Anda di halaman 1dari 80

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul

Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

BAB I
PENGANTAR

1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi

1.1.1 Pelatihan berbasis kompetensi ?


Pelatihan berbasis kompetensi adalah pelatihan yang memperhatikan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang diperlukan di tempat kerja agar dapat melakukan pekerjaan
dengan kompeten.

1.1.2 Arti menjadi kompeten di tempat kerja ?


Jika anda kompeten dalam pekerjaan tertentu, maka anda memiliki seluruh keterampilan,
pengetahuan dan sikap yang perlu untuk ditampilkan secara efektif di tempat kerja, sesuai
dengan standar yang telah disetujui.

1.2 Penjelasan Materi Pelatihan


1.2.1 Desain materi pelatihan
Materi Pelatihan didesain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan Pelatihan
Individual/Mandiri :
1. Pelatihan klasikal adalah pelatihan yang disampaikan oleh seorang pelatih di kelas.
2. Pelatihan Individual/Mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh peserta dengan
bela jar sendiri menggunakan modul-modul yang diperlukan dengan bantuan pelatih
(siswa aktif).

1.2.2 Isi materi pelatihan


1. Buku informasi
Buku Informasi ini adalah sumber pelatihan untuk pelatih maupun peserta pelatihan.
Materi pelatihan yang ditulis dalam Buku Informasi ini telah disusun sesuai dengan
cakupan 3 Elemen Kompetensi dan 10 Kriteria Unjuk Kerja untuk unit kompetensi
dengan kode unit SPL.KS.21.224.00. Elemen-elemen Kompetensi dan Kriteria-kriteria
Unjuk Kerja tersebut diuraikan dalam 4 Sub Bab yaitu :
1) Penyiapan Peralatan Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton,
2) Pembuatan Sambungan-sambungan (Joints), serta Pengecoran, Penghamparan,
Pemadatan
3) Penyelesaian Akhir Permukaan Beton.

Selain itu, sebelum penulisan Bab IV, Buku Informasi ini dilengkapi dengan 3 Bab yang
mendahuluinya yaitu berturut-turut Kata Pengantar, Standar Kompetensi, dan Strategi
dan Metode Pelatihan. Kemudian setelah penulisan Bab IV selesai, Buku Informasi
diselesaikan dengan Bab V Sumber-sumber Yang Diperlukan Untuk Mencapai
Kompetensi, yang menguraikan Sumber Daya Manusia, Sumber-sumber Perpustakaan,
dan Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan. Dengan substansi-substansi yang dicakup dalam
Buku Informasi tersebut diharapkan pelatih maupun peserta pelatihan mendapatkan
informasi yang cukup untuk mencapai maksud dan tujuan pelatihan.

2. Buku kerja

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 1 dari 1


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Buku Kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan
dan kegiatan praktek baik dalam pelatihan klasikal maupun pelatihan individual
/mandiri.
Buku diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi:
1) Kegiatan yang akan membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan memahami
informasi.
2) Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memantau pencapaian keterampilan
peserta pelatihan .
3) Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam
melaksanakan praktek kerja.

3. Buku penilaian
Buku Penilaian ini digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta
pelatihan pada Buku Kerja dan berisi:
1) Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan
keterampilan.
2) Metode-metode yang disarankan adalah proses penilaian keterampilan peserta
pelatihan.
3) Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai
keterampilan.
4) Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja.
5) Petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktek.
6) Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan.

1.2.3 Pelaksanaan materi pelatihan


1. Pada pelatihan klasikal pelatih akan:
1) Menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai
sumber pelatihan.
2) Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan.
3) Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam penyelenggaraan
pelatihan.
4) Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban/tanggapan dan
menuliskan hasil tugas prakteknya pada Buku Kerja.

2. Pada pelatihan individual/mandiri peserta pelatihan akan:


1) Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan.
2) Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada Buku Kerja.
3) Memberikan jawaban pada Buku Kerja.
4) Mengisikan hasil tugas praktek pada Buku Kerja.
5) Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh pelatih.

1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini / Recognition of Current Competency (RCC)


Apakah yang dimaksud dengan Pengakuan Kompetensi Terkini (Recognition of Current
Competency) ?
Jika anda telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk seluruh elemen
kompetensi dari suatu unit kompetensi tertentu, anda dapat mengajukan pengakuan kompetensi
terkini (RCC). Berarti anda tidak akan dipersyaratkan untuk belajar kembali agar dapat diakui telah
memiliki kompetensi pada unit kompetensi dimaksud.
Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 2 dari 2
Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Anda mungkin telah memiliki pengetahuan dan keterampilan, karena anda telah:
1.3.1 Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan dan keterampilan
yang sama,
1.3.2 Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama, atau
1.3.3 Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang
sama.

1.4 Pengertian-Pengertian Istilah


Profesi
Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap, pengetahuan serta ketrampilan /
keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan dan pengalaman kerja atau
penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan/jabatan.

Standardisasi
Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu standar tertentu.

Penilaian / Uji Kompetensi


Penilaian / Uji Kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui perencanaan, pelaksanaan
dan peninjauan ulang (review) serta keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai
dengan membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang dipersyaratkan.

Pelatihan
Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuik mencapai suatu kompetensi
tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus
pada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari.

Sertifikat Lulus Pelatihan


Sertifikat Lulus Pelatihan adalah pengakuan tertulis kepada Peserta Pelatihan yang telah mengikuti
Pelatihan Berbasis Kompetensi, yang dinilai memperoleh nilai hasil pelatihan sama atau melebihi
standar batas lulus yang disyaratkan dalam pelatihan dimaksud.

Kompetensi
Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk menunukkan aspek sikap, pengetahuan dan
keterampilan serta penerapan dari ketiga aspek tersebut di tempat kerja untuk mencapai unjuk
kerja yang ditetapkan.

Standar Kompetensi
Standar Kompetensi adalah standar yang ditampilkan dalam istilah-istilahhasil serta memiliki format
standar yang terdiri dari judul unit, deskripsi unit, elemen kompetensi, kriteria unjuk kerja, ruang
lingkup serta pedoman bukti.

Sertifikat Kompetensi
Sertifikat Kompetensi adalah pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu
kepada seseorang yang dinyatakan kompeten, yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi.

Sertifikasi Kompetensi
Sertifikasi Kompetensi adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi melalui proses penilaian/uji
kompetensi.
Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 3 dari 3
Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

BAB II
STANDAR KOMPETENSI

2.1 Peta Paket Pelatihan


Untuk mempelajari materi latihan ini perlu membaca dan memahami ketentuan-
ketentuan atau peraturan perundang-undangan yang antara lain berkaitan dengan:
1. Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Pengaman Pantai untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan.
2. Keselamatan dan Keselamatan Kerja.

2.2 Pengertian Unit Standar


Standar Kompetensi?
Standar Kompetensi menentukan:
Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mencapai kompetensi.
Standar yang diperlukan untuik mendemonstrasikan kompetensi.
Kondisi dimana kompetensi dicapai.

Yang akan anda pelajari dari Unit Kompetensi ini?


Anda akan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan dipersyaratkan untuk “menerapkan
prosedur-prosedur mutu”.

Lama unit kompetensi ini dapat diselesaikan?


Pada sistem pelatihan berdasarkan kompetensi, fokusnya ada pada pencapaian kompetensi, bukan
pada lamanya waktu. Peserta yang berbeda mungkin membutuhkan waktu yang berbeda pula
untuk menjadi kompeten dalam keterampilan tertentu.

Banyak kesempatan yang anda miliki untuk mencapai kompetensi?


Jika anda belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, Pelatih anda akan
mengatur rencana pelatihan dengan anda. Rencana ini akan memberikan anda kesempatan kembali
untuk meningkatkan level kompetensi anda sesuai dengan level yang diperlukan. Jumlah maksimum
usaha/kesempatan yang disarankan adalah 3 kali.

2.3 Unit Kompetensi yang dipelajari


Dalam sistem pelatihan, standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi peserta
pelatihan untuk dapat:
1. Mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan oleh peserta pelatihan.
2. Mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan oleh peserta pelatihan.
3. Memeriksa kemajuan peserta pelatihan.
4. Meyakinkan bahwa semua elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja telah dimasukkan dalam
pelatihan dan penilaian.

2.3.1 Judul unit


Melaksanakan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton

2.3.2 Kode unit


SPL.KS21.224.00.

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 4 dari 4


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

2.3.3 Deskripsi unit


Unit Kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku yang
diperlukan untuk mampu melaksanakan pekerjaan pelaksanaan perkerasan jalan
beton.

2.3.4 Elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Menyiapkan peralatan yang 1.1. Peralatan peaksanaan perkerasan jalan beton semen
akan digunakan untuk diidentifikasi sesuai kebutuhan dan kapasitas yang
membuat perkerasan jalan diperlukan..
beton.
1.2. Peralatan pelaksanaan perkerasan jalan beton semen
dipilih sesuai kebutuhan dan kapasitas yang diperlukan.
1.3. Peralatan pelaksanaan perkerasan jalan beton semen
ditetapkan sesuai kebutuhan dan kapasitas yang diperlu-
kan.
2. Melaksanakan pemasangan 2.1. Pemasangan sambungan memanjang untuk pekerjaan
sambungan memanjang, perkerasan jalan beton dilaksanakan.
sambungan ekspansi
2.2. Pemasangan sambungan ekspansi melintang untuk
melintang atau sambungan
kontraksi melintang untuk pekerjaan perkerasan jalan beton dilaksanakan.
pekerjaan perkerasan jalan 2.3. Pemasangan sambungan kontraksi melintang untuk
beton. pekerjaan perkerasan jalan beton dilaksanakan.
3. Melaksanakan pengecoran, 3.1. Pengecoran beton untuk perkerasan jalan beton
penghamparan, pemadatan dilaksanakan.
dan penyelesaian akhir 3.2. Penghamparan dan pemadatan beton untuk perkerasan
beton
jalan beton dilaksanakan.
3.3. Penyelesaian akhir beton untuk perkerasan jalan beton
dilaksanakan.
3.4. Catatan penyelesaian pekerjaan perkerasan jalan beton
dibuat sesuai format dan prosedur SOP.
2.3.5 Batasan variabel

1. Konteks variabel:
1) Kompetensi ini diterapkan dalam satuan kerja secara mandiri.
2) Unit kompetensi ini berlaku untuk pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan beton.

2. Dalam pelaksanaan pekerjaan yang terkait dengan unit ini perlu tersedianya peralatan
dan sarana antara lain:
1) Peralatan pelaksanaan perkerasan jalan beton semen.

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 5 dari 5


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

2) Peralatan penghampar beton semen.


3) Peralatan pemadat beton semen.

3. Tugas-tugas yang harus dilakukan:


Kemampuan mengidentifikasi jenis-jenis peralatan.
Pekerjaan pengendalian mutu pekerjaan.
Kemampuan untuk mengendalikan pelaksanaan sesuai batasan dan toleransi yang
diizinkan.

4. Peraturan-peraturan yang diperlukan:


1) UUJK No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi.
2) UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan Tol.
3) PP No. 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol.
4) PP No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan.
5) PP No. 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi.
6) PP No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
7) Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
8) Undang-Undang No.3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
9) SNI yang terkait dengan pekerjaan perkerasan beton.

5. Pihak lain yang terkait antara lain:


1) LPJKN / LPJKD;
2) Dinas Teknis terkait;
3) Pemasok material

2.3.6 Panduan Penilaian


1. Konteks Penilaian
Kondisi pengujian:
Kompetensi yang tercakup dalam unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten
pada seluruh elemen dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di
tempat kerja atau secara simulasi dengan kondisi seperti tempat kerja normal dengan
menggunakan kombinasi metode uji untuk mengungkap pengetahuan keterampilan dan
sikap kerja sesuai dengan tuntutan standar. Penilaian harus mencakup kemampuan
memantau dan mengevaluasi secara professional. Penilaian harus didukung oleh
serangkaian metode untuk menilai pengetahuan dan keahlian yang ditetapkan dalam
Materi Uji Kompetensi (MUK).

Metode uji antara lain:


1) Unit ini dapat dinilai di dalam maupun di luar tempat kerja.
2) Penilaian harus mencakup peragaan praktek di tempat kerja.
3) Unit ini harus didukung oleh serangkaian metode untuk menilai pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang ditetapkan dalam materi uji kompetensi (MUK).

2. Kompetensi yang harus dimiliki sebelumnya atau kaitan dengan kompetensi lain:
SPL.KS21.223.00. Menerapkan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan
Beton.

3. Pengetahuan pendukung yang dibutuhkan:


Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 6 dari 6
Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Untuk mendemonstrasikan kompetensi diperlukan pengetahuan di bidang:


1) Kemampuan menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk membuat
perkerasan jalan beton.
2) Kemampuan melaksanakan pengecoran, penghamparan, pemadatan dan
penyelesaian akhir beton.

4. Keterampilan yang dibutuhkan:


1) Keterampilan berinteraksi di tempat kerja.
2) Keterampilan menerapkan UUJK di tempat kerja.
3) Keterampilan menerapkan etika profesi dalam pelaksanaan pekerjaan.

5. Aspek penting penilaian

1) Kemampuan menerapkan kode etik profesi.


2) Kemampuan dalam memantau dan mengevaluasi penerapan UUJK dan Kode Etik
Profesi.

