Anda di halaman 1dari 77

Steam Power Plant

•Siklus Daya Uap


•Proses Pada PLTU
•Komponen PLTU
Ika Yuliyani
1. Siklus Daya Uap

Siklus dasar yang digunakan pada


Steam Power Plant adalah siklus
Rankine, dengan komponen utama
boiler, turbin uap dan kondenser.
1. Siklus Daya Uap

Siklus Rankine
KOMPONEN UTAMA SEBUAH PLTU SEDERHANA

Sub sistem A: Konversi energi dari panas ke mekanik

Sub sistem B: Energi masuk menguapkan fluida kerja

Sub sistem C: Energi keluar mengkondensasikan fluida kerja

Sub sistem D: Konversi energi dari mekanik ke elektrik


Reheat Cycle
Regeneration
A more complicated cycle…
PLANT LAYOUT
3. Komponen PLTU

• Boiler
Boiler berfungsi untuk
mengubah air (feed
water) menjadi uap
panas lanjut
(superheated steam)
yang akan digunakan
untuk memutar turbin.
3. Komponen PLTU

• Turbin uap
Turbin uap berfungsi untuk
mengkonversi energi panas
yang dikandung oleh uap
menjadi energi putar (energi
mekanik). Poros turbin
dikopel dengan poros
generator sehingga ketika
turbin berputar generator
juga ikut berputar.
3. Komponen PLTU

• Kondensor
Kondensor berfungsi
untuk
mengkondensasikan
uap bekas dari turbin
(uap yang telah
digunakan untuk
memutar turbin).
Kondensor
• Sistem air pendingin PLTU dibedakan menjadi dua yaitu sistem air pendingin
utama dan sistem air pendingin bantu (auxiliary cooling water)      

• Fungsi utama dari sistem air pendingin utama adalah menyediakan dan
memasok air pendingin yang diperlukan untuk mengkondensasikan uap
bekas dan drain uap didalam kondensor.  Fungsi lainnya adalah memasok air
untuk mendinginkan “Heat Exchanger” pada sistem air pendingin bantu
(auxiliary cooling water) yang merupakan siklus pendingin tertutup.

• Air pendingin utama merupakan media pendingin untuk menyerap panas


laten uap bekas dari turbin yang mengalir kedalam kondensor. Tanpa
pasokan air pendingin turbin kondensasi tidak dapat dioperasikan.
Sedangkan aliran air pendingin utama yang kurang dapat menyebabkan
vakum kondensor menjadi rendah dan dapat mengakibatkan unit trip.
Kondensor
Sistem air pendingin harus dirancang mampu memenuhi kebutuhan
operasi unit pembangkit secara konitinyu, ekonomis dan handal.
Rancangan sistem air pendingin harus meliputi :

• Menjamin tersedianya air untuk keperluan operasi PLTU pada setiap


waktu
• Jumlah aliran airnya cukup untuk menghasilkan efisiensi PLTU yang
optimal pada semua kondisi beban temperatur.
• Penyediaan air yang stabil pada semua kondisi tanpa perlu
pengaturan
• Pemeliharaannya murah dan mudah dilakukan
• Biaya investasi dan operasinya rendah.
Kondensor
• Jumlah panas yang dibuang ke laut atau udara
sangatlah besar, tetapi kerugian panas ini menjadi
berkurang apabila kapasitas unitnya makin besar.
Sebagai gambaran untuk mengkondensasikan 0,45 kg
uap di kondensor diperlukan air pendingin sekitar 29
kg. PLTU kapasitas 20 MW atau lebih kecil
memerlukan sekitar 0,22 m3 air pendingin untuk
setiap tenaga listrik yang dibangkitkan ( 0,22 m3 /kwh).
3. Komponen PLTU

• Generator
Generator berfungsi
untuk mengubah energi
putar dari turbin
menjadi energi listrik.
Peralatan Penunjang PLTU

• Desalination Plant (Unit Desal)

