BAB I
PENGANTAR
Selain itu, sebelum penulisan Bab IV, Buku Informasi ini dilengkapi dengan 3 Bab yang
mendahuluinya yaitu berturut-turut Kata Pengantar, Standar Kompetensi, dan Strategi
dan Metode Pelatihan. Kemudian setelah penulisan Bab IV selesai, Buku Informasi
diselesaikan dengan Bab V Sumber-sumber Yang Diperlukan Untuk Mencapai
Kompetensi, yang menguraikan Sumber Daya Manusia, Sumber-sumber Perpustakaan,
dan Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan. Dengan substansi-substansi yang dicakup dalam
Buku Informasi tersebut diharapkan pelatih maupun peserta pelatihan mendapatkan
informasi yang cukup untuk mencapai maksud dan tujuan pelatihan.
2. Buku kerja
Buku Kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan
dan kegiatan praktek baik dalam pelatihan klasikal maupun pelatihan individual
/mandiri.
Buku diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi:
1) Kegiatan yang akan membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan memahami
informasi.
2) Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memantau pencapaian keterampilan
peserta pelatihan .
3) Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam
melaksanakan praktek kerja.
3. Buku penilaian
Buku Penilaian ini digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta
pelatihan pada Buku Kerja dan berisi:
1) Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan
keterampilan.
2) Metode-metode yang disarankan adalah proses penilaian keterampilan peserta
pelatihan.
3) Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai
keterampilan.
4) Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja.
5) Petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktek.
6) Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan.
Anda mungkin telah memiliki pengetahuan dan keterampilan, karena anda telah:
1.3.1 Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan dan keterampilan
yang sama,
1.3.2 Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama, atau
1.3.3 Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang
sama.
Standardisasi
Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu standar tertentu.
Pelatihan
Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuik mencapai suatu kompetensi
tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus
pada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari.
Kompetensi
Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk menunukkan aspek sikap, pengetahuan dan
keterampilan serta penerapan dari ketiga aspek tersebut di tempat kerja untuk mencapai unjuk
kerja yang ditetapkan.
Standar Kompetensi
Standar Kompetensi adalah standar yang ditampilkan dalam istilah-istilahhasil serta memiliki format
standar yang terdiri dari judul unit, deskripsi unit, elemen kompetensi, kriteria unjuk kerja, ruang
lingkup serta pedoman bukti.
Sertifikat Kompetensi
Sertifikat Kompetensi adalah pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu
kepada seseorang yang dinyatakan kompeten, yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi.
Sertifikasi Kompetensi
Sertifikasi Kompetensi adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi melalui proses penilaian/uji
kompetensi.
Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 3 dari 3
Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00
BAB II
STANDAR KOMPETENSI
1. Menyiapkan peralatan yang 1.1. Peralatan peaksanaan perkerasan jalan beton semen
akan digunakan untuk diidentifikasi sesuai kebutuhan dan kapasitas yang
membuat perkerasan jalan diperlukan..
beton.
1.2. Peralatan pelaksanaan perkerasan jalan beton semen
dipilih sesuai kebutuhan dan kapasitas yang diperlukan.
1.3. Peralatan pelaksanaan perkerasan jalan beton semen
ditetapkan sesuai kebutuhan dan kapasitas yang diperlu-
kan.
2. Melaksanakan pemasangan 2.1. Pemasangan sambungan memanjang untuk pekerjaan
sambungan memanjang, perkerasan jalan beton dilaksanakan.
sambungan ekspansi
2.2. Pemasangan sambungan ekspansi melintang untuk
melintang atau sambungan
kontraksi melintang untuk pekerjaan perkerasan jalan beton dilaksanakan.
pekerjaan perkerasan jalan 2.3. Pemasangan sambungan kontraksi melintang untuk
beton. pekerjaan perkerasan jalan beton dilaksanakan.
3. Melaksanakan pengecoran, 3.1. Pengecoran beton untuk perkerasan jalan beton
penghamparan, pemadatan dilaksanakan.
dan penyelesaian akhir 3.2. Penghamparan dan pemadatan beton untuk perkerasan
beton
jalan beton dilaksanakan.
3.3. Penyelesaian akhir beton untuk perkerasan jalan beton
dilaksanakan.
3.4. Catatan penyelesaian pekerjaan perkerasan jalan beton
dibuat sesuai format dan prosedur SOP.
2.3.5 Batasan variabel
1. Konteks variabel:
1) Kompetensi ini diterapkan dalam satuan kerja secara mandiri.
2) Unit kompetensi ini berlaku untuk pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan beton.
2. Dalam pelaksanaan pekerjaan yang terkait dengan unit ini perlu tersedianya peralatan
dan sarana antara lain:
1) Peralatan pelaksanaan perkerasan jalan beton semen.
2. Kompetensi yang harus dimiliki sebelumnya atau kaitan dengan kompetensi lain:
SPL.KS21.223.00. Menerapkan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan
Beton.
6. Aspek kritis
1) Kemampuan dalam menerapkan peraturan dan perundang-undangan terkait dalam
pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan beton.
2) Mengidentifikasi pasal-pasal terkait dengan kegagalan konstruksi dan kegagalan
bangunan.
3) Menerapkan UUJK dan etika profesi secara konsisten.
