Anda di halaman 1dari 42

BUKU X

PENGOPERASIAN PLTA

TUJUAN PELAJARAN : Setelah mengikuti pelajaran ini peserta memahami prinsip


kerja dan cara pengoperasian PLTA sesuai standar
perusahaan

DURASI : 16 JP

PENYUSUN : ZAENAL ARIFIN

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal vi


DAFTAR ISI

TUJUAN PELAJARAN ............................................................................................................... vi


DAFTAR ISI .............................................................................................................................. vii
Daftar Gambar .......................................................................................................................... viii
1. Perubahan Energi Pada PLTA............................................................................................. 1
2. Prinsip Kerja dan Pola Pengoperasian PLTA ....................................................................... 3
3. Tipe Dan Jenis PLTA Berdasarkan Sumber Air dan Hidrologi ............................................. 5
4. Bagian-Bagian Utama PLTA .............................................................................................. 10
5. DAYA DAN ENERGI.......................................................................................................... 18

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal vii


Daftar Gambar

Gambar 1 Proses perubahan energi .......................................................................................... 1


Gambar 2 Pada peristiwa benda jatuh terjadi perubahan energi potensial menjadi energi kinetik
................................................................................................................................................... 2
Gambar 3 Prinsip Kerja PLTA ..................................................................................................... 3
Gambar 4 Pola Operasi Waduk Cirata tahun 2005 ..................................................................... 4
Gambar 5 PLTA dengan Aliran sungai langsung ........................................................................ 5
Gambar 6 PLTA dengan kolam Tando........................................................................................ 6
Gambar 7 PLTA dengan waduk .................................................................................................. 7
Gambar 8 Lay Out PLTA Danau ................................................................................................. 7
Gambar 9 (a) Keadaan pasang (b) Keadaan surut ..................................................................... 8
Gambar 10 PLTA Pompa............................................................................................................ 9
Gambar 11 Bendungan PLTA ................................................................................................... 10
Gambar 12 Spillway.................................................................................................................. 11
Gambar 13 Bottom Outlet ......................................................................................................... 11
Gambar 14 Trash Rake ............................................................................................................ 12
Gambar 15 Intake ..................................................................................................................... 12
Gambar 16 Skema Intake ......................................................................................................... 13
Gambar 17 Skema Intake Gate ................................................................................................ 13
Gambar 18 Intake Valve Type Buterfly ..................................................................................... 14
Gambar 19 Letak Headrace Tunnel .......................................................................................... 15
Gambar 20 Letak Surge Tank ................................................................................................... 15
Gambar 21 Pipa pesat (penstock) ............................................................................................ 16
Gambar 22 Manhole ................................................................................................................. 17
Gambar 23 Model Gedung Sentral (Power House) ................................................................... 17

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal viii


1. Perubahan Energi Pada PLTA

Energi yang terkandung dalam suatu fluida ialah energi potensial, dalam proses aliran di
dalam pipa energi potensial berangsur-angsur berubah menjadi energi kinetik, di dalam
turbin energi kinetik air berubah menjadi energi mekanik. Dan energi mekanik dayanya
diteruskan lewat poros generator sehingga berubah menjadi energi listrik.

Gambar 1 Proses perubahan energi

a. Energi Potensial
Air merupakan energi potensial berdasarkan perbedaan ketinggian /
kedudukannya.
Untuk menentukan energi potensial dapat diperoleh dengan menyesuaikan
kondisi air tersebut dan yang perlu diperhatikan adalah;
a. Jumlah air yang tersedia
b. Ketinggian hidrolik dari air yang ada.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 1


m.g.h

Gambar 2 Pada peristiwa benda jatuh terjadi perubahan energi potensial menjadi energi
kinetik

Jika benda jatuh dari ketinggian tertentu, kecepatan awalnya nol. Makin
mendekati permukaan tanah, kecepatan benda jatuh makin besar. Kecepatan maksimal
benda jatuh adalah saat menyentuh permukaan tanah. Besar kecepatan maksimal
tersebut berfantung pada ketinggian benda dari permukaan tanah.

b. Energi Mekanik
Energi mekanik ialah energi yang menggerakan poros dengan perantara sudu
jalan dalam rumah turbin. Energi potensial air dengan melalui injector atau
casing atau saluran, mendorong sudu jalan yang selanjutnya memutar poros
turbin.

c. Energi Listrik
Energi listrik terjadi karena perbedaan medan magnit di generator yang
disebabkan oleh poros turbin yang berputar.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 2


2. Prinsip Kerja dan Pola Pengoperasian PLTA

Energi Listrik

H = Head
Energi
Potensial

Energi Kinetik

Energi Mekanik

Gambar 3 Prinsip Kerja PLTA

Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA) merupakan pusat pembangkit tenaga listrik yang
mengubah energi potensial air (energi gravitas air) menjadi energi listrik. Mesin
penggerak yang digunakan adalah turbin air untuk mengubah energi potensial air
menjadi kerja mekanis poros yang akan memutar rotor generator untuk menghasilkan
energi listrik.
Air sebagai bahan baku PLTA dapat diperoleh dari sungai secara langsung
disalurkan untuk memutar turbin, atau dengan cara ditampung dahulu (bersamaan
dengan air hujan) dengan menggunakan kolam tando atau waduk sebelum disalurkan
untuk memutar turbin.
Daya listrik yang dibangkitkan dapat dihitung menggunakan pendekatan rumus :
P = 9,8 Q X H X ή t x ή g ( kW )
Dimana :
P = Daya yang dihasilkan (kW)
Q = Debit air dalam (m3/detik)
H = Tinggi terjun (m)
ήt = Efisiensi turbin (%)
ήg = Efisiensi Generator (%)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 3


Perencanaan pengoperasian PLTA yang dilakukan berdasarkan pada kondisi
hydrologi yang meliputi :
 Tahun Basah Sekali
 Tahun Basah
 Tahun Normal
 Tahun Kering
 Tahun Kering Sekali
Untuk mendapatkan hasil yang optimum dan memudahkan untuk perencanaan
operasional tahunan, maka perencanaan operasi dilakukan berdasarkan pada kondisi
hydrologi tahun normal dan tahun kering, yang kemudian dilakukan penyesuaian tiap
bulan berdasarkan kondisi air masuk.
Indonesia hanya mengenal dua musim yaitu musim hujan biasa dimulai bulan
Nopember s.d Maret dan musim kemarau pada bulan April s.d Oktober, sehingga
kondisi ini dipergunakan untuk proses pengisian dan penggunaan air.

