Anda di halaman 1dari 40

Memelihara Transformator

KURIKULUM

KURIKULUM
(PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR)

Kode : KTL.PH.20.120.02

Deskripsi : Unit kompetensi ini berkaitan dengan pemahaman prosedur


pelaksanaanpemeliharaan dan bongkar pasang Transformator
berikut komponennya dibawah pengawasan, sesuai dengan
standar pemeliharaan.

Waktu : 20 jam (ICT 40 %)

I. Tujuan:Setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan ini peserta mampu


mengidentifikasi komponen - komponen Transformator, menjelaskan prosedur
pembongkaran dan pemasangan Transformator, melakukan pembongkaran,
pembersihan dan pemasangan pada Transformatorsesuai prosedur, serta
mampu membuat laporan pelaksanaannya.

II. Prasyarat (peserta) : Telah kompeten level unit kompetensi sebelumnya


sesuai persaratan standart unit kompetensi.

III. Metoda Pembelajaran :

Belajar mandiri, belajar berkelompok, belajar terstruktur


IV. Pengetahuan dan Ketrampilan yang akan dibahas :
A. PENGETAHUAN

1. Prosedur Pemeliharaan (SOP) Transformator


2. Diagram Kerja dan Prinsip kerja Transformator
3. Pengukuran listrik dan mekanik
4. Teknik pelaporan

B. KETRAMPILAN

1. Penggunaan peralatan kerja dan alat keselamatan kerja


2. Penerapan Prosedur pemeliharaan Transformator
3. Pembacaan dan penggunaan Alat Ukur
4. Pembuatan pelaporan

V. Strategi Pelaksanaan :
Pelatihan dalam kelas diutamakan untuk meningkatkan pemahaman dengan
ilustrasi peragaan pengoperasian boiler dan peralatan kerja/keselamatan kerja
yang dibutuhkan.

VI. Sertifikat Pelatihan :


Diberikan kepada peserta pelatihan yang telah mengikuti pelatihan dan
menyelesaikan tugas-tugas dengan baik dan benar dengan nilai minimal permata
pelajaran 70 dengan nilai sekala tebesar 100.

VII. Referensi :
1. Buku standard perusahaan
2. Standard kompetensi personal pemeliharaan pembangkit tenaga listrik
DESDM
PENDAHULUAN
1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi
1.1. Apakah pelatihan berdasarkan kompetensi ?
Pelatihan berdasarkan kompetensi adalah pelatihan yang memperhatikan
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang diperlukan di tempat kerja
agar dapat melakukan pekerjaan dengan kompeten. Standar kompetensi
yang harus dicapai dijelaskan pada Kriteria Unjuk Kerja ( KUK )
1.2. Apakah artinya menjadi kompeten di tempat kerja ?
Jika anda kompeten pada pekejaan tertentu, anda memiliki seluruh
pengetahuan,keterampilan dan sikap kerja yang perlu dilaksanakan secara
efektif ditempat kerja, sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
2. Penjelasan Modul
2.1. Desain Modul
Modul ini didisain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan
Pelatihan Individual / Mandiri :
 Pelatihan Klasikal adalah pelatihan yang disampaikan oleh seorang
instruktur
 Pelatihan Idividual/mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh
peserta dengan menambahkan unsur-unsur / sumber-sumber yang
diperlukan dengan bantuan instruktur
2.2. Isi Modul
2.2.1. Buku Informasi
Buku informasi ini adalah sumber pelatihan untuk instrktur maupun
peserta pelatihan
2.2.2. Buku Kerja
Buku kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat
setiap pertanyaan dan kegiatan praktik baik dalam pelatihan klasikal
maupun dalam pelatihan individual / mandiri ;
Buku ini diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi :
 Kegiatan-kegiatan yang akan membantu peserta pelatihan untuk
mempelajari dan memahami informasi
 Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memantau
pencapaian keterampilan peserta pelatihan
 Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan
melaksanakan praktik kerja
2.2.3. Buku Penilaian
Buku penilaian ini digunakan oleh instruktur untuk menilai jawaban dan
tanggapan peserta pelatihan pada buku kerja yang berisi :
 Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai
pernyataan keterampilan
 Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian
keterampilan peserta pelatihan
 Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk
mencapai keterampilan
 Semua jawaban dari setiap pertanyaan yang ada pada buku kerja
 Petunjuk bagi instruktur untuk menilai setiap kegiatan praktik
 Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan.
2.3. Pelaksanan Modul
2.3.1. Pada pelatihan klasikal , instruktur akan :
 Menyiapkan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta
pelatihan sebagai sumber pelatihan
 Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan
 Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam
penyelenggaraan pelatihan
 Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban/
tanggapan dan menuliskan hasil tugas praktiknya pada Buku Kerja
2.3.2. Pada pelatihan individual/ mandiri, peserta pelatihan akan :
 Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan
 Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada Buku Kerja
 Memberikan jawaban pada Buku Kerja
 Mengisikan hasil tugas praktik pada Buku Kerja
 Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh instruktur.
3. Pengakuan Kompetensi Terkini ( RCC )
Apakah Pengakuan Kompetensi Terkini (Recognition of Current Competency).
Jika anda telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk
elemen unit kompetensi tertentu , anda dapat mengajukan pengakuan
kompetensi (RCC). Dengan demikian anda tidak akan dipersyaratkan untuk
belajar kembali.
Anda mungkin sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan, karena anda telah
:
 Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan dan
keterampilan yang sama atau
 Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kopetensi yang sama atau
 Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan
keterampilan yang sama.
4. Pengertian-pengertian Istilah
Pofesi
Pofesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap pengetahuan serta
keterampilan/ kealian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan,
pelatihan serta pengalaman kerja atau penguasaan sekumpulan kompetensi
tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan / jabatan.
Standardisasi
Standardisasi adalah proses perumusan, menetapkan serta menerapkan suatu
standar tertetu.
Peilaian / Uji Kompetensi
Penilaian atau Uji Kometensi adalah proses pengumpulan bukti melalui
peencanaan, pelaksanaan dn peninjauan ulang ( review ) penilaian serta
keputusan mengenai apakah kompetensi sudah diapai dengan membandingkan
bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang dipersyaratkan .
Pelatihan
Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai suatu
kompetensi tertentu, dimana materi, metoda dan fasilitas pelatihan serta
lingkungan belajar yang akan terfokus kepada pencapaian unjuk kerja pada
kompetensi yang dipelajari.
Kompetensi
Kompeteni adalah kemapuan seseorang untuk menunjukan aspek sikap,
pengetahuan dan keterampilan / keahlian serta penerapan dari ketiga aspek
tersebut ditempat kerja untuk mencapai unjuk kerja yang ditetapkan
Standar Kompetensi
Standar Kompetensi adalah standar yang ditampilkan dalam istilah-istilah hasil
serta memiliki format standar yang terdiri dari judul unit, uraian unit, elemen
kompetensi, kriteria unjuk kerja, batasan variabel serta panduan penilaian
Sertifikat Kompetensi
Adalah bukti tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu kepada
seseorang yang dinyatakan kompeten yang diberikan oleh Badan Sertifikasi
Profesi
Sertifikasi Kompetensi
Adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi melalui proses penilaian / uji
komptensi
STANDAR KOMPETENSI
Peta Paket Pelatihan
1. Pengertian Unit Standar
Apakah Standar Kompetensi ?
Setiap Standar Kompetensi menentukan :
 Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mencapai kompetensi
 Standar yang diperlukan untuk mendemonstrasikan kompetesi
 Kondisi dimana kompetensi dicapai
Apa yang akan anda pelajari dari Unit Kompetensi ini ?
Anda akan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang
dipersyaratkan untuk ” Menerapkan prosedur-prosedur mutu ”
Berapa lama Unit Kompetensi ini dapat diselesaikan ?
Pada sistem pelatihan bebasiskan kompetensi, fokusnya ada pada pencapaian
kompetensi, bukan pada lamanya waktu. Peserta yang berbeda mungkin
membutuhkan waktu yang berbeda pula untuk menjadi kompeten dalam
keterampilan atau keahlian tertentu
Berapa banyak/kesempatan yang anda miliki untuk mencapai kompetensi ?
Jika anda belum mencapai kompetensi pada usaha/ kesempatan pertama,
instruktur anda akan mengatur rencana pelatihan dengan anda. Rencana ini
akan mmberikan anda kesempatan kembali untuk meningkatkan level
kompetensi anda sesuai dengan level yang diperlukan .
Jumlah maksimum usaha / kesempatan yang disarankan adalah 3 ( tiga ) kali
2. Unit Kompetensi Yang Dipelajari
Dalam sistem pelatihan, Standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi
peserta pelatihan untuk dapat :
 Mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan
 Mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan peserta pelatihan
 Memeriksa kemajuan peserta pelatihan
 Meyakinkan bahwa semua elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja telah
dimasukan dalam pelatihan dan penilaian
STANDAR KOMPETENSI
TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN
BIDANG PEMBANGKITAN TENAGA LISTRIK
SUB BIDANG PEMELIHARAAN