BAB III
STRATEGI DAN METODE PELATIHAN
3.1.4 Implementasi
1. Menerapkan pelatihan kerja yang aman.
2. Mengamati indikator kemajuan personal melalui kegiatan praktek.
3. Mempraktekkan keterampilan baru yang telah anda peroleh.
3.1.5 Penilaian
Melaksanakan tugas penilaian untk penyelesaian belajar anda.
Belajar berkelompok memungkinkan peserta untuk datang bersama secara teratur dan
berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip
sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, sesi kelompok memberikan interaksi antar
peserta, pelatih dan pakar/ahli dari tempat kerja.
BAB IV
PELAKSANAAN PEKERJAAN
PERKERASAN JALAN BETON
Sambungan memanjang
perkerasan
Tekstur permukaan
Tie Bar
Dowel
permukaan plat beton melalui retakan/celah sambungan pada plat beton tersebut
dan terus ke tanah dasar, yang kemudian dengan terjadinya lendutan plat beton
akibat dari beban lalu lintas berat mengakibatkan air dapat terpompa ke luar lagi
dengan membawa butir-butir halus material tanah dasar; akibatnya lambat laun
terjadi rongga di bawah plat beton sehingga plat beton kehilangan dukungan
sehingga akhirnya retak karena plat beton tidak didesain untuk menahan momen
lentur. Tahap awal terjadinya pumping dapat dilihat dari munculnya lumpur tanah
merah di permukaan perkerasan di daerah sambungan / retakan plat beton.
Untuk mengatasi pumping ini dapat digunakan material berbutir (granular
material / agregat) untuk memberikan fasilitas drainase bagi air yang masuk ke
bawah perkerasan untuk kemudian disalurkan melalui saluran pembuang di bawah
perkerasan (subdrain). Agar berfungsi baik sebagai drainase maupun sebagai
saringan agar material halus tanah dasar tidak bisa lewat, maka material berbutir
yang dipergunakan harus memenuhi persyaratan agregat porous (filter material).
Gradasi agregat subase harus bebas mengalirkan air dengan target permeabilitas
45 m/hari, tetapi tidak lebih dari 107 m/hari berdasarkan pengujian laboratorium.
Agregat subbase harus dipadatkan ≥ 95 % berdasarkan kepadatan AASHTO T99.
Pada umumnya gradasi agregat subbase memiliki indeks plastisitas (PI) ≤ 6 dan
terdapat maksimum 15 % dari partikel halus (lolos saringan No.200).
Alternatif lainnya, dapat dipergunakan lean concrete (yaitu beton kurus dengan
kekuatan kubus 1,0 MPa, atau dikenal juga sebagai beton B-0) sebagai lapis
pondasi bawah. Dalam hal ini lean concrete dimaksudkan sebagai material
penghambat (blocking) masuknya air ke bawah perkerasan (tanah dasar).
Secara teoritis, antara lapis pondasi bawah dengan plat beton di atasnya tidak
boleh ada ikatan (bonding) sehingga perlu dipasang bond breaker.
3). Bond Breaker
Bond breaker dipasang di atas subbase agar tidak ada kelekatan (bonding) atau
gesekan (friction) antara lapis pondasi bawah dengan plat beton. Dalam praktek
bond breaker dibuat dari plastik tebal (minimum 125 mikron).
Untuk mencegah gesekan, maka permukaan lapis pondasi bawah tidak boleh
dikasarkan (grooving atau (brushing).
Pada waktu pemasangan plastik harus dihindari terjadinya “air-trapped” di bawah
plastik karena akan menyebabkan “irregular joint” yang akan menimbulkan
gesekan antara lapis pondasi bawah dengan plat beton di atasnya.
Bila lapis pondasi bawah terdiri atas granular material, tidak diperlukan adanya
bond breaker, kecuali kalau ada kekhawatiran terjadinya “dewatering” campuran
beton.
Gambar 4.1.(2)
Distribusi tegangan akibat beban lalu lintas pada permukaan Tanah Dasar (Subgrade) oleh Perkerasan
Kaku (Rigid Pavement).
yang diperkuat (improved subgrade) dengan saling menggigit antar agregat pada
bidang retakan sambungan melintang.
Namun dari pengalaman dan pengamatan terhadap jalan-jalan yang ada,
penggunaan dowel lebih baik dari segi kerataan permukaan dan dapat
menghindari terjadinya gerakan vertikal bagian-bagian plat beton pada
sambungan (faulting).
Pada jenis JPCP sambungan melintang susut dibuat pada jarak yang relatif rapat
(± 5 meter) sehingga dapat diharapkan tidak terjadi retak-retak melintang akibat
susut (shrinkage) beton.
2). Perkerasan Beton Semen dengan Sambungan dengan Tulangan (Jointed
Reinforced Concrete Pavement / JRCP);
Yang dimaksudkan dengan tulangan dalam perkerasan jenis JRCP adalah
tulangan plat beton yang dipasang pada 1/4 tebal plat dari atas, dan
dimaksudkan untuk memperkuat plat beton dalam menahan tegangan tarik
akibat dari susut selama proses pengerasan beton, dimana terjadi perubahan
temperatur dan perubahan kadar air dalam beton; atau dengan perkataan lain
untuk memegang retak yang terjadi agar tidak terbuka.