220
218
216
214
212
210
208
206
204
202
200
JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES JAN

Renc. TMA Awl. K Renc. TMA Awl. N Real. TMA Awal

Gambar 4 Pola Operasi Waduk Cirata tahun 2005

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 4


3. Tipe Dan Jenis PLTA Berdasarkan Sumber Air dan Hidrologi

Dari cara memperoleh potensi air sebagai sumber energi, PLTA dapat dibagi
sebagai berikut:
a. PLTA aliran sungai langsung tanpa kolam tando
b. PLTA aliran sungai langsung dengan kolam tando
c. PLTA aliran sungai langsung dengan waduk/reservoir
d. PLTA aliran danau
e. PLTA pasang surut
f. PLTA pompa
g. PLTA sistem kaskade

a. PLTA Aliran sungai Langsung tanpa kolam tando


Aliran sungai dialirkan langsung melalui saluran terbuka atau tertutup dengan
memasang di ujung saluran tersebut (ujung masuk air). Air dimasukkan
melalui pipa pesat/saluran terbuka

Gambar 5 PLTA dengan Aliran sungai langsung

Keterangan:
1. Sungai 7. Power house
2. Saringan 8. Bendung
3. Bak pengendapan pasir 9. Saluran pembersih
4. Pressure tunel 10. Saluran pengelak
5. Surge tank 11. Sungai
6. Penstock valve

b. PLTA Aliran sungai langsung dengan kolam tando


Air sungai dialirkan ke kolam melalui saluran terbuka atau tertutup dengan
disaring terlebih dahulu dan ditampung di suatu kolam yang berfungsi untuk :
a. Mengendapkan pasir

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 5


b. Mengendapkan lumpur
c. Sebagai reservoir
Air dari kolam tersebut dialirkan melalui pipa pesat menggerakkan turbin untuk
membangkitkan tenaga listrik.
Kolam tando dilengkapi dengan beberapa pintu air gunanya untuk pengisian /
pengosongan bila kolam tando diadakan pemeliharaan.

Gambar 6 PLTA dengan kolam Tando

c. PLTA Aliran sungai Langsung dengan waduk (Reservoir)


Air dari satu sungai atau lebih ditampung di suatu tempat untuk mendapatkan
ketinggian tertentu dengan jalan dibendung.
Air dari waduk tersebut dialirkan melalui saluran terbuka, melalui pintu air ke
saluran tertutup yang selanjutnya melalui pipa pesat menggerakkan turbin untuk
membangkitkan tenaga listrik.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 6


Gambar 7 PLTA dengan waduk

d. PLTA aliran Danau


Sumber air dari PLTA ini adalah sebuah danau yang potensinya cukup
besar.Untuk pengambilan air yang masuk ke PLTA dilaksanakan dengan:
1. Pembuatan bendungan yang berfungsi juga sebagai pelimpas yang berlokasi
pada mulut sungai.
2. Perubahan duga muka air (DMA) + 4 meter
3. Intake

Gambar 8 Lay Out PLTA Danau

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 7


e. PLTA Pasang surut
1. Air laut Pasang
Air laut memasuki teluk (sebagai kolam) melewati bangunan sentral, sehingga air
laut mendorong sudu-sudu jalan (runner) dari turbin. Turbin memutarkan
generator sehingga menghasilkan energi listrik.
Lama kelamaan kolam akan terisi oleh air laut sehingga permukaan air laut
menjadi sama, berarti tenaga penggeraknya tidak ada dan turbin berhenti
berputar.
2. Air Laut Surut
Pada saat air laut surut, permukaan air kolam lebih tinggi dari permukaan air
laut. Air kolam akan mengalir ke Laut melalui bangunan sentral dan akan
memutar sudu-sudu turbin yang seporos dengan generator sehingga didapat
energi listrik kembali sampai terjadi air pasang lagi.

Gambar 9 (a) Keadaan pasang (b) Keadaan surut

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 8


f. PLTA pompa
PLTA pompa dibangun dan dioperasikan untuk PLTA beban puncak. Air waduk
bagian atas dan air waduk bagian bawah diatur untuk operasi harian akan
mingguan.
PLTA pompa digunakan untuk mengatur / menunjang beban puncak sistem.
Danau bagian atas biasanya mempunyai kapasitas tampung yang besar tetapi
mempunyai daerah tangkapan hujan yang sempit, sedangkan danau bagian
bawah mempunyai daerah tangkapan hujan yang luas
a. Generator berfungsi sebagai motor
b. Turbin berdiri sendiri terpisah dari pompanya
c. Generator, turbin dan pompa terletak di dalam satu poros (pompa
terletak paling bawah)

Gambar 10 PLTA Pompa

g. PLTA Kaskade
Pemanfaatan sungai, berarti sepanjang sungai dibangun beberapa PLTA, maka
daerah PLTA itu disebut sistem Kaskade PLTA, dimana PLTA yang berada di
bawah memanfaatkan air setelah digunakan oleh PLTA di atasnya.
Contoh :
Kaskade PLTA S.Citarum ( Saguling, Cirata, dan Jati Luhur )

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 9


4. Bagian-Bagian Utama PLTA

4.1. Waduk (Reservoir)


Sungai dibendung untuk memperoleh air sebanyak mungkin dan mencapai
evaluasi/ketinggian muka air tertentu sesuai dengan yang dibutuhkan sehingga
dapat untuk menggerakan turbin
4.2. Bendungan
Bendungan (DAM) berfungsi untuk membendung sungai sehingga terbentuk
waduk, typenya harus dipilih yang memenuhi syarat seperti geologi, topografi,
dan syarat lain seperti misalnya bendungan urugan, (tanah batu) dan bendungan
beton gravitasi, busur dsb.
a. Bendungan urugan tanah
Type ini termasuk tertua dalam sejarah dan sebagian PLTA berkapasitas
kecil menggunakan bendungan type ini
b. Bendungan urugan batu
Bendungan ini mempunyai konstruksi yang sangat sederhana,
mempergunakan bahan-bahan alami seperti batu, tanah liat dan pasir.
Bendungan ini untuk PLTA berkapasitas sedang.
Sedangkan bendungan beton (gravitasi, busur dsb) karena di buat dari beton
biaya pembangunannya mahal. Namun bendungan gravitasi mampu menahan
kekuatan-kekuatan seperti tekanan air dan sebagainya dengan menggunakan
beban matinya sendiri. Dan bendungan busur cocok untuk lembah berbentuk U
atau bentuk bendungan rendah.

Gambar 11 Bendungan PLTA

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 10


4.3. Pelimpah
Bendungan pelimpah (Spillway) berfungsi melimpahkan air apabila tinggi
permukaan air waduk melampaui batas maksimum (kondisi banjir). Pelimpah ini
biasanya terdapat pada bendungan-bendungan besar.

Gambar 12 Spillway

4.4. Bottom Outlet


Saluran / katup penguras (Bottom Outlet) bertugas untuk menguras
kotoran-kotoran dan endapan (sedimen) waduk, sehingga dapat menjaga air
waduk sesuai dengan yang direncanakan. Dan posisi katup letaknya pada posisi
terendah dari bendungan tersebut.

Gambar 13 Bottom Outlet

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 11


4.5. Saringan / Trash Rake
Saringan ini di pasang di depan intake (pintu pengambilan air) yang
berguna untuk menyaring kotoran-kotoran / sampah yang ikut bersama air.. Jika
air bersih maka tidak akan mengganggu operasi mesin.
1

Gambar 1.11 Trash racke

Gambar 14 Trash Rake

4.6. Intake (bangunan pengambil air)


Bangunan pengambil air ini harus memenuhi persyaratan :
1. Dapat mengatur kebutuhan air
2. Dapat mengontrol dan mencegah sampah masuk ke saluran
3. Mengurangi masuknya sedimentasi
4. Mudah pengoperasiannya.