6. Aspek kritis
1) Kemampuan dalam menerapkan peraturan dan perundang-undangan terkait dalam
pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan beton.
2) Mengidentifikasi pasal-pasal terkait dengan kegagalan konstruksi dan kegagalan
bangunan.
3) Menerapkan UUJK dan etika profesi secara konsisten.

2.3.7 Kompetensi kunci

No. Kompetensi kunci Tingkat


1. Mengumpulkan, menganalisa dan mengngorganisasikan 3
informasi.
2. Mengkomunikasikan informasi dan ide-ide. 3
3. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan. 3
4. Bekerja sama dengan orang lain dan kelompok. 3
5. Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis. 3
6. Memecahkan masalah. 3
7. Menggunakan teknologi. 3

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 7 dari 7


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

BAB III
STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

3.1 Strategi Pelatihan


Belajar dalam suatu sistem ”Berdasarkan Kompetensi” berbeda dengan yang sedang diajarkan di
kelas oleh pelatih. Pada sistem ini anda akan bertanggung jawab terhadap belajar anda sendiri,
artinya bahwa anda perlu merencanakan belajar anda dengan pelatih dan kemudian
melaksanakannya dengan tekun sesuai dengan rencana yang telah dibuat.

3.1.1 Persiapan / perencanaan


1. Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar dengan
tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar anda.
2. Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca.
3. Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan
pengetahuan dan pengalaman yang telah anda miliki.
4. Merencanakan aplikasi praktek pengetahuan dan keterampilan anda.

3.1.2 Permulaan dari proses pembelajaran


1. Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktek yang terdapat pada tahap
belajar.
2. Merevisi dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan pengetahuan anda.

3.1.3 Pengamatan terhadap tugas praktek


1. Mengamati keterampilan praktek yang didemonstrasikan oleh pelatih atau orang
yang telah berpengalaman lainnya.
2. Mengajukan pertanyaan kepada pelatih tentang konsep sulit yang anda temukan.

3.1.4 Implementasi
1. Menerapkan pelatihan kerja yang aman.
2. Mengamati indikator kemajuan personal melalui kegiatan praktek.
3. Mempraktekkan keterampilan baru yang telah anda peroleh.

3.1.5 Penilaian
Melaksanakan tugas penilaian untk penyelesaian belajar anda.

3.2. Metode pelatihan


Terdapat 3 (tiga) prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus kombinasi
metode belajar mungkin dapat digunakan.

3.2.1 Belajar secara mandiri


Belajar secara mandiri membolehkan anda untuk belajar secara individual, sesuai dengan
kecepatan belajarnya masing-masing. Meskipun proses belajar dilaksanakan secara bebas,
anda disarankan untuk menemui pelatih setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan
dan mengatasi kesulitan belajar.

3.2.2 Belajar berkelompok

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 8 dari 8


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Belajar berkelompok memungkinkan peserta untuk datang bersama secara teratur dan
berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip
sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, sesi kelompok memberikan interaksi antar
peserta, pelatih dan pakar/ahli dari tempat kerja.

3.2.3 Belajar terstruktur


Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh
pelatih atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya mencakup topik tertentu.

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 9 dari 9


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

BAB IV
PELAKSANAAN PEKERJAAN
PERKERASAN JALAN BETON

4.1 Pengertian Umum


4.1.1 Pendahuluan
Materi Pelatihan ini memberikan gambaran mengenai pelaksanaan pekerjaan perkerasan
jalan beton, yang mencakup 3 (tiga) elemen kompetensi yang telah ditentukan dalam
SKKNI Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton, yaitu:
1. Menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk membuat perkerasan jalan beton.
2. Melaksanakan pemasangan sambungan memanjang, sambungan ekspansi melintang
atau sambungan kontraksi melintang untuk pekerjaan perkerasan jalan beton.
3. Melaksanakan pengecoran, penghamparan, pemadatan dan penyelesaian akhir
beton..
Dalam Sub-sub Bab berikut ini akan diuraikan ringkasan masing-masing elemen
kompetensi tersebut di atas yang secara keseluruhan akan merupakan intisari dari Bab IV
Buku Informasi.

4.1.2 Pengertian umum


1. Definisi perkerasan kaku
Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) didefinisikan sebagai struktur perkerasan yang
terdiri dari plat beton semen yang bersambungan (tidak menerus) dengan atau tanpa
tulangan, atau plat beton menerus dengan tulangan, yang terletak di atas lapis
pondasi bawah, tanpa atau dengan aspal sebagai lapis permukaan.

2. Struktur perkerasan jalan beton semen


Struktur perkerasan jalan beton semen atau sering disebut dengan perkerasan kaku
(rigid pavement) pada umumnya terdiri dari bagian-bagian seperti terlihat pada
Gambar 4.1.(1) di bawah ini. Sedangkan masing-masing bagiannya akan diuraikan
dalam butir-butir berikut.

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 10 dari 10


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00
Plat beton

Sambungan memanjang

Sambungan melintang Desain tebal

perkerasan
Tekstur permukaan

Tie Bar

Dowel

Lapis Pondasi Bawah


atau Lapis Pondasi
Tanah Dasar
Gambar 4.1.(1).
Bagian-bagian perkerasan jalan beton semen

1). Lapis Pondasi


Lapis pondasi (base course) terdiri atas satu lapis plat (slab) beton semen mutu
tinggi yang kira-kira setara dengan beton K-350 sampai K-400. Dalam banyak
literatur disebut lapis pondasi (base course), karena di atasnya dimungkinkan ada
lapis permukaan (surface course) yang terdiri atas aspal beton (AC).
Dalam perkembangan terakhir, plat beton ini dapat juga terdiri atas beton
pratekan.
Lapis pondasi yang terdiri atas plat beton semen ini merupakan konstruksi utama
dari perkerasan kaku, yang apabila kontak langsung dengan roda lalu lintas
(berfungsi sebagai lapis permukaan / surface course), maka permukaannya harus
rata, tidak mudah aus dan tidak licin.Lapis pondasi tidak boleh lekat (unbonded)
dengan lapis pondasi bawah (sub base course).
2). Lapis Pondasi Bawah
Fungsi utama lapis pondasi bawah (sub base course) adalah sebagai lantai kerja
(working platform), untuk meratakan dan memperkuat tanah dasar yang sudah
dipersiapkan agar tidak rusak oleh roda kendaraan konstruksi selama pelaksanaan
pekerjaan,
Selain itu juga berfungsi mencegah pumping (pemompaan), dan menambah
kekuatan tanah dasar, meskipun pada umumnya lapis pondasi bawah ini tidak
diperhitungkan dalam memikul beban lalu lintas (bersifat non-struktural).
Memang beberapa institusi dalam kondisi-kondisi tertentu menyarankan agar lapis
pondasi bawah ikut diperhitungkan dalam perencanaan tebal perkerasan beton
semen dengan cara mengambil CBR gabungan atau Modulus Reaksi Tanah Dasar
(k) gabungan antara tanah dasar dan lapis pondasi bawah.
Sebagaimana telah disebut di atas, lapis pondasi bawah digunakan antara lain
untuk mencegah pumping. Pumping adalah peristiwa masuknya air hujan dari
Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 11 dari 11
Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

permukaan plat beton melalui retakan/celah sambungan pada plat beton tersebut
dan terus ke tanah dasar, yang kemudian dengan terjadinya lendutan plat beton
akibat dari beban lalu lintas berat mengakibatkan air dapat terpompa ke luar lagi
dengan membawa butir-butir halus material tanah dasar; akibatnya lambat laun
terjadi rongga di bawah plat beton sehingga plat beton kehilangan dukungan
sehingga akhirnya retak karena plat beton tidak didesain untuk menahan momen
lentur. Tahap awal terjadinya pumping dapat dilihat dari munculnya lumpur tanah
merah di permukaan perkerasan di daerah sambungan / retakan plat beton.
Untuk mengatasi pumping ini dapat digunakan material berbutir (granular
material / agregat) untuk memberikan fasilitas drainase bagi air yang masuk ke
bawah perkerasan untuk kemudian disalurkan melalui saluran pembuang di bawah
perkerasan (subdrain). Agar berfungsi baik sebagai drainase maupun sebagai
saringan agar material halus tanah dasar tidak bisa lewat, maka material berbutir
yang dipergunakan harus memenuhi persyaratan agregat porous (filter material).
Gradasi agregat subase harus bebas mengalirkan air dengan target permeabilitas
45 m/hari, tetapi tidak lebih dari 107 m/hari berdasarkan pengujian laboratorium.
Agregat subbase harus dipadatkan ≥ 95 % berdasarkan kepadatan AASHTO T99.
Pada umumnya gradasi agregat subbase memiliki indeks plastisitas (PI) ≤ 6 dan
terdapat maksimum 15 % dari partikel halus (lolos saringan No.200).
Alternatif lainnya, dapat dipergunakan lean concrete (yaitu beton kurus dengan
kekuatan kubus 1,0 MPa, atau dikenal juga sebagai beton B-0) sebagai lapis
pondasi bawah. Dalam hal ini lean concrete dimaksudkan sebagai material
penghambat (blocking) masuknya air ke bawah perkerasan (tanah dasar).
Secara teoritis, antara lapis pondasi bawah dengan plat beton di atasnya tidak
boleh ada ikatan (bonding) sehingga perlu dipasang bond breaker.
3). Bond Breaker
Bond breaker dipasang di atas subbase agar tidak ada kelekatan (bonding) atau
gesekan (friction) antara lapis pondasi bawah dengan plat beton. Dalam praktek
bond breaker dibuat dari plastik tebal (minimum 125 mikron).
Untuk mencegah gesekan, maka permukaan lapis pondasi bawah tidak boleh
dikasarkan (grooving atau (brushing).
Pada waktu pemasangan plastik harus dihindari terjadinya “air-trapped” di bawah
plastik karena akan menyebabkan “irregular joint” yang akan menimbulkan
gesekan antara lapis pondasi bawah dengan plat beton di atasnya.
Bila lapis pondasi bawah terdiri atas granular material, tidak diperlukan adanya
bond breaker, kecuali kalau ada kekhawatiran terjadinya “dewatering” campuran
beton.

3. Prinsip Penyebaran Beban


Perkerasan beton semen sebagai perkerasan kaku bersifat sebagai single layer system,
yang terdiri atas Plat Beton Mutu Tinggi sebagai lapis pondasi, yang berfungsi memikul
seluruh beban lalu lintas di atasnya untuk diteruskan ke tanah dasar pada daerah yang
relatif jauh lebih luas dibandingkan dengan perkerasan lentur, sehingga tegangan
maksimum yang diterima oleh tanah dasar sangat kecil (0,2 – 0,3 kg/cm 2).
Lapis pondasi bawah (lean concrete atau batu pecah) disini tidak diperhitungkan
memikul beban (berfungsi non-struktural).

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 12 dari 12


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Gambar 4.1.(2)
Distribusi tegangan akibat beban lalu lintas pada permukaan Tanah Dasar (Subgrade) oleh Perkerasan
Kaku (Rigid Pavement).

4.1.3 Jenis-jenis perkerasan beton semen


Perkerasan kaku dibagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu:
1. Perkerasan beton semen, yaitu perkerasan kaku dengan beton sebagai lapisan aus;
dan
2. Perkerasan komposit, yaitu perkerasan kaku dengan lapisan beton aspal di atasnya
sebagai lapis permukaan, dimana kedua bahan tersebut (beton semen dan beton
aspal) bekerjasama sebagai konstruksi komposit dalam memikul beban.

1. Perkerasan beton semen


Dari kebanyakan literatur yang ada, dikenal 4 (empat) jenis perkerasan beton semen
yang banyak digunakan, yaitu:
1) Perkerasan beton semen dengan sambungan tanpa tulangan (Jointed
Unreinforced/Plain Concrete Pavement / JPCP);
2) Perkerasan beton semen dengan sambungan dengan tulangan (Jointed
Reinforced Concrete Pavement / JRCP);
3) Perkerasan beton semen menerus (tanpa sambungan) dengan tulangan
(Continuously Reinforced Concrete Pavement / CRCP);
4) Perkerasan beton semen pratekan (Prestressed Concrete Pavement / PCP).