Peralatan ini berfungsi untuk mengubah air laut (brine)


menjadi air tawar (fresh water) dengan metode
penyulingan (kombinasi evaporasi dan kondensasi). Hal ini
dikarenakan sifat air laut yang korosif, sehingga jika air laut
tersebut dibiarkan langsung masuk ke dalam unit utama,
maka dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan PLTU.
Peralatan Penunjang PLTU
• Reverse Osmosis (RO)
Mempunyai fungsi yang sama
seperti desalination plant namun
metode yang digunakan berbeda.
Pada peralatan ini digunakan
membran semi permeable yang
dapat menyaring garam-garam
yang terkandung pada air laut,
sehingga dapat dihasilkan air
tawar seperti pada desalination
plant.

• Pre Treatment pada unit yang menggunakan pendingin air tanah / sungai
Untuk PLTU yang menggunakan air tanah/air sungai, pre-treatment berfungsi
untuk menghilangkan endapan,kotoran dan mineral yang terkandung di dalam air
tersebut.
Peralatan Penunjang PLTU
• Demineralizer Plant (Unit Demin)

Berfungsi untuk menghilangkan kadar


mineral (ion) yang terkandung dalam
air tawar. Air sebagai fluida kerja PLTU
harus bebas dari mineral, karena jika
air masih mengandung mineral berarti
konduktivitasnya masih tinggi sehingga
dapat menyebabkan terjadinya GGL
induksi pada saat air tersebut
melewati jalur perpipaan di dalam
PLTU. Hal ini dapat menimbulkan
korosi pada peralatan PLTU.
Peralatan Penunjang PLTU

• Hidrogen Plant (Unit Hidrogen)


Pada PLTU digunakan hydrogen (H2) sebagai pendingin
Generator.
• Chlorination Plant (Unit Chlorin)
Berfungsi untuk menghasilkan senyawa natrium hipoclorit
(NaOCl) yang digunakan untuk memabukkan/melemahkan
mikro organisme laut pada area water intake. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari terjadinya pengerakkan
(scaling) pada pipa-pipa kondensor maupun unit desal
akibat perkembangbiakan mikro organisme laut tersebut.
Peralatan Penunjang PLTU
• Auxiliary Boiler (Boiler Bantu)
Pada umumnya merupakan boiler berbahan bakar minyak (fuel
oil), yang berfungsi untuk menghasilkan uap (steam) yang
digunakan pada saat boiler utama start up maupun sebagai uap
bantu (auxiliary steam).

• Coal Handling (Unit Pelayanan Batubara)


Merupakan unit yang melayani pengolahan batubara yaitu dari
proses bongkar muat kapal (ship unloading) di dermaga,
penyaluran ke stock area sampai penyaluran ke bunker unit.
Peralatan Penunjang PLTU
• Ash Handling (Unit Pelayanan Abu)
Merupakan unit yang melayani pengolahan abu baik itu abu jatuh
(bottom ash) maupun abu terbang (fly ash) dari Electrostatic
Precipitator hopper dan SDCC (Submerged Drag Chain Conveyor) pada
unit utama sampai ke tempat penampungan abu (ash valley)

Tiap-tiap komponen utama dan peralatan penunjang dilengkapi


dengan sistem-sistem dan alat bantu yang mendukung kerja
komponen tersebut. Gangguan atau malfunction dari salah satu
bagian komponen utama akan dapat menyebabkan terganggunya
seluruh sistem PLTU.
Definisi
Boiler adalah bejana tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke air sampai
terbentuk air panas atau steam.
Air panas atau steam pada tekanan tertentu kemudian digunakan untuk mengalirkan
panas ke suatu proses.