Gambar 15 Intake

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 12


Gambar 16 Skema Intake

4.7. Pintu pengambil air (Intake Gate)


Intake gate adalah pintu pengambilan air yang dipasang di depan intake dan
digunakan hanya bilamana pipa pesat dikosongkan. Type yang dipakai biasanya
tipe sorong slide gate dan biasa juga pintu ini disebut pintu pemeliharaan.

Gambar 1.13 Konstruksi intake gate

Gambar 17 Skema Intake Gate

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 13


4.8. Intake Valve
Intake valve adalah katup yang berfungsi sebagai pengaman bila terjadi
kebocoran pada penstock (pipa pesat). Pada Intake valve dilengkapi dengan
diferential presure relay yang akan mengomando menutup intake valve secara
otomatis bila terjadi kebocoran pada pipa pesat sehingga tidak terjadi penurunan
tekanan air.
Tekanan penstock turun terjadi perbedaan tekanan antara Intake dan
penstock
P intake = P penstock = 0
P intake – P penstock = /\ P
/_\ P ini yang memerintah untuk menutup intake valve.

G
a
m
b
a
r

1
.
1
4

Gambar 18 Intake Valve Type Buterfly

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 14


4.9. Saluran Tekan (Pressure tunnel/Headrace Tunnel)
Saluran pengantar (Headrace) untuk menyalurkan air dari bangunan
pengambil air sampai tangki pendatar atau tempat mulainya pipa pesat. Ada dua
tipe. tipe tertutup berupa terowongan dibawah permukaan tanah dan dengan
bentuk penampangnya tapal kuda, segi empat atau trapesium.

Gambar 19 Letak Headrace Tunnel

4.10. Tangki pendatar (Surge Tank)


Tangki pendatar atau tangki pelepas tekanan (Surge Tank) bertugas untuk
mengatur jumlah air untuk menyerap pukulan air (water hammer) apabila debit
air pada turbin tiba-tiba berubah. Biasanya diperlukan perbandingan dengan
tinggi terjun yang ada.

Gambar 20 Letak Surge Tank

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 15


Macam-macam tangki pendatar :
1. Tangki jenis sederhana (berbentuk silinder) jenis ini jarang digunakan
2. Tangki pendatar diferential (sering digunakan)
3. Tangki pendatar lubang terbatas (banyak kekurangannya)
4. Tangki pendatar dengan ruangan (ekonomis)

4.11. Pipa pesat (Penstock)


Pipa penstock berfungsi untuk mengalirkan air dari saluran penghantar
atau dari kolom tando atau langsung dari bangunan pengambilan air ke turbin,
mempunyai posisi kemiringan yang tajam di maksudkan untuk memperoleh
energi potensial air (tekanan air) untuk memutar turbin air.

Gambar 21 Pipa pesat (penstock)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 16


4.12. Man hole
Disebut juga lubang pemeliharaan, berfungsi untuk masuk orang kedalam pipa
pesat bila ada pengecekan/pembersihan didalam pipa pesat.

Gambar 1.18 Letak Lobang pembersih

Gambar 22 Manhole

4.13. Gedung Sentral


Gedung pusat pembangkit, pada bangunan ini terletak instalasi turbin air,
generator, peralatan bantu, dan ruang kontrol.
Tiga tipe bangunan gedung pusat pembangit :
1. Diatas permukaan tanah (pada umumnya PLTA)
2. Semi bawah tanah (semi underground) contoh: PLTA Saguling
3. Dibawah tanah (underground) contoh; PLTA Cirata

Gambar 23 Model Gedung Sentral (Power House)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 17


5. DAYA DAN ENERGI

5.1 Energi

Air yang ditampung diatas level tertentu memiliki energi dan kemungkinan
daya. Air yang tertampung tersebut memiliki energi potensial. Pada saat air
tersebut dilepaskan dengan alat tertentu, ia akan mengalir, dan akan
mengurangi tenaga kinetik. Energi potensial dan energi kinetik dapat saling
diubah, pada saat air dipompa dari tail race. Unit pembangkit kedalam
reservoir adalah untuk memperoleh energi potensial kembali dengan bantuan
sebuah pompa. Demikian pula pada saat air dialirkan melalui pipa pesat,
energi potensial dirubah menjadi energi kinetik dimana sejumlah energi hilang
karena gasekan yang akan merubah energi gerak menjadi energi panas.

Energi kinetik air dapat data kedalam energi listrik melalui penggunaan mesin
walaupun satu bentuk energi dapat dirubah kedalam bentuk lain dengan
berbagai cara. Energi berubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya tetapi tidak
dapat bertambah/berkurang.

5.2 Head
Air yang disimpan dalam dam yang melebihi ketinggian normal dimana ia
dapat mengalir dikatakan memiliki head. Didalam pembangkitan dikenal
dengan total/gross head yaitu perbedaan elevasi antara permukaan air
sebelum melalui kisi/penyaring sampah dengan permukaan air didalam
tailrace setelah ia memancar dari draft tube/pipa lepas. Dengan kata lain total
gross adalah jarak elevasi vertikal antara air pada reservoir.
Didalam perhitungan efesiensi-turbin ataupun turbine formance lainnya yang
dipergunakan adalah head efektif/head netto yaitu gross head dikurangi
dengan kerugian pipa pesat yang sama, penghentian satu turbin dapat
menyebabkan tekanan atau head menjadi terbalik pada turbin yang masih
beroperasi.
Jika tekanan air diukur dalam lb/in 2 panda, saluran masuk air kedalam turbin
serta pembacaan yang diperoleh dikalikan dengan 2,308, head efektif dari
tempat ini hingga tinggi elevesi dalam forebay diatas, head (dalam feet) harus
diubah. Kedalam pound/inchi2 dengan mengalikannya dengan 0,43327.
Dari uraian diatas dapat (disederhanakan bahwa head netto atau head efektif
pada turbin air adalah grosshead dikurangi dengan kerugian hidrolik kecuali.
semua yang dapat dimasukkan kedalam kerugian turbin. Beberepa kerugian
non-turbin adalah disebabkan oleh aliran melalui penggaruk sampah, aliran air

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 18


melalui saluran pengambil pipa pesat, aliran yang mengalir melalui pipa pesat
itu sendiri dan aliran) melalui katup pipa. pesat seperti gesekan serta kerugian
kecepatan.

Head netto bervariasi terbadap beban pada unit pembangkit karena gesekan
dan kerugain kecepatan bertambah kira-kira sama dengan 1/4 pancaran air
dari unit. Unit pembangkit hydro dengan low-head. Dengan saluran air yang
sangat pendek memlliki head netto yang hampir sama, dengan grosshead.
Namun demikian, unit pembangkit dengan medium head dan high-head
dimana dipergunakan pipa pesat/tunnel yang panjang dapat hanya memiliki
head netto 90 dari groeshead atau bahkan kurang.