1). Perkerasan Beton Semen dengan Sambungan tanpa Tulangan (Jointed


Unreinforced/Plain Concrete Pavement / JPCP);
Perkerasan Beton Semen dengan Sambungan tanpa Tulangan (JPCP) tidak
mempunyai tulangan plat, kecuali pada kondisi-kondisi khusus seperti pada oprit
jembatan, daerah-daerah dengan bentuk plat yang tidak teratur, dsb.
Tie bar dipasang untuk memegang bagian-bagian plat beton pada sambungan
memanjang, sedangkan dowel berfungsi sebagai transfer beban. Perlu dipahami
benar, bahwa tie bar dan dowel sama sekali tidak berfungsi sebagai tulangan
plat beton.
Pada umumnya perkerasan beton semen di Indonesia dibuat dari jenis JPCP
dengan dowel, meskipun ada beberapa ruas jalan yang dibuat tanpa dowel.
Dalam hal ini transfer beban diasumsikan melalui kombinasi antara tanah dasar

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 13 dari 13


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

yang diperkuat (improved subgrade) dengan saling menggigit antar agregat pada
bidang retakan sambungan melintang.
Namun dari pengalaman dan pengamatan terhadap jalan-jalan yang ada,
penggunaan dowel lebih baik dari segi kerataan permukaan dan dapat
menghindari terjadinya gerakan vertikal bagian-bagian plat beton pada
sambungan (faulting).
Pada jenis JPCP sambungan melintang susut dibuat pada jarak yang relatif rapat
(± 5 meter) sehingga dapat diharapkan tidak terjadi retak-retak melintang akibat
susut (shrinkage) beton.
2). Perkerasan Beton Semen dengan Sambungan dengan Tulangan (Jointed
Reinforced Concrete Pavement / JRCP);
Yang dimaksudkan dengan tulangan dalam perkerasan jenis JRCP adalah
tulangan plat beton yang dipasang pada 1/4 tebal plat dari atas, dan
dimaksudkan untuk memperkuat plat beton dalam menahan tegangan tarik
akibat dari susut selama proses pengerasan beton, dimana terjadi perubahan
temperatur dan perubahan kadar air dalam beton; atau dengan perkataan lain
untuk memegang retak yang terjadi agar tidak terbuka.
Tulangan ini berbentuk anyaman (mesh) yang luas penampangnya kira-kira 0,1
% luas penampang plat beton. Dengan dipasangnya tulangan ini, maka jarak
sambungan susut melintang dapat diperbesar sampai 10 – 15 meter.
3). Perkerasan beton semen menerus (tanpa sambungan) dengan tulangan
(Continuously Reinforced Concrete Pavement / CRCP);
Dalam perkerasan jenis CRCP terdapat tulangan dari besi beton yang menerus
dalam arah memanjang sepanjang perkerasan yang dipasang pada 1/3 tebal plat
beton dari atas. Di sini sambungan-sambungan melintang sama sekali tidak ada.
Pada umumnya, perkerasan jenis ini dibuat sepanjang antara 90 – 150 meter.
Dengan plat beton sepanjang ini, maka retak susut yang akan terjadi akan cukup
lebar (± 0,3 mm) dan terjadi pada jarak tidak beraturan yang cukup rapat. Pada
prinsipnya retak-retak tersebut akan ditahan oleh besi tulangan dan gesekan
(friction) dari lapis pondasi bawah.
Dalam desain, biasanya jarak retakan yang ditoleransi adalah berkisar antara 1 –
3 m sehingga untuk ini pada umumnya diperlukan luas besi tulangan sebesar 0,5
– 0,7 % dari luas penampang plat beton.
Perlu benar-benar dipahami, meskipun tulangan ini relatif besar, namun
fungsinya adalah tetap untuk mengendalikan retak, dan bukan untuk menahan
momen lentur dari plat beton. Meskipun demikian, berdasarkan penelitian
tulangan memanjang yang relatif besar tersebut akan membantu menambah
kekuatan plat beton menahan gaya lintang. Luas tulangan pada CRCP jauh lebih
besar dibandingkan dengan luas tulangan pada JRCP.
4). Perkerasan beton semen pratekan (Prestressed Concrete Pavement / PCP).
Sepanjang pengetahuan penulis, sampai dengan saat ini perkerasan jenis PCP
masih dalam tahapan pengembangan di Amerika dan Jepang guna memecahkan
masalah waktu pelaksanaan di lapangan agar tidak terlalu lama menutup lalu
lintas.
Dalam perkerasan jenis PCP, plat beton perkerasan terdiri atas panel-panel
beton yang dibuat di tempat pracetak (precasting yard), kemudian disusun di
lapangan dan di-prategang (post-tensioning) dalam arah memanjang jalan.

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 14 dari 14


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Tegangan pratekan yang diperlukan berkisar antara 150 – 300 psi (arah
memanjang) dan 0 – 200 psi (arah melintang).
Setelah post-tensioning, kabel prategang di-grouting dan stressing pocket diisi
beton yang cepat mengeras. Sementara itu sealant di-injeksikan ke dalam
sambungan antara panel-panel beton.

Tie Bars at longitudinal joints

Gambar 4.1.(3)
Jenis-jenis perkerasan beton semen (tampak atas)

2. Perkerasan komposit
Konstruksi beton semen dengan lapis permukaan aspal beton, yang
memperhitungkan lapis aspal beton sebagai bagian yang ikut memikul beban,
Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 15 dari 15
Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

disebut Perkerasan Komposit.


Dalam beberapa literatur yang ada, tebal konstruksi perkerasan komposit dihitung
sebagai berikut:
Ditentukan terlebih dahulu tebal plat beton yang dibutuhkan dengan menganggap
perkerasan seluruhnya terdiri atas beton semen. Kemudian tebal plat beton hasil
perhitungan di atas dikurangi sebesar 10 mm untuk setiap 25 mm tebal aspal beton.
Tebal minimum plat beton ditetapkan 150 mm, dan untuk mencegah retak refleksi
(retak di permukaan aspal yang terjadi akibat celah sambungan dan retak pada plat
beton) disarankan tebal minimum aspal beton adalah 100 mm (4 inches).

Gambar 4.1.(4).
Konstruksi Perkerasan jalan beton di Proyek Pelebaran Jalan

4.2 Penyiapan Peralatan Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton


4.2.1 Identifikasi peralatan pelaksanaan
Untuk dapat mengidentifikasi jenis peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan
perkerasan beton semen berdasarkan kebutuhan dan kapasitas yang diperlukan, maka
diperlukan data-data yang harus dijadikan pertimbangan sebagai berikut:
1. Jenis, volume pekerjaan beton, spesifikasi teknik, lokasi pekerjaan dan kondisi
lapangan;
2. Jadwal waktu yang disediakan untuk masing-masing tahapan pelaksanaan pekerjaan
beton semen; dan
3. Metode kerja pelaksanaan pekerjaan yang akan digunakan;
Pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan beton memerlukan peralatan utama yang
meliputi:
1. Peralatan pencampur dan pengecoran beton (Batching Plant dan Truck Mixer / Dump
Truck),
2. Penghamparan dan pemadatan beton (Concrete Paver / Concrete Finisher), serta
3. Peralatan penyelesaian akhir (finishing) permukaan beton (Texturing and Curing
Machine).
Jenis-jenis peralatan utama tersebut akan diuraikan dalam pasal-pasal berikut.
Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 16 dari 16
Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

1. Peralatan Pencampur (Batching Plant) dan Pengangkut Beton


Pembuatan campuran beton yang bermutu tinggi memerlukan perhatian yang sangat
teliti pada setiap tahapan kegiatannya, mulai dari penetapan dan penakaran komposisi
bahan pembentuk beton, pencampuran, sampai kepada pengangkutannya ke lokasi
pengecoran. Pada umumnya, proses produksi campuran beton meliputi kegiatan–
kegiatan sebagai berikut:
1) Penakaran bahan-bahan beton;
2) Pencampuran;
3) Pengangkutan ke lokasi pengecoran;
4) Penempatan / pengecoran;
5) Pemadatan (konsolidasi);
6) Perawatan (Curing);
7) Penyelesaian akhir / Perapihan (Finishing).

Kegiatan penakaran bahan-bahan pembentuk beton dalam bahasa asing disebut


batching. Penakaran dapat dilakukan berdasarkan berat maupun berdasarkan volume
bahan tersebut. Tetapi, penakaran berdasarkan berat lebih umum dilakukan karena
dipandang lebih praktis.
Batcher equipment adalah kontainer yang berfungsi sebagai penampung dan untuk
mengukur material beton sebelum dituangkan ke dalam Concrete Mixer. Untuk
menentukan batcher yang harus digunakan, kapasitas batcher tersebut minimal 3 (tiga)
kali kapasitas alat pencampur (concrete mixer).
Peralatan pembuatan campuran beton yang ditempatkan secara terpusat dan biasanya
mempunyai kapasitas tinggi, sehingga cocok untuk pekerjaan-pekerjaan beton dengan
volume besar, disebut Batching Plant.

Gambar 4.2.(1)
Peralatan Batching Plant dengan alat pengangkut Dump Truck.

Peralatan Batching Plant dan alat pengangkut (Truck Mixer atau Agitator Truck Mixer)
harus sesuai dengan ketentuan mengenai peralatan dalam Spesifikasi Beton dari
Spesifikasi Umum Direktorat Jenderal Bina Marga.
Kapasitas Batching Plant harus cukup besar untuk dapat memasok kebutuhan alat
Slipform Concrete Paver sedemikian rupa sehingga alat penghampar tersebut dapat
terus bergerak tanpa berhenti akibat kekurangan atau keterlambatan pemasokan
campuran beton.
Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 17 dari 17
Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Karena alasan praktis di lapangan, sering terjadi satu proyek menggunakan beberapa
Batching Plant, bahkan dari beberapa perusahaan pemasok, untuk memenuhi
kebutuhan pasokan campuran betonnya. Apabila hal ini terjadi, maka diperlukan
kecermatan yang lebih tinggi dari Pelaksana Lapangan yang bersangkutan untuk dapat
mengendalikan mutu maupun jumlah campuran beton yang harus diterimanya agar
tetap konsisten dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan.

Gambar 4.2.(2)
Batching Plant jenis pan mixer dengan Truk Ready Mix.

2. Mesin penghampar jenis acuan bergerak (slipform concrete paver)


Mesin penghampar beton jenis ini merupakan satu unit mesin yang mempunyai
fungsi menghampar, meratakan, memadatkan dan membentuk perkerasan sekaligus
memberi arah dan mengatur elevasi sesuai kebutuhan dalam sekali gerak maju.
Mesin jenis acuan bergerak (Slipform Concrete Paver) mempunyai lebar minimum
4.0 m yang bertumpu pada 4 (empat ) roda kelabang (crawler track), dilengkapi
sensor arah gerak (steering sensors), sensor elevasi (level control sensors) masing-
masing di depan dan di belakang pada kedua sisi, dan sensor kelandaian –
kemiringan (slope sensor). Semua sensor ini dikendalikan secara otomatis dengan
komputer (computerized control).
Secara umum alat ini dilengkapi dengan :
1) auger yang dapat menyebarkan adukan beton secara merata ke seluruh bagian
lebar perkerasan;
2) screed yang mengatur masukan beton ke dalam mold (cetakan);
3) vibrator dengan jumlah cukup untuk menjamin keseragaman dan konsolidasi
seluruh campuran beton dan ditempatkan pada selebar mold dengan frekwensi
60 – 120 Hertz yang kedudukannya harus lentur agar tetap berfungsi walaupun
harus menyentuh tulangan;
4) mold (slipform pan / finishing pan) – pembentuk perkerasan terbuat dari baja
berkualitas sangat tinggi ,dan bentuknya menjamin campuran beton yang
dibentuk tidak terseret dan akan menghasilkan beton yang padat;
5) super smoother / float pan finisher – penempa akhir yang meratakan dan
menghaluskan permukaan akhir perkerasan dan bergerak secara oskilasi;
Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 18 dari 18
Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

6) tie bar inserter (penyisip tie bar) secara otomatis pada jarak tertentu
menyisipkan tie bar pada sambungan memanjang;
7) dowel bar inserter (penyisip dowel) untuk menyisipkan dowel secara otomatis ke
dalam perkerasan beton yang sedang dalam proses penghamparan dan
pemadatan pada interval/jarak yang diinginkan dan sejajar dengan arah
pergerakan mesin. Perlu diketahui bahwa dowel bar inserter (DBI) ini merupakan
perlengkapan optional, yang dipasang apabila memang diperlukan. Pada
umumnya concrete paver yang dipergunakan di Indonesia tidak dipasang dowel
bar inserter mengingat penggunaan alat ini akan memerlukan power yang lebih
besar bagi concrete paver yang bersangkutan.

Gambar 4.2.(1) dan Gambar 4.2.(2) memperlihatkan salah satu Mesin Penghampar
Jenis Acuan Bergerak (Slipform Concrete Paver) yang banyak terdapat di Indonesia.

Gambar 4.2.(3)
Mesin Penghampar Jenis Acuan Bergerak (Slipform Concrete Paver) yang banyak dipergunakan di
Indonesia.

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 19 dari 19


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Gambar 4.2.(4)
Potongan Melintang Tipikal Mesin Penghampar Jenis Acuan Bergerak (Slipform Concrete Paver)

3. Mesin Penghampar Jenis Acuan Tetap (Fixform Concrete Finisher)


Jika lokasi perkerasan sempit atau bentuknya tidak beraturan yang tidak memungkinkan
beroperasinya mesin Slipform Concrete Paver, maka dapat digunakan alat berikut ini:
1) Mesin Penghampar dan Penempa (Spreading and Finishing Machines)
Jenis mesin penghampar harus sedemikian rupa sehingga dapat memperkecil
kemungkinan segregasi campuran beton. Alat penempa (finishing machines) harus
dilengkapi dengan tranverse screeds yang dapat bergerak bolak-balik (oscillating type)
atau alat lain yang serupa dengan ketentuan Pasal 4.2.1.b
2) Vibrator (Penggetar)
Vibrator, untuk menggetarkan seluruh lebar perkerasan beton, dapat berupa surface
pan type atau internal type dengan tabung celup (immersed tube) atau multiple spuds.
Vibrator dapat dipasang pada mesin penghampar atau alat penempa. Vibrator tidak
boleh menyentuh sambungan, load transfer devices, subgrade dan acuan (form)
samping.
Frekuensi vibrator surface pan tidak boleh kurang dari 3500 impuls per menit (58 Hz),
dan Frekuensi internal vibrator tidak boleh kurang dari 5000 impuls per menit (83 Hz)
untuk vibrator tabung dan tidak kurang dari 7000 impuls per menit (117 Hz) untuk
spud vibrator.
Spud vibrator, dapat dipasang pada mesin penghampar (spreader) atau alat penempa
(finishing), dengan frekwensi tidak boleh kurang dari 3500 impuls per menit (58 Hz). Di
lokasi dekat acuan dapat dioperasikan dengan tangan.
3) Acuan
Acuan ini digunakan bilamana pekerjaan dengan mesin slipform tidak dimungkinkan.