Kode Unit : KTL.PH.20.120.02


Judul Unit : Memelihara Transformator
Deskripsi Unit : Unit kompetensi ini berkaitan dengan pelaksanaan
pemeliharaan Transformator dibawah pengawasan,
dengan standar perusahaan .

ELEMEN KRITERIA UNJUK KERJA


KOMPETENSI
1. Menerapkan 1.1. Peraturan dan Undang – Undang K2
prosedur (Keselamatan Ketenagalistrikan) untuk
pemeliharaan pemeliharaan diterapkan.
1.2. Prosedur pelaksanaan untuk pemeliharaan
Turbin Uap diterapkan berdasarkan standar
perusahaan
1.3. Diagram dan prinsip kerja Transformator
diinterpretasikan dan dilaksanakan
berdasarkan SOP.

2. Mempersiapkan 2.1. Alat kerja dan formulir quality control


peralatan (checklist) disiapkan sesuai dengan kebutuhan
pemeliharaan pemeliharaan .
2.2. Alat keselamatan kerja disiapkan untuk
pelindung diri sesuai dengan Undang-
Undang /Peraturan K2.
2.3. Alat ukur diidentifikasi sesuai dengan jenis
pekerjaannya.
2.4. Transformator beserta alat bantu diisolasi dari
sistem sesuai standar perusahaan.
2.5. Tanda peringatan yang berhubungan dengan
pekerjaan tersebut dipasang sesuai standar
perusahaan .
3. Melaksanakan 3.1. Bagian yang berhubungan dengan
pekerjaan Transformator dibongkar sesuai dengan
pemeliharaan . urutannya
3.2. Bagian-bagian dari Transformator dibersihkan
sesuai dengan prosedur pemeliharaan.
3.3. Bagian-bagian dari Transformator diperiksa
dan bila ada kelainan dilaporkan ke atasan.
3.4. Bagian-bagian yang telah dibongkar dipasang
kembali sesuai dengan urutannya.
3.5. Alat kerja dibersihkan dan disimpan sesuai
prosedur perusahaan.
3.6. Tempat kerja di bersihkan sesuai prosedur
perusahaan.
3.7. Kualitas pekerjaan pemeliharaan dipastikan
sesuai dengan standar perusahaan.

4. Membuat 4.1. Laporan dibuat sesuai dengan format dan


Laporan prosedur yang ditetapkan oleh perusahaan.
Pemeliharaan

1. Batasan Variabel
Dalam melaksanakan Unit kompentensi ini harus didukung dengan
tersedianya:
1.1. Peraturan dan Perundangan K2.
1.2. Standar perusahaan yang berlaku diperusahaan/Unit
pembangkit
1.3. Formulir quality control (checklist) atau report sheet yang
ditetapkan oleh perusahaan.
1.4. Log sheet atau report sheet yang ditetapkan oleh perusahaan
1.5. Peralatan dan Instrumen yang terkait dengan pelaksanaan Unit
kompetensi ini.
1.6. Kompetensi yang dipersyaratkan sebelumnya
1.6.1. Melaksanakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
1.6.2. Merapikan Peralatan dan tempat kerja / sesuai dengan
standar lingkungan di tempat kerja.
1.6.3. Menginterpretasikan gambar teknik dan flow diagram.
1.6.4. Menggunakan hand tools & power tools.

