Anda di halaman 1dari 18

SAMPUL

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR


(PLTA)

MAKALAH

ii
ABSTRAK

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) merupakan sumber energi terbarukan yang sangat
potensial untuk memenuhi kebutuhan listrik dalam skala besar.
Makalah ini bertujuan membahas PLTA secara umum, baik secara konsep, desain dan
material/komponen yang digunakan dalam PLTA beserta analisa SWOT
(Strengthness(Kekuatan), Weakness (Kelemahan), Opportunities (Peluang) dan Threats
(Ancaman)
Energi air pada dasarnya memanfaatkan energi kinetik aliran air yang berasal dari energi
potensial air dari hulu atau penampungan berupa danau dan bendungan yang memiliki
ketinggian tertentu. Indonesia yang memiliki topografi bergunung dan berbukit memiliki
peluang potensi energi air yang besar. Potensi energi air di Indonesia diperkirakan mencapai
94.449 MW. Potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai PLTA 75.091 MW sementara yang
dapat dimanfaatkan sebagai PLTM dan PLTMH mencapai 19.358 MW (Harsoyo et al. 2015)
[1]
Dengan kondisi topografi Indonesia yang bergunung dan berbukit membuat Indonesia
memiliki potensi energi air yang besar [1]. Indonesia memiliki potensi energi air hingga 75.091
MW yang tersebar di seluruh Indonesia namun pemanfaatannya baru sekitar 7,2% [1].
Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) ini sudah terbukti handal dan menyumbang persentase
66% dari total 7 GW pembangkit listrik energi baru dan terbarukan (Institute for Essential
Services Reform (IESR) 2019) [1].

Kata Kunci : PLTA, konsep, desain, material/komponen, SWOT

iii
DAFTAR ISI
SAMPUL ...................................................................................................................................................... II
KATA PENGANTAR ................................................................................ ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
ABSTRAK .................................................................................................................................................. III
DAFTAR ISI ................................................................................................................................................ IV
1. KONSEP KERJA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) ................................................. 1
2. DESAIN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) [3] .......................................................... 3
3. KOMPONEN PLTA DAN CARA KERJANYA .................................................................................. 6
4. SEBARAN PLTA DI INDONESIA [1] .............................................................................................. 11
5. ANALISA SWOT .............................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................. 15

iv
1. KONSEP KERJA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA)

Secara umum, PLTA adalah Sistem perubah energi listrik yang terdiri dari dam
(bendungan), reservoir, penstock (pipa pesat), turbin, draft tube, power house dan
electricity terminal.
Turbin merupakan komponen utama dalam sistem Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
selain generator. Sistem PLTA memanfaatkan arus air yang mengalir dari sungai dan
ditampung di sebuah dam (bendungan). Air kemudian dialirkan melalui pipa untuk
mengubah energi potensial air menjadi energi kinetik. Proses ini menggerakkan turbin,
yang berputar sejajar dengan generator. Gerakan turbin menghasilkan induksi
elektromagnetik, yang menghasilkan energi listrik.

Turbin dalam sistem PLTA berputar ketika terkena aliran air dengan kecepatan tinggi.
Putaran turbin ini, yang sejajar dengan generator, menyebabkan pergerakan relatif antara
kumparan kawat di dalam generator dan magnet yang terpasang di sekitarnya. Pergerakan
relatif ini memicu terjadinya induksi elektromagnetik di kawat, menghasilkan arus listrik
dalam kumparan. Arus listrik yang dihasilkan dapat digunakan sebagai sumber energi listrik
yang dapat dialirkan ke jaringan listrik untuk digunakan oleh konsumen.

Dengan demikian, turbin dalam sistem PLTA berperan penting dalam mengubah energi
kinetik air menjadi energi mekanik yang pada akhirnya menghasilkan energi listrik melalui
proses induksi elektromagnetik di generator.