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 20 dari 20


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Acuan lurus terbuat dari logam dengan ketebalan tidak kurang dari 5 mm dan
disediakan dalam bentuk bagian-bagian dengan panjang tidak kurang dari 3 m. Acuan
ini sekurang-kurangnya mempunyai kedalaman sama dengan ketebalan plat beton
perkerasan tanpa sambungan horisontal dan lebar dasar acuan tidak kurang dari
kedalamannya.
Acuan yang mudah disesuaikan atau lengkung dengan radius yang memadai
digunakan untuk tikungan dengan radius 30,0 m atau kurang.
Acuan dilengkapi dengan sarana yang memadai untuk keperluan pemasangan sehingga
bila telah terpasang acuan tersebut dapat menahan, tanpa adanya lentingan atau
penurunan, segala benturan dan getaran dari alat penghampar dan penempa.

Batang flens (flange braces) harus melebihi keluar dari dasar tidak kurang dari 2/3
tinggi acuan.
Acuan yang permukaan atasnya miring, bengkok, terpuntir atau patah harus
diperbaiki terlebih dahulu.
Permukaan atas acuan tidak boleh berbeda lebih dari 3 mm sepanjang 3 m dari suatu
bidang datar sebenarnya dan bidang tegak tidak berbeda melebihi 6 mm. Acuan ini
juga harus dilengkapi pengunci pada ujung-ujung bagian yang bersambungan.

Gambar 4.2.(3) memperlihatkan salah satu Mesin Penghampar Jenis Acuan Tetap
(Fixform Concrete Finisher) yang banyak digunakan di Indonesia.

Alat penghampar beton mekanis


(dengan fixed form)

Gambar 4.2.(5)
Mesin Penghampar Jenis Acuan Tetap Secara Mekanis (Fixform Concrete Finisher)

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 21 dari 21


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Gambar 4.2.(6)
Penghamparan Beton Menggunakan Acuan Tetap Secara Manual

4. Peralatan Pembuat Tekstur Permukaan Beton dan Perapihan Tepi


Setelah sambungan dan tepi perkerasan selesai, sebelum bahan perawatan (curing)
digunakan, permukaan beton harus dikasarkan dengan membuat tekstur permukaan
pada arah melintang atau memanjang garis sumbu (centre line) jalan, yang dapat
dilakukan dengan cara brushing atau grooving.
Pembuatan tekstur permukaan jalan ini dimaksudkan untuk mencegah aquaplaning
atau hydroplaning, yaitu fenomena tidak adanya kontak antara ban kendaraan dengan
permukaan jalan pada waktu adanya lapisan air di permukaan jalan. Hal ini sangat
berbahaya terutama pada lalu lintas dengan kecepatan tinggi, karena kendaraan
menjadi tidak bisa dikendalikan. Dengan adanya tekstur permukaan jalan maka akan
tersedia fasilitas drainase di bawah ban kendaraan.
Cara brushing dilakukan dengan menggunakan sikat kawat selebar tidak kurang dari
450 mm, dan panjang kawat sikat dalam keadaan baru adalah 100 mm dengan
masing-masing untaian terdiri dari 32 kawat. Sikat harus terdiri dari 2 baris untaian
kawat, yang diatur berselang-seling sehingga jarak masing-masing pusat untaian
maksimum 10 mm.
Sikat harus diganti bila bulu terpendek panjangnya sampai 90 mm. Kedalaman tekstur
rata-rata tidak boleh kurang dari 1/16” (1,5 mm).
Cara grooving dilakukan dengan menggunakan alat grooving manual atau mekanis,
yang mempunyai batang-batang penggaruk setebal 3 mm dan masing-masing
berjarak antara 15 sampai 20 mm.
Gambar 4.2.(5) memperlihatkan salah satu peralatan pembuat tekstur permukaan
beton dan penyemprot curing compound secara mekanis. Sedangkan Gambar 4.2.(6)
dan 4.2.(7) memperlihatkan cara pembuatan tekstur permukaan beton dan
penyemprotan curing compound dengan cara manual.
Perapihan tepi perkerasan beton di sepanjang acuan dan pada sambungan dilakukan
secara manual menggunakan alat khusus manual pada saat beton mulai mengeras,
Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 22 dari 22
Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

dengan membentuk tepian untuk membentuk permukaan lengkung yang halus


dengan radius tertentu. bila tak ditentukan lain pada Gambar Rencana, ialah 12 mm.
Perapihan dilakukan supaya ujung-ujung beton yang bersudut tidak mudah gompal.

Gambar 4.2.(7)
Peralatan Pembuat Tekstur Permukaan Beton Secara Mekanis

Gambar 4.2.(8)
Peralatan Pembuat Tekstur Permukaan Beton Secara Manual

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 23 dari 23


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Gambar 4.2.(9)
Penemprotan Curing Compound Secara Manual

5. Gergaji beton
Bila ditentukan sambungan dibentuk dengan penggergajian (saw joints), maka
harus disediakan peralatan gergaji dalam jumlah dan kapasitas yang memadai
untuk membentuk sambungan,
Gergaji beton terdiri dari gergaji bermata intan dan berpendingin air atau dengan
abrasive wheel sesuai ukuran yang ditentukan, dan paling sedikit satu gergaji selalu
siap dioperasikan (standby) dengan cadangan pisau gergaji secukupnya, serta
fasilitas penerangan untuk pekerjaan malam. (Lihat Gambar 4.2.(8).).

Gambar 4.2.(10)
Gergaji Beton
Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 24 dari 24
Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

4.2.2 Pemilihan Peralatan


Pemilihan Peralatan dilakukan terutama untuk peralatan utama dalam pelaksanaan
pekerjaan perkerasan beton semen.
Peralatan Batching Plant dan alat pengangkut (Truck Mixer atau Agitator Truck Mixer)
yang akan digunakan harus memenuhi persyaratan dalam Spesifikasi Beton dari
Spesifikasi Umum Direktorat Jenderal Bina Marga. Batching Plant juga harus
mempunyai kapasitas yang dapat memasok kebutuhan alat Slipform Concrete Paver
agar dapat terus bergerak tanpa berhenti akibat kekurangan atau keterlambatan
pemasokan campuran beton.
Di sini jelaslah bahwa yang menentukan adalah kebutuhan volume beton yang akan
dipergunakan untuk penghamparan dalam satu satuan waktu. Sebagai contoh, apabila
alat penghampar yang dipergunakan adalah jenis Slipform Concrete Paver biasanya
diasumsikan kecepatan penghamparan sepanjang 1 – 2 meter panjang plat beton per
menit. Untuk alat penghampar jenis lainnya kecepatannya jauh lebih rendah.
Untuk campuran beton dengan slump rendah dapat digunakan Dump Truck sebagai
alat pengangkut campuran. Dump truck juga mempunyai kapasitas yang jauh lebih
besar dari pada Truck Mixer.
Pemilihan jenis alat pengangkut campuran beton didasarkan atas pertimbangan
ekonomis dan jumlahnya beton yang diangkut, dan harus dapat menjaga campuran
beton tetap homogen, tidak terjadi segregasi, dan tidak menyebabkan perubahan
konsistensi (nilai Slump) beton.
Apabila beton diangkut dengan peralatan yang tidak bergerak (non-agitating), jangka
waktu terhitung mulai semen dimasukkan ke dalam mesin pengaduk (mixer) hingga
pengangkutan sampai ke lokasi pengecoran tidak boleh melebihi 45 menit untuk beton
normal, dan tidak boleh melebihi 30 menit untuk beton yang mempunyai sifat
mengeras lebih cepat atau temperatur beton ≥ 30 oC. Apabila digunakan truck mixer
atau truck agitator jangka waktu pengangkutan dapat diijinkan hingga 60 menit untuk
beton normal, tetapi harus lebih pendek lagi untuk beton yang mempunyai sifat
mengeras lebih cepat atau temperatur beton ≥ 30 oC.
Penuangan campuran beton harus dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi
segregasi. Tinggi jatuh adukan antara 0,90 – 1,50 m tergantung dari konsistensi
campuran beton. Pemilihan jenis peralatan penghamparan dan pemadatan beton
dilakukan berdasarkan volume dan waktu pelaksanaan pekerjaan yang disediakan.
Pada umumnya untuk menghasilkan pekerjaan dengan kualitas yang baik dan volume
yang besar (misalnya jalan-jalan arteri) diperlukan peralatan yang canggih, karena
peralatan-peralatan tersebut dapat menjamin konsistensi kualitas produk yang
dihasilkan. Untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang dituntut kualitas yang
tinggi dengan volume besar, akan diperlukan jenis Slipform Paver lengkap dengan tie
bar inserter dan dowel bar inserter (DBI).
Untuk tempat-tempat yang tidak memungkinkan mesin penghampar jenis slipform
bekerja atau jalan-jalan yang tidak membutuhkan kualitas yang tidak terlalu tinggi
(misalnya jalan-jalan kolektor dan lokal) pada umumnya dapat menggunakan mesin
penghampar jenis Fixform Finisher, atau bahkan alat penghampar manual.
Untuk dapat memilih peralatan yang akan digunakan dalam pekerjaan perkerasan jalan
beton, Pelaksana Lapangan perlu mendapatkan data-data/informasi tentang :
1. Owning Cost dan Operating Cost alat;
2. Uraian Analisa Alat;

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 25 dari 25


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

3. Uraian Analisa Harga Satuan untuk seluruh item pekerjaan yang ada dalam berkas
penawaran.
Yang dimaksud dengan owning cost adalah biaya kepemilikan alat yang harus
diperhitungkan selama alat yang bersangkutan dioperasikan, apabila alat tersebut
milik sendiri.
Sedangkan untuk menghitung owning cost, harus diperhitungkan:
1. Depresiasi,
2. Suku bunga,
3. Pajak,
4. Asuransi, dan
5. Biaya penyimpanan alat.

1. Biaya bahan bakar,


2. Biaya pelumas,
3. Biaya perawatan,
4. Biaya perbaikan,
5. Biaya operator, dan
6. Biaya pembantu operator;
Hasil akhir dari uraian analisa alat-alat berat adalah biaya ”sewa” alat per jam kerja.
Untuk keperluan pemilihan alat yang akan digunakan (dalam pelaksanaan pekerjaan
perkerasan jalan beton), dari uraian analisa harga satuan dapat diperoleh data
kapasitas produksi alat;

4.2.3 Penetapan peralatan


Setelah jenis-jenis peralatan yang akan dipergunakan untuk melaksanakan pekerjaan
sesuai kebutuhan, maka ditetapkanlah jumlah fleet (armada) peralatan beserta
personilnya.
Satu fleet peralatan yang telah ditetapkan lengkap dengan personilnya mempunyai
kapasitas tertentu dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga bersama-sama dengan
parameter lainnya seperti jangka waktu pelaksanaan yang disediakan, data curah
hujan dan kondisi cuaca di lapangan dapat dipergunakan untuk menghitung perkiraan
besarnya biaya konstruksi, dan jadwal pelaksanaan pekerjaan.
Setelah dilakukan identifikasi dan pemilihan peralatan untuk pelaksanaan pekerjaan
perkerasan beton semen, proses selanjutnya adalah penetapan peralatan. Proses
berikutnya yang harus dilakukan agar penetapan peralatan dapat ditindaklanjuti
dengan penggunaan peralatan selama pelaksanaan pekerjaan adalah pengadaan,
pengoperasian, pemeliharaan peralatan, penghapusan dan penggantian baru
peralatan.
Pada dasarnya, dalam pengadaan peralatan untuk pelaksanaan pekerjaan jalan beton,
pilihan-pilihan pengadaan peralatan yang dapat ditetapkan oleh Kontraktor antara lain
adalah: sewa (rental), investasi dalam bentuk beli langsung, atau investasi dalam
bentuk sewa-beli (leasing).
Keuntungan yang diperoleh oleh Kontraktor jika alternatif sewa yang dipilih dalam
penyediaan peralatan adalah:
1. Biaya yang dikeluarkan hanya sebatas sewa peralatan yang diperlukan saja.
2. Tidak dibebani biaya mobilisasi.
3. Tidak dibebani biaya demobilisasi.

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 26 dari 26


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Sedangkan kerugian dari alternatif sewa alat untuk pelaksanaan perkerasan jalan
beton antara lain:
1. Belum tentu dapat memastikan bahwa penyewa dapat menguasai teknologi
peralatan yang disewanya.
2. Menyebabkan penyewa akan bergantung pada perusahaan sewa selama
pengoperasian alat.
3. Jika digunakan untuk jangka panjang akan menjadi mahal.
Keuntungan yang diperoleh oleh Kontraktor jika alternatif beli langsung yang dipilih
dalam penyediaan peralatan adalah:
1. Teknologi peralatan dapat dikuasai oleh Kontraktor.
2. Untuk proyek jangka panjang biaya alat menjadi murah.
3. Dapat memilih peralatan yang paling sesuai dengan rencana dan metode
pelaksanaan yang direncanakan.
Penyediaan peralatan dengan cara leasing mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Pengeluaran (modal investasi) tidak dibayarkan sekaligus, namun secara bertahap
tergantung pada ketentuan dalam surat perjanjian.
2. Meskipun lokasi pekerjaan/proyek jauh dari lokasi pelaksana pembelian, dengan
cara leasing tidak perlu ada tambahan biaya untuk transportasi.
3. Pada akhir masa pembayaran, maka peralatan belum menjadi milik penyewa
karena masih harus diperhitungkan terlebih dahulu biaya-biaya pemeliharaan yang
dikeluarkan oleh pihak yang menyewakan.

