertumbuhan tanaman.
Gambar 6 merupakan citra landsat yang telah mengalami kombinasi band 652
yang menampilkan warna hijau cerah pada vegetasi yang baik. Kombinasi ini lebih
baik digunakan untuk kepentingan pertanian.
Gambar 7 merupakan citra landsat yang telah mengalami kombinasi band 765
yang menampilkan garis pantai dan laut yang terlihat jelas. Kombinasi ini seringkali
digunakan untuk menemukan karakteristik kelembaban dan tekstur tanah. Vegetasi
akan terlihat berwarna biru. Kombinasi kanal ini akan berguna dalam studi geologi.
Gambar 8 merupakan citra landsat yang telah mengalami kombinasi band 562
yang menampilkan vegetasi sehat akan tampak berwarna merah, coklat, oranye dan
kuning. Tanah akan nampak berwarna hijau dan coklat. Air yang jernih dan dalam
akan tampak semakin gelap pada kombinasi ini. Untuk studi vegetasi maka dengan
penambahan kanal Mid-IR akan meningkatkan sensitivitas dalam deteksi beberapa
tahapan pertumbuhan atau stres tumbuhan tersebut, tetapi mesti cermat ketika
intepretasi dilakukan pada citra yang diambil saat musim hujan. Kombinasi ini juga
berguna dalam membandingkan area yang mengalami banjir.
Gambar 9 merupakan citra landsat yang telah mengalami kombinasi band 564
yang memperjelas batas antara darat dan air. Kombinasi band ini
juga memperlihatkan perbedaan kelembaban yang berguna bagi analisis kondisi
tanah dan vegetasi. Secara umum, semakin lembab tanah maka akan semakin terlihat
berwarna gelap oleh karena kemampuan penyerapan (absorpsi) spektrum infra-merah
oleh air.
Gambar 10 merupakan citra landsat yang telah mengalami kombinasi band 753
yang menampakkan vegetasi akan tampak hijau gelap, tanah kosong akan tampak
berwarna merah muda (pink), dan air akan tampak berwarna biru. Jika terdapat
kebakaran maka akan tampak berwarna merah.
Gambar 11 merupakan citra landsat yang telah mengalami kombinasi band 754
yang menampakkan citra seperti kombinasi band 432 (true color)
Gambar 12 merupakan citra landsat yang telah mengalami kombinasi band 654
yang akan memberikan banyak informasi dan warna yang kontras. Vegetasi yang
sehat akan berwarna hijau cerah dan tanah berwarna lembayung muda (mauve).
Kombinasi ini sangat berguna dalam studi vegetasi dan pertanian serta digunakan
secara luas dalam pengelolaan areal kayu dan serangan hama.
ACARA III

A. Judul
Judul dari praktikum penginderaan jauh yang ke-3 ini adalah “Klasifikasi Objek
Citra Secara Terbimbing dan Tidak Terbimbing.”
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengklasifikasikan objek yang ada di citra
dengan klasifikasi terbimbing dan tidak terbimbing.
C. Alat dan Bahan
1. Alat
• Laptop
• Aplikasi ArcGIS
2. Bahan
• Citra satelit
D. Dasar Teori
Klasifikasi citra digital merupakan proses pengelompokkan piksel ke dalam kelas-
kelas tertentu, biasanya merupakan kelas-kelas penutup atau penggunaan lahan. Meskipun
demikian, tidak penutup pada informasi tematik lainnya, misal jenis batuan, jenis tanah,
kerapatan vegetasi, dan yang lainnya.
Kegiatan klasifikasi tutupan lahan pada citra satelit dapat dilakukan dengan metode
klasifikasi terbimbing (Suppervised Classification) dan klasifikasi tidak terbimbing
(Unsuppervised Classification). Perbedaan mendasar di antara kedua jenis klasifikasi tersebut
adalah cara kerja dan campur tangan operator.
Pada klasifikasi terbimbing, operator memberikan contoh berupa training area, sesuai
denga sistem klasifikasi yang digunakan oleh operator. Selanjutnya, menggunakan algoritma
klasifikasi yang dipilih, komputer akan mengkelaskan piksel-piksel dalam citra berdasarkan
kemiripan karakteristik spektralnya terhadap sampel-sampel yang telah diberikan.
Sedangkan pada klasifikasi tak terbimbing, proses penentuan daerah sampel ini tidak
dilakukan. Operator menggunakan algoritma klasifikasi dan komputer akan mengelompokkan
piksel-piksel berdasarkan kemiripan spektralnya satu sama lain. Selanjutnya, berdasarkan hasil
pengelompokan tersebut, operator memberi label terhadap kelas-kelas yang dihasilkan.
Menurut Riswanto (2009) klasifikasi terbimbing adalah klasifikasi yang dilakukan
dengan arahan analis (supervised), dimana kriteria pengelompokkan kelas ditetapkan
berdasarkan penciri kelas (class signature) yang diperoleh melalui pembuatan area contoh
(training area). Sedangkan, klasifikasi tidak terbimbing merupakan klasifikasi dengan
pembentukan kelasnya sebagian besar dikerjakan oleh komputer. Kelas-kelas atau klaster yang
terbentuk dalam klasifikasi ini sangat bergantung kepada data itu sendiri, yaitu
dikelompokkannya piksel-piksel berdasarkan kesamaan atau kemiripan spektralnya.
E. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil

Gambar 1 Citra Awal Sebelum Dilakukan Klasifikasi

Gambar 2 Klasifikasi Objek Secara Tidak Terbimbing


Gambar 3 Klasifikasi Objek Secara Terbimbing

2. Pembahasan
Klasifikasi tidak terbimbing dalam prosesnya hanya sedikit hal yang ditetapkan
atau diatur oleh seorang analis, misalnya jumlah kelas atau klaster yang akan dibuat,
teknik yang akan digunakan, jumlah iterasi dan band-band atau kanal yang akan
digunakan. Klasifikasi ini disebut juga dengan klastering, dimana klastering adalah
suatu teknik klasifikasi atau identifikasi yang merupakan serangkaian proses untuk
mengelompokan observasi (dalam hal ini piksel) ke dalam suatu kelas atau klaster yang
benar dalam suatu set kategori yang disusun. Metode klasifikasi tidak terbimbing baik
digunakan untuk pembuatan klasfikasi lahan di kawasan yang belum terlalu dikenali
dan akses yang susah untuk dimasuki secara terestris.
Metode Klasifikasi Terbimbing diawali dengan pembuatan daerah contoh untuk
menentukan penciri kelas. Kegiatan tersebut merupakan suatu kegiatan
mengidentifikasi prototife (cluster) dari sejumlah piksel yang mewakili masing-masing
kelas atau kategori yang diinginkan dengan menentukan posisi contoh dilapangan
dengan bantuan peta tutupan lahan sebagai referensi untuk setiap kelasnya. Jumlah
kelas yang diambil disesuaikan dengan masing-masing luas penampakan. Metode
klasifikasi terbimbing baik digunakan untuk kawasan yang sudah diketahui dan akses
mudah dijangkau untuk keperluan pengenalan tutupan lahan secara terestris.

Anda mungkin juga menyukai