Tulangan ini berbentuk anyaman (mesh) yang luas penampangnya kira-kira 0,1
% luas penampang plat beton. Dengan dipasangnya tulangan ini, maka jarak
sambungan susut melintang dapat diperbesar sampai 10 – 15 meter.
3). Perkerasan beton semen menerus (tanpa sambungan) dengan tulangan
(Continuously Reinforced Concrete Pavement / CRCP);
Dalam perkerasan jenis CRCP terdapat tulangan dari besi beton yang menerus
dalam arah memanjang sepanjang perkerasan yang dipasang pada 1/3 tebal plat
beton dari atas. Di sini sambungan-sambungan melintang sama sekali tidak ada.
Pada umumnya, perkerasan jenis ini dibuat sepanjang antara 90 – 150 meter.
Dengan plat beton sepanjang ini, maka retak susut yang akan terjadi akan cukup
lebar (± 0,3 mm) dan terjadi pada jarak tidak beraturan yang cukup rapat. Pada
prinsipnya retak-retak tersebut akan ditahan oleh besi tulangan dan gesekan
(friction) dari lapis pondasi bawah.
Dalam desain, biasanya jarak retakan yang ditoleransi adalah berkisar antara 1 –
3 m sehingga untuk ini pada umumnya diperlukan luas besi tulangan sebesar 0,5
– 0,7 % dari luas penampang plat beton.
Perlu benar-benar dipahami, meskipun tulangan ini relatif besar, namun
fungsinya adalah tetap untuk mengendalikan retak, dan bukan untuk menahan
momen lentur dari plat beton. Meskipun demikian, berdasarkan penelitian
tulangan memanjang yang relatif besar tersebut akan membantu menambah
kekuatan plat beton menahan gaya lintang. Luas tulangan pada CRCP jauh lebih
besar dibandingkan dengan luas tulangan pada JRCP.
4). Perkerasan beton semen pratekan (Prestressed Concrete Pavement / PCP).
Sepanjang pengetahuan penulis, sampai dengan saat ini perkerasan jenis PCP
masih dalam tahapan pengembangan di Amerika dan Jepang guna memecahkan
masalah waktu pelaksanaan di lapangan agar tidak terlalu lama menutup lalu
lintas.
Dalam perkerasan jenis PCP, plat beton perkerasan terdiri atas panel-panel
beton yang dibuat di tempat pracetak (precasting yard), kemudian disusun di
lapangan dan di-prategang (post-tensioning) dalam arah memanjang jalan.
Tegangan pratekan yang diperlukan berkisar antara 150 – 300 psi (arah
memanjang) dan 0 – 200 psi (arah melintang).
Setelah post-tensioning, kabel prategang di-grouting dan stressing pocket diisi
beton yang cepat mengeras. Sementara itu sealant di-injeksikan ke dalam
sambungan antara panel-panel beton.
Gambar 4.1.(3)
Jenis-jenis perkerasan beton semen (tampak atas)
2. Perkerasan komposit
Konstruksi beton semen dengan lapis permukaan aspal beton, yang
memperhitungkan lapis aspal beton sebagai bagian yang ikut memikul beban,
Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 15 dari 15
Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00
Gambar 4.1.(4).
Konstruksi Perkerasan jalan beton di Proyek Pelebaran Jalan
Gambar 4.2.(1)
Peralatan Batching Plant dengan alat pengangkut Dump Truck.
Peralatan Batching Plant dan alat pengangkut (Truck Mixer atau Agitator Truck Mixer)
harus sesuai dengan ketentuan mengenai peralatan dalam Spesifikasi Beton dari
Spesifikasi Umum Direktorat Jenderal Bina Marga.
Kapasitas Batching Plant harus cukup besar untuk dapat memasok kebutuhan alat
Slipform Concrete Paver sedemikian rupa sehingga alat penghampar tersebut dapat
terus bergerak tanpa berhenti akibat kekurangan atau keterlambatan pemasokan
campuran beton.
Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 17 dari 17
Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00
Karena alasan praktis di lapangan, sering terjadi satu proyek menggunakan beberapa
Batching Plant, bahkan dari beberapa perusahaan pemasok, untuk memenuhi
kebutuhan pasokan campuran betonnya. Apabila hal ini terjadi, maka diperlukan
kecermatan yang lebih tinggi dari Pelaksana Lapangan yang bersangkutan untuk dapat
mengendalikan mutu maupun jumlah campuran beton yang harus diterimanya agar
tetap konsisten dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan.
Gambar 4.2.(2)
Batching Plant jenis pan mixer dengan Truk Ready Mix.
6) tie bar inserter (penyisip tie bar) secara otomatis pada jarak tertentu
menyisipkan tie bar pada sambungan memanjang;
7) dowel bar inserter (penyisip dowel) untuk menyisipkan dowel secara otomatis ke
dalam perkerasan beton yang sedang dalam proses penghamparan dan
pemadatan pada interval/jarak yang diinginkan dan sejajar dengan arah
pergerakan mesin. Perlu diketahui bahwa dowel bar inserter (DBI) ini merupakan
perlengkapan optional, yang dipasang apabila memang diperlukan. Pada
umumnya concrete paver yang dipergunakan di Indonesia tidak dipasang dowel
bar inserter mengingat penggunaan alat ini akan memerlukan power yang lebih
besar bagi concrete paver yang bersangkutan.