4.3 Pemasangan Sambungan-Sambungan (Joints)


Dalam konstruksi perkerasan beton semen sambungan dibuat untuk mengatur dan mengarahkan
lokasi terjadinya retak pada beton sebagai akibat dari penyusutan beton pada waktu proses
pengerasan beton, perubahan temperatur, dan perubahan kadar air dalam beton.
Sambungan dibuat pada arah melintang dan pada arah memanjang plat beton. Secara lebih khusus
dapat disebutkan, fungsi sambungan pada arah melintang adalah untuk mengakomodasi gerakan
susut dari plat beton; sedangkan fungsi sambungan pada arah memanjang adalah untuk
mengakomodasi gerakan lenting dari pelat beton akibat panas-dingin pada siang dan malam hari.
Pada umumnya, sambungan memanjang diperlukan apabila lebar plat beton ≥ 4,5 meter.
Pada konstruksi perkerasan kaku tanpa tulangan plat beton, tegangan-tegangan ini diminimalkan
dengan cara membuat jarak-jarak sambungan yang dekat. Pada perkerasan kaku dengan tulangan
(JRCP), dan bahkan pada perkerasan kaku dengan tulangan menerus (CRCP) dimana tidak
diperlukan sambungan susut, retak-retak susut akan terjadi tetapi lebarnya dibatasi dengan cara
dipegang oleh besi tulangan.
Pada setiap sambungan pada umumnya diperkuat dengan besi sebagai tulangan sambungan, yang
berfungsi sebagai penyambung plat beton yang sudah putus (akibat retak). Tulangan sambungan
melintang susut (contraction joint), dan tulangan sambungan melintang pelaksanaan (construction
joint) disebut Dowel (Ruji); sedangkan tulangan sambungan memanjang disebut Tie Bar (Batang
Pengikat).
Semua sambungan didesain untuk dapat berfungsi menyalurkan beban (load transfer), yang dapat
diperoleh dari batang dowel, tie bar, sambungan lidah-alur, interlocking (saling mengunci) antar
batuan, atau kombinasi dari pada itu semua. Khusus pada sambungan melintang tanpa dowel,
penyaluran beban juga dilakukan melalui tanah dasar yang diperkuat (improved subgrade).
Pada umumnya, di Indonesia sambungan dibuat dengan saw cut, crack inducer, atau akhir
pentahapan pelaksanaan. Di luar negeri banyak juga yang menggunakan plat logam yang dibentuk

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 27 dari 27


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

terlebih dahulu kemudian disisipkan ke dalam beton pada waktu beton masih bersifat cair, namun
cara ini tidak praktis karena dapat mengganggu operasi pelaksanaan.
Sambungan diupayakan sesuai dengan pola retak alami plat beton, dan pada setiap celah
sambungan (bekas penggergajian / saw cut) harus diisi dengan joint sealant.
Dalam konstruksi perkerasan beton semen dikenal dua jenis tulangan sesuai dengan fungsinya,
yaitu Tulangan Sambungan dan Tulangan Plat Beton.

Gambar 4.3.(1).
Pola retak alami plat beton

Gambar 4.3.(2)
Jenis-jenis Sambungan

4.3.1 Pemasangan sambungan memanjang (longitudinal joint).


Sambungan memanjang dapat berupa sambungan susut (contraction joint) atau bidang
perlemahan pada jalan dengan lebih dari satu lajur.

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 28 dari 28


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Detail konstruksi ambungan memanjang dibuat tergantung pada cara bagaimana cara
plat beton yang bersangkutan dicor / dihampar.
1. Untuk plat yang dicor per lajur dibuat dengan cara memasang bekisting memanjang
dan tie bars.
2. Untuk plat yang dicor 2 lajur sekaligus dibuat dengan cara saw cutting untuk bagian
atas, dan memasang crack inducer (batang kayu berpenampang ) di bagian bawah
plat beton.

Gambar 4.3.(3). di bawah ini memperlihatkan pemasangan sambungan memanjang


apabila dilakukan secara manual.

a) Dicor per lajur

. b) Dicor 2 lajur sekaligus.

Gambar 4.3.(3).
Detail Sambungan Memanjang

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 29 dari 29


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Gambar 4.3.(4)
Sambungan memanjang dengan Tie Bar yang dicor per lajur

Tulangan sambungan memanjang (tie bar) berfungsi sebagai rotation devices (engsel).
Untuk itu perlu dibuat dari besi tulangan berukuran kecil dan berulir (deformed bar),
kedua ujungnya lekat dengan beton, dan ditempatkan di tengah-tengah tebal plat
tegaklurus sumbu jalan, serta tidak overlap dengan tulangan sambungan melintang
(dowel).
Selain itu, tie bar juga membantu mencegah faulting (gerakan slab vertikal), gerakan
slab mendatar, dan membantu transfer beban

4.3.2 Pemasangan sambungan ekspansi melintang (expansion joint).


Sambungan Ekspansi Melintang dibuat untuk mengakomodasi muai-susut plat beton
pada arah memanjang. Oleh karena itu, salah satu ujung dowel harus dimasukkan ke
dalam selongsong baja yang sedikit lebih panjang dari pada dowel-nya agar dowel dapat
bergerak bebas maju-mundur akibat muai-susut slab beton.
Bahan pengisi (Filler) untuk sambungan ekspansi (Expansion Joint Filler) harus menerus
dari acuan ke acuan, dibentuk sampai tanah dasar (subgrade) dan sampai bertemu
sambungan memanjang. Bila menggunakan bahan pengisi sambungan pracetak (Freform
Joint Filler) harus disediakan dengan panjang yang sama dengan lebar jalan atau sama
dengan lebar satu lajur. Bahan pengisi yang rusak atau yang sudah diperbaiki tidak boleh
digunakan lagi.
Bahan pengisi sambungan ini harus ditempatkan pada posisi vertikal. Alat bantu atau
pemegang yang disetujui harus digunakan untuk menjaga agar bahan pengisi tetap pada
garis dan alinyemen yang semestinya, selama penghamparan dan finishing beton.
Perubahan posisi akhir sambungan tidak boleh lebih dari 5 mm pada alinyemen
horisontalnya menurut garis lurus. Bila bahan pengisi dipasang berupa bagian-bagian,
maka diantara unit-unit yang berdekatan tidak boleh ada celah. Pada sambungan
ekspansi itu tidak boleh ada sumbatan atau gumpalan beton.

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 30 dari 30


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Gambar4.3.(5)
Detail Sambungan Ekspansi Melintang

Gambar4.3.(6)
Sambungan Ekspansi Melintang dalam pelaksanaan

4.3.3 Pemasangan sambungan kontraksi melintang (transversal contraction joint),


1. Sambungan kontraksi melintang
Sambungan Kontraksi Melintang atau sering disebut Sambungan Susut (Contraction
Joint), dibuat dengan melakukan perlemahan pada penampang plat beton dengan
membuat takikan sedalam ¼ tebal plat.
Pemasangan sambungan konstraksi melintang diperlihatkan dengan Gambar 4.3.(7).
berikut.

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 31 dari 31


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Gambar 4.16.
Sambungan Kontraksi Melintang

Gambar 4.3.(7)
Sambungan Kontraksi Melintang

Gambar 4.3.(8)
Konstruksi Dudukan/Kursi Dowel yang banyak dipakai di Indonesia

Gambar 4.3.(8)a
Konstruksi Dudukan/Kursi Dowel yang banyak dipakai di Indonesia

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 32 dari 32


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Gambar 4.3.(9)
Dowel pada Sambungan Kontraksi Melintang yang dikerjakan menggunakan Mesin
Penghampar dengan Acuan Tetap

Pembuatan sambungan dapat dibuat dengan cara sisipan (wet forming) pada waktu
beton masih lembek atau dengan cara digergaji (saw cut). Di Indonesia lebih disukai
cara
saw cut mengingat beberapa keuntungan sebagai berikut:
1) Pengecoran beton dapat dilakukan secara monolit;
2) Kualitas beton di sekitar sambungan sama dengan daerah-daerah lainnya di
seluruh plat beton perkerasan;
3) Operasi saw cutting tidak mempengaruhi pelaksanaan pengecoran /
penghamparan beton;
4) Peggergajian / saw cut selalu tegaklurus terhadap permukaan plat beton
sehingga tidak akan ada perlemahan sudut atau tepi.
Penggergajian dilakukan sedalam tidak kurang dari 1/4 tebal plat beton dan tegak
lurus pada permukaan plat beton, di tempat-tempat yang telah ditentukan. Untuk
beton dengan perkuatan serat baja (steel-fiber reinforcement) kedalaman
penggergajian adalah 1/3 tebal plat beton.
Penggergajian harus dilakukan antara jam ke-4 sampai jam ke-18 setelah
pengecoran plat beton, maksimum sampai jam ke-24.
Kecepatan penggergajian tergantung pada kekerasan beton dan kualitas gergaji
(saw blade) yang dipergunakan. Biasanya sekitar 1 meter per menit untuk
penggergajian sampai dengan 50 mm.
Pada waktu penggergajian, perlu diperhatikan:
1) Harus tepat lokasi (diberi tanda sebelumnya pada bekisting);
2) Harus tepat kedalaman (1/4 tebal plat);
3) Harus tepat waktu (antara jam ke-4 sampai jam ke-24).
Penggergajian (saw cut) yang terlambat dilakukan akan mengakibatkan retak
melintang di sekitar letak dowel. (Lihat Gambar 4.3.(10). dan 4.3.(11).).

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 33 dari 33


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Gambar 4.3.(10)
Sambungan Saw Cut Tepat Waktu. Retak terjadi di tempat yang diinginkan/direncanakan

Gambar 4.3.(11)
Saw Cut Terlambat. Retak terjadi di tempat sembarang / tidak dikehendaki

Tulangan sambungan melintang (dowel) berfungsi sebagai load transfer devices dan
sebagai sliding devices. Oleh karena itu, dowel harus terbuat dari baja tulangan
berukuran besar dan dari baja polos. Satu ujung lekat dengan beton, satu ujung

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 34 dari 34


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

lainnya bebas, dan ditempatkan di tengah-tengah tebal plat dan sejajar sumbu jalan
baik arah vertikal maupun horizontal.
Dowel juga berfungsi mengurangi potensi faulting (gerakan vertikal antar slab),
pumping dan corner break pada perkerasan beton semen dengan sambungan.

Gambar 4.3.(12)
Pemasangan dowel menggunakan pinning dowel cages (ACPA)
(Pemasangan dowel cara manual)

Gambar 4.3.(13)
Dowel bar insertion equipment (ACPA)
(Pemasangan dowel cara mekanis)

Ukuran, panjang dan jarak dowel dan tie bar yang disarankan oleh Federal
Highway Administration, USA dapat dilihat pada Tabel 4.3.3.1.(1) berikut ini.

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 35 dari 35


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Tabel 4.3.3.1.(1) Ukuran, Panjang Dan Jarak Dowel Dan Tie Bar

Dowel Tie Bar

Diameter yang disarankan 1/8 tebal plat tergantung tebal plat

Diameter minimum *) 32 mm (1 ¼ in.) 13 – 16 mm,


tergantung tebal plat

Panjang tipikal disarankan 455 mm (18 in.) tergantung tebal plat

Jarak 305 mm (12 in.) tergantung tebal plat

*) Penggunaan dowel diameter ≤ 25 mm untuk lalu lintas berat dapat mengakibatkan kehancuran
beton di sekitar dowel (dowel socketing)

2. Sambungan pelaksanaan (construction joint)


Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint) adalah sambungan yang harus dibuat
pada akhir pelaksanaan pada suatu hari untuk dilanjutkan dengan pengecoran pada
hari berikutnya. Sambungan Pelaksanaan juga harus dibuat bila pengecoran beton
berhenti lebih dari 30 menit. Sambungan Pelaksanaan tidak boleh dibuat pada jarak
kurang dari 3 m dari sambungan ekspansi, sambungan kontraksi, atau bidang yang
diperlemah lainnya.
Bila dalam waktu penghentian itu campuran beton tidak cukup untuk membuat
perkerasan sepanjang minimum 3 m, maka kelebihan beton pada sambungan
sebelumnya harus dipotong dan dibuang
Sambungan Pelaksanaan dibuat dengan cara memasang bekisting melintang dan
dowel antara plat yang dicor sebelumnya dengan plat yang dicor berikutnya.
Pemasanan Sambungan Pelaksanaan diperlihatkan dengan Gambar 4.3.(14). berikut
ini.