Jika air dididihkan sampai menjadi steam, volumnya akan


meningkat sekitar 1.600 kali, menghasilkan tenaga yang menyerupai bubuk mesiu
yang mudah meledak, sehingga boiler merupakan peralatan yang harus dikelola dan
dijaga dengan
sangat baik.
Sistem boiler terdiri dari:
• Sistem air umpan menyediakan air untuk boiler
secara otomatis sesuai dengan kebutuhan steam.
• Sistem steam mengumpulkan dan mengontrol
produksi steam dalam boiler. Steam dialirkan
melalui sistem pemipaan ke titik pengguna.
• Sistem bahan bakar adalah semua peralatan yang
digunakan untuk menyediakan bahan bakar untuk
menghasilkan panas yang dibutuhkan

Boiler - Ghaz
Introduction
STEAM TO
EXHAUST GAS VENT
PROCESS

STACK DEAERATOR

PUMPS

ECO-
NOMI-
ZER

VENT
BOILER
BURNER
WATER
SOURCE
BLOW DOWN
SEPARATOR FUEL

BRINE

CHEMICAL FEED
SOFTENERS
31
ECONOMISER
Bagian-bagian Boiler
Drum uap (header atas)
Drum air (header bawah)
Dapur/lorong api (furnace)
Pipa penguap (tube)
Pedoman tekanan (pressure gauge)
Gelas pedoman/penduga (water glass)
Katup pengaman (safety valve)
Pompa air masuk (feed water pump)
Peralatan buangan air (blow out water equipment/blow down)
Ventilasi udara (air ventilation)
Sistem kontrol otomatis (automatic control system)
Cerobong asap (stack-smook duct)
Pemanas air awal (economizer)
Pemanas uap lanjut (superheater)
Peralatan perpindahan bahan bakar (fuel transfer equipment)
Peralatan penampung abu (bone)
Penangkap debu (dust collector)
Peralatan pengurai gas belerang (desulfurelite equipment)
Peniup jelaga (soot blower)
Pesawat pelepas udara air pengisi ketel uap (deaerator)
Pengatur kekeringan uap (desuperheater)
Peralatan bakar/pengopakan (burner, rangka bakar)
dll.
FUNGSI PERALATAN UTAMA
BOILER
Ika Yuliyani
FUNGSI PERALATAN UTAMA
• Boiler
Boiler berfungsi untuk merubah air menjadi air panas atau uap sesuai
dengan syarat yang dibutuhkan oleh Turbin Uap.
• Kipas Tekan Paksa (Force Draft Fan)
Kipas Tekan Paksa berfungsi sebagai pemasok udara pembakaran ke dalam
ruang bakar, dimana udara ini diambil dari atmosfir.
• Scanner Air Blower (BoosterFan)
Booster Fan berfungsi menyuplai udara untuk mendinginkan Flame
Scanner dan memberikan udara pembakaran untuk Igniter.
• Soot Blower
Soot Blower berfungsi untuk membersihkan abu atau jelaga yang
menempel pada bagian – bagian di boiler yang dilewati oleh gas buang
diantaranya pipa – pipa dinding ruang bakar, pipa-pipa Superheater dan
elemen Air Heater
FUNGSI PERALATAN UTAMA
• Steam Air Heater
Steam Air Heater berfungsi untuk memanaskan udara yang keluar dari FDF
dengan menggunakan uap bantu (Auxiliary Steam). Dengan
mengoperasikan alat ini diharapkan temperature gas buang ke cerobong
dapat dikontrol diatas titik cair sulphur (Belerang).
• Air Heater
Air Heater berfungsi untuk memanaskan udara pembakaran dengan gas
bekas yang keluar dari ruang bakar. Pemanasan udara tersebut
dimaksudkan untuk mendapatkan efisiensi bahan bakar, mengingat udara
yang dingin dapat menyerap panas yang ada (mendinginkan ruang bakar).
FUNGSI PERALATAN UTAMA
• Main Drum
Main Drum berfungsi sebagai separator atau pemisah antara uap dan air
pada Boiler.
• Water Drum
Water Drum berfungsi untuk menyimpan air yang berasal dari Down
Comer pada Boiler.
• Burner Solar (HSD)
Burner HSD digunakan sebagai alat terjadinya pengabutan bahan bakar
HSD untuk proses pembakaran
• Burner Residu (MFO)
Burner MFO digunakan sebagai alat terjadinya pengabutan bahan bakar
MFO untuk proses pembakaran.
FUNGSI PERALATAN UTAMA
• Auxiliary Steam
Berfungsi untuk:
• Pemanas awal udara pembakaran pada system Air Heater.
• Sebagai pemanas bahan bakar MFO sebelum masuk ke burner pada Fuel
Oil Heater (FOH).
• Memberi tekanan dan sebagai pemanas awal air pada Deaerator pada
saat start boiler.
• Sebagai uap perapat atau Gland Steam untuk mencegah kebocoran uap
sepanjang poros turbin dan mencegah masuknya udara luar ke casing
turbin.
• Mempertahankan vacuum kondensor dan memanaskan air kondensat
pada Main Air Ejector (MAE).
• Sebagai warming untuk memanaskan udara yang menuju ke ruang
pembakaran pada Steam Air Heater (SAH).
SISTEM BAHAN BAKAR
Sistem bahan bakar pada PLTU pada
prinsipnya terbagi menjadi 3 bagian utama
yaitu :
– sistem bahan bakar LPG
– sistem bahan bakar solar
– sistem bahan bakar residu
PENGOPERASIAN