Gambar 4.2.(1) dan Gambar 4.2.(2) memperlihatkan salah satu Mesin Penghampar
Jenis Acuan Bergerak (Slipform Concrete Paver) yang banyak terdapat di Indonesia.
Gambar 4.2.(3)
Mesin Penghampar Jenis Acuan Bergerak (Slipform Concrete Paver) yang banyak dipergunakan di
Indonesia.
Gambar 4.2.(4)
Potongan Melintang Tipikal Mesin Penghampar Jenis Acuan Bergerak (Slipform Concrete Paver)
Acuan lurus terbuat dari logam dengan ketebalan tidak kurang dari 5 mm dan
disediakan dalam bentuk bagian-bagian dengan panjang tidak kurang dari 3 m. Acuan
ini sekurang-kurangnya mempunyai kedalaman sama dengan ketebalan plat beton
perkerasan tanpa sambungan horisontal dan lebar dasar acuan tidak kurang dari
kedalamannya.
Acuan yang mudah disesuaikan atau lengkung dengan radius yang memadai
digunakan untuk tikungan dengan radius 30,0 m atau kurang.
Acuan dilengkapi dengan sarana yang memadai untuk keperluan pemasangan sehingga
bila telah terpasang acuan tersebut dapat menahan, tanpa adanya lentingan atau
penurunan, segala benturan dan getaran dari alat penghampar dan penempa.
Batang flens (flange braces) harus melebihi keluar dari dasar tidak kurang dari 2/3
tinggi acuan.
Acuan yang permukaan atasnya miring, bengkok, terpuntir atau patah harus
diperbaiki terlebih dahulu.
Permukaan atas acuan tidak boleh berbeda lebih dari 3 mm sepanjang 3 m dari suatu
bidang datar sebenarnya dan bidang tegak tidak berbeda melebihi 6 mm. Acuan ini
juga harus dilengkapi pengunci pada ujung-ujung bagian yang bersambungan.
Gambar 4.2.(3) memperlihatkan salah satu Mesin Penghampar Jenis Acuan Tetap
(Fixform Concrete Finisher) yang banyak digunakan di Indonesia.
Gambar 4.2.(5)
Mesin Penghampar Jenis Acuan Tetap Secara Mekanis (Fixform Concrete Finisher)
Gambar 4.2.(6)
Penghamparan Beton Menggunakan Acuan Tetap Secara Manual
Gambar 4.2.(7)
Peralatan Pembuat Tekstur Permukaan Beton Secara Mekanis
Gambar 4.2.(8)
Peralatan Pembuat Tekstur Permukaan Beton Secara Manual
Gambar 4.2.(9)
Penemprotan Curing Compound Secara Manual
5. Gergaji beton
Bila ditentukan sambungan dibentuk dengan penggergajian (saw joints), maka
harus disediakan peralatan gergaji dalam jumlah dan kapasitas yang memadai
untuk membentuk sambungan,
Gergaji beton terdiri dari gergaji bermata intan dan berpendingin air atau dengan
abrasive wheel sesuai ukuran yang ditentukan, dan paling sedikit satu gergaji selalu
siap dioperasikan (standby) dengan cadangan pisau gergaji secukupnya, serta
fasilitas penerangan untuk pekerjaan malam. (Lihat Gambar 4.2.(8).).
Gambar 4.2.(10)
Gergaji Beton
Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 24 dari 24
Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00
3. Uraian Analisa Harga Satuan untuk seluruh item pekerjaan yang ada dalam berkas
penawaran.
Yang dimaksud dengan owning cost adalah biaya kepemilikan alat yang harus
diperhitungkan selama alat yang bersangkutan dioperasikan, apabila alat tersebut
milik sendiri.
Sedangkan untuk menghitung owning cost, harus diperhitungkan:
1. Depresiasi,
2. Suku bunga,
3. Pajak,
4. Asuransi, dan
5. Biaya penyimpanan alat.
Sedangkan kerugian dari alternatif sewa alat untuk pelaksanaan perkerasan jalan
beton antara lain:
1. Belum tentu dapat memastikan bahwa penyewa dapat menguasai teknologi
peralatan yang disewanya.
2. Menyebabkan penyewa akan bergantung pada perusahaan sewa selama
pengoperasian alat.
3. Jika digunakan untuk jangka panjang akan menjadi mahal.
Keuntungan yang diperoleh oleh Kontraktor jika alternatif beli langsung yang dipilih
dalam penyediaan peralatan adalah:
1. Teknologi peralatan dapat dikuasai oleh Kontraktor.
2. Untuk proyek jangka panjang biaya alat menjadi murah.
3. Dapat memilih peralatan yang paling sesuai dengan rencana dan metode
pelaksanaan yang direncanakan.
Penyediaan peralatan dengan cara leasing mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Pengeluaran (modal investasi) tidak dibayarkan sekaligus, namun secara bertahap
tergantung pada ketentuan dalam surat perjanjian.
2. Meskipun lokasi pekerjaan/proyek jauh dari lokasi pelaksana pembelian, dengan
cara leasing tidak perlu ada tambahan biaya untuk transportasi.