5.3 Output Turbin Generator


Kita kembali pada teori dasar bahwa energi adalah kemampuan untuk bekerja
misalnya yang menghasilkan gerakan. Kerja adalah hasil dari suatu gaya
tertentu yang bekerja, serta jarak perpindahan gaya tersebut. Jika tidak ada
gerahan berarti tidak ada usaha atau kerja. Energi dan gaya tersebut diatas
diukur dengan satuan yang sama. Dengan demikian 1 pound air yang telah
dinaikan 1 foot memiliki energi 1 foot pound dan dapat mengerjakan 1 foot-
pound jika ia dialirkan setinggi 1 foot.
Energi potensial dari suatu isi air. adalah perkalian Berat dengan grosshead
(jarak vertikal ia dapat dialirkan). Didalam transformasi energi potensial ini.
kedalam usaha berguna terhadap penghasilan energi listrik, sebagian akan
hilang dalam kerugian yang ada yaitu kerugian air yang mengalir melalui
penggaruk sampah, kerugian kecepatan, kerugian air yang mengalir melalui
katup-katup dan pipa pesat, serta ketinggian air dalam tailrace.
Perhitungan/uraian diatas adalah untuk unit-unit turbin francis. Untuk unit-unit
turbin impulse yang dikenal. dengan turbin pelton, gross head biasanya
diistilahkan sebagai suatu perbedaan elevasi pada permukaan air pada
forebay dan sonter elevasi air yang memancar pada sudu. Turbin impulse
tidak memiliki draft tube seperti pada turbin francis sehingga air jatuh yang ada
dari senter pemancar hingga permukaan air dalam pipa lepas tidak dapat
dipergunakan untuk memperbaiki daya. Didalam perhitungan head yang
dipergunakan pun adalah head netto yaitu elevasi yang sama dengan

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 19


pressure head dalam pipe masuk turbin sedikit dibawah nozzle jika pipa hanya
mensuplai satu nozzle atau sedikit dihawah upstream wye atau pencabangan
ke nozzle untuk turbin dengan beberapa nozzle, ditambah velocity haad pada
tempat tersebut dikurangi elevasi titik terbawah dari diameter dasar sudu-sudu
runner.
Diameter dasar adalah suatu garis tengah yang merupakan garis singgung
terhadap sumbu pemancar. Jika turbin disuplai oleh lebih dari satu pipa
masuk, head efektif untuk turbin dapat diambil sebaggai head efektif rata.rata.
Pressure head dapat diukur dengan piezometer.
Penggaruk sampah dan sistem saluran, sebagian dalam turbin dan peralatan
pembangkitan serta sebagian karena perubahan elevasi permukaan air dalam
forsbay dan fterbay jika, diasumsikan
E = Energi yang ada untuk usaha berguna
W = Berat, air dalam
V = Volume air yang dialirkan
H = Grosshead
E = Efesiensi pembangkit

maka energi berguna


E = WVHe

karena
V = Qt

dimana.
V = Volume air yang dIgunakan
Q = Air yang dipancarkan
t = Waktu

dengan demikian
E = WqtHe

adalah energi air yang diberikan selama periode waktu dan detik.
Daya adalah besarnya usaha yang dilakukan. Dengan kata lain, jumlah
usaha yang dilakukan dalam suatu waktu tertentu. Istilah yang digunakan
untuk daya adalah HP 33.000 ft – lb/menit atau 550 ft–lb/det. Karena 1 HP
= 745,7 watt maka usaha 1 kw = 550 : 0.7457 = 737,96 ft – lb/det. Untuk
mempermudah didalam perhitungan umumnya dibuat 1 kw = 738 ft–lb/det.
Jika diinginkan mencari horse power atau kw dari volume air tertentu yang
diubah menjadi energi yang dinyatakan dalam persamaan (2), kita
sederhanakan dengan bantuan :

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 20


E E
hp  KW 
550 . t 738 . t
Dengan demikian persamaan (2) menjadi :
W.Q.t.H.e
hp 
550.t (3)
Dengan menghilangkan t dalam persamaan (3) serta mengganti 62,4 lb
untuk w maka kita dapat :
W.Q.t.H.e QHe
hp  
550 . t 8,81 (4)
Dengan cara yang sama kita dapatkan pada :
W.Q.t.H.e
KW 
738 . t (5)
Dengan menghilangkan waktu t dalam persamaan (5) dan menggantinya
62,4 untuk w maka :
62,4 . Q . H . e QHe
kw  
738 11,83 (6)
Jika diinginkan untuk menetukan rumus yang menyatakan HP-jam/kw,
simbol T dapat digunakan untuk menyatakan periode waktu dalam jam.
Q.H.e.T
hp  jam 
8,81 (7)
Q.H.e.T
kw  jam 
11,83 (8)
Contoh :
Dari suatu unit pembangkit listrik tenaga air diketahui bahwa pancaran air
yang mengalir melalui turbin Q 250 ft/det, grosshead H 90 ft, randemen
keseluruhan pembangkit dari reservoir sampai generator 80 %
Maka jika Q dan H dipertahankan tetap selama 10 Jam
250  90  0,80  10
Hp  jam   20,431 hph
8,81
250  90  0,80  10
Hp  jam   15,216 kw
11,83

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 21


5.4 Kecepatan Rotasi
Kecepatan spesifik adalah suatu kecepatan runner, yang mana pada kecepatan
tersebut dihasilkan daya HP dengan head/foot. Kecepatan spesifik memberikan
arti yaitu perbandingan kecepatan turbin berdasarkan head dengan kapasitas
daya.
Sebagai contoh suatu turbin air dengan AC generator harus bekerja pada
kecepatan synchronous untuk menghasilkan 60 hertz (cycles persecond),
kecepatan turbin yang paling baik adalah sedekat mungkin dengan kecepatan
synchronous generator. Rotor generator harus mempunyai jumlah pole genap.
Hal ini kadang-kadang memerlukan pemilihan kecepatan turbin pada
kenyataannya tidak sesuai dengan kecepatan yang paling baik. Biasanya jika
kecepatan synchronous dalam batas 5 % dari kecepatan terbaik runner, tidak
akan ada penurunan efesiensi yang berarti. Rumus untuk mendapatkan
kecepatan synchronous suatu generator adalah:
120 . f 120 . f
N atau P 
p N
Dimana
P = Jumlah pole
N = Putaran runner rpm
f = Frequensi Hz

5.5 Efesiensi (Daya Guna)


Maksud efesien dalam unit turbin adaIah untuk memperoleh output daya yang
sebesar-besarnya dari input air yang sekecil-kecilnya. Prosentasi beban pada
kondisi efesiensi maksimal terjadi sedikit bervariasi terhadap kecepatan
walaupun pabrik biasanya diapat merubah-rubah kondisi ini untuk memenuhi
keperluan. Untuk turbin-turbin reaksi pada kecepatan normal efesiensi
maksimal antara 90 - 94 untuk kecepatan runner yang bervariasi antara 80-160
rpm. Untuk kecepatan hingga 200 rpm efesiensi maksimal diatas 88%. Untuk
runner impulse, efesiensi maksimal biasanya antara 85 – 87.