2. Panduan Penilaian
2.1. Pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan:
2.1.1. Pengetahuan:
2.1.1.1. Peraturan dan Perundangan K2.
2.1.1.2. Prosedur Pemeliharaan (SOP) Transformator.
2.1.1.3. Diagram Kerja dan Prinsip kerja Transformator.
2.1.1.4. Pengukuran listrik dan mekanik.
2.1.1.5. Teknik pelaporan.
2.1.2. Keterampilan:
2.1.2.1. Penggunaan peralatan kerja dan alat
keselamatan kerja.
2.1.2.2. Penerapan Prosedur pemeliharaan
Transformator.
2.1.2.3. Pembacaan dan penggunaan Alat Ukur.
2.1.2.4. Pembuatan laporan.

2.2. Ruang lingkup Pengujian:


2.2.1. Kompetensi harus diujikan ditempat kerja atau ditempat
lain secara simulasi dengan kondisi kerja sesuai dengan
keadaan normal.
2.2.2. Persyaratan kualifikasi pendidikan formal: SLTA.
2.2.3. Pengujian pemeliharaan sistem alat penunjang ini
didukung dengan bukti dokumen, uji tertulis dan praktek
lapangan.

2.3. Aspek Penting:


2.3.1. Melaksanakan pekerjaan yang konsisten pada setiap
elemen kompetensi.
2.3.2. Memenuhi kriteria yang tercakup pada setiap elemen
kompetensi dengan menggunakan teknik-teknik dan
standar perusahaan sesuai dengan tempat kerja.
2.3.3. Menunjukan pemahaman terhadap pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkan serta sikap kerja yang
dituntut dari pekerjaan tersebut.

3. Kompetensi Kunci
No Kompetensi Kunci Level
A Mengumpulkan, menganalisa dan 1
mengorganisasikan informasi
B Mengkomunikasikan ide dan informasi 1
C Merencanakan dan mengatur kegiatan 1
D Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok 1
E Menggunakan ide dan teknik matematika 1
F Memecahkan masalah 1
G Menggunakan teknologi 1

STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

1. Strategi Pelatihan
Belajar dalam suatu sistem Berbasis Kompetensi berbeda dengan sistem klasik
yang dilakukan di kelas oleh istruktur. Pada sistem ini anda akan bertanggng
jawab terhadap belajar anda sendiri , artinya anda perlu merencanakan belajar
anda dengan instruktur dan kemudian melaksanakannya dengan tekun sesuai
dengan rencana yang telah dibuat.

Persiapan / Perencanaan
a. Membaca bahan/materi yang telah didentifikasi dalam setiap tahap belajar
dengan tujuan umum mengenai isi proses belajar anda.
b. Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca
c. Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang dipeoleh berhubungan
dengan pengetahan dan pengalaman yang telah anda miliki
d. Merencanakan aplikasi praktek pengetahuan dan keterampilan anda

Permulaan dari proses pembelajaran


a. Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktek yang terdapat
pada tahap belajar.
b. Merevisi dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan
pengetahuan anda.

Pegamatan terhadap tugas praktek


a. Mengamati keteramplan praktik yang didemonstrasikan oleh instruktur atau
orang yang telah berpengalaman lainnya.
b. Mengajukan pertanyaan kepada intruktur tentang konsep sulit yang anda
temukan .

Implementasi
a. Menerapkan pelatihan kerja yang aman
b. Mengamati indikator kemajuan personal melalui kegiatan paktik
c. Mempraktikan keterampilan baru yang telah anda peroleh .

Penilaian
Melaksanakan tugas penilaan untuk menyelesaikan belajar anda.

2. Metode Pelatihan
Terdapat tiga prinsip metoda belajar yang apat digunakan. Dalam beberapa
kasus, kombinasi metoda belajar mungkin dapat digunakan.

Belajar secara mandiri


Belajar secara mandiri membolehkan anda untuk belajar secara individual,
sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing. Mesipun proses belajar
dilaksanakan secara bebas, anda disarankan untuk menemui instrukur setiap
saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar.
Belajar Berkelompok
Belajar berkelompok memungkinkan peserta untuk datang bersama secara
teratur dan berprtisipasi dalam sesi belajar berkelompok .Walaupun proses
belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, sesi
kelompok memberikan interaksi antar peserta , instruktur dan pakar / ahli dari
tempat kerja.
Belajar Terstruktur
Belajar tersruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan
oleh instruktur atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya mencakup topik
tertentu.
DAFTAR ISI
Hal :

PENDAHULUAN i

STANDAR KOMPETENSI ii

STRATEGI DAN METODE PELATIHAN iii

PENGETAHUAN|

I. Prosedur Pemeliharaan (SOP) Transformator

II. Diagram Kerja dan Prinsip kerja Transformator

III. Pengukuran listrik dan mekanik

IV. Teknik pelaporan

DAFTAR PUSTAKA 09
DAFTAR GAMBAR 10
GLOSSARY 11
BAB 1 PROSEDUR DAN PELAKSANAAN K3

1.1 PROSEDUR PENANGANAN KECELAKAAN KERJA DAN KEBAKARAN

Seperti yang kita ketahui, kecelakaan kerja dan kebakaran dapat saja terjadidimana
saja dan kapan saja, setiap adanya kecelakaan atau kebakaran baik ituterjadi pada
manusia atau peralatan harus dilaporkankepada supevisor operasi atau operator
control room yang bertugas yangselanjutnya berdasarkan laporan yang diterima oleh
supervisor operasi tersebutdilakukan tindakan-tindakan penanganan kecelakaan
kerja atau kebakarantersebut.

Pada saat menerima laporan kecelakaan atau kebakaran, supervisor atauoperator


control room harus menanyakan kepada penelpon atau yang menyampaikan
Informasi hal-hal sebagai berikut:

 Nama yang memberikan Informasi kecelakaan atau keadaan emergency.

 Nama korban kecelakaan atau peralatan yang terjadi emergency.

 Penyebab terjadinya kecelakaan atau kebakaran.

 Bantuan apa yang diperlukan segera (ambulan, pemadam kebakaran, dll)


jikatahu.

 Lokasi terjadi kecelakaan atau kebakaran.

 Rute yang paling aman/baik yang dapat dilalui dengan segera.

 Akses kendaraan yang paling cepat dan aman sampai lokasi kejadian.

 Jika kecelakaan atau kebakaran tidak dapat dikontrol atau ditangani.

 Tanggal dan waktu laporan.