Gambar 4.3.(14)
Detail Sambungan Pelaksanaan
Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 36 dari 36
Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

4.4 Pengecoran, Penghamparan, Pemadatan dan penyelesaian Akhir Permukaan Beton


4.4.1 Pengangkutan dan pengecoran campuran beton
Pengangkutan campuran beton ke lokasi pengecoran dapat dilakukan antara lain dengan
menggunakan dump truck, truck mixer atau truck agitator tergantung dari jumlah
campuran beton yang harus diangkut dan pertimbangan ekonomis. Untuk campuran
beton dengan slump rendah dapat digunakan dump truck sebagai alat pengangkut
campuran. Kapasitas angkut dump truck jauh lebih besar dari pada truck mixer atau
truck agitator.
Apabila campuran beton diangkut dengan alat angkut yang tidak bergerak (non-
agitating), jangka waktu terhitung mulai semen dan air dimasukkan ke dalam mesin
pengaduk hingga selesai pengangkutan ke lokasi pengecoran tidak boleh melebihi 45
menit untuk beton normal dan tidak boleh melebihi 30 menit untuk beton yang memiliki
sifat mengeras lebih cepat atau temperatur beton ≥ 30 oC. Apabila menggunakan truck
mixer atau truck agitator maka jangka waktu tersebut dapat diijinkan hingga 60 menit
untuk beton normal tetapi harus lebih pendek lagi untuk beton yang mengeras lebih
cepat atau temperatur beton ≥ 30 oC.
Penuangan campuran beton harus dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi segregasi.
Tinggi jatuh campuran beton harus dijaga antara 0,90 – 1,50 m tergantung dari
konsistensi (nilai slump) campuran beton.
Harus selalu diusahakan agar penumpahan/pengecoran beton dari satu campuran ke
campuran berikutnya berlangsung secara kontinyu sebelum terjadinya pengikatan akhir
(final setting).

4.4.2 Penghamparan dan pemadatan beton


Pengecoran campuran beton harus dilakukan dengan ketebalan sedemikian rupa
sehingga sedapat mungkin tidak diperlukan pekerjaan pemindahan. Campuran beton
harus ditumpahkan ke dalam alat penghampar untuk dihamparkan secara mekanis
sedemikian rupa untuk mencegah segregasi. Penghamparan harus dilakukan secara
menerus di antara sambungan melintang tanpa sekatan sementara. Penghamparan
secara manual bila diperlukan harus dilakukan dengan menggunakan sekop, bukan
peralatan perata (raker). Pekerja tidak boleh menginjak hamparan campuran beton yang
masih baru dengan memakai sepatu yang dilekati tanah atau kotoran lainnya.
Campuran beton harus dituangkan sedekat mungkin dengan sambungan ekspansi dan
sambungan kontraksi melintang tanpa merusaknya, tetapi tidak dituangkan langsung dari
corong curah atau penampung (hopper) ke arah perlengkapan sambungan (rangkaian
dowel) kecuali jika penampung (hopper) tersebut telah ditempatkan sedemikian rupa
sehingga penumpahan beton tidak akan menggeser posisi sambungan.
Untuk menghindari terjadinya retak-retak yang penyebab utamanya adalah penguapan
yang berlebihan di permukaan beton, yaitu yang dipengaruhi oleh temperatur udara,
temperatur beton, kelembaban udara dan kecepatan angin, maka pengecoran dan
penghamparan beton tidak oleh dilakukan bila tingkat penguapan melampaui 1,0
kg/m2/jam (Lihat Gambar 4.4.(1).), dan perlu dilakukan usaha-usaha untuk mencegah
penguapan yang berlebihan dan akan berakibat terjadinya susut (plastic shrinkage).
Beton tidak boleh dicor / dihampar pada waktu hujan.

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 37 dari 37


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Gambar 4.4.(1)
Grafik untuk memperkirakan besarnya penguapan rata-rata.

Bilamana beton yang dicor bersambungan dengan lajur perkerasan yang telah selesai
terlebih dahulu, dan peralatan mekanis harus dioperasikan di atas lajur tersebut,
kekuatan beton pada lajur tersebut harus sudah mencapai sekurang-kurangnya 90 % dari
kekuatan yang ditentukan untuk beton 28 hari. Bilamana hanya peralatan penyelesaian
yang akan melewati lajur yang ada, penghamparan pada lajur yang bersebelahan dapat
dilakukan setelah umur beton tersebut mencapai 3 hari.
Pemadatan (konsolidasi) beton harus dilakukan secara merata pada tepi dan sepanjang
acuan, sepanjang dan pada kedua sisi setiap sambungan, dengan menggunakan vibrator
yang dicelupkan ke dalam beton. Vibrator untuk menggetarkan seluruh lebar perkerasan
dapat berupa jenis surface pan atau jenis internal dengan tabung celup atau multiple
spuds. Vibrator dapat dipasang pada mesi penghampar atau mesin pembentuk atau
dapat juga dipasang pada kendaraan/peralatan khusus.
Frekwensi vibrator jenis surface pan tidak boleh kurang dari 3500 impuls per menit (58
Hz), dan frekwensi vibrator internal tidak boleh kurang dari 5000 impuls per menit (83
Hz) untuk vibrator tabung dan tidak kurang dari 7000 impuls per menit (117 Hz) untuk
vibrator spud.

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 38 dari 38


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Vibrator celup yang digunakan secara manual tidak boleh menyentuh langsung
perlengkapan sambungan (dowel, tie bar), tulangan plat beton atau sisi acuan. Vibrator
tidak boleh digunakan lebih dari 5 detik pada setiap titik. Sedangkan jarak titik-titik
penggetaran adalah antara 25 – 30 cm.

An array of vibrators under a slipform paver(ACPA)

Gambar 4.4.(2)
Vibrator yang terpasang pada Mesin Penghampar Jenis Acuan Bergerak

a. Pelaksanaan Menggunakan Mesin Penghampar Jenis Acuan Bergerak


(Slipform Paver)
Pada mesin penghampar jenis acuan bergerak, acuan menyatu dengan alat
penghampar yang pada umumnya dilengkapi dengan peralatan pemadat, perata dan
penyelesaian akhir, baik menyatu atau pun terpisah dari alat penghampar.
1) String line yang berfungsi sebagai pemandu utama untuk arah dan elevasi harus
sudah terpasang sepanjang rencana produksi perkerasan, dan harus dipasang
pada kedudukan (elevasi dan posisi) yang sesuai untuk memberikan hasil akhir
ketebalan, elevasi dan arah perkerasan.

Gambar 4.4.(3)
Stringlines pada penghamparan dengan Mesin Penghampar Jenis Acuan Bergerak

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 39 dari 39


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

2) Landasan track adalah jalur kerja untuk roda kelabang mesin penghampar
(crawler track). Landasan harus disiapkan sepanjang rencana produksi dengan
permukaan yang rata, kokoh dan stabil untuk menopang berat mesin
penghampar (paver) sehingga tidak boleh ambles.
3) Mesin penghampar harus beroperasi tanpa berhenti selama rencana produksi
yang direncanakan. Untuk itu harus dijamin kontinuitas pasokan (suplai)
campuran beton yang akan dihampar, dan tidak boleh terjadi keterlambatan
suplai campuran beton.

Trackline of slipform paving machine (ACPA)

Gambar 4.4.(4)
Landasan track adalah jalur kerja untuk roda kelabang mesin penghampar (crawler track)

Gambar 4.4.(5)
Prinsip kerja Mesin Penghampar Jenis Acuan Bergerak (Slipform Paver), dan komponen-
komponen tipikalnya.

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 40 dari 40


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

a) Campuran beton di depan msin penghampar (concrete paver) cukup


banyaknya sehingga kerataan hasil penghamparan baik.

b) Campuran beton di depan mesin penghampar (concrete paver) berlebihan,


akibatnya kerataan hasil penghamparan tidak akan baik.

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 41 dari 41


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

c) A belt placer/spreader ensures a consistent


amount of concrete in front of the paver.

Gambar 4. 4.(6)
Penghamparan dan pemadatan secara mekanis dengan Slipform Paver (ACPA)

2. Pelaksanaan menggunakan mesin penghampar jenis acuan tetap (fixform finisher)


1) Acuan dipasang di muka bagian perkerasan yang sedang dilaksanakan agar
mempermudah pelaksanaan dan persetujuan pekerjaan yang harus memperhatikan
bentuk permukaan yang berdekatan. Acuan harus dipasang di tempatnya dengan
menggunakan sekurang-kurangnya 3 paku untuk setiap 3 m panjang bagian acuan agar
kokoh dan tidak goyah. Paku ini harus dipasang pada masing-masing sisi setiap
sambungan. Toleransi garis acuan yang diijinkan tidak boleh lebih dari 5 mm. Acuan
harus tahan terhadap benturan dan getaran dari peralatan pemadat dan penempa,
tidak boleh terjadi lentingan atau penurunan. Acuan harus dibuat bersih dan dilapisi
pelumas sebelum beton dihamparkan.
2) Penghamparan beton harus dilakukan dengan ketebalan sedemikian rupa sehingga
tidak diperlukan pemindahan atau pengerjaan ulang. Beton harus ditumpahkan ke alat
penghampar dan dihamparkan tanpa terjadinya segregasi. Penghamparan harus
dilakukan secara kontinyu di antara sambungan melintang tanpa sekatan sementara.
3) Baja tulangan harus ditempatkan sesuai dengan bentuk penampang melintang yang
tercantum dalam Gambar Rencana. Bila beton dihampar dalam dua lapisan, lapisan
bawah harus dihampar lebih dulu sehingga anyaman kawat baja atau bar mat dapat
diletakkan di atas beton dengan tepat sebelum lapisan atasnya dituangkan. Lapisan
bawah beton yang sudah dituangkan lebih dari 30 menit tanpa diikuti penghamparan
lapisan atasnya harus dibongkar dan diganti beton baru. Bila perkerasan beton dibuat
langsung dalam satu lapisan, baja tulangan harus diletakkan sebelum beton
dihamparkan, atau ditempatkan pada kedalaman sesuai Gambar Rencana pada beton
Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 42 dari 42
Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

yang masih lembek setelah terhampar dengan menggunakan alat mekanis. Pada
sambungan antara anyaman kawat baja, kawat pertama dari anyaman itu harus
terletak di atas anyaman yang sebelumnya, dengan bagian yang saling tumpang tindih
tidak kurang dari 450 mm. Baja tulangan harus bersih dari kotoran, minyak, cat, lemak,
karat dsb., yang akan mengganggu kelekatan baja dengan beton.
4) Finishing dengan mesin dilakukan setelah campuran beton dituangkan, disebarkan,
dipadatkan dan diratakan. Mesin finishing harus melintasi setiap bagian permukaan
jalan beberapa kali dengan interval semestinya untuk menghasilkan kepadatan yang
memadai dan permukaan yang rata. Bagian atas acuan harus tetap bersih dan gerakan
mesin di atas acuan jangan sampai bergetar atau goyah sehingga mengganggu
kecermatan pekerjaan finishing. Pada lintasan pertama mesin finishing beton di depan
screed harus dibuat rata pada keseluruhan lajur yang dikerjakan.
5) Finishing dengan tangan dilakukan bila luas perkerasan beton relatif kecil atau
bentuknya tidak beraturan, atau bila tempat kerja sangat terbatas untuk dapat
dilaksanakan dengan mesin. Di sini pun beton harus dihampar dan diratakan dengan
tangan tanpa segregasi. Beton yang akan dipadatkan dengan balok vibrator harus
ditekan sampai level tertentu sehingga setelah kandungan udara dibuang melalui
pemadatan, permukaannya akan lebih tinggi dari pada acuan samping. Pemadatan
dilakukan dengan balok pemadat dari baja atau kayu keras beralas baja dengan lebar
tidak kurang dari 75 mm, dan tinggi tidak kurang dari 225 mm, serta daya
penggerakannya tidak kurang dari 250 Watt per meter lebar perkerasan beton. Balok
diangkat dan digerakkan maju sedikit demi sedikit dengan jarak tidak lebih dari lebar
balok.
Dapat juga dipakai pemadat vibrasi berbalok ganda dengan daya yang sama. Bila
ketebalan beton lebih dari 200 mm, untuk menyempurnakan pemadatan dapat
dilakukan vibrasi internal tambahan pada seluruh lebar perkerasan. Setelah setiap 1,5
m panjang perkerasan beton dipadatkan, balok vibrasi harus mengulang lagi dengan
perlahan-lahan pada permukaan yang sudah dipadatkan itu untuk menghaluskan
permukaan.
Permukaan jalan harus diukur kerataannya dengan paling sedikit 2 kali lintasan mal
datar yang digeser-geserkan, dengan panjang tidak kurang dari 1,8 m. Bila permukaan
rusak karena mal datar, karena permukaan tidak rata, balok vibrasi harus digunakan
lagi, lalu diikuti dengan mal datar lagi.
Bila penghamparan perkerasan beton harus dilakukan dengan dua lapisan, lapisan
pertama harus dihamparkan dan dipadatkan sampai level tertentu sehingga baja
tulangan setelah terpasang mempunyai tebal pelindung yang cukup. Segera setelah itu
lapisan atas beton dituangkan dan di-finishing.
6) Setelah campuran beton ditempa dan dipadatkan (dikonsolidasikan), beton harus
diperhalus lagi dengan bantuan alat pelepa, dengan salah satu cara berikut ini:
(1) Cara manual
Untuk ini dapat digunakan alat pelepa longitudinal dengan panjang tidak kurang
dari 350 mm dan lebar tidak kurang dari 150 mm, dilengkapi dengan pengaku agar
tidak melentur atau melengkung. Pelepa longitudinal dioperasikan dari atas
jembatan yang dipasang antara kedua sisi acuan tanpa menyentuh beton, dan
digerakkan seperti gerakan menggergaji. Pelepa selalu sejajar dengan sumbu jalan,
dan bergerak berangsur-angsur dari satu sisi perkerasan ke sisi yang lain. Gerakan
maju sepanjang garis sumbu jalan berangsur-angsur dengan pergeseran tidak lebih
dari setengah panjang pelepa, dan kelebihan air harus dibuang.
Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 43 dari 43
Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

(2) Cara dengan mesin / alat mekanis


Pelepa mekanis disesuaikan dengan bentuk permukaan jalan beton yang dikehendaki
dan dengan mesin finishing melintang (transverse finishing machine). Juga dapat
digunakan mesin yang mempunyai pelepa pemotong dan pelepa penghalus yang
dipasang pada dan dikendalikan melalui rangka yang kaku. Rangka ini dijalankan dengan
alat beroda 4 (empat) atau lebih yang bertumpu pada acuan samping.
Bila perlu, setelah pelepaan dengan salah satu cara di atas, untuk menutup dan
menghaluskan lubang-lubang pada permukaan beton dapat digunakan pelepa dengan
batang pegangan / tangkai yang panjang, dengan papan panjang tidak kurang dari 1,5
m dan lebar 150 mm. Pelepa ini tidak boleh digunakan pada seluruh permukaan beton
sebagai pengganti atau pelengkap salah satu cara pelepaan di atas.