Gas LPG akan dapat dioperasikan ketika sinyal


igniter permisive di BMS sudah tercapai
SYARAT-SYARAT PERMISIVE
• MFT relay energized
• Igniter gas header SV open (FSV 104)
• Igniter gas header not low (>0,3 kg/cm2)
• Igniter gas header not high (< 2 kg/cm2)
• Tidak ada delay untuk igniter gagal
PERSIAPAN FIRST FIRING
check persediaan LPG di tabung dengan tekanan di header
1,76 – 4,52 kg/cm2
pastikan tidak terjadi kebocoran gas LPG
pastikan tegangan suply ke sistem LPG sudah siap
buka katup – katup manual yang akan menuju ke burner oil
torch
katup FSV 104 akan membuka selama proses purging boiler,
dan sesaat ketika akan venting main line LPG
ketika venting main line LPG maka katup FSV 107 dan FSV
104 akan membuka dan katup-katup yang lainnya (SV 150, SV
151 dan SV 152) dalam keadaan tertutup
START (first firing)
LOKAL
• putar switch ke posisi lokal
• masukan/ start igniter, maka logic sequance
penyalaan LPG akan berjalan. Adapun urutannya
adalah sebagai berikut :
– lampu igniter akan menyala dilokal
– proses venting ( SV 152 akan membuka dan SV 150 akan
menutup sementara sedangkan SV 151 membuka) SV 150
terus membuka selama proses igniter mulai
– setelah proses venting maka katup venting akan menutup
dan proses penyalaan di burner oil torch akan beroperasi.
SISTEM REMOTE
• setelah ada indikasi sinyal igniter permissive
pada BMS, maka tekan tombol start igniter
pada BMS
• sequance remote sama dengan sequence local
Bahan bakar HSD

Bahan bakar HSD digunakan pada waktu firing


boiler sampai dengan keadaan tekanan uap
pada main steam sebesar 40 kg/cm2 dengan
temperatur + 350 oC
Sinyal LFO permisive akan didapat setelah purge
complete atau dengan syarat sebagai berikut :

• Igniter Permissive.
• LFO Header SSV Open (SV 410).
• LFO pressure not Low (>5kg/cm2).
• Air Flow >30% atau any MFO Burner in Service
• Permission to fire ignite
Persiapan pengoperasian bahan bakar HSD

periksa ketersediaan LFO di Dayli tank (level min 4 kL)