Segera setelah saudara memperoleh informasi tersebut, telepon atau


hubungipejabat-pejabat dan bagian-bagian yang berkepentingan serta berikan
semuainformasi diatas. Hubungi pihak keamanan unit dan yakinkan bahwa
yangbersangkutan telah mengetahui semua informasi yang anda berikan
secarabenar.
Nomor-nomor telepon yang dapat dihubungi jika terjadi keadaan darurat:

1. Control room :……………………

2. Keamanan/satpam :……………………

3. Supervisor Operasi :……………………

4. Supervisor keamanan :……………………

5. Polisi :…………………….

6. Pemadam kebakaran :…………………….

7. Petugas kesehatan :…………………….

8. Pejabat penanggung jawab :…………………….

Salinlah daftar tersebut dalam buku catatan anda dan hafalkan nomor-nomor
penting tersebut.

Setelah anda mempelajari prosedur penanganan kecelakaan kerja dan kebakaran


pada halaman sebelumnya, dan untuk melihat apakah anda benarbenartelah
memahami prosedur penanganan kecelakaan kerja dan kebakarantersebut,
sebelumnya dan tuliskan:

1. Hal-hal apa saja yang harus ditanyakan kepada pelapor jika pada saat anda
bertugas menerima laporan terjadinya kecelakaan kerja atau kebakaran.

2. Coba anda sebutkan kepada siapa saja anda harus melaporkan kejadiantersebut.

3. Berdasarkan pertanyaan nomor 2, coba tulis kan nomor-nomor telepon yanganda


harus hubungi.

BAB 2 DIAGRAM KERJA DAN PRINSIP KERJA TRANSFORMATOR

2.1 TRANSFORMATOR

Pendahuluan

Transformator adalah suatu perangkat yang sangat vital pada suatu rangkaian/
jaringan listrik. Seperti pusat pembangkit, jaringan transmisi, industri dan bahkan
pada rangkaian elektronik. Sebagaimana diketahui bahwa transformator berfungsi
sebagai pentrasfer energi dan perubah besaran-besaran listrik dari suatu rangkaian
ke rangkaian lainnya secara elektromagnetis. Dan dapat dikatakan bahwa hampir
semua rangkaian/jaringan listrik menggunakan transformator. Oleh sebab itu
tegangan kerja transformator sangat bervariasi mulai dari tegangan yang sangat
rendah sampai tegangan ultra tinggi.

Apabila kapasitas transformator semakin besar dan yang lebih mutahir


keandalannya, maka kelengkapan transformator semakin banyak. Transformator
yang sistem pendinginnya secara alami (ONAN), konstruksi dan kelengkapannya
lebih sederhana dibanding transformator yang sistem pendinginnya secara paksa
(ONAF).

Oleh sebab itu untuk mengetahui lebih mendalam tentang suatu transformator,
terutama untuk tujuan pemeliharaannya yang perlu harus diketahui adalah:

 Konstruksi dan bagian-bagian.

 Kelengkapan (accessoris).

 Spesifikasi (data-data teknik).

2.2 BAGIAN-BAGIAN UTAMA TRANSFORMATOR

2.2.1 Dilihat dari Luar


Bagian-bagian transformator apabila dipandang dari luarnya terdiri dari:

1. Kuping pengangkat
2. Pelat nama
3. Merek dagang
4. Tangki dengan sirip
5. Gelas penduga permukaan
minyak
6. Lubang pengisi minyak
7. Keran nitrogen
8. Katub pembebasan tekanan
9. Thermometer
10. Bushing dan terminal tegangan
tinggi
11. Bushing dan terminal tegangan
rendah
12. Tap changer handle
13. Keran pembuang minyak
14. Terminal pentanahan
15. Dudukan dengan roda
2.3 BAGIAN UTAMA TRANSFORMATOR

2.3.1 Dilihat Dari Dalam

Gambar Konstruksi Transformator Daya Secara keseluruhan

Dan apabila transformator dilihat bagian dalamnya, maka terdiri dari:

1. Kupingpengangkat

2. Terminal tegangan rendah

3. Kumparan tegangan tinggi

4. Terminal tegangan rendah

5. Pembalut inti (core)

6. Kumparan tegangan rendah

7. Keran nitrogen

8. Katub pembebasan tekanan


9. Penyetel klem kumparan

10. Tapping link

11. Baut inti berisolasi

12. Baut mur inti

13. Gandar inti

14. Isolator tegangan tinggi

15. Rangka atas blok pendukung dari resin

16. Bantal berpegas

17. Kaki inti

18. Pelat pengikat

19. Terminal tegangan tinggi

20. Tap tegangan tinggi

21. Bantalan inti getaran

22. Rangka roda


2.4 BAGIAN KELENGKAPAN TRANSFORMATOR

Pada pembahasan sebelumnya, telah disinggung mengenai kelengkapan


transformator sebagian. Untuk lebih rinci berikut ini akan diuraikan tentang
kelengkapan (accessoris) secara utuh. Dimana kelengkapan ini akan sangat
menentukan keandalan dan keamanan kerja suatu transformator.

Adapun kelengkapan transformator, adalah:

1. Bushing isolator tegangan menengah (MV) dan tegangan rendah (LV)

2. Bushing tegangan menengah elastis + konektor (tipe lurus atau elbow).

Bushing yaitu konduktor yang diselubungi oleh isolator berfungsi sebagai


hubungan kumparan transformator ke jaringan luar.

3. Perubah tahap ( tap changer)

Adalah perubah perbandingan transformasi untuk memperoleh tegangan


skunder yang diinginkan pada kondisi tegangan primer yang berubah-ubah.
Gambar. 3.a. Gambar. 3.b.

Keterangan :

1. Gambar. 3.a. Off Circuit Taf Changer

2. Gambar. 3.b. On Circuit Taf Changer

4. Thermometer dengan dan tanpa relay kontak.

5. Level magnetik minyak

6. Rele bucholz

Adalah rele untuk mendeteksi dan mengamankan gangguan dari tekanan gas
di dalam tangki transformator. Tekanan gas tersebut disebabkan oleh hubung
singkat dan busur api.

7. Pengaman tekanan lebih.


Adalah fungsi sebagai pengamanan tangki terhadap tekanan gas yang timbul
di dalam tangki dan kekuatan tekannya di bawah kekuatan tekanan tangki
transformator.
Kelengkapan transformator tersebut adalah untuk transformator daya.
kelengkapan tersebut akan lebih kompleks lagi apabila dilengkapi lagi dengan
perlengkapan pendingan paksa.