Gambar 1.1 Gambaran Instalasi PLTA [2]

1
Tahapan perubahan energi (Konversi) pada PLTA adalah sbb :
a. Energi Potensial
Energi potensial yaitu energi yang terjadi akibat adanya beda potensial, yaitu akibat
adanya perbedaan ketinggian. Besarnya energi potensial yaitu:
Ep = m . g . h
Dimana:
Ep : Energi Potensial
m : massa (kg)
g : gravitasi (9.8 kg/m2)
h : head (m)

b. Energi Kinetis
Energi kinetis yaitu energi yang dihasilkan akibat adanya aliran air sehingga timbul air
dengan kecepatan tertentu, yang dirumuskan.
Ek = 0,5 m . v . v
Dimana:
Ek : Energi kinetis
m : massa (kg)
v : kecepatan (m/s)

c. Energi Mekanis
Energi mekanis yaitu energi yang timbul akibat adanya pergerakan turbin. Besarnya
energi mekanis tergantung dari besarnya energi potensial dan energi kinetis. Besarnya
energi mekanis. Dirumuskan:
Em = T . ω . t
Dimana:
Em: Energi mekanis
T : torsi
ω : sudut putar
t : waktu (s)

d. Energi Listrik
Ketika turbin berputar maka rotor juga berputar sehingga menghasilkan energi listrik
sesuai persamaan:

El = V . I . t
Dimana:
El : Energi Listrik
2
V : tegangan (Volt)
I : Arus (Ampere)
t : waktu (s)

2. DESAIN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) [3]


2.1 Jenis-Jenis PLTA
2.1.1 PLTA Jenis Terusan Air

Gambar 1.2 PLTA Jenis Terusan Air

Pembangkitan listrik memanfaatkan tinggi terjun dan kemiringan sungai, dimana


intake air dari sisi hulu sungai dialirkan ke hilir menggunakan terusan air dengan
gradien kemiringan kecil.
2.1.2. PLTA Jenis DAM

Gambar 1.3 PLTA Jenis DAM

3
Bendungan yang dibuat melintangi sungai ditujukan untuk menaikkan
permukaan air di bagian hulu sungai. Bertujuan untuk meningkatkan energi
potensial yang lebih besar untuk membangkitkan tenaga listrik

2.1.3. PLTA Jenis Terusan dan DAM (campuran)


Energi potensial didapatkan dari gabungan kedua jenis PLTA di atas. dibagi
menjadi :
2.1.3.1 PLTA Berdasarkan Aliran sungai

Gambar 1.4 PLTA berdasarkan Aliran Sungai

Pada jenis ini pembangkitan listrik menggunakan sifat-sifat natural sungai


itu sendiri. Banyak digunakan dalam PLTA saluran air/terusan

2.1.3.2 PLTA dengan kolam pengatur

Gambar 1.5 PLTA dengan kolam pengatur

Pada jenis ini pengaturan aliran sungai dilakukan periodik menggunakan


kolam pengsatur. pembangkitan listrik dilakukan sesuai dengan
permintaan besar kecilnya beban
4
2.1.3.3 PLTA jenis waduk

Gambar 1.6 PLTA jenis waduk

Pada jenis ini pengaturan waduk dibuat melintangi aliran sungai atau
dibuat dari danau asli sebagai penampung air hujansebagai cadangan
untuk musim kemarau.
2.1.3.4 PLTA jenis pompa

Gambar 1.7 PLTA jenis pompa

Pada jenis ini turbin digunakan untuk memompa air dari hilir ke hulu saat
beban puncak telah terlewati (pada tengah malam) atau ketika musim
hujan. Jadi jenis ini memanfaatkan kembali air yang telah digunakan
untuk di pompa ke bagian hilir kembali.

5
3. KOMPONEN PLTA DAN CARA KERJANYA

Gambar 1.8 Gambaran Instalasi PLTA [2]

Bagian-bagian PLTA pada gambar 1.3 adalah sbb :


3.1 Waduk
Berfungsi sebagai kolam penampungan/penahan air
3.2 Main Gate
Berfungsi sebagai Katup buka-tutup aliran air menuju penstock.
3.3 Bendungan
Bendungan memiliki peran penting dalam meningkatkan permukaan air sungai
dengan tujuan menciptakan tinggi jatuh air yang diperlukan dalam Pembangkit Listrik
Tenaga Air (PLTA). Selain fungsi penyimpanan air, bendungan juga dirancang untuk
menyimpan energi. Dengan mempertahankan air di bagian atas bendungan, energi
potensial air dapat diakumulasikan dan diubah menjadi energi kinetik saat air
dilepaskan dengan tekanan yang cukup untuk menggerakkan turbin PLTA. Dengan
demikian, selain sebagai pengatur aliran air, bendungan berfungsi sebagai penyimpan
energi yang dapat diubah menjadi energi mekanik dan akhirnya menjadi energi listrik
yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Gambar 1.9 Bendungan [Listrikindonesia.com]