buka semua katup aliran suction (1,2,4,4A) yang menuju
pompa HSD
tutup katup venting dan drain strainer (3B)
buka katup discharge pompa (6A, 7, 8,)
selain katup diatas, semua dalam keadaan tertutup terlebih
dahulu (3A, 9, HV 401, SV 410, 10 SV 450 dan semua SV 452)
pastikan burner LFO sudah terpasang
periksa semua indicator dalam keadaan baik.
periksa supply tegangan pompa
Start HSD
• masukan tegangan control untuk pompa HSD
• jalankan pompa HSD
• check tekanan keluaran pompa + 225 – 230 psig
(15.82 – 16.17 kg/cm2) dari BTB dengan mengatur
posisi bukaan CV 103
• LFO isolation valve header manual terbuka (HV 401)
• Periksa kondisi dari pompa, apakah ada kelainan
suara dan vibrasi
• Check P dari saringan HSD max 0.2 kg/cm2
•Buka katup venting udara saringan HSD (3B)
sampai udara yang terdapat dalam saringan
terbuang habis dan kemudian tutup kembali
•pastikan sinyal LFO permissive di BMS
terpenuhi
•pastikan katup manual yang menuju ke LFO
burner terbuka (10)
•jalankan LFO firing dengan urutan sebagai
berikut:
1. Start igniter LFO burner B1 (1 – 1.5 kg/cm2 )
2. Start LFO burner B1 (205 – 215 psig)
3. ketika burner LFO in service maka igniter LFO burner B1
akan off
Monitoring Operasi
• perhatikan P dari saringan HSD maximum 0.2 kg/cm2
• perhatikan handle dari three way valve sudah pada posisi
yang benar
• check kondisi pompa dan segala sistim pendukungnya
• check semua parameter yang berhubungan dengan sistim
• perhatikan tekanan bahan bakar HSD
• perhatikan kenaiakn temperatur maximum 45 oC/jam
• perhatikan semua penyalaan/bentuk api dari LFO burner
• laporkan jika ada peralatan yang rusak ataupun tidak
befungsi dengan baik.
Sistem Bahan Bakar Residu (MFO)
Persiapan operasi
• check level bunker (minimal 1500 kL)
• lakukan venting pada saringan masuk pompa residu
sampai udara terbuang habis, katup no ;3A
• tutup katup drain daripada saringan masuk pompa
residu, katup no ; 3B
• check kondisi saringan apakah dalam kondisi standby
• tutup katup sebelum dan sesudah saringan dan flow
meter reidu masuk serta
•buka katup by pass untuk flowmeter residu masuk pada
boiler front katup no 17 dan by pass FCV 212 katup no
22
•buka residu kembali pada boiler front, katup FSV 230
•tutup katup boiler front no 24 dan warming line no 23
•buka katup residu kembali pada bunker, katup no; 29
•check pembukaan dan penutupan dari control valve
(CV 102 dan FCV 212)
•check kesiapan dari motor dan pompa residu apakah
dalam kondisi stand by
•check fuel oil heater (operasikan salah satu saja) dan
buka katup
• buka katup drain untuk uap pemanas residu yang
menuju ke pit
• aktifkan salah satu oil heater, buka by pass steam
trap (outlet heater), bila water content berkurang
tutup kembali (fungsikan steam trap)
• buka control valve (CV 104) untuk uap pemanas
residu dan set pada TC 104 temperatur 90 oC
• check kondisi drain trap untuk uap pemanas
residu dalam kondisi baik
Start MFO
1. masukan breaker untuk suply tegangan motor pompa
residu
2. buka katup warming valve pompa residu, katup no; 8
3. buka control valve (CV 102) 50 %
4. jalankan pompa residu (BTB)
5. check kondisi pompa residu ; vibrasi – Amp motor
6. check tekanan keluar dari pompa resiidu (+ 20 kg/cm2)
7. buka (reset) shut off valve untuk fuel oil, katup FSV 210
8. atur dan jaga tekanan bahan bakar residu tekanan