2.5 SPESIFIKASI TRANSFORMATOR

Setiap mesin-mesin listrik terutama yang berkapasitas besar dilengkapi dengan


spesifikasi teknik, demikian juga halnya transformator. Dimana setiap transformator
dilengkapi dengan "dokumen teknis" oleh pabrik pembuatnya, yang meliputi
tentang :

 Buku petunjuk ( manual book) tentang pemakaian dan pemeliharaan


transformator.

 Sertifikat/ dokumen uji transformator

 Sertifikat garansi transformator

Konstruksi Kumparan Transformator Daya


Spesifikasi (data-data) teknik transformator harus memenuhi ketentuan standar yang
berlaku. Untuk dunia internasional berlaku standar IEC ( internasional electrotechical
commission), untuk transformator berdasarkan IEC publication 76.

Dan di indonesia belaku standar SII (stanar industri indonesia), tetapi dalam
prakteknya standar mutu peralatan listrik masih mengacu kepada standar PLN
(SPLN), demikian juga standar mutu untuk transformator seperti terlihat pada tabel.

Untuk selanjutnya dalam pemakaiannya sehari-hari, ketentuan standar SPLN 50/82


seperti pada tabel, harus dipenuhi oleh setiap transformator.

Contoh : sebuah transformator daya 500 kVA pada jaringan distribusi skunder, saat
melayani beban penuh watt meter sisi pimer menunjuk 430 kW dan watt meter sisi
skunder menunjuk 425 kW.

Rugi total transformator = 430 kW - 425 kW = 5 kW


Rugi total menurut SPLN 50/80 untuk transformator 6600 kW
Maka dapat disimpulkan bahwa transformator tersebut memenuhi standar mutu.

Spesifikasi transformator selain tertera pada dokumen teknis, juga harus dapat
dilihat pada badan transformator disebut "pelat nama spesifikasi". Pada pelat nama
tersebut hanya memuat spesifikasi yang terpenting saja yang amat dibutuhkan
dalam inspeksi rutin transformator.
BAB 3 PENGUKURAN LISTRIK DAN MEKANIK

3.1 PENGUJIAN TRANSFORMATOR

Pengujian transformator bertujuan untuk menentukan nilai karakteristiknya dan untuk


mencapai standar yang telah ditetapkan dalam kendali mutu.

Pengujian transformator meliputi :

1. Pengujian perbandingan transformasi

2. Pengujian polaritas/ vektor grup

3. Pengujian beban nol

4. Pengujian hubung singkat

5. Pengujian berbeban

6. Pengukuran tahanan kumparan

7. Pengujian tegangan kerja (terapan)

8. Pengujian tegangan induksi

9. Pengujian tegangan impuls

10. Pengujian kenaikan temperatur

11. Pengukuran tahanan isolasi

Pengujian transformator terutama dilakukan saat pembuatan di pabriknya dan juga


pada program pemeliharaan. Tetapi dalam program pemeliharaan biasanya hanya
pengujian nomor 2,6,7,8 & 11.
3.2 PENGUJIAN TRANSFORMATOR

Keandalan tahanan isolasi suatu transformator seperti peralatan-peralatan listrik


lainnya sangat vital, karena apabila tahanan isolasi menurun disebabkan oleh
karena usia atau gangguan, maka dapat mengakibatkan transformator mengalami
gangguan salah satu diantaranya peningkatan temperatur.

Oleh sebab itu tahanan isolasi transformator harus diukur secara berkala dan setiap
melakukan perbaikan. Berdasarkan IEC standar, ketentuan tahanan isolasi adalah:

1kV = 1M ohm

Catatan : 1kV = besar tegangan fase terhadap tanah.


Kebocoran arus yang diizinkan setiap kV= 1mA.

Pada gambar diperlihatkan cara mengukur tahanan isolasi antara kumparan primer
dengan kumparan skunder.

Pengukuran tahanan isolasi suatu transformator meliputi :

 Tahanan isolasi antara kumparan fase

 Tahanan isolasi antara kumparan primer dan kumparan skunder

 Tahanan isolasi antara tangki dengan tanah (khusus untuk transformator


yang memakai pengaman tangki).

Dalam mengukur tahanan isolasi antara kumparan fase, hubungan terminal fase
harus dibuka terlebih dahulu sebelum mengukur.

Pengujian transformator dilaksanakan menurut SPLN’50-1982 dengan melalui tiga


macam pengujian, sebagaimana diuraikan juga dalam IEC 76 (1976), yaitu :

 Pengujian Rutin

Pengujian rutin adalah pengujian yang dilakukan terhadap setiap transformator,


meliputi:

<> pengujian tahanan isolasi


<> pengujian tahanan kumparan
<> pengujian perbandingan belitan Pengujian vector group
<> pengujian rugi besi dan arus beban kosong
<> pengujian rugi tembaga dan impedansi
<> pengujian tegangan terapan (Withstand Test)
<> pengujian tegangan induksi (Induce Test).

 Pengujian jenis

Pengujian jenis adalah pengujian yang dilaksanakan terhadap sebuah trafo yang
mewakili trafo lainnya yang sejenis, guna menunjukkan bahwa semua trafo jenis ini
memenuhi persyaratan yang belum diliput oleh pengujian rutin. Pengujian jenis
meliputi:

<> pengujian kenaikan suhu


<> pengujian impedansi

 Pengujian khusus

Pengujian khusus adalah pengujian yang lain dari uji rutin dan jenis, dilaksanakan
atas persetujuan pabrik denga pmbeli dan hanya dilaksanakan terhadap satu atau
lebih trafo dari sejumlah trafo yang dipesan dalam suatu kontrak. Pengujian khusus
meliputi :

<> pengujian dielektrik


<> pengujian impedansi urutan nol pada trafo tiga phasa
<> pengujian hubung singkat
<> pengujian harmonik pada arus beban kosong
<> pengujian tingkat bunyi akuistik
<> pengukuran daya yang diambil oleh motor-motor kipas dan pompa minyak.