6
Jenis-jenis bendungan :
1. Bendungan Beton
• Bendungan Gravitasi
• Bendungan Busur
• Bendungan Rongga
2. Bendungan Urugan
• Bendungan urugan batu
• Bendungan tanah
3. Bendungan kerangka baja
4. Bendungan kayu
3.4 Pipa Pesat (Penstock)
Penstock berguna untuk mengalirkan air ke turbin. ujung penstock dipasang pada bak
penenang minimal 10 cm di atas lantai dasar bak penenang. Sedang ujung lain
diarahkan ke arah turbin. Pada penstock yang keluar dari bak penenang dipasang pipa
udara (air vent) setinggi 1 m di atas permukaan bak penenang. Air vent ini
dimaksudkan untuk menghindari low pressure apabila ujung penstock tersumbat dan
menyebabkan pecahnya penstock. Pada saat start awal turbin juga ditujukan untuk
mengeluarkan udara dari dalam penstock.
3.5 Katup Utama (Main Valve)
Merubah energi potensial menjadi energi kinetik
3.6 Turbin
Gaya jatuh air yang mendorong bilah turbin menyebabkan turbin berputar.
Turbin air sangat mirip dengan kincir angin karena menggantikan dorongan
angin untuk menggerakkan baling-baling dan menggunakan air untuk
menggerakkan turbin. Selain itu, turbin mengubah energi kinetik yang
ditimbulkan oleh gaya jatuh air menjadi energi mekanik.
Turbin merupakan peralatan yang tersusun dan terdiri dari beberapa peralatan suplai
air masuk turbin, diantaranya sudu (runner), pipa pesat (penstock), rumah turbin (spiral
chasing), katup utama (inlet valve), pipa lepas (draft tube), alat pengaman, poros,
bantalan (bearing), dan distributor listrik. Menurut momentum air turbin dibedakan
menjadi dua kelompok yaitu turbin reaksi dan turbin impuls. Turbin reaksi bekerja
karena adanya tekanan air, sedangkan turbin impuls bekerja karena kecepatan air
yang menghantam sudu.
Prinsip Kerja Turbin Reaksi yaitu Sudu-sudu (runner) pada turbin francis dan propeller
berfungsi sebagai sudu-sudu jalan, posisi sudunya tetap (tidak bisa digerakkan).
Sedangkan sudu-sudu pada turbin kaplan berfungsi sebagai sudu-sudu jalan, posisi
sudunya bisa digerakkan (pada sumbunya) yang diatur oleh motor servo dengan cara