3. Pada akhir masa pembayaran, maka peralatan belum menjadi milik penyewa
karena masih harus diperhitungkan terlebih dahulu biaya-biaya pemeliharaan yang
dikeluarkan oleh pihak yang menyewakan.
terlebih dahulu kemudian disisipkan ke dalam beton pada waktu beton masih bersifat cair, namun
cara ini tidak praktis karena dapat mengganggu operasi pelaksanaan.
Sambungan diupayakan sesuai dengan pola retak alami plat beton, dan pada setiap celah
sambungan (bekas penggergajian / saw cut) harus diisi dengan joint sealant.
Dalam konstruksi perkerasan beton semen dikenal dua jenis tulangan sesuai dengan fungsinya,
yaitu Tulangan Sambungan dan Tulangan Plat Beton.
Gambar 4.3.(1).
Pola retak alami plat beton
Gambar 4.3.(2)
Jenis-jenis Sambungan
Detail konstruksi ambungan memanjang dibuat tergantung pada cara bagaimana cara
plat beton yang bersangkutan dicor / dihampar.
1. Untuk plat yang dicor per lajur dibuat dengan cara memasang bekisting memanjang
dan tie bars.
2. Untuk plat yang dicor 2 lajur sekaligus dibuat dengan cara saw cutting untuk bagian
atas, dan memasang crack inducer (batang kayu berpenampang ) di bagian bawah
plat beton.
Gambar 4.3.(3).
Detail Sambungan Memanjang
Gambar 4.3.(4)
Sambungan memanjang dengan Tie Bar yang dicor per lajur
Tulangan sambungan memanjang (tie bar) berfungsi sebagai rotation devices (engsel).
Untuk itu perlu dibuat dari besi tulangan berukuran kecil dan berulir (deformed bar),
kedua ujungnya lekat dengan beton, dan ditempatkan di tengah-tengah tebal plat
tegaklurus sumbu jalan, serta tidak overlap dengan tulangan sambungan melintang
(dowel).
Selain itu, tie bar juga membantu mencegah faulting (gerakan slab vertikal), gerakan
slab mendatar, dan membantu transfer beban
Gambar4.3.(5)
Detail Sambungan Ekspansi Melintang
Gambar4.3.(6)
Sambungan Ekspansi Melintang dalam pelaksanaan
Gambar 4.16.
Sambungan Kontraksi Melintang
Gambar 4.3.(7)
Sambungan Kontraksi Melintang
Gambar 4.3.(8)
Konstruksi Dudukan/Kursi Dowel yang banyak dipakai di Indonesia
Gambar 4.3.(8)a
Konstruksi Dudukan/Kursi Dowel yang banyak dipakai di Indonesia
Gambar 4.3.(9)
Dowel pada Sambungan Kontraksi Melintang yang dikerjakan menggunakan Mesin
Penghampar dengan Acuan Tetap
Pembuatan sambungan dapat dibuat dengan cara sisipan (wet forming) pada waktu
beton masih lembek atau dengan cara digergaji (saw cut). Di Indonesia lebih disukai
cara
saw cut mengingat beberapa keuntungan sebagai berikut:
1) Pengecoran beton dapat dilakukan secara monolit;
2) Kualitas beton di sekitar sambungan sama dengan daerah-daerah lainnya di
seluruh plat beton perkerasan;
3) Operasi saw cutting tidak mempengaruhi pelaksanaan pengecoran /
penghamparan beton;
4) Peggergajian / saw cut selalu tegaklurus terhadap permukaan plat beton
sehingga tidak akan ada perlemahan sudut atau tepi.
Penggergajian dilakukan sedalam tidak kurang dari 1/4 tebal plat beton dan tegak
lurus pada permukaan plat beton, di tempat-tempat yang telah ditentukan. Untuk
beton dengan perkuatan serat baja (steel-fiber reinforcement) kedalaman
penggergajian adalah 1/3 tebal plat beton.
Penggergajian harus dilakukan antara jam ke-4 sampai jam ke-18 setelah
pengecoran plat beton, maksimum sampai jam ke-24.
Kecepatan penggergajian tergantung pada kekerasan beton dan kualitas gergaji
(saw blade) yang dipergunakan. Biasanya sekitar 1 meter per menit untuk
penggergajian sampai dengan 50 mm.
Pada waktu penggergajian, perlu diperhatikan:
1) Harus tepat lokasi (diberi tanda sebelumnya pada bekisting);
2) Harus tepat kedalaman (1/4 tebal plat);
3) Harus tepat waktu (antara jam ke-4 sampai jam ke-24).
Penggergajian (saw cut) yang terlambat dilakukan akan mengakibatkan retak
melintang di sekitar letak dowel. (Lihat Gambar 4.3.(10). dan 4.3.(11).).
Gambar 4.3.(10)
Sambungan Saw Cut Tepat Waktu. Retak terjadi di tempat yang diinginkan/direncanakan
Gambar 4.3.(11)
Saw Cut Terlambat. Retak terjadi di tempat sembarang / tidak dikehendaki
Tulangan sambungan melintang (dowel) berfungsi sebagai load transfer devices dan
sebagai sliding devices. Oleh karena itu, dowel harus terbuat dari baja tulangan
berukuran besar dan dari baja polos. Satu ujung lekat dengan beton, satu ujung
lainnya bebas, dan ditempatkan di tengah-tengah tebal plat dan sejajar sumbu jalan
baik arah vertikal maupun horizontal.