Suatu test percobaan biasanya dilakukan untuk menentukan output dan


efesiensi unit turbin yang baru. Hal ini memerlukan pengukuran secara cermat.
Disamping, itu test juga dapat dipergunakan untuk menentukan performance
turbin dibawah head yang berbeda-beda, dan untuk menentukan kondisi. unit
setelah operasi nyata.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 22


Test jenis kedua diatas dinamakan Index test, dimana didalam
melaksanakannnya biasanya memperhitungkan pada generator dan KWH
meter untuk menunjukkan output generator. Hal ini dapat dicapai dengan
menggunakan randemen generator tertentu dan dengan menghitung putaran
disk KWH meter, serta menerapkan secara tetap. Karena kalibrasi meter dan
kerugiah generator diketahui untuk faktor daya serta kondisi-koridisi normal,
sehingga memungkinkan untuk mempertahankan sedekat mungkin dengan
faktor daya pada unit yang sedang ditest serta memungkinkan untuk mencatat
penyimpangan-penyimpangan tegangan generator. Jumlah air yang diperlukan
unit yang sedang ditest, diukur dengan manometer dan flowmeter yang
dihubungkan pada unit baik secara permanen/sementara. Hasil pengetesan
diperoleh untuk tinggi jatuh total, yaitu perbedan antara elevasi air pada
forsbay dan tailrace. Dengan demikian efisien (e) unit adalah perbandingan
output dan input
QH kW
input   0,0845 QH kW
11,83

Dimana
Q = Pancaran air yang digunakan dalam ft kubik/detik
H = Tinggi jatuh brutto
Output output generator
Efesiensi (e)  
Input 0,0845 QH
Perlu ditambahkan bahwa efesiensi termasuk kerugian dalam pipa pesat. Dari
rumus diatas terlihat bahwa output generator tergantung pada jumlah air yang
diubah menjadi tenaga oleh turbin, tinggi jatuh yang ada dan efesiensi unit turbin.
Jelas pula bahwa semakin lebar pintu turbin dibuka semakin banyak air yang
digunakan.

Pembukaan pintu turbin sebanding dengan titik pembebanan yang paling efisien,
tetapi tidak banyak berubah terhadap tinggi jatuh. Dapat diasumsikan bahwa
operasi yang paling efisien dari suatu unit akan terjadi pada pembukaan pintu yang
sama, seperti yang telah ditentukan pada waktu testing. Jika terdapat beberapa
unit dalam pembangkit, pembebanan aktual seringkali merupakan hasil
pertimbangan praktis yang diperintahkan secara lisan oleh sistem interkoneksi,
seperti isyarat "mempercepat" persediaan dan kemungkinan untuk memperoleh
output maksimum sesuai dengan temperatur pengoperasian generator serta
transformer yang lebih aman tanpa memperhatikan air yang digunakan.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 23


Penghematan yang dapat direalisasi oleh operasi sistim interkoneksi sering dapat
mengalihkan kondisi air setempat untuk suatu pembangkit tertentu. Namun
demikian sejauh ini bilamana mungkin untuk dapat menghemat air dan
mengoperasikannya seefisien mungkin.
Perbedaan antara input dan output unit pembangkit adalah kerugian total yang
terjadi dalam unit yang bersangkutan.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 24


6. TROUBLE-SHOOTING

6.1. Gangguan dan Trouble-shooting

6.1.1 Gangguan pada Unit PLTA

Penyimpangan atau kesalahan dapat terjadi pada berbagai komponen di sistem


pembangkit listrik tenaga air. Di bawah ini adalah beberapa penyimpangan yang
dapat mengganggu jalannya operasi turbin-generator, yaitu:
- Frekuensi naik turun (hunting)
- Beban tidak mau naik
- Beban lebih (overload)
- Suhu air pendingin terlalu tinggi
- Suhu belitan stator terlalu tinggi
- Mesin tiba-tiba berhenti pada beban tertentu
- Tegangan generator tiba-tiba turun atau hilang
- Getaran unit tidak normal
- Rotor hubung singkat
- Stator hubung singkat
- Dan lain-lain.
Gangguan pada PLTA secara garis besar dapat dibagi atas 2 kelompok, yaitu:
a. Gangguan eksternal dari sistem unit lain yang terganggu, gangguan transmisi/jaringan
yang mengakibatkan unit ikut terganggu. Keduanya dapat menyebabkan trip atau
kehilangan beban.
b. Gangguan internal yang berupa gangguan dari peralatan, turbin, generator,
transformer dan sistem kontrol yang dapat menyebabkan unit keluar sistem.
Gangguan internal pada PLTA secara garis besar dapat dibagi atas 4 kelompok, yaitu
gangguan pada sirkit listrik generator, gangguan pada turbin, gangguan pada instalasi
yang berhubungan dengan lingkungan seperti instalasi air pendingin dan saluran air
terbuka pada PLTA dan gangguan pada sirkit kontrol. Masing-masing gangguan dapat
dijelaskan sebagai berikut:

a. Gangguan pada sirkit listrik generator


Dalam instalasi yang dijaga oleh operator seperti Pusat Listrik dan Gardu Induk ada
gangguan yang tidak atau belum dilihat oleh relai, tetapi dilihat oleh operator yang
kemudian berinisiatif men-trip Pemutus Tenaga (PMT) demi keselamatan instalasi, maka
dalam hal ini operator bertindak sebagai relai. Gangguan pada sirkit listrik generator yang
menyebabkan tripnya PMT, pada umumnya disebabkan oleh:
i. Gangguan di luar seksi generator tetapi PMT generator ikut trip sebagai akibat
kurang selektifnya relai generator
ii. Ada gangguan dalam seksi generator yang disebabkan karena :
- Kerusakan generator atau alat bantu generator
- Binatang yang menimbulkan arus hubung singkat
- Kontak-kontak listrik yang belum sempurna
iii. Ada gangguan dalam sistem eksitasi generator, biasanya menyangkut pengatur
tegangan otomatis.
iv. Ada gangguan pada sistem arus searah khususnya yang diperlukan untuk men-
trip-kan PMT. Gangguan pada sirkit listrik tersebut di atas berlaku untuk semua
macam pusat listrik.

b. Gangguan pada turbin


Gangguan pada turbin merupakan gangguan yang paling sering terjadi. Hal-hal yang
menyebabkan gangguan mesin penggerak generator secara singkat adalah :

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 25


i. Kerusakan pada bagian-bagian yang berputar atau bergeser, seperti bantalan,
batang penggerak, katup-katup khususnya yang jarang bergerak pada waktu
diperlukan malah macet.
ii. Kerusakan pada bagian-bagian dimana terdapat pertemuan antara zat-zat cair
yang berbeda suhunya seperti pada alat-alat pendingin di PLTA.
iii. Kebocoran pada perapat dari bagian yang mengandung zat cair atau gas yang
bertekanan tinggi. Kebocoran semacam ini dapat menyebabkan gangguan
operasi dari PLTA yang bersangkutan.

c. Gangguan pada instalasi yang berhubungan dengan lingkungan


Gangguan dapat terjadi pada seperti instalasi air pendingin dan saluran air terbuka pada
PLTA. Gangguan ini misalnya karena air yang berfungsi sebagai pendingin mengandung
binatang air dan kotoran yang menyumbat instalasi air pendingin atau menyumbat
cooler. Pada PLTA sering kali terjadi air sungai banyak mengandung kotoran, sehingga
saringan air masuk tersumbat dan mengganggu operasi PLTA yang bersangkutan.

d. Gangguan pada sirkit kontrol


Dalam setiap PLTA selalu terdapat sirkit kontrol yang mengatur baik sirkit listrik generator,
turbin maupun alat-alat bantu. Sirkit kontrol dapat berupa sirkit listrik, sirkit mekanik, sirkit
pneumatik ataupun sirkit hidrolik dan dapat pula merupakan kombinasi dari beberapa
macam sirkit kontrol. Seringkali gangguan timbul karena adanya bagian dari sirkit kontrol
yang tidak berfungsi dengan baik. Sebagai contoh kegagalan start dari unit PLTA sering
disebabkan oleh adanya bagian dari sirkit kontrol yang kurang baik kerjanya.