7
manual atau otomatis sesuai dengan pembukaan sudu atur. Proses penurunan
tekanan air terjadi baik pada sudu-sudu atur maupun pada sudu-sudu jalan (runner
blade). Prinsip Terja Turbin Pelton berbeda dengan turbin rekasi Sudu-sudu yang
berbentuk mangkok berfungsi sebagai sudu-sudu jalan, posisinya tetap (tidak bisa
digerakkan).
Dalam hal ini proses penurunan tekanan air terutama terjadi didalam sudu-sudu
aturnya saja (nosel) dan sedikit sekali (dapat diabaikan) terjadi pada sudu-sudu jalan
(mangkok-mangkok runner). Air yang digunakan untuk membangkitkan listrik bisa
berasal dari bendungan yang dibangun di atas gunung yang tinggi, atau dari aliran
sungai bawah tanah. Karena sumber air yang bervariasi, maka turbin air didesain
sesuai dengan karakteristik dan jumlah aliran airnya. Berikut ini merupakan berbagai
jenis turbin yang biasa digunakan untuk PLTA.
3.6.1 Jenis Turbin Air
a. Turbin Kaplan
Turbin Kaplan digunakan untuk tinggi terjun yang rendah, yaitu di bawah 20
meter. Teknik mengkonversikan energi potensial air menjadi energi mekanik
roda air turbin dilakukan melalui pemanfaatan kecepatan air. Roda air turbin
Kaplan menyerupai baling-baling dari kipas angin.
b. Turbin Francis
Turbin Francis paling banyak digunakan di Indonesia. Turbin ini digunakan untuk
tinggi terjun sedang, yaitu antara 20 - 400 meter. Teknik mengkonversikan energi
potensial air menjadi energi mekanik pada roda air turbin dilakukan melalui
proses reaksi sehingga turbin Francis juga disebut sebagai turbin reaksi.
c. Turbin Pelton
Turbin Pelton adalah turbin untuk tinggi terjun yang tinggi, yaitu di atas 300
meter. Teknik mengkonversikan energi potensial air menjadi energi mekanik
pada roda air turbin dilakukan melalui proses impuls sehingga turbin Pelton juga
disebut sebagai turbin impuls.
Untuk semua macam turbin air tersebut di atas, ada katup pengatur yang
mengatur banyaknya air yang akan dialirkan ke roda air. Dengan pengaturan air
ini, daya turbin dapat diatur. Di depan katup pengatur terdapat katup utama yang
harus ditutup apabila turbin air dihentikan untuk melaksanakan pekerjaan
pemeliharaan atau perbaikan pada turbin. Apabila terjadi gangguan listrik yang
menyebabkan PMT generator trip, maka untuk mencegah turbin berputar terlalu
cepat karena hilangnya beban generator yang diputar oleh turbin, katup
pengatur air yang menuju ke turbin harus ditutup. Penutupan katup pengatur ini
akan menimbulkan gelombang air membalik yang dalam bahasa Inggris disebut
water hammer (palu air). Water hammer ini menimbulkan pukulan mekanis
8
kepada pipa pesat ke arah atas (hulu) yang akhirnya diredam dalam tabung
peredam (surge tank).
Kecepatan spesifik (specfic speed) turbin air didefinisikan sebagai jumlah
putaran per menit (rotation per minute) dari turbin untuk menghasilkan satu daya
kuda pada tinggi terjun H = I meter.
Saluran air dari dam atau kolam tandon sampai pada. tabung peredam,
panjangnya dapat mencapai beberapa kilometer. Apabila saluran ini tidak rata,
jalannya naik turun, maka di bagian-bagian cekungan yang rendah, harus ada
katup untuk membuang endapan pasir atau lumpur yang terjadi di cekungan
rendah tersebut. Di sisi lain, yaitu di bagian-bagian lengkungan yang tinggi juga
harus ada katup, tetapi dalam hal ini untuk membuang udara yang terperangkap
dalam lengkungan yang tinggi ini. Secara periodik, katup-katup tersebut di atas
harus dibuka untuk membuang endapan yang terjadi maupun untuk membuang
udara yang terperangkap.
3.7 Generator
Generator terhubung ke turbin dengan memutar roda gigi (gearbox), sehingga ketika
bilah turbin berputar, generator juga ikut berputar. Generator kemudian mengubah
energi mekanik turbin menjadi energi listrik. Generator hidroelektrik bekerja seperti
generator listrik lainnya.
Generator terdiri dari dua bagian utama, yaitu rotor dan stator. Rotor terdiri dari 18
buah besi yang dililit oleh kawat dan dipasang secara melingkar sehingga membentuk
9 pasang kutub utara dan selatan. Jika kutub ini dialiri arus eksitasi dari Automatic
Voltage Regulator (AVR), maka akan timbul magnet. Rotor terletak satu poros dengan
turbin, sehingga jika turbin berputar maka rotor juga ikut berputar. Magnet yang
berputar memproduksi tegangan di kawat setiap kali sebuah kutub melewati “coil” yang
terletak di stator. Lalu tegangan inilah yang kemudian menjadi listrik. Agar generator
bisa menghasilkan listrik, ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Putaran
Putaran rotor dipengaruhi oleh frekuensi dan jumlah pasang kutub pada rotor,
sesuai dengan persamaan:
η = 60 . f / P
dimana:
η: putaran
f: frekuensi
P : jumlah pasang kutub
2. Kumparan
Banyak dan besarnya jumlah kumparan pada stator mempengaruhi besarnya
daya listrik yang bisa dihasilkan oleh pembangkit
9
3. Magnet
Magnet yang ada pada generator bukan magnet permanen, melainkan dihasilkan
dari besi yang dililit kawat. Jika lilitan tersebut dialiri arus eksitasi dari AVR maka
akan timbul magnet dari rotor.
Sehingga didapat persamaan:
E=B.V.L
Dimana:
E : Gaya elektromagnet
B : Kuat medan magnet
V : Kecepatan putar
L : Panjang penghantar

Menurut jenis penempatan thrust bearingnya, generator dibedakan menjadi empat,


yaitu:
• Jenis biasa, thrust bearing diletakkan diatas generator dengan dua guide bearing.
• Jenis Payung (Umbrella Generator), thrust bearing dan satu guide bearing
diletakkan dibawah rotor.
• Jenis setengah payung (Semi Umbrella Generator), kombinasi guide dan thrust
bearing diletakkan dibawah rotor dan second guide bearing diletakkan di atas rotor.
• Jenis Penunjang Bawah, thrust bearing diletakkan di bawah coupling. Contoh
generator yang digunakan di Saguling adalah jenis Setengah Payung.