Dowel juga berfungsi mengurangi potensi faulting (gerakan vertikal antar slab),
pumping dan corner break pada perkerasan beton semen dengan sambungan.
Gambar 4.3.(12)
Pemasangan dowel menggunakan pinning dowel cages (ACPA)
(Pemasangan dowel cara manual)
Gambar 4.3.(13)
Dowel bar insertion equipment (ACPA)
(Pemasangan dowel cara mekanis)
Ukuran, panjang dan jarak dowel dan tie bar yang disarankan oleh Federal
Highway Administration, USA dapat dilihat pada Tabel 4.3.3.1.(1) berikut ini.
Tabel 4.3.3.1.(1) Ukuran, Panjang Dan Jarak Dowel Dan Tie Bar
*) Penggunaan dowel diameter ≤ 25 mm untuk lalu lintas berat dapat mengakibatkan kehancuran
beton di sekitar dowel (dowel socketing)
Gambar 4.3.(14)
Detail Sambungan Pelaksanaan
Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 36 dari 36
Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00
Gambar 4.4.(1)
Grafik untuk memperkirakan besarnya penguapan rata-rata.
Bilamana beton yang dicor bersambungan dengan lajur perkerasan yang telah selesai
terlebih dahulu, dan peralatan mekanis harus dioperasikan di atas lajur tersebut,
kekuatan beton pada lajur tersebut harus sudah mencapai sekurang-kurangnya 90 % dari
kekuatan yang ditentukan untuk beton 28 hari. Bilamana hanya peralatan penyelesaian
yang akan melewati lajur yang ada, penghamparan pada lajur yang bersebelahan dapat
dilakukan setelah umur beton tersebut mencapai 3 hari.
Pemadatan (konsolidasi) beton harus dilakukan secara merata pada tepi dan sepanjang
acuan, sepanjang dan pada kedua sisi setiap sambungan, dengan menggunakan vibrator
yang dicelupkan ke dalam beton. Vibrator untuk menggetarkan seluruh lebar perkerasan
dapat berupa jenis surface pan atau jenis internal dengan tabung celup atau multiple
spuds. Vibrator dapat dipasang pada mesi penghampar atau mesin pembentuk atau
dapat juga dipasang pada kendaraan/peralatan khusus.
Frekwensi vibrator jenis surface pan tidak boleh kurang dari 3500 impuls per menit (58
Hz), dan frekwensi vibrator internal tidak boleh kurang dari 5000 impuls per menit (83
Hz) untuk vibrator tabung dan tidak kurang dari 7000 impuls per menit (117 Hz) untuk
vibrator spud.
Vibrator celup yang digunakan secara manual tidak boleh menyentuh langsung
perlengkapan sambungan (dowel, tie bar), tulangan plat beton atau sisi acuan. Vibrator
tidak boleh digunakan lebih dari 5 detik pada setiap titik. Sedangkan jarak titik-titik
penggetaran adalah antara 25 – 30 cm.
Gambar 4.4.(2)
Vibrator yang terpasang pada Mesin Penghampar Jenis Acuan Bergerak
Gambar 4.4.(3)
Stringlines pada penghamparan dengan Mesin Penghampar Jenis Acuan Bergerak
2) Landasan track adalah jalur kerja untuk roda kelabang mesin penghampar
(crawler track). Landasan harus disiapkan sepanjang rencana produksi dengan
permukaan yang rata, kokoh dan stabil untuk menopang berat mesin
penghampar (paver) sehingga tidak boleh ambles.
3) Mesin penghampar harus beroperasi tanpa berhenti selama rencana produksi
yang direncanakan. Untuk itu harus dijamin kontinuitas pasokan (suplai)
campuran beton yang akan dihampar, dan tidak boleh terjadi keterlambatan
suplai campuran beton.
Gambar 4.4.(4)
Landasan track adalah jalur kerja untuk roda kelabang mesin penghampar (crawler track)
Gambar 4.4.(5)
Prinsip kerja Mesin Penghampar Jenis Acuan Bergerak (Slipform Paver), dan komponen-
komponen tipikalnya.
Gambar 4. 4.(6)
Penghamparan dan pemadatan secara mekanis dengan Slipform Paver (ACPA)
yang masih lembek setelah terhampar dengan menggunakan alat mekanis. Pada
sambungan antara anyaman kawat baja, kawat pertama dari anyaman itu harus
terletak di atas anyaman yang sebelumnya, dengan bagian yang saling tumpang tindih
tidak kurang dari 450 mm. Baja tulangan harus bersih dari kotoran, minyak, cat, lemak,
karat dsb., yang akan mengganggu kelekatan baja dengan beton.
4) Finishing dengan mesin dilakukan setelah campuran beton dituangkan, disebarkan,
dipadatkan dan diratakan. Mesin finishing harus melintasi setiap bagian permukaan
jalan beberapa kali dengan interval semestinya untuk menghasilkan kepadatan yang
memadai dan permukaan yang rata. Bagian atas acuan harus tetap bersih dan gerakan
mesin di atas acuan jangan sampai bergetar atau goyah sehingga mengganggu
kecermatan pekerjaan finishing. Pada lintasan pertama mesin finishing beton di depan
screed harus dibuat rata pada keseluruhan lajur yang dikerjakan.