6.1.2 Pengamanan unit PLTA

Dalam sistem tenaga listrik banyak sekali terjadi gangguan yang dapat merusak peralatan
pembangkit listrik. Untuk melindungi peralatan listrik terhadap gangguan yang terjadi
dalam sistem diperlukan alat-alat pengaman. Khusus alat pengaman yang berbentuk relai
mempunyai 2 fungsi, yaitu :
a. Melindungi peralatan terhadap gangguan yang terjadi dalam sistem, jangan sampai
mengalami kerusakan. Oleh sebab itu, alat pengaman harus bekerja cepat agar
pengaruh gangguan dapat segera dihilangkan sehingga pemanasan berlebihan akibat
hubung singkat dapat segera dihentikan.
b. Melokalisir akibat gangguan, jangan sampai meluas dalam sistem. Oleh sebab itu,
alat pengaman dalam sistem harus dapat dikoordinir satu sama lain, sehingga hanya
alat-alat pengaman yang terdekat dengan tempat gangguan saja yang bekerja.
Ditinjau dari letaknya dalam unit PLTA ada 3 kategori pengamanan, yaitu:
a. Pengaman generator
b. Pengaman transformator dalam GI
c. Pengaman turbin air
Masing-masing pengaman dapat dijelaskan sebagai berikut.

Pengaman Generator

Generator sebagai sumber energi listrik dalam sistem ketenagalistrikan, perlu diamankan
jangan sampai mengalami kerusakan, karena kerusakan generator akan sangat
mengganggu jalannya operasi sistem tenaga listrik. Oleh karenanya generator perlu
dilindungi terhadap semua gangguan yang dapat merusak generator. Pengaman
generator secara garis besar terdiri dari:
a. Pengaman terhadap gangguan di luar generator, yaitu gangguan dalam sistem yang
dihubungkan dengan generator. Gangguan di luar generator yang belum diamankan
adalah gangguan di rel dimana pengamanan yang dibutuhkan bersifat back-up. Oleh
karena itu untuk gangguan di rel yang langsung berhubungan dengan generator,

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 26


pengamanan yang terpenting adalah relai arus lebih (overcurrent). Untuk generator
yang besar perlu ditambah relai arus urutan negatif.
b. Pengamanan terhadap gangguan yang terjadi di dalam generator. Gangguan dalam
generator secara garis besar ada 5 macam, yaitu: hubung singkat antara fasa,
hubung singkat fasa ke tanah, suhu tinggi, penguatan hilang, dan hubung singkat
dalam sirkit rotor.
c. Pengamanan terhadap gangguan dalam mesin penggerak yang memerlukan
pelepasan PMT generator. Gangguan dalam mesin penggerak ada kalanya
memerlukan trip dari PMT generator, misalnya:
i. Apabila tekanan minyak terlalu rendah, maka mesin penggerak perlu segera
dihentikan karena tekanan minyak terlalu rendah dapat menimbulkan
kerusakan bantalan.
ii. Untuk menghindari tetap berputarnya generator sebagai akibat daya balik
yang merubah generator menjadi motor, maka PMT generator perlu ditripkan.
iii. Begitu pula apabila suhu air pendingin pada PLTA menjadi terlalu tinggi maka
mesin tersebut perlu segera dihentikan dan PMT generator harus juga
ditripkan.
Trip dari PMT generator karena tekanan minyak pelumas terlalu rendah, atau karena
suhu air pendingin terlalu tinggi dilakukan oleh relai mekanik.

Pengaman Transformator

Pengaman transformator terdiri dari:


Pengaman terhadap gangguan di luar transformator
Pengaman terhadap gangguan di dalam transformator
Untuk pengaman transformator terhadap gangguan luar dipakai relai arus lebih atau relai
hubung tanah. Untuk pengaman transformator terhadap gangguan di dalam trafo, seperti
halnya pada generator dipakai relai differensial. Sedangkan untuk gangguan hubung
tanah dipakai restricted earth fault relay. Di samping itu untuk transformator tegangan
tinggi umumnya ada relai Bucholz yang bekerja atas dasar timbulnya gelembung-
gelembung gas dari minyak trafo. Transformator distribusi yang daya terpasangnya relatif
kecil, sering hanya diamankan dengan sekering lebur atau memakai Load Break Switch.

Pengaman Turbin Air

Turbin air sebagai penggerak mula generator, perlu diamankan jangan sampai
mengalami kerusakan, karena kerusakan turbin akan sangat mengganggu jalannya
operasi sistem tenaga listrik. Oleh karenanya turbin air perlu dilindungi terhadap semua
gangguan yang dapat merusak turbin. Pengaman turbin secara umum terdiri dari:
Proteksi Kondisi
Relief valve Tekanan lebih pada spiral case (rumah keong)
Overspeed relay Putaran lebih (overspeed)
Magnetic switch Safety pin patah
Sensor dan kontrol vibrasi Getaran (vibrasi) mesin yang berlebihan
Temperature relay Temperatur bearing tinggi / overheat bearing

Apabila tekanan minyak terlalu rendah, maka turbin perlu segera dihentikan karena
tekanan minyak terlalu rendah dapat menimbulkan kerusakan bantalan. Begitu pula
apabila temperatur air pendingin menjadi terlalu tinggi maka turbin tersebut perlu segera
dihentikan dan unit harus juga ditripkan. Trip unit karena tekanan minyak pelumas terlalu
rendah, atau karena suhu air pendingin terlalu tinggi dilakukan oleh relai mekanik.
Alat ukur temperatur dan level di sistem pelumasan digunakan untuk alarm atau trip.
Penggunaan alat ini antara lain di sistem pelumasan di turbine guide-bearing, lower and
upper guide-bearings serta thrust bearing. Alat ukur tekanan dipasang di sistem udara

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 27


dan minyak tekan dan tekanan air di spiral case juga untuk alarm atau trip. Sedangkan
alat ukur tekanan di sistem pompa air pendingin dipakai hanya untuk alarm.

6.1.3 Trouble-shooting

Trouble shooting merupakan proses pemikiran/pertimbangan yang didukung pengambilan


kesimpulan dan mengatasi gangguan. Tujuannya adalah usaha untuk mencari dan
menentukan penyebab gangguan serta mencari cara mengatasi gangguan.
Sasaran trouble-shooting dalam pengoperasian unit PLTA adalah bagaimana operator
dapat mengoperasikan sistem secara efisien dan handal. Efisien jika unit cepat masuk
kembali dan disini dituntut kemampuan operator dalam mengendalikan sistem. Handal,
walau ada gangguan, namun unit tidak trip/keluar sistem. Kehandalan umumnya terkait
dengan pemeliharaan yang baik.
Kesigapan operator untuk mengatasi gangguan ekternal misalnya apabila ada kelebihan
beban, maka dengan segera membuang feeder/saluran transmisi atau melepas beban
dari sistem. Kalau dibiarkan, sebenarnya mesin akan trip sendiri karena overload.
Operator dapat melakukan tindakan melepas saluran/transmisi atau feeder, sehingga unit
tidak trip.
Persiapan sebelum melakukan trouble shooting antara lain:
a. Tersedianya buku petunjuk atau instruction manual dari peralatan atau unit
b. Menguasai prinsip kerja sistem-sistem, a.l.: generator, penguat, baterai (sistem DC),
kontrol dan pengaman, hidrolik atau minyak tekan, pelumasan, udara tekan, pendingin,
turbin, dan lain-lain.
c. Tersedianya laporan operasi, log book dan lainnya yang diperlukan
d. Mencari/menelusuri secara sistematis pada objek yang mengalami penyimpangan dari
standarnya
e. Mengusahakan supaya gangguan yang telah diperbaiki tidak terulang lagi.