Gambar 1.10 Turbin - Generator [kaskus.co.id]

10
3.8 Draftube
Air mengalir berasal dari turbin
3.9 Tailrace
Pipa pembuangan
3.10 Transformator
Mengubah tegangan AC ke tegangan yang lebih tinggi.
3.11 Switchyard (controler)
3.12 Kabel transmisi
3.13 Saluran Transmisi
Berfungsi menyalurkan energi listrik dari PLTA menuju konsumen. berikut gardu
induk di dalamnya

Gambar 1.11 Saluran transmisi


3.14 Spillway
Lubang besar di dam (bendungan) yang sebenarnya adalah sebuah metode untuk
mengendalikan pelepasan air untuk mengalir dari bendungan atau tanggul ke daerah
hilir.

4. SEBARAN PLTA DI INDONESIA [1]


Potensi energi air di Indonesia diperkirakan mencapai 94.449 MW. Potensi yang dapat
dimanfaatkan sebagai PLTA 75.091 MW sementara yang dapat dimanfaatkan sebagai
PLTM dan PLTMH mencapai 19.358 MW (Harsoyo et al. 2015) [1]
No. Wilayah/Provinsi Potensi (MW)

1 Papua 22.371

2 Kalimantan (Selatan, Tengah, dan Timur) 16.844

3 Sulawesi (Selatan dan Tenggara) 6.340

4 Aceh 5.062

11
5 Kalimantan Barat 4.737

6 Sulawesi (Utara dan Tengah) 3.967

7 Sumatera Utara 3.808

8 Sumatera Barat, Riau 3.607

9 Sumatera Selata, Bengkulu, Jambi, 3.102

Lampung

10 Jawa Barat 2.861

11 Jawa Tengah 813

12 Jawa Timur 525

13 Bali, NTB, NTT 624

14 Maluku 430

Total 75.091

Tabel 1 Potensi Energi Air sebagai PLTA per Wilayah (ESDM 2017) [1]

No. Wilayah/Provinsi Potensi

1 Kalimantan Timur 3.562

2 Kalimantan Tengah 3.313

3 Aceh 1.538

4 Sumatera Barat 1.353

5 Sumatera Utara 1.204

6 Jawa Timur 1.142

7 Jawa Tengah 1.044

8 Kalimantan Utara 943

9 Sulawesi Selatan 762

10 Jawa Barat 647

11 Papua 615

12 Sumatera Selatan 448

13 Jambi 447

14 Sulawesi Tengah 370

15 Lampung 352

16 Sulawesi Tenggara 301

17 Riau 284

18 Maluku 190

19 Kalimantan Selatan 158

12
20 Kalimantan Barat 124

21 Gorontalo 117

22 Sulawesi Utara 111

23 Bengkulu 108

24 Nusa Tenggara Timur 95

25 Banten 72

26 Nusa Tenggara Barat 31

27 Maluku Utara 24

28 Bali 15

29 Sulawesi Barat 7

30 D.I. Yogyakarta 5

31 Papua Barat 3

Total 19.385

Tabel 2 Potensi Energi Air sebagai PLTH/PLTMH per Wilayah (ESDM 2017) [1]

Besarnya potensi energi air di Indonesia belum dikelola secara maksimal. Berdasarkan
laporan Ditjen Ketenagalistrikan Januari 2020 energi air di Indonesia yang telah
dimanfaatkan hingga tahun 2019 sebesar 5.976,03 MW atau sekitar 6,4% dari total potensi
yang ada. Sementara itu untuk mengupayakan bauran energi baru dan terbarukan sebesar
23% pada tahun 2025 berdasarkan Rencana Umum Energi Nasinal 2017 pemerintah
mengupayakan penambahan kapasitas pembangkit listrik tenaga air sebagaimana
tercantum pada tabel 3.