Bila penempaan dan pemadatan dikerjakan dengan tangan dan bentuk permukaan
jalan beton tidak memungkinkan digunakannya pelepa longitudinal, maka pelepaan
permukaan dilakukan secara melintang dengan pelepa bertangkai. Setelah pelepaan ,
air dan sisa beton yang ada di permukaan harus dibuang dari permukaan jalan dengan
mal-datar sepanjang 3,0 m atau lebih. Setiap geseran harus dilintasi lagi dengan ukuran
setengah panjang mal-datar.
Setelah pelepaan selesai dan kelebihan air dibuang, sementara beton masih lembek,
bagian-bagian yang melesak harus segera diisi dengan beton baru, ditempa,
dipadatkan dan di-finishing lagi. Sambungan harus diperiksa dan dibetulkan sampai tak
ada perbedaan tinggi pada permukaan dan perkerasan beton sesuai dengan
kelandaian dan penampang melintang yang ditentukan. Perbedaan tinggi permukaan
yang diukur dengan pengujian mal-datar tidak boleh melebihi toleransi yang
ditentukan dalam Spesifikasi Teknik.
Setelah beton ditempa dan dipadatkan, tepi-tepi perkerasan beton sepanjang acuan
dan pada sambungan harus segera diselesaikan dengan alat khusus untuk membentuk
permukaan lengkung yang halus dengan radius tertentu, yaitu bila tidak ditentukan
lain, adalah 12 mm.

Gambar 4. 4.(7)
Penghamparan dan pemadatan secara manual menggunakan balok bergetar yang ditarik

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 44 dari 44


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Gambar 4. 4.(8)
Penghamparan dan pemadatan secara manual menggunakan balok silinder (roller screed) (ACPA)

4.4.3 Penyelesaian akhir (finishing) permukaan beton


1. Pengkasaran permukaan beton
Setelah sambungan dan tepian selesai dirapikan, dan sebelum bahan perawatan
(curing) digunakan, permukaan beton harus dibuat bertekstur dengan cara
dikasarkan. Pengkasaran permukaan beton ini dapat dilakukan dengan salah satu
dari dua cara berikut:
Cara brushing dilakukan dengan menggunakan sikat kawat selebar tidak kurang dari
450 mm, dan panjang kawat sikat dalam keadaan baru adalah 100 mm dengan
masing-masing untaian terdiri dari 32 kawat. Sikat harus terdiri dari 2 baris untaian
kawat, yang diatur berselang-seling sehingga jarak masing-masing kawat untaian
maksimum 10 mm. Sikat harus diganti bila bulu terpendek panjangnya sampai 90
mm. Kedalaman tekstur rata-rata tidak boleh kurang dari 1/16 inch (1,5 mm).
Cara grooving dilakukan dengan alat grooving manual atau mekanis yang mempunyai
batang-batang penggaruk setebal 3 mm dan masing-masing berjarak 15 sampai 20
mm.

2. Pengujian permukaan beton


Setelah beton mengeras, permukaan beton harus diuji dengan menggunakan mal datar
panjang 3,0 m. Daerah yang menunjukkan ketinggian lebih dari 3 mm tapi tidak lebih
dari 12,5 mm sepanjang 3,0 itu harus diberi tanda, dan segera diturunkan
permukaannya dengan gerinda, sampai bila diuji lagi ketidakrataannya tidak lebih dari 3
mm. Bila penyimpangan dari penampang melintang yang seharusnya lebih dari 12,5
mm, maka lapisan beton tersebut harus dibongkar dan diganti baru.
Bagian yang dibongkar tidak boleh kurang dari 3,0 m ataupun kurang dari lebar
lajur yang terkena bongkaran. Bagian yang tersisa dari pembongkaran pada
perkerasan beton dekat sambungan yang panjangnya kurang dari 3,0 m harus ikut
dibongkar dan diganti.

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 45 dari 45


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

3. Perawatan beton (curing)


Perawatan beton adalah usaha-usaha yang dimaksudkan untuk memastikan kadar
air dalam beton cukup agar proses pengerasan beton tetap berjalan terus.
Kehilangan air juga menyebabkan beton mengalami penyusutan (shrinkage) karena
butir-butir air diikat oleh semen sehingga menimbulkan tegangan-tegangan tarik di
permukaan yang mengalami pengeringan. Karena tegangan-tegangan tarik ini
timbul pada waktu beton belum cukup kuat, maka terjadilah retak-retak. Retak-
retak ini disebut retak-retak susut.
Pelaksanaan perawatan beton dilakukan setelah finishing dengan grooving /
brushing, permukaan beton dilapis / disemprot bahan pengawet (curing compound)
sebanyak 0,22 – 0,27 liter/m² (cara mekanis) atau 0,27 – 0,36 liter/m² (cara
manual).Dianjurkan menggunakan curing compound yang berwarna putih.
Cara lain, ialah dengan menutup seluruh permukaan yang terbuka dengan burlap
atau karung goni yang selalu dibasahi sekurang-kurangnya selama 7 hari. Curing
compound harus disemprotkan segera selama permukaan beton belum mengering.

Gambar 4. 4.(9)
Retak-retak plastis akibat dari perawatan yang kurang sempurna

Gambar 4. 4.(10)
Retak-retak tidak beraturan (crazy cracks) akibat dari penguapan yang berlebihan
Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 46 dari 46
Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

4. Pembongkaran acuan beton


Acuan dari beton yang baru dihamparkan tidak boleh dibongkar sebelum mencapai
waktu paling sedikit 12 jam. Acuan harus dibongkar dengan hati-hati agar beton
tidak rusak. Setelah dibongkar, bagian sisi plat beton harus dirawat (curing) seperti
dalam 4.4.3.3 di atas.
Daerah rongga (honey comb) yang kecil harus dibersihkan, dibasahi dan ditambal /
didempul dengan adukan semen kental dengan perbandingan 1 semen dan 2
agregat halus.
Rongga yang besar dianggap sebagai kerusakan, harus dibongkar dan diganti. Bagian
yang dibongkar tidak boleh kurang dari 3,0 m panjangnya atau kurang dari lebar
seluruh lajur yang terkena pembongkaran. Bagian yang tersisa dari pembongkaran
yang berdekatan dengan sambungan yang panjangnya kurang dari 3,0 m harus ikut
dibongkar dan diganti.

4.4.4 Percobaan penghamparan


Percobaan penghamparan harus dilakukan oleh Kontraktor dengan menyediakan
peralatan dan menunjukkan metode pelaksanaan pekerjaan yang akan digunakannya,
dengan cara menghamparkan lapisan percobaan sepanjang tidak kurang dari 30 m di
lokasi yang disediakannya di luar daerah kerja permanen.
Setelah percobaan pertama berjalan memuaskan dan disetujui Pemberi Tugas, maka
percobaan sepanjang 150 m tetapi tidak lebih dari 300 m harus dilakukan di daerah kerja
permanen, yang meliputi seluruh aspek pelaksanaan, dan mencakup semua jenis
sambungan yang akan digunakan dalam pekerjaan.
Apabila hasil percobaan lanjutan tersebut tidak memuaskan, maka Kontraktor harus
menyiapkan lokasi lain untuk percobaan lanjutan berikutnya.

4.4.5 Pembuatan catatan pelaksanaan pekerjaan


Sebelum memulai suatu pekerjaan, Kontraktor harus mengajukan permohnan ijin untuk
memulai pekerjaan kepada Direksi Teknik dengan mengajukan informasi rinci mengenai
jenis pekerjaan yang akan dikerjakannya, meliputi:
1. Jenis Pekerjaan
2. Nomor Mata Pembayaran
3. Nama Mata Pembayaran
4. Volume / Kuantitas Pekerjaan Lokasi Pekerjaan
5. Gambar Rencana / Gambar kerja yang terkait
6. Jenis dan Jumlah personil yang akan ditugaskan
7. Jenis dan kuantitas peralatan yang akan digunakan
8. Jenis dan kuantitas material yang akan dipakai.
Pembuatan catatan pelaksanaan pekerjaan harus dilakukan mengikuti formulir-formulir
standar yang disetujui dan ditetapkan Pemberi Tugas, yang biasanya berisi informasi
mengenai:
1. Jenis Pekerjaan
2. Nomor Mata Pembayaran
3. Nama Mata Pembayaran
4. Tanggal pelaksanaan pekerjaan
5. Lokasi pekerjaan
6. Jenis Bagian / Komponen Pekerjaan
7. Tanggal dan jam kedatangan material
Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 47 dari 47
Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

8. Tanggal dan jam penggunaan


9. Rincian hasil pengukuran (panjang, lebar, tinggi dan volume)
10. Keterangan lainnya (besi tulangan, dsb.).
11. Masalah yang timbul dan pemecahannya

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 48 dari 48


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

BAB V
SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK
PENCAPAIAN KOMPETENSI

5.1 Sumber Daya Manusia


Yang dimaksud dengan Sumber Daya Manusia di dalam pelatihan ini adalah Pelatih (Instruktur),
Penilai, dan Teman Kerja / Sesama Peserta Pelatihan. Interaksi dari Pelatih, Penilai, Teman Kerja
/ Sesama Peserta Pelatihan dimaksud diharapkan dapat menjadi pendorong suksesnya
penyelenggaraan pelatihan, dalam arti hasil akhir dari pelatihan adalah peserta pelatihan dapat
menyerap secara maksimal seluruh materi yang disampaikan oleh Pelatih, yang dibuktikan
dengan hasil penilaian (ujian) yang dapat dicapai oleh masing-masing peserta menunjukkan
predikat baik atau bahkan amat baik.
Bagi peserta pelatihan yang nilai ujiannya mencapai passing grade kelulusan, ia akan
mendapatkan Sertifikat Lulus Pelatihan, dan selanjutnya ia mempunyai hak untuk mengikuti
ujian kompetensi yang penyelenggaraannya di luar pelatihan ini. Sedangkan bagi peserta
pelatihan yang nilai ujiannya di bawah passing grade, ia tidak akan mendapatkan Sertifikat Lulus
Pelatihan, akan tetapi ia akan mendapatkan Sertifikat Keikutsertaan Dalam Pelatihan.
Konsekwensi dari “tidak lulus” adalah bahwa ia harus ikut ujian lagi yang waktunya akan
ditentukan oleh Penyelenggara Pelatihan, dan sebelum memiliki Sertifikat Lulus Pelatihan ia
belum boleh mengikuti Ujian Kompetensi.
Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut tentang Sumber Daya Manusia :

5.1.1 Pelatih (Instruktur)


1. Kualifikasi pelatih
1) Pelatih (Instruktur) minimal berijazah S1 Teknik Sipil dengan pengalaman kerja
di bidang Pelaksanaan Jalan minimum 5 tahun, atau S2 Bidang Jalan Raya
dengan pengalaman kerja di bidang Pelaksanaan Jalan minimum 3 tahun.
2) Harus mampu mengajar, dibuktikan dengan sertifikat TOT (Training of Trainer)
atau pengalaman mengajar di pelatihan-pelatihan bidang jalan.
3) Menguasai substansi teknis yang diajarkan secara mendalam.
4) Konsisten mengacu pada SKKNI Jabatan Kerja Pelaksana Lapangan Perkerasan
Jalan Beton.
5) Pembelajaran materi pelatihan untuk pencapaian unit kompetensi disertai
dengan inovasi dan improvisasi yang relevan dengan metodologi yang tepat.
2. Peran pelatih
Pelatih (instruktur) dipilih karena dia telah berpengalaman. Peran Pelatih adalah
untuk :
1) Membantu peserta untuk merencanakan proses belajar.
2) Membimbing peserta melalui tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan dalam tahap
belajar.
3) Membantu peserta untuk memahami konsep dan praktik baru dan untuk
menjawab pertanyaan peserta mengenai proses belajar.
4) Membantu peserta untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain
yang diperlukan untuk belajar.
5) Mengorganisir kegiatan belajar kelompok jika diperlukan.
6) Merencanakan seorang ahli dari tempat kerja untuk membantu jika diperlukan.