● Pengujian Rutin
- Pengukuran tahanan isolasi
Pengukuran tahanan isolasi dilakukan pada awal pengujian dimaksudkan untuk
mengetahui secara dini kondisi isolasi trafo, untuk menghindari kegagalan yang fatal
dan pengujian selanjutnya, pengukuran dilakukan antara:

<> sisi HV - LV
<> sisi HV - Ground
<>sisi LV- Groud
<> X1/X2-X3/X4 (trafo 1 fasa)
<> X1-X2 dan X3-X4 )trafo 1 fasa yang dilengkapi dengan circuit breaker.

Pembersihan Bushing Isolator dan Arrester

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan megger, lebih baik yang


menggunakan baterai karena dapat membangkitkan tegangan tinggi yang lebih
stabil. Harga tahanan isolasi ini digunakan untuk kriteria kering tidaknya trafo, juga
untuk mengetahui apakah ada bagian-bagian yang terhubung singkat.

 Pengukuran tahanan kumparan

Pengukuran tahanan kumparan adalah untuk mengetahui berapa nilai tahanan listrik
pada kumparan yang akan menimbulkan panas bila kumparan tersebut dialiri arus.

Nilai tahanan belitan dipakai untuk perhitungan rugi-rugi tembaga trafo.


Pada saat melakukan pengukuran yang perlu diperhatikan adalah suhu belitan pada
saat pengukuran yang diusahakan sama dengan suhu udara sekitar, oleh karenanya
diusahakan arus pengukuran kecil.

Peralatan yang digunakan untuk pengukuran tahanan di atas 1 ohm adalah


Wheatstone Bridge, sedangkan untuk tahanan yang lebih kecil dari 1 ohm digunakan
Precition Double Bridge.

Pengukuran dilakukan pada setiap fasa trafo, yaitu antara terminal:

Untuk terminal tegangan tinggi:

a. Trafo 3 fasa

 fasa A - fasa B

 fasa B - fasa C

 fasa C - fasa A

b. Trafi 1 fasa

 terminal H1-H2 untuk trafo double bushing

 terminal H1-Ground untuk trafo single bushing

Untuk sisi tegangan rendah

a. Trafo 3 fasa

 fasa a - fasa b

 fasa b - fasa c

 fasa c - fasa a

b. Trafo 1 fasa

 terminal X1-X4 dengan X2-X3 dihubung singkat.

Pengukuran dengan Wheatstone bridge digunakan untuk tahanan di atas 1 ohm.


Rangkaian pengukuran dapat dilihat pada Gambar 1. Pada keadaan seimbang
berlaku rumus:

Rx adalah hagra tahanan belitan yang diukur = factor pengali. Pengukuran dengan
Precition double bridge digunakan untuk tahanan yang lebih kecil dar 1 ohm.
Rangkaian pengukuran seperti Gambar 2. Tahanan yang diukur Rx dapat dihitung
dengan menggunakan rumus:

 Pengukuran perbandingan belitan

Pengukuran perbandingan belitan adalah untuk mengetahui perbandingan jumlah


kumparan sisi tegangan tinggi dan sisi tegangan rendah pada setiap tapping,
sehingga tegangan output yang dihasilkan oleh trafo sesuai dengan yang
dikehendaki. toleransi yang diijinkan adalah:

a. 0,5 % dari rasio tegangan atau b. 1/10 dari persentase impedansi pada tapping
nominal.

Pengukuran perbandingan belitan dilakukan pada saat semi assembling yaitu


setelah coil trafo di assembling dengan inti besi dan setelah tap changer terpasang,
pengujian kedua ini bertujuan untuk mengetahui apakah posisi tap trafo telah
terpasang secara benar dan juga untuk pemeriksaan vector group trafo.

Pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan Transformer Turn Ratio Test


(TTR), misalnya merk Jemes G. Biddle Co Cat. No.55005 atau Cat. No. 550100-47.

 Pemeriksaan Vector Group

Pemeriksaan vector group bertujuan untuk mengetahui apakah polaritas terminal-


terminal trafo positif atau negatif. Standar dari notasi yang dipakai adalah ADDITIVE
dan SUBTRACTIVE.

 Pengukuran rugi dan arus beban kosong

Pengukuran ini untuk mengetahui berapa daya yang hilang yang disebabkan oleh
rugi histerisis dan eddy current dari inti besi (core) dan besarnya arus yang
ditimbulkan oleh kerugian tersebut. Pengukuran dilakukan dengan memberikan
tegangan nominal pada salah satu sisi dan sisi lainnya dibiarkan terbuka.

 Pengukuran rugi tembaga dan impedansi


Pengukuran ini bertujuan untum mengetahui besarnya daya yang hilang pada saat
trafo beroperasi akibat dari tembaga (Wcu) dan strey loss (Ws) trafo yang
digunakan.

Pengukuran dilakukan dengan memberi arus nominal pada salah satu sisi dan pada
sisi yang lain dihubung-singkat, dengan demikian akan terbangkit juga arus nominal
pada sisi tersebut, sehingga trafo seolah-olah dibebani penuh.

Perhitungan rugi beban penuh (Wcu) dan impedansi (Iz), dimana pada waktu
pengukuran tahanan belitan (R), Wcu dan Iz dilakukan pada saat suhu rendah
(udara sekitar (t)), maka Wcu dan Iz perlu dikoreksi terhadap suhu acuan 75ºC,
dimana factor koreksi (a) adalah :

 Pengujian tegangan terapan (Withstand Test)

Pengujian ini dimaksudkan untuk menguji kekuatan isolasi antara kumparan dan
body tangki.

Pengujian dilakukan dengan memberi tegangan uji sesuai denga standar uji dan
dilakukan pada:

 sisi tegangan tinggi terhadap sisi tegangan rendah dan body yang di ke
tanahkan

 sisi tegangan rendah terhadap sisi tegangan tinggi dan body yang di ke
tanahkan.

 waktu pengujian 60 detik.

 Pengujian tegangan induksi

Pengujian tegangan induksi bertujuan untuk mengetahui kekuatan isolasi antara


layer dari tiap-tiap belitan dan kekuatan isolasi antara belitan trafo. Pengujian
dilakukan dengan memberi tegangan supply dua kali tegangan nominal pada salah
satu sisi dan sisi lainnya dibiarkan terbuka. Untuk mengatasi kejenuhan pada inti
besi (core) maka frekwensi yang digunakan harus dinaikkan sesuai denga
kebutuhan. Lama pengujian tergantung pada besarnya frekwensi pengujian
berdasarkan rumus:
waktu pengujian maksimum adalah 60 detik.