Jenis Kapasitas Terpasang (MW)

Pembangkit 2014 2015 2016 2017 2018 2019

PLTA 5.048,59 5.068,59 5.343,59 5.343,59 5.399,59 5.558,52

PLTM 111,26 148,71 211,40 240,55 267,79 311,14

PLTMH 76,95 90,15 95,87 103,76 104,76 106,36

Total 5.236,81 5.307,46 5.650,86 5.687,91 5.772,15 5.976,03

Tabel 3 Perkembangan Pemanfaatan Tenaga Air Periode 2014 – 2019 (Ditjen


Ketenagalistrikan, Januari 2020) [1]

13
Tahun Total Kapasitas
Terpasang (MW)
2020 5.615,2

2021 5.856,2

2022 6.497,2

2023 8.455,7

2024 10.036,7

2025 17.986,7

Tabel 4 Rencana Kapasitas PLTA Terpasang Tahun 2020-2025 (ESDM 2017) [1]

5. ANALISA SWOT
Analisis SWOT (strength, weakness, opportunity and threat) terdiri atas faktor internal yang
bisa dikontrol dan faktor eksternal atau lingkungan yang mungkin sulit dikontrol. Kedua sisi
dianalisis supaya dapat disusun suatu strategi sehingga tercapai keberhasilan dan
mempunyai daya saing. Dari faktor internal bisa diidentifikasi kekuatan dan kelemahan
(strength and weakness) sedangkan dari faktor eksternal berupa peluang dan ancaman
(opportunity and threat). [4]

STRENGTH WEAKNESS
• Sumber Energi melimpah dan • Biaya pembangunan relatif besar [5]
terbarukan[4] • Lokasi PLTA jauh dari beban [5]
• Produksi Energi yang stabil • Operasi tergantung pada
• Biaya operasi relatif ringan [5] ketersediaan sumber air [5]
• Ramah lingkungan [5] • Membutuhkan area yang luas [5]
• Perawatan mudah [5] • SDM belum menguasai teknologi [4]
• Waktu starting cepat [5] • Sumber dana pemerintah yang
• Effisiensi tingg [5] terbatas [4]
• Dampak Ekologis : pembangunan
bendungan dapat memiliki dampak
negatif terhadap ekosistem air dan
kehidupan akuatik, perubahan aliran
sungai dan hilangnya habitat alami

OPPORTUNITIES THREATS
• Kebijakan pemerintah tentang EBT • Illegal loging di hulu sungai
• Pengembangan kapasitas, menyebabkan hilangnya resapan air,
pembangunan lebih banyak bendungan menyebabkan banjir bandang dan
untuk meningkatkan efisiensi teknologi kerusakan pada bendungan
• Pengintegrasian dengan sumber energi • Perubahan iklim : perubahan pola
lain seperti surya dan angin cuaca dan curah hujan yang tidak
stabil mempengaruhi ketersediaan air
• konflik sumber daya air : persaiangan
sektor pertanian, industri dan PLTA
dalam penggunaan sumber daya air
• Ketergantungan pada pendanaan
bersyarat luar negeri [4]
• Tingkat Erosi di aliran sungai relatif
besar [4]

14
DAFTAR PUSTAKA

1.Taufiqurrahman, A., Windarta, J. (2020) Overview Potensi dan Perkembangan


Pemanfaatan Energi Air di Indonesia. Semarang : Jurnal Energi Baru Terbarukan Vol. 1,
No. 3, pp 124 – 132
2. Hidayat, W. (-) Prinsip Kerja dan Komponen - Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Air
(PLTA). Cimahi : Universitas Jenderal Ahmad Yani
3. Anita, NA. (2017) Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Bandung : Politeknik Pos
Indonesia
4. Sugiyono, A. (1999) Prospek Pemanfaatan PLTA Skala Besar Mamberamo I, II dan Edi
Vallen di Irian Jaya, Laporan Teknis. Jakarta : Direktorat Teknologi dan konservasi Energi
Deputi bidang Teknologi informasi, Energi, Material dan Lingkungan BPPT
5. Harahap, AP., Saputra, JY., (2017) Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
Pekanbaru : Fakultas Teknik Universitas Riau
6. Lukas., Rohi, D., Tumbelaka, HH., (2017) Studi Kinerja Pembangkit Listrik Tenaga Air
(PLTA) di Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas. Surabaya : Jurnal Teknik Elektro Vol. 10,
No. 1

15

Anda mungkin juga menyukai