Untuk setiap peralatan atau sistem yang dimungkinkan terkena gangguan, dalam
melaksanakan trouble shooting perlu diketahui:
a. Sistem-sistem yang ada termasuk pengkabelan (wiring) atau diagram pemipaan
(piping diagram)
b. Konstruksi dan bagian-bagiannya
c. Batasan-batasan ukuran (dimensi), penyetelan (setting) dan kelonggaran (clearance)
d. Indikasi yang muncul sewaktu gangguan.

Interpretasi Gambar

Interpretasi gambar diperlukan untuk memahami prinsip kerja dan perilaku atau
karakteristik suatu alat. Gambar-gambar disini dapat berupa sketsa alat, konstruksi alat
dan grafik karakteristik alat. Sketsa alat diperlukan untuk mengetahui prinsip kerja alat,
misalnya dimana input dan outputnya, aliran masuk dan keluar, atau dimana energi
masuk dan keluar. Gambar konstruksi diperlukan untuk mengetahui jenis dan susunan
komponen yang membentuk alat tersebut. Disini dapat juga diketahui bahan dan ukuran
komponennya.
Gambar karakteristik dapat memberitahukan perilaku alat. Untuk mengoperasikan
peralatan, operator harus mengetahui dan memahami karakteristik alat ketika
dioperasikan dengan kondisi kerja berubah. Pada karakteristik tersebut terdapat unjuk
kerja alat pada kondisi kerja dengan parameter yang bernilai rendah, menengah atau
tinggi. Pada karakteristik tersebut terdapat kecenderungan perubahan unjuk kerja alat,
misalnya perubahan turun atau naik, perubahan linear atau non linear dan kondisi kerja
kritis atau perlu perhatian serta batasan operasionalnya. Data batasan operasional
diperlukan untuk mengetahui daerah operasi dimana alat masih bekerja efektif dengan
handal dan aman dengan tidak terjadinya penyimpangan yang tidak ditolerir, gangguan
atau bahkan kerusakan.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 28


Untuk mengetahui sketsa, orang memperolehnya dari berbagai buku atau textbook.
Gambar konstruksi alat dapat diperoleh dari instruction manual-nya. Gambar karakteristik
operasional alat dapat diperoleh dari instruction manual-nya atau hasil commissioning test
atau bahkan hasil performance test. Dari grafik karakteristik dapat diketahui
penyimpangan dalam operasi berupa: vibrasi di atas normal, noise di atas normal,
kavitasi, temperatur minyak pelumas di atas normal, tekanan di bawah normal, kualitas air
di bawah normal. Dari gambar foto dapat diketahui kerusakan berupa: permukaan turbin
rusak, bantalan rusak, guide vane rusak, dan erosi pada sudu-sudu.

Trouble-shooting pada Operasi Turbin Air

Dalam operasinya ataupun saat start setelah pemeriksaan turbin air dan peralatan
bantunya, dapat ditemui masalah-masalah yang menyebabkan unit mengalami kondisi
alarm atau bahkan trip. Sering ditemui permasalahan yang kecil dapat menimbulkan trip
unit karena kelalaian operator yang keliru mengantisipasi gangguan pada turbin dan alat
bantunya.
Masalah-masalah pada operasi turbin air antara lain:
- Vibrasi yang cenderung naik
- Temperatur bantalan dan minyak pelumas cenderung naik
- Aliran kebocoran air cukup besar
- Aliran air pendingin terlalu rendah
- Aliran minyak pendingin terlalu rendah
- Tekanan minyak tekan terlalu rendah
- Tekanan udara tekan terlalu rendah.
Berikut ini Tabel 5.1 memuat jenis gangguan umum dan analisis indikasi dan
kemungkinan-kemungkinan penyebabnya (trouble-shooting) pada turbin air.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 29


Tabel 5.1: Trouble shooting pada operasi turbin air

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 30


Tabel 5.1: Trouble shooting pada operasi turbin air (lanjutan)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 31


Tabel 5.1: Trouble shooting pada operasi turbin air (lanjutan)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 32


Tabel 5.1: Trouble shooting pada operasi turbin air (lanjutan)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 33


6.2. Penanggulangan Gangguan Operasi

Teknik analisis dalam rangka menanggulangi gangguan operasi terkait dengan


bagaimana orang mengelola dan menganalisis data dan informasi yang terdiri dari objek
sistem atau alat, standar operasional, penyimpangan, data, kemungkinan-kemungkinan
sebab, kesimpulan dan tindakan penangulangan. Teknik penanggulangan gangguan
dapat dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi terlebih dahulu, sebagai
berikut:
a. Mengetahui objek atau sistem dimana terjadinya gangguan
b. Mengetahui spesifiksi standar dan spesifikasi standar operasional peralatan yang
berhubungan dengan gangguan
c. Mengetahui jenis dan kualitas dan kuantitas penyimpangan yang terjadi
d. Mengetahui data kondisi kerja sebelum dan ketika peralatan tersebut mengalami
gangguan
e. Menginvetarisasi kemungkinan-kemungkinan penyebab gangguan.
Dengan data dan informasi di atas, maka seseorang dapat membuat kesimpulan/
sebab gangguan yang terjadi. Apabila kesimpulan dapat diambil dengan akurat,
maka tindakan perbaikan/pencegahan terhadap suatu gangguan dapat dilakukan
secara tepat. Proses pencarian informasi dan analisis untuk tindakan perbaikan
atau pencegahan tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Objek
Standar

Data Kesimpulan/ Tindakan


sebab perbaikan
gangguan dan
Penyimpangan pencegahan

Kemung-
kinan sebab
Gambar 5.1: Data dan informasi serta analisis digunakan untuk mengambil keputusan
untuk tindakan perbaikan dan pencegahan terhadap gangguan

PLTA umumnya dilengkapi dengan fasilitas alarm apabila terjadi adanya penyimpangan
atau gangguan pada unit-unit vital. Pada sistem modern, fasilitas alarm ini dihubungkan
dengan fasilitas kontrol komputer. Fasilitas alarm ini sangat berguna untuk mengetahui
adanya penyimpangan misalnya kenaikan temperatur pada minyak pendingin bearing
atau pada transformer. Alarm akan berbunyi (buzzing, ringing) atau sinyal berkedip-kedip
(blinking) apabila indikator temperatur telah menunjukkan angka yang mencapai atau
lebih dari ambang alarm yang disetel sebelumnya.
Dengan adanya peringatan bunyi alarm, operator harus segera bertindak untuk
menurunkan temperatur minyak pendingin misalnya dengan cara manual langsung di
lokasi peralatan pendingin untuk bearing tersebut dan kemudian melihat kondisi dan
kemungkinan penyebab apa aliran air kurang atau oli bocor.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 34