 Pengujian kebocoran tangki

Pengujian kebocoran tangki dilakukan setelah semua komponen trafo terpasang.


Pengujian dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kondisi paking dan las trafo.
Pengujian dilakukan dengan memberikan tekanan nitrogen (N2) sebesar kurang
lebih 5 psi dan dilakukan pengamatan pada bagian-bagian las dan paking dengan
memberikan cairan sabun pada bagian tersebut. Pengujian dilakukan sekitar 3 jam
apakah terjadi penurunan tekanan.

 Pengujian Jenis (Type Test)


- Pengujian kenaikan suhu

Pengujian kenaikan suhu dimaksudkan untuk mengetahui berapa kenaikan suhu oli
dan kumparan trafo yang disebabkan oleh rugi-rugi trafo apabila trafo dibebani.
Pengujian ini juga bertujuan untuk melihat apakah penyebab panas trafo sudah
cukup effisien atau belum.

Pengujian Temperature Indicator dan Thermal Relay

Pada trafo dengan tapping tegangan di atas 5% pengujian kenaikan suhu dilakukan
pada tappng tegangan terendah (arus tertinggi), pada trafo dengan tapping
maksimum 5% pengujian dilakukan pada tapping nominal.
Pengujian kenaikan suhu sama dengan pengujian beban penuh, pengujian
dilakukan dengan memberikan arus trafo sedemikian hingga membangkitkan rugi-
rugi trafo, yaitu rugi beban penuh dan rugi beban kosong.

Suhu kumparan dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:

t adalah suhu sekitar pada saat akhir pengujian.

- Pengujian tegangan impulse

Pengujian impulse ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan dielektrik dari


sistem isolasi trafo terhadap tegangan surja petir.

Pengujian impuls adalah pengujian dengan memberi tegangan lebih sesaat dengan
bentuk gelombang tertentu. Bila trafo mengalami tegangan lebih, maka tegangan
tersebut hampir didistribusikan melalui effek kapasitansi yang terdapat pada :

 antar lilitan trafo


 antar layer trafo
 antara coil denga ground.

a. Pengujian tegangan tembus oli

Pengujian tegangan tembus oli dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan


dielektrik oli. Hal ini dilakukan karena selain berfungsi sebagai pendingin dari trafo,
oli juga berfungsi sebagai isolasi.

Persyaratan yang ditentukan adalah sesuai denga standart SPLN 49 - 1 : 1982, IEC
158 dan IEC 296 yaitu:

- > = 30 KV/2,5 mm sebelum purifying


- > = 50 KV/2,5 mm setelah purifying
Peralatan yang dapat digunakan misalnya merk Hipotronics type EP600CD. Cara
pengujian:

- bersihkan tempat sample oli dari kotoran dengan mencucinya dengan oli sampai
bersih.
- ambil contoh/sample oli yang akan diuji, usahakan pada saat pengambilan
sample oli tidak tersentuh tangan atau terlalu lama terkena udara luar karena oli
ini sanga sensitive.
- tempatkan sample oli padaalat tetes.
- nyalakan power alat tetes.
- tekan tombol start dan counter akan mencatat secara otomatis sejauh mana
kemampuan dielektrik oli tersebut. Setelah counter berhenti dan tombol reset
menyala, tekan tombol reset untuk mengembalikan ke posisi semula.
- hasil pengujian tegangan tembus diambil rata-ratanya setelahdilakukan 5 (lima)
kali dengan selang waktu 2 menit.
3.3 PENGUJIAN MINYAK TRANSFORMATOR

Pengambilan dan Pengujian Sample Minyak Trafo

Minyak pada transformator seperti dijelaskan di atas berfungsi sebagai pendingin


dan sebagai bahan isolasi. Dimana minyak berada dalam tangki untuk menyerap
panas yang ditimbulkan kumparan secara alami, maupun secara paksa minyak
mengekspresikan panas transformator ke luar dengan memompanya. Perubahan
temperatur minyak dalam tangki sebanding dengan perubahan beban yang dipikul
transformator. Maka akibatnya temperatur minyak pun akan berubah-ubah karena
perubahan beban dan suhu udara luar.

Pada saat minyak menguap, permukaannya akan naik bersinggungan dengan udara
luar pada alat pernafasan, kejadian tersebut berulang-ulang menjadikan struktur
kimia berubah, yang mengakibatkan nilai tegangan tembus minyak akan menurun
yang dapat menimbulkan bunga api (arcing) pada kumparan transformator.
Disamping itu, karena faktor waktu, terjadi oksidasi antara dinding tangki, kawat
kumparan, inti transformator dan komponen logam lainnya di dalam tangki yang
menghasilkan kotoran yang bercampur dengan minyak. Akibat daya serap panas
minyak transformator menurun.
Untuk menghindari kerusakan transformator akibat kotoran dan perubahan struktur
kimia minyak, harus diuji kadar asam, air, kotoran dan viscositasnya secara periodik
dan pada setiap bongkar pasang transformator.

Mutu yang harus dipenuhi minyak transformator berdasarkan standar IEC, BS dan
ASTM.

Dalam melaksanakan pengujian minyak diambil secara sempel dari bagian atas dan
dari bagian bawah tangki. Apabila hasil pengujian diperoleh masih sesuai standar,
maka minyak masih layak untuk dipakai. Tetapi apabila hasil pengujian diperoleh
dibawah standar, maka minyak harus dimurnikan kembali melalui penyaringan atau
diganti.

3.4 PENGUJIAN TEGANGAN TRANSFORMATOR

Pengujian transformator dilakukan dalam perbaikan yaitu menguji tegangan terapan


dan tegangan induksi kumparan transformator yang baru digulung. Untuk pengujian
tegangan induksi kumparan transformator yang baru digulung. Untuk pengujian
tegangan terapan dimana transformator diberi tegangan kerja ke dalam kumparan.

Untuk memudahkan pengujian, posisi kumparan tegangan rendah yang


dihubungkan ke sumber tegangan. Besar tegangan U1 sama dengan tegangan
nominalnya, demikian juga tegangan U2. hasil penunjukan wattmeter W adalah rugi
inti (eddy current + hysterisis) yang besarnya harus memenuhi ketentuan.

Untuk pengujian tegangan induksi dimana bagian-bagian berisolasi transformator


diberi tegangan, seperti antara kumparan dengan kumparan, kumparan dengan inti/
pentanahan selama waktu t.