normal operasi inlet header (250 psig/17 kg/cm 2)
9. sirkulasikan MFO sebelum burner MFO diaktifkan
10. setelah temperatur MFO > 50oC, tunggu 10 menit
kemudian aktifkan flowmeter digital dengan
mengaktifkan breaker no Q 30/Q 13 (boiler 4/3) di
panel BMS power supply dan tutup katup by pass
flowmeter katup no 17
11. pasang burner residu pada tempatnya
12. pastikan MFO permissive sudah tercapai
Syarat MFO permissive
Permission to fire igniter (igniter permissive).
MFO Header SSV open.(FSV 210).
MFO Press Not Low (> 13 kg/cm2).
MFO Press Not High (< 15 kg/cm2).
Low Fire Interlock MFO (FCV 212) atau any MFO Burner in
Service.
Air flow > 30% atau any LFO Burner in Service.
Atomizing Steam Press Not Low (> 13 kg/cm2).
MFO-Steam Differential Pressure Not Low (>1,4 kg/cm2).
Atm Steam Header SSV Open.
MFO Temperatur Not High (< 1000C).
MFO Temperatur Not High (> 800C).
13. buka warming line MFO pada burner katup
no 23 B1. kondisi FSV 230 fully open + 10
menit (kemudian close setelah warming
selesai)
14. buka semua katup isolation valve dan tutup
by pass valve no 22, 27 (katup FCV 212 dan
PCV 213), pembukaan F CV 212 diatur oleh
FC 131.2A dari BTB + 10%
15. pastikan pressure outlet MFO 2,5 kg/cm2 (PI
203)
16. Operasikan fuel oil burner dengan urutan
sebagai berikut :
start igniter MFO burner B1 (1 – 1.5 kg/cm2 )
start MFO burner B1.
ketika burner MFO in service maka igniter MFO
burner B1 akan mati.
17.Sebelum Paralel Siapkan Burner MFO A1 Dan C1 :
Masukkan Burner Gun MFO A1 dan C1 (Pastikan union
junction line MFO dan line Steam Atomizing Kencang).
Buka warming line MFO (+ 2 - 5 %) pada burner katup no 23
A1 dan C1 selama + 15 menit,kemudian close setelah warming
selesai.(Perhatikan penurunan header Pressure Outlet, dijaga + 5
– 6 kg/cm2.
18.Start MFO Burner A1 dan C1:
start igniter MFO burner A1 / C1 (1 – 1.5 kg/cm2 )
Pastikan inlet Pressure MFO (+ 275 psig).
Pastikan outlet Pressure MFO (+ 3,5 – 4 kg/cm2)
start MFO burner A1/C1
Pastikan Burner A1/C1 dan Burner B1 in servic
19. Stop MFO Burner B1
20. Pada Beban 12 – 15 MW B1 MFO Running
setelah sebelumnya dilakukan warming (+ 2 - 5 %)
selama 15 menit..
21. Start Burner B1 MFO :
start igniter MFO burner B1 (1 – 1.5 kg/cm2 )
Pastikan inlet Pressure MFO (+ 275 psig).
Pastikan outlet Pressure MFO (+ 7 – 10 kg/cm2) atur
opening FC 131.2A + 27 - 30 %
start MFO burner B1
Pastikan Burner B1 , A1 , dan C1 in servic
23. Start Burner B2 MFO
start igniter MFO burner B2 (1 – 1.5 kg/cm2 )
Pastikan inlet Pressure MFO (+ 275 psig).
Pastikan outlet Pressure MFO (+ 7 – 10 kg/cm2) atur
opening FC 131.2A + 27 - 30 %
start MFO burner B1
Pastikan Burner B2, B1 ,A1 , dan C1 in service.
24. Pada Beban 25 – 35 MW A2 dan C2 MFO
running setelah sebelumnya dilakukan warming (+
2 - 5 %) selama 15 menit..
25. Start Burner A2/C2 MFO :
start igniter MFO burner B1 (1 – 1.5 kg/cm2 )
Pastikan inlet Pressure MFO (+ 275 psig).
Pastikan outlet Pressure MFO (+ 7 – 10 kg/cm2) atur
opening FC 131. .2 A > 30 %
start MFO burner A2/C2
Pastikan Burner Semua Burner MFO in service.
Stop Normal Operasi
• Penurunan Beban.
• Pada Beban 24 – 13 MW Matikan Burner MFO
A2 dan C2, Dengan urutan Sebagai berikut :
– Igniter operasi
– MFO burner OFF (SV 252 Off)
– Purging MFO burner (SV 355 ON)
– Igniter Off.
• Pada Beban 12 MW matikan Burner MFO B2.
Stop Normal Operasi