Di bawah ini adalah jenis-jenis penyimpangan atau kesalahan yang dapat mengaktifkan
FAULT ALARM di PLTA Singkarak, a.l.:
1. Turbin:
a. Governor Oil System Fault
b. Turbine Bearing Fault
c. Digital Speed Governor Fault
d. Turbine Inlet Valve Fault
e. Cooling Water Fault
f. Common Alarm
g. Emergency Shutdown Lock-Out On
h. Quick Shutdown Lock-Out On
i. Safety Valve or Safety Gate Fault
2. Generator:
a. 24 VDC Fault
b. 110 VDC Fault
c. 230 VAC Fault
d. Common Alarm
e. Generator Fault
f. Generator Lower Bearing Fault
g. Generator Upper Bearing Fault
h. Generator Electrical Protection Fault
i. Excitation Fault
j. Main Transformer Fault
k. 150 kV Switchyard Fault
3. Voltage Control:
a. Excitation Ready
b. Excitation Trip
c. AC Supply Failure
d. Volt Sensor Failure
e. Regulator Fault
f. DC Supply Failure
g. AC Over Voltage
h. Rotor Over Voltage
i. Control Sequence
j. Speed < 95% Trip
k. M. C. B. Trip
l. TH. Conv. 1. Fu. Fault
m. TH. Conv. 1. Fan Temp.
n. TH. Conv. 2. Fu. Fault
o. TH. Conv. 2. Fan Temp.

Pada PLTA Singkarak, penyimpangan, kesalahan dan gangguan dapat direkam oleh
komputer. Data dan kapan peristiwa itu terjadi dapat ditampilkan kembali untuk
laporan dan analisis. Gambar 5.2 memperlihatkan tampilan pada komputer atau
hasil print-out yang melaporkan semua peristiwa pada pembangkit termasuk
apabila terjadi kesalahan atau penyimpangan.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 35


Gambar 5.2: Peristiwa penyimpangan dapat direkam dan dilaporkan dengan bantuan
komputer

Gangguan dapat terjadi pada exciter misalnya tegangan yang dibutuhkan tidak
keluar. Gambar 5.3 memperlihatkan cara penanggulangan gangguan akibat tidak
keluarnya tegangan pada sistem eksitasi.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 36


Gambar 5.3: Gangguan tidak keluarnya tegangan pada sistem eksitasi dan cara
penanggulangannya

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 37


Berikut ini adalah SOP Black Star PLTA Singkarak yang digunakan operator untuk
menanggulangi gangguan unit pembangkit atau system black-out.

STANDING OPERATIONAL PROCEDURE (SOP)


BLACK START PLTA SINGKARAK
TUJUAN:
Sebagai pedoman operator bila terjadi gangguan unit pembangkit atau black
out sistem.

SASARAN:
- Mempercepat waktu penormalan unit pembangkit yang trip atau terganggu
- Mampu mengatasi kendala yang terjadi swaktu terjadi gangguan
pembangkit
- Koordinasi antar sesama dan UPB dalam hal penanggulangan relai proteksi
yang bekerja untuk penyampaian pelaporan.

KASUS:
1. Gangguan internal unit pembangkit
2. Gangguan eksternal (sistem)
3. PMT lepas parallel
4. Unit Trip

I. KONDISI NORMAL:
Semua Peralatan Dalam Kondisi Normal Operasi (Check List Peralatan
Normal Operasi)

II. KONDISI BLACK OUT:


1. Lepas PMT 150 KV Lubuk Alung 2.
2. Pastikan supply pemakaian sendiri normal (SOP Penormalan PS).
3. Periksa PMT 150 KVv incoming unit, (pastikan posisi open).
4. Operasikan Emergency Cooling Water (SOP Emergency Cooling Water)
5. Lakukan Penormalan peralatan unit pembangkit (SOP Penormalan Unit).
Dalam melaksanakan penormalan, prioritaskan unit 1 atau unit yang stand
by untuk masuk sistem
6. Bila pemakaian sendiri masih dari Genset maka lepas PMT 150 KV
transformer 5 MVA.
7. Operasikan unit pembangkit prioritas (SOP start unit) sampai masuk
sistem.
8. Masukkan PMT 150 KV transformer 5 MVA.
9. Operasikan unit pembangkit lain yang sudah normal (SOP start unit)
sesuai perintah UPB.

III. SOP PENORMALAN PEMAKAIAN SENDIRI:


1. Periksa/pastikan Genset emergency beroperasi secara normal.
2. Bila tidak beroperasi, periksa PMT 20 KV from transformer 5 MVA (Posisi
harus bebas (//)).
3. Bila diesel tidak operasi, lakukan operasi Genset secara manual (SOP
Diesel).
4. Periksa sistem 20 kV switchgear (lakukan manuver sesuai dengan
konfigurasi):

Control Building (Lihat Gambar P2 691):


i. PMT 20 KV MV Transformer I posisi close (Panel 50+BC 002)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 38


ii. PMT 20 KV MV Transformer II posisi close (Panel 50+BC 013)
iii. PMT 20 KV Power house posisi close (Panel 50+BC 014)
iv. PMT 20 KV Water treatment posisi close (Panel 50+BC 001)
v. PMT 20 KV Asam pulau posisi open (Panel 50+BC 012)
vi. PMT 20 KV MV Transformer 5 MVA posisi open (Panel 50+BC 003)

Power house (Lihat Gambar P2 651):


i. PMT 20 KV MV Transformer I posisi close (Panel 30+BC 002)
ii. PMT 20 KV MV Transformer II posisi close (Panel 30+BC 013)
iii. PMT 20 KV Control Building I posisi close (Panel 30+BC 013)
iv. PMT 20 KV Water treatment posisi OK (Panel 30+BC 001)

Water treatment, Main storage tank dan Valve chamber (Lihat Gambar):
i. PMT 20 KV Powerhouse Water Treatment posisi close (Panel 30+BC
001)
ii. PMT 20 KV Main Storage Tank Water Treatment posisi close (Panel 42+BC
003)
iii. PMT 20 KV Control Building Water Treatment posisi close (Panel 50+BC
001)
iv. PMT 20 KV MV Valve chamber, Main storage tank posisi close (Panel
38+BC 002)
v. PMT 20 KV Main storage tank, Valve chamber posisi close (Panel 41+BC
003)

5. Pastikan sistem 400 VAC normal (sesuai dengan konfigurasi gambar).

IV. SOP PENORMALAN UNIT PEMBANGKIT:


1. Pastikan tegangan di unit LV distribution board normal
2. Tutup TIV secara manual dari powerhouse lantai 2 (SOP TIV)
3. Amati proses shut-down sampai proses stop selesai (putaran = 0 rpm)
4. Pastikan Main valve CWS (M04) posisi close. Bila terbuka, lakukan
penutupan secara manual
5. Catat semua relay proteksi yang bekerja
6. Reset semua relay proteksi yang bekerja.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 39

Anda mungkin juga menyukai