Besar tegangan dan lama waktu uji tiap transformator daya dicantumkan dalam
"buku petunjuk" (manual book). Besar tegangan induksi berkisar ± 5 X tegangan
nominal dalam waktu ± 5 menit.
3.5 PENGUJIAN POLARITAS TRANSFORMATOR

Untuk menghindari salah sambung terminal-terminal kumparan transformator yang


baru dililit atau kumparan yang tidak ada lagi tanda pengenalnya, maka harus
ditentukan ujung-pangkal kumparan tersebut. Cara menentukan ujung pangkal
kumparan transformator adalah dengan pengujian polaritasnya.

Apabila hasil penunjukan voltmeter U1 > voltmeter U2, maka bagian kumparan yang
disambung polaritasnya sejenis (pangkal kumparan primer disambung dengan
pangkal kumparan skunder).

Apabila hasil penunjukan voltmeter U1 < voltmeter U2, maka bagian kumparan yang
disambung polaritasnya tidak sama (pangkal kumparan primer disambung dengan
ujung kumparan skunder).

Contoh :

Voltmeter U1 menunjuk 200V dan Voltmeter U2 menunjuk 600V, maka bagian yang
disambung polarotasnya berbeda.

Untuk menentukan polaritas transformator tegangan menengah atau tegangan


tinggi, pengujian polaritasnya cukup dengan tegangan rendah saja.

Kesimpulan

1. Kelayakan operasi dari suatu transformator daya dapat ditetapkan setelah


melalui tahapan-tahapan pengujian berdasarkan standar yang berlaku.

2. Ketelitian dari proses pengujian transformator daya sangan dipengaruhi oleh


temperatur ruang serta ketepatan waktu pelaksanaannya.

3. Keandalan transformator selama masa operasi, sangat ditentukan oleh cara


pemeliharaannya, sehingga jadwal waktu pemeliharaan perlu dikaji lebih
lanjut.
Tabel. 7 Perawatan Kumparan dan Isolator Transformator

No. Komponen/Bagian Tindakan Perawatan Frekuensi Keterangan


- Bersihkan dengan air atau carbon tetra
cloride.
- Perbaiki bagian-bagian yang lecet dan dicat
1. Bushing dengan lacquer glyptal merah.
- Periksa dan keraskan bila ada baut kendor.
- Periksa packing, bila bocor diganti dengan
yang baru.
- Periksa pengawatan dan ukur tahanan
isolasi.
CT Bushing dan
2. - Periksa dan kencangkan hubungan terminal
peralatan tegangan
termasuk tap alat potensial ke dalam
bushing.
- Periksa dan ukur tahanan isolasi antara
belitan dengan belitan dan antara tiap belitan
3. Kumparan transformator dengan pentanahan.
- Memeriksa kerapatan fluksi inti dengan EL-
CID.
- Periksa kabel sambungan dari terminal ke
kumparan dan ke bushing.
4. Terminal kumparan
- Periksa dan kencangkan hubungnan
terminal kumparan.
- Periksa dan setel klem kumparan.
Klem dan isolasi pelapis
5. - Periksa dan amati isolasi pelapis kumparan,
kumparan
apakah masih layak dipakai.
BAB 4 TEKNIK PELAPORAN

4.1 PROSEDUR PEKERJAAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR

4.1.1 Persiapan Pekerjaan

1. Buat permintaan ijin kerja (PTW = permit to work) untuk pelaksanaan


outage ransformator

2. Jika trafo telah outage; pastikan bahwa PMS pentanahan dalam kondisi
ON (masuk).

4.1.2 Pelaksanaan Pekerjaan

1. Pembersihan bushing isolator dan arrester

Lakukan pembersihan dengan menggunakan insulator cleaning pastedan majun

2. Pengambilan dan pengujian sample minyak trafo

- Lakukan pengambilan dengan menggunakan peralatan khusus


untukpengambilan sample minyak.

- Bawa sample minyak ke laboratorium untuk dilakukan pengujianantara lain :

 Kekuatan dielektrik (dielectric strength)

 Neutralization number

 Resistivitas

 Water content

 Gas analysis

3. Pengujian temperature indicator dan thermal relay

- Lepas probe temperature indicator dari tempatnya

- Lepas temperature indicator; bawa bersamaan dengan probe tadi.

- Uji temperature indicator dengan menggunakan temperature calibrator


- Catat hasil pengujian beserta kondisi trip relay thermalnya.

- Pasang kembali probe beserta temperature indicator pada tempatnya.

4. Pengujian Thermal Overload

- Lepas thermal overload relay dari panel control pendingin trafo

- Uji thermal overload relay dengan menggunakan current injector test

- Catat hasil pengujian relay

- Bandingkan dengan kurva standar overload relay

- Ganti thermal overload jika hasil test menyimpang dari standar

5. Rekondisi motor fan pendingin

- Lepas motor fan pendingin beserta keranjangnya dari trafo

- Bongkar motor; lakukan penggantian bearing dengan yang baru

- Bersihkan dan keringkan stator dan motor

- Ukur tahanan belitan dan tahanan isolasi (megger) stator

- Lakukan revarnish stator motor dengan insulating varnish (jika tahanan isolasi
kurang)

- Lakukan pengujian motor tanpa beban; catat arus kerja motor

- Rakit kembali motor dan fan dengan keranjangnya

- Pasang kembali fan beserta keranjangnya

- Lakukan pengujian motor berbeban, catat arus kerja dan ceck apakah sesuai
dengan rating.

6. Pengujian Relay Proteksi

a. Relay elektris : Diuji dengan menggunakan secondary currentinjector set

 Relay Differensial :

- Lakukan pengujian arus pickup relay (Id)


- Lakukan pengujian karakteristik differensial relay

 Relay Arus Lebih

- Lakukan pengujian arus pickup relay

- Lakukan pengujian karakteristik arus lebih (kurva karekteristik)

- Lakukan pengujian karakteristik momentary/ instantaneous

 Relay Hubung Tanah

- Lakukan pengujian arus pickup relay

- Lakukan pengujian karakteristik arus lebih (kurva karekteristik)

b. Relay Mekanis :

- Lakukan pengujian relay thermal dengan menggunakan temperature calibrator

Anda mungkin juga menyukai