5) Finishing dengan tangan dilakukan bila luas perkerasan beton relatif kecil atau
bentuknya tidak beraturan, atau bila tempat kerja sangat terbatas untuk dapat
dilaksanakan dengan mesin. Di sini pun beton harus dihampar dan diratakan dengan
tangan tanpa segregasi. Beton yang akan dipadatkan dengan balok vibrator harus
ditekan sampai level tertentu sehingga setelah kandungan udara dibuang melalui
pemadatan, permukaannya akan lebih tinggi dari pada acuan samping. Pemadatan
dilakukan dengan balok pemadat dari baja atau kayu keras beralas baja dengan lebar
tidak kurang dari 75 mm, dan tinggi tidak kurang dari 225 mm, serta daya
penggerakannya tidak kurang dari 250 Watt per meter lebar perkerasan beton. Balok
diangkat dan digerakkan maju sedikit demi sedikit dengan jarak tidak lebih dari lebar
balok.
Dapat juga dipakai pemadat vibrasi berbalok ganda dengan daya yang sama. Bila
ketebalan beton lebih dari 200 mm, untuk menyempurnakan pemadatan dapat
dilakukan vibrasi internal tambahan pada seluruh lebar perkerasan. Setelah setiap 1,5
m panjang perkerasan beton dipadatkan, balok vibrasi harus mengulang lagi dengan
perlahan-lahan pada permukaan yang sudah dipadatkan itu untuk menghaluskan
permukaan.
Permukaan jalan harus diukur kerataannya dengan paling sedikit 2 kali lintasan mal
datar yang digeser-geserkan, dengan panjang tidak kurang dari 1,8 m. Bila permukaan
rusak karena mal datar, karena permukaan tidak rata, balok vibrasi harus digunakan
lagi, lalu diikuti dengan mal datar lagi.
Bila penghamparan perkerasan beton harus dilakukan dengan dua lapisan, lapisan
pertama harus dihamparkan dan dipadatkan sampai level tertentu sehingga baja
tulangan setelah terpasang mempunyai tebal pelindung yang cukup. Segera setelah itu
lapisan atas beton dituangkan dan di-finishing.
6) Setelah campuran beton ditempa dan dipadatkan (dikonsolidasikan), beton harus
diperhalus lagi dengan bantuan alat pelepa, dengan salah satu cara berikut ini:
(1) Cara manual
Untuk ini dapat digunakan alat pelepa longitudinal dengan panjang tidak kurang
dari 350 mm dan lebar tidak kurang dari 150 mm, dilengkapi dengan pengaku agar
tidak melentur atau melengkung. Pelepa longitudinal dioperasikan dari atas
jembatan yang dipasang antara kedua sisi acuan tanpa menyentuh beton, dan
digerakkan seperti gerakan menggergaji. Pelepa selalu sejajar dengan sumbu jalan,
dan bergerak berangsur-angsur dari satu sisi perkerasan ke sisi yang lain. Gerakan
maju sepanjang garis sumbu jalan berangsur-angsur dengan pergeseran tidak lebih
dari setengah panjang pelepa, dan kelebihan air harus dibuang.
Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 43 dari 43
Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00
Bila penempaan dan pemadatan dikerjakan dengan tangan dan bentuk permukaan
jalan beton tidak memungkinkan digunakannya pelepa longitudinal, maka pelepaan
permukaan dilakukan secara melintang dengan pelepa bertangkai. Setelah pelepaan ,
air dan sisa beton yang ada di permukaan harus dibuang dari permukaan jalan dengan
mal-datar sepanjang 3,0 m atau lebih. Setiap geseran harus dilintasi lagi dengan ukuran
setengah panjang mal-datar.
Setelah pelepaan selesai dan kelebihan air dibuang, sementara beton masih lembek,
bagian-bagian yang melesak harus segera diisi dengan beton baru, ditempa,
dipadatkan dan di-finishing lagi. Sambungan harus diperiksa dan dibetulkan sampai tak
ada perbedaan tinggi pada permukaan dan perkerasan beton sesuai dengan
kelandaian dan penampang melintang yang ditentukan. Perbedaan tinggi permukaan
yang diukur dengan pengujian mal-datar tidak boleh melebihi toleransi yang
ditentukan dalam Spesifikasi Teknik.
Setelah beton ditempa dan dipadatkan, tepi-tepi perkerasan beton sepanjang acuan
dan pada sambungan harus segera diselesaikan dengan alat khusus untuk membentuk
permukaan lengkung yang halus dengan radius tertentu, yaitu bila tidak ditentukan
lain, adalah 12 mm.
Gambar 4. 4.(7)
Penghamparan dan pemadatan secara manual menggunakan balok bergetar yang ditarik
Gambar 4. 4.(8)
Penghamparan dan pemadatan secara manual menggunakan balok silinder (roller screed) (ACPA)
Gambar 4. 4.(9)
Retak-retak plastis akibat dari perawatan yang kurang sempurna
Gambar 4. 4.(10)
Retak-retak tidak beraturan (crazy cracks) akibat dari penguapan yang berlebihan
Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 46 dari 46
Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00
BAB V
SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK
PENCAPAIAN KOMPETENSI
3. Kurikulum pelatihan
Kode Unit : SPL.KS21.224.00
Judul Unit : Melaksanakan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton
Deskripsi Unit : Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan
sikap perilaku yang diperlukan untuk mampu melaksanakan
pekerjaan perkerasan jalan beton.