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 49 dari 49


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

3. Kurikulum pelatihan
Kode Unit : SPL.KS21.224.00
Judul Unit : Melaksanakan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton
Deskripsi Unit : Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan
sikap perilaku yang diperlukan untuk mampu melaksanakan
pekerjaan perkerasan jalan beton.
:
No. Unit / Elemen Kompetensi Kurikulum / Silabus Jam Pelajaran (JPL)
Teori Praktek Jumlah
1. Melaksanakan Judul Materi Pelatihan:
Pekerjaan Perkerasan Pelaksanaan Perkerasan 4,00 - 4,00
Jalan Beton Jalan Beton.
Pengertian Umum 0,88 - 0,88
1.1 Menyiapkan peralatan Penyiapan Peralatan
yang akan digunakan Pelaksanaan Perkerasan 0,77 - 0,77
untuk membuat Jalan Beton.
perkerasan jalan beton.
1.2 Melaksanakan Pemasangan
pemasangan Sambungan-sambungan
sambungan memanjang, (Joints). 1,00 - 1,00
ekspansi melintang atau
kontraksi melintang
untuk pekerjaan
perkerasan jalan beton.
1.3 Melaksanakan Pengecoran,
pengecoran, Penghamparan,
penghamparan, Pemadatan dan
pemadatan dan 1,33 - 1.33
Penyelesaian Akhir
penyelesaian akhir Permukaan Beton.
beton.

Jumlah Jam Pelajaran 4,00 - 4,00


4. Proses Pembelajaran

Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung

1. Ceramah Pembukaan :
 Menjelaskan Tujuan Pelatihan  Mengikuti penjelasan
 sesuai dengan KPBK.  Mengajukan
Merangsang motivasi peserta pertanyaan apabila HO – 1 atau
dengan memberi kesempatan kurang jelas. OHT -1
kepada peserta untuk
mengajukan pertanyaan-
pertanyaan selama proses
pembelajaran.
Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 50 dari 50
Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung

Waktu : 5 menit.
2. Penjelasan : Bab 1 Kata Pengantar,
Bab 2 Standar Kompetensi dan Bab 3  Mengikuti penjelasan
Strategi dan Metode Pelatihan instruktur dengan
 Materi Pelatihan ini tekun dan aktif.
merepresentasikan unit  Mencatat hal-hal
kompetensi. penting.
 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis  Mengajukan
Kompetensi pertanyaan bila perlu.
 Penjelasan Materi Pelatihan (Buku
Informasi, Buku Kerja dan Buku HO – 2 atau
Penilaian)
 Pengakuan Kompetensi Terkini OHT - 2
 Pengertian-pengertian istilah
 Pengertian Unit Standar
 Unit Kompetensi yang dipelajari
 Panduan Penilaian
 Kompetensi Kunci
 Strategi pelatihan
 Metode pelatihan
Waktu : 5 menit.
3. Penjelasan Sub Bab 4.1. Pengertian  Mengikuti penjelasan
Umum mengenai: instruktur dengan
 Cakupan pelaksanaan pekerjaan tekun dan aktif.
perkerasan jalan beton.  Mencatat hal-hal
 Definisi perkerasan kaku, struktur penting. HO – 3 atau
perkerasan beton semen, prinsip  Mengajukan OHT - 3
penyebaran beban. pertanyaan bila perlu.
 Jenis-jenis perkerasan beton se-
men.
Waktu : 40 menit.
4. Penjelasan Sub Bab 4.2 Penyiapan  Mengikuti penjelasan
peralatan pelaksanaan perkerasan ja- instruktur dengan
lan beton. tekun dan aktif.
 ......................................................  Mencatat hal-hal HO – 4 atau
Identifikasi Peralatan Pelaksanaan penting. OHT - 4
 Pemilihan Peralatan  Mengajukan
 Penetapan Peralatan pertanyaan bila perlu.

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 51 dari 51


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung

Waktu : 35 menit.
5. Penjelasan Sub Bab 4.3 Pemasangan  Mengikuti penjelasan
Sambungan-sambungan (Joints) instruktur dengan
 Pemasangan Sambungan tekun dan aktif.
Memanjang (Longitudinal Joint).  Mencatat hal-hal
 Pemasangan Sambungan Ekspansi penting. HO – 5 atau
Melintang (Expansion Joint).  Mengajukan OHT - 5
 Pemasangan Sambungan Kontrak- pertanyaan bila perlu.
si Melintang (Transversal Contrac-
tion Joint).
Waktu : 45 menit.

6. Penjelasan Sub Bab 4.4 Pengecoran,  Mengikuti penjelasan


Penghamparan, Pemadatan dan instruktur dengan
Penyelesaian Akhir Permukaan tekun dan aktif.
Beton.  Mencatat hal-hal
 Pengangkutan dan Pengecoran penting.
 Campuran Beton.  Mengajukan
Penghamparan dan Pemadatan pertanyaan bila perlu. HO – 6 atau
Beton. OHT - 6
 Penyelesaian Akhir (Finishing)
Permukaan Beton.
 Percobaan Penghamparan.
 Pembuatan Catatan Pelaksanaan
Pekerjaan.
Waktu : 60 menit.

8. Penjelasan Bab 5 Sumber-sumber  Mengikuti penjelasan


Yang Diperlukan Untuk Pencapaian instruktur dengan
Kompetensi tekun dan aktif.
 Sumber Daya Manusia  Mencatat hal-hal HO – 8 atau
 Sumber-sumber Perpustakaan penting.
OHT - 8
 Daftar Peralatan/Mesin dan  Mengajukan
pertanyaan bila perlu.
Bahan
Waktu : 5 menit.

Jumlah Waktu Pelatihan :


1). Teori = 195 menit (4,33 JPL)
2). Praktek = ---

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 52 dari 52


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

5.1.2 Penilai
Penilai melaksanakan program pelatihan terstruktur untuk penilaian di tempat kerja.
Penilai akan :
1. Melaksanakan penilaian apabila peserta telah siap dan merencanakan proses belajar
dan penilaian selanjutnya dengan peserta.
2. Menjelaskan kepada peserta mengenai bagian yang perlu untuk diperbaiki dan
merundingkan rencana pelatihan selanjutnya dengan peserta.
3. Mencatat pencapaian/perolehan peserta dalam memahami substansi Buku
Informasi.

5.1.3 Peserta pelatihan


Persyaratan untuk dapat diterima sebagai Peserta Pelatihan adalah sebagai berikut :

1. Pendidikan : D3 Teknik Sipil


Minimal
2. Pengalaman Kerja :  D-3 Teknik Sipil, minimal 3 (tiga) tahun berpengalaman
di bidang pelaksanaan pekerjaan konstruksi jalan.
3. Persyaratan Lain  Memiliki sertifikat kompetensi kerja di bidang keahlian
pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan.

5.1.4 Teman kerja/sesama peserta pelatihan


Teman kerja/sesama peserta pelatihan juga merupakan sumber dukungan dan bantuan.
Peserta juga dapat mendiskusikan proses belajar dengan mereka. Pendekatan ini akan
menjadi suatu yang berharga dalam membangun semangat tim dalam lingkungan
belajar/kerja dan dapat meningkatkan pengalaman belajar peserta.

5.2 Sumber-Sumber Perpustakaan


Sumber-sumber bacaan yang dapat dipergunakan adalah Peraturan Perundang-undangan
terkait dengan substansi-substansi Unit Kompetensi dan beberapa judul buku yang diharapkan
dapat menambah wawasan baik Pelatih maupun Peserta Pelatihan, sebagai berikut :
1. Yoder and Witczak, “Principles of Pavement Design”, John Wley & Sons, Inc. 1975.
2. Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Pembinaan Jalan Kota, “Petunjuk Pelaksanaan
Perkerasan Kaku (Beton Semen)" N0. 009/T/BNKT/1990.
3. AASHTO, “Guide for Design of Pavement Structures”, 1993.
4. UU No. 18/1999 tentang Jasa Konstruksi
5. PP No. 29/2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi sebagaimana diubah dengan PP
No. 4/2010.
6. Departemen Kimpraswil, Pedoman Konstruksi dan Bangunan, “Pelaksanaan Perkerasan Ja-
lan Beton Semen” (Pd T-05-2004B), 2004.
7. U.S. Department of Transportation, “Integrated Materials and Construction Practices for
Concrete Pavement: A State-of-the-Practice Manual”, FHWA Publication No. HIF - 07 – 004,
December 2006.
8. Departemen PU, Ditjen Bina Marga, “Konsep Perencanaan Perkerasan Jalan”, Desember
2007.
9. Badan Pengatur Jalan Tol, “Spesifikasi Standar Jalan Tol”, 2008.
10. Ir. Sukawan M., MSc., Universitas Tarumanagara Program Magister Teknik Sipil, “Perkera-san
Berbasis Semen”, Oktober 2009.
11. Direktorat Jenderal Bina Marga, “Spesifikasi Umum”, Edisi November 2010.
Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 53 dari 53
Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

12. Kementerian PU, Rancangan dan Pedoman Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil:
Spesifikasi Khusus Bidang Jalan dan Jembatan Seksi 7.18 “Perkerasan Jalan Beton Semen
Pracetak dan Prategang”, Desember 2010.
13. PT. Jasa Marga (Persero), “Tata Cara Pelaksanaan Pekerjaan Perkerasan Beton Semen”,
2011.
14. Standar Nasional Indonesia (SNI), AASHTO dan ASTM yang bersangkutan.

5.3 Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan


1. Untuk menayangkan hand out materi pelatihan agar bisa diikuti oleh Peserta Pelatihan,
Pelatih (Instruktur) memerlukan OHP (Overhead Proyektor) dan layar, jika hand out tersebut
berupa OHT (overhead transparency). Namun apabila Pelatih menyiapkan bahannya dalam
bentuk file komputer yang disimpan di flash disk atau CD/DVD, maka yang diperlukan adalah
laptop (yang telah diisi dengan sistem operasi misalnya Windows dan sejumlah software
yang dapat digunakan untuk membuka dan menayangkan bahan hand out), proyektor LCD
dan layar. Mungkin Pelatih menganggap perlu menayangkan film-film dokumentasi yang
berkaitan dengan materi pelatihan, maka laptop tersebut perlu dilengkapi dengan peralatan
audio berupa speaker yang bisa dihubungkan ke laptop agar suara tayangan film
dokumentasi tersebut dapat didengar oleh peserta pelatihan. Selain itu, ada kemungkinan
penayangan hand out perlu dibantu dengan menambahkan white board untuk memudahkan
pelatih menggambarkan/menuliskan rincian penjelasan materi pelatihan. Fungsi white board
dapat juga digantikan dengan papan tulis atau blackboard sesuai dengan pertimbangan,
bahan mana yang mudah didapatkan di lokasi pelatihan.
2. Untuk menyelenggarakan pengujian yang akan dilakukan oleh Asesor, peralatan/bahan yang
diperlukan tergantung jenis uji kompetensi yang akan dilakukan. Jika uji kompetensi
dilakukan secara tertulis, bahan yang diperlukan adalah materi uji kompetensi yang
digandakan sebanyak peserta uji kompetensi dan format penilaian beberapa rangkap sesuai
kebutuhan untuk pertanggungjawaban administrasi penyelenggaraan uji kompetensi. Untuk
materi pelatihan yang tidak diperlukan ujian praktek, tidak diperlukan peralatan/bahan
untuk keperluan ujian praktek.
3. Untuk Peserta Pelatihan, yang diperlukan adalah ruang kelas, meja dan kursi yang layak
untuk keperluan pelatihan dilengkapi dengan OHP atau LCD jika Pelatih akan menayangkan
materi pelatihan, Buku Informasi dan Buku Kerja, bahan-bahan hand out dan lain-lain sesuai
dengan kondisi di tempat pelatihan.
4. Kesimpulan
Untuk dapat menyelenggarakan pelatihan ini, peralatan dan bahan yang diperlukan adalah :
1) Ruang kelas, pendingin ruangan (AC), saklar listrik, rol kabel listrik, microphone, meja
tulis dan kursi sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pelatihan.
2) OHP (Overhead Proyektor) dan layar, jika hand out tersebut berupa OHT (overhead
transparency), atau laptop, LCD dan layar sesuai dengan yang dikehendaki oleh Pelatih.
3) White board dilengkapi dengan alat tulis dan penghapus tulisan di white board atau,
4) Black board dilengkapi dengan alat tulis dan penghapus tulisan di black board.
5) Hand out, Buku Informasi, Buku Kerja dan Materi Uji Kompetensi.
Jumlah dan jadwal penggunaan peralatan dan bahan tersebut di atas disesuaikan dengan
kebutuhan penyelenggaraan pelatihan dan uji kompetensi.

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 54 dari 54


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

LAMPIRAN

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 55 dari 55


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 56 dari 56


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 57 dari 57


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 58 dari 58


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 59 dari 59


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 60 dari 60


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 61 dari 61


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 62 dari 62


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 63 dari 63


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 64 dari 64


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 65 dari 65


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 66 dari 66


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 67 dari 67


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 68 dari 68


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 69 dari 69


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 70 dari 70


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 71 dari 71


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 72 dari 72


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 73 dari 73


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 74 dari 74


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 75 dari 75


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 76 dari 76


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 77 dari 77


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 78 dari 78


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 79 dari 79


Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00

Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 80 dari 80


Buku Informasi Ver: 1.1.2011

Anda mungkin juga menyukai