• Pada Beban 12 MW matikan Burner MFO B2.


• Pada Beban 5 MW matikan Burner MFO A1 dan C1.
• Setelah Paralel Off Matikan Burner MFO B1.
• Sirkulasikan MFO Sampai pada temperatur < 500C,
kemudian Pompa MFO bisa dimatikan.
Monitoring Operasi
Check Kondisi Dari Saringan residu, Lihat differential pressure Saringan
Masuk dan Keluarnya ( P < 0,2 10 kg/cm2).
Check Kondisi Pompa Residu
Vibrasi
Ampere Motor ( Operasi Normal 65 – 110 A )
Kelainan Suara.
Check Kondisi Pengoperasian :
Temperatur Residu Sebelum Saringan + 50 0C dan Keluar Oil Heater +
90 0C
Pressure Keluar Pompa + 17 kg/cm2
Sudut dan Bentuk Api Burner MFO
Check Vibrasi atau kelainan suara Boiler.
Check gas Hasil Pembakaran di Stack
Check Kadar O2 dalam aliran gas buang
Check Kondisi Level Bunker.
Monitoring Start Up
• Check Kenaikan temperatur dan Pressure Uap
(+ 45 0C).
• Atur Penambahan Burner MFO sesuai Dengan
Kebutuhan.
• Pastikan inlet Pressure Header MFO > 250 psig
pada saat Start Burner MFO.
• Pastikan outlet Pressure Header igniter (1 –
1.5 kg/cm2) pada saat Start Burner MFO.
Monitoring Stop

• Check Kondisi semua Shut Off Valve (Kondisi


Tertutup)
• Pada saat Stop Burner, pastikan Igniter On dan
purging.
• Atur stop Burner MFO sesuai Dengan kondisi beba
Vent

pengisian

FUEL OIL FUEL OIL


STORAGE STORAGE
TANK TANK Drain
Drain Drain Drain
10.000 kL 10.000 kL

29 29 Sampling
Sampling

27

Dari Boiler
Unit 4
26
26

TI
CV-104 103
Aux Steam
Ke Boiler Unit
Drain 4
PI
124

Vent Vent
2 2
PI
136
Vent Vent 3A 3A
Drain Drain
3B 3B
PI PI
125 125
13 4 4
12
10

8
CV-102

7
11

5
TI PI 6
106 127
9

Drain

Ke
Burner

PI
136 Vent
Vent
PI PI
125 125

13 12 7 SISTEM BAHAN BAKAR MFO


PT. INDONESIA POWER
5 UNIT BISNIS PEMBANGKITAN PRIOK
6
NO
DRAW WAKHIDIN/GUNTUR 29/6/06
PIT CHECK
Drain APRV
FSV 230

FSV 352 A2

FSV 352 B2

FSV 352 C2
FE 231

FSV 355 C2
FSV 252 A2
FSV 355 A2

FSV 252 B2

FSV 252 C2
FSV 355 B2
27

24 A2 24 B2 24 C2
25 A2 25 B2 25 C2

23 A2 23 C2
23 B2
26 A2 26 B2 26 C2

PRV 200

FSV 352 A2

To suction MFO Pump

FSV 352 B2

FSV 352 C2
FSV 355 B2
FSV 355 A2

FSV 252 A1

FSV 252 B1

FSV 355 C2

FSV 252 C1
24 A1 24 B1 24 C1
25 A1 25 B1 25 C1

26 A1 23 A1 23 C1
26 B1 23 B1 26 C1

PI PI
TI
203 203
204
FCV
FM PSL 212 PSL
14 15 208 16 209 18 19 214

H FSV
From Oil Heater MFO V FM Analog SISTEM BAHAN BAKAR MFO
210 20 PCV 21
22
6 213 PT. INDONESIA POWER
UNIT BISNIS PEMBANGKITAN PRIOK
NO
DRAW WAKHIDIN/GUNTUR 29/6/06
17 22 CHECK
APRV
2. Watertube

75
Water Tubes and Mud Drum
Bent Water Tubes

Anda mungkin juga menyukai