:
No. Unit / Elemen Kompetensi Kurikulum / Silabus Jam Pelajaran (JPL)
Teori Praktek Jumlah
1. Melaksanakan Judul Materi Pelatihan:
Pekerjaan Perkerasan Pelaksanaan Perkerasan 4,00 - 4,00
Jalan Beton Jalan Beton.
Pengertian Umum 0,88 - 0,88
1.1 Menyiapkan peralatan Penyiapan Peralatan
yang akan digunakan Pelaksanaan Perkerasan 0,77 - 0,77
untuk membuat Jalan Beton.
perkerasan jalan beton.
1.2 Melaksanakan Pemasangan
pemasangan Sambungan-sambungan
sambungan memanjang, (Joints). 1,00 - 1,00
ekspansi melintang atau
kontraksi melintang
untuk pekerjaan
perkerasan jalan beton.
1.3 Melaksanakan Pengecoran,
pengecoran, Penghamparan,
penghamparan, Pemadatan dan
pemadatan dan 1,33 - 1.33
Penyelesaian Akhir
penyelesaian akhir Permukaan Beton.
beton.
1. Ceramah Pembukaan :
Menjelaskan Tujuan Pelatihan Mengikuti penjelasan
sesuai dengan KPBK. Mengajukan
Merangsang motivasi peserta pertanyaan apabila HO – 1 atau
dengan memberi kesempatan kurang jelas. OHT -1
kepada peserta untuk
mengajukan pertanyaan-
pertanyaan selama proses
pembelajaran.
Judul Modul : Pelaksanaaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Halaman: 50 dari 50
Buku Informasi Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21,224.00
Waktu : 5 menit.
2. Penjelasan : Bab 1 Kata Pengantar,
Bab 2 Standar Kompetensi dan Bab 3 Mengikuti penjelasan
Strategi dan Metode Pelatihan instruktur dengan
Materi Pelatihan ini tekun dan aktif.
merepresentasikan unit Mencatat hal-hal
kompetensi. penting.
Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Mengajukan
Kompetensi pertanyaan bila perlu.
Penjelasan Materi Pelatihan (Buku
Informasi, Buku Kerja dan Buku HO – 2 atau
Penilaian)
Pengakuan Kompetensi Terkini OHT - 2
Pengertian-pengertian istilah
Pengertian Unit Standar
Unit Kompetensi yang dipelajari
Panduan Penilaian
Kompetensi Kunci
Strategi pelatihan
Metode pelatihan
Waktu : 5 menit.
3. Penjelasan Sub Bab 4.1. Pengertian Mengikuti penjelasan
Umum mengenai: instruktur dengan
Cakupan pelaksanaan pekerjaan tekun dan aktif.
perkerasan jalan beton. Mencatat hal-hal
Definisi perkerasan kaku, struktur penting. HO – 3 atau
perkerasan beton semen, prinsip Mengajukan OHT - 3
penyebaran beban. pertanyaan bila perlu.
Jenis-jenis perkerasan beton se-
men.
Waktu : 40 menit.
4. Penjelasan Sub Bab 4.2 Penyiapan Mengikuti penjelasan
peralatan pelaksanaan perkerasan ja- instruktur dengan
lan beton. tekun dan aktif.
...................................................... Mencatat hal-hal HO – 4 atau
Identifikasi Peralatan Pelaksanaan penting. OHT - 4
Pemilihan Peralatan Mengajukan
Penetapan Peralatan pertanyaan bila perlu.
Waktu : 35 menit.
5. Penjelasan Sub Bab 4.3 Pemasangan Mengikuti penjelasan
Sambungan-sambungan (Joints) instruktur dengan
Pemasangan Sambungan tekun dan aktif.
Memanjang (Longitudinal Joint). Mencatat hal-hal
Pemasangan Sambungan Ekspansi penting. HO – 5 atau
Melintang (Expansion Joint). Mengajukan OHT - 5
Pemasangan Sambungan Kontrak- pertanyaan bila perlu.
si Melintang (Transversal Contrac-
tion Joint).
Waktu : 45 menit.
5.1.2 Penilai
Penilai melaksanakan program pelatihan terstruktur untuk penilaian di tempat kerja.
Penilai akan :
1. Melaksanakan penilaian apabila peserta telah siap dan merencanakan proses belajar
dan penilaian selanjutnya dengan peserta.
2. Menjelaskan kepada peserta mengenai bagian yang perlu untuk diperbaiki dan
merundingkan rencana pelatihan selanjutnya dengan peserta.
3. Mencatat pencapaian/perolehan peserta dalam memahami substansi Buku
Informasi.
12. Kementerian PU, Rancangan dan Pedoman Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil:
Spesifikasi Khusus Bidang Jalan dan Jembatan Seksi 7.18 “Perkerasan Jalan Beton Semen
Pracetak dan Prategang”, Desember 2010.
13. PT. Jasa Marga (Persero), “Tata Cara Pelaksanaan Pekerjaan Perkerasan Beton Semen”,
2011.
14. Standar Nasional Indonesia (SNI), AASHTO dan ASTM yang bersangkutan.
LAMPIRAN