Anda di halaman 1dari 44

PENGERTIAN DAN STANDAR SEKOLAH SEHAT,

AMAN, RAMAH ANAK, DAN MENYENANGKAN


健康、安全、親しみやすく、楽しいことの理解と基準
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan saat ini sedang mengembangkan Gerakan Sekolah
Sehat, Aman, Ramah Anak, dan Menyenangkan.

Sekolah Sehat, Aman, Ramah Anak, dan Menyenangkan sesungguhnya bukanlah hal yang baru
dalam dunia pendidikan karena beberapa sekolah sudah melaksanakan gerakan ini baik secara
parsial maupun komprehensif dalam aktivitas kesehariannya.

Guna menyamakan persepsi tentang Sekolah Sehat, Aman, Ramah Anak, dan Menyenangkan,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menerbitkan Pedoman Gerakan Sekolah Sehat,
Aman, Ramah Anak, dan Menyenangkan yang di dalamnya berisi Standar Sekolah Sehat,
Aman, Ramah Anak, dan Menyenangkan

A. Sekolah Sehat

1. Pengertian Sekolah Sehat

Sehat adalah keadaan badan dan jiwa yang baik. Artinya, sesuatu dikatakan sehat jika secara
lahiriah, batiniah, dan sosial berjalan secara normal dan baik, sehingga memungkinkan sesuatu
dapat produktif, baik secara sosial maupun ekonomis. Jika hal ini dikaitkan dengan lembaga
pendidikan, maka sekolah sehat dapat dimaknai sebagai lembaga pendidikan yang memiliki
unsur-unsur yang baik (normal) secara lahiriah (jasmani) dan batiniah (rohani).

Sekolah sehat pada prinsipnya terfokus pada usaha bagaimana membuat sekolah tersebut
memiliki kondisi lingkungan belajar yang normal (tidak sakit) baik secara jasmani maupun
rohani. Hal ini ditandai dengan situasi sekolah yang bersih, indah, tertib, dan menjunjung tinggi
nilai-nilai kekeluargaan dalam rangka mencapai kesejahteraan lahir dan batin setiap warga
sekolah. Dengan begitu, sekolah sehat memungkinkan setiap warganya dapat melakukan
aktivitas yang bermanfaat, berdaya guna dan berhasil untuk sekolah tersebut dan lingkungan di
luar sekolah.

2. Standar Sekolah Sehat

 Memiliki lingkungan sekolah bersih, indah, tertib, rindang dan memiliki penghijauan
yang memadai.
 Memiliki tempat pembuangan dan pengelolaan sampah yang memadai dan representatif.
 Memiliki air bersih yang memadai dan memenuhi syarat kesehatan.
 Memiliki kantin dan petugas kantin yang bersih dan rapi, serta menyediakan menu
bergizi seimbang.

1
 Memiliki saluran pembuangan air tertutup dan tidak menimbulkan bau tak
menyenangkan.
 Memiliki ruang kelas yang memenuhi syarat kesehatan (ventilasi/AC dan pencahayaan
cukup).
 Memiliki ruang kelas yang representatif dengan ratio kepadatan jumlah siswa di dalam
kelas adalah 1: 2 m2.
 Memiliki sarana dan prasarana pembelajaran memenuhi standar kesehatan, kenyamanan
dan keamanan.
 Memiliki ruang dan peralatan UKS yang ideal. (tersedia tempat tidur; timbangan berat
badan, alat ukur tinggi badan, snellen chart; kotak P3K berisi obat; lemari obat, buku
rujukan, KMS, poster-poster, struktur organisasi, jadwal piket, tempat cuci
tangan/wastafel, data angka kesakitan siswa; peralatan perawatan gigi, unit gigi; contoh-
contoh model organ tubuh, rangka torso dan lain-lain).
 Memiliki toilet (WC) dengan ratio untuk siswi 1 : 25 dan siswa 1: 40.
 Memiliki taman/kebun sekolah yang dimanfaatkan dan diberi tabel (untuk sarana belajar)
dan pengolahan hasil kebun.
 Memiliki kurikulum pembelajaran yang baik bagi tumbuh kembang siswa.
 Memiliki kehidupan sekolah yang menjunjung tinggi nilai-nilai kekeluargaan.
 Memiliki pola hidup bersih, higienis dan sehat

B. 安全な学校 Sekolah Aman


1. Pengertian Sekolah Aman
Aman adalah situasi dimana seseorang bebas dari bahaya dan rasa takut. Dengan demikian,
sekolah aman adalah lembaga pendidikan yang warganya bebas dari bahaya baik secara internal
maupun eksternal.

Pada prinsipinya sekolah aman dapat dibedakan menjadi dua hal, yakni aman secara jasmani
(fisik) dan rohani (mental). Prinsip-prinsip sekolah aman dapat dilihat dari beberapa indikator,
seperti warganya bebas rasa takut dari segala ancaman keamanan sekolah, memiliki komitmen
terhadap budaya aman, suasana kondusif untuk belajar, hubungan antar warga sekolah positif,
sadar terhadap resiko bencana, lingkungan fisik (gedung, halaman dan ruang, ruang kelas)
dibangun dengan mempertimbangkan faktor keamanan warganya, memiliki rencana yang
matang dan mampu sebelum, saat, dan sesudah bencana dan selalu siap untuk merespon pada
saat darurat dan bencana terjadi, dan sebagainya.

2. Standar Sekolah Aman

 Bebas dari intimidasi dan tindak kekerasan (bullying) baik yang berasal dari dalam
lingkungan maupun luar lingkungan sekolah
 Bebas dari rasa sentimen yang bersifat suku, agama ras antar golongan (SARA).

2
 Bebas dari pengaruh narkotika, obat-obat terlarang dan zat-zat adaptif (narkoba), serta
minum-minuman keras (miras).
 Bebas dari rokok dan asap rokok
 Bebas dari pornografi dan pornoaksi.
 Bebas dari pelecehan seksual baik dari dalam maupun dari luar sekolah.
 Bebas dari pemerasan baik yang berasal dari dalam lingkungan sekolah maupun luar
sekolah.
 Bebas dari rasa khawatir kehilangan sesuatu benda atau barang yang dibawa ke sekolah.
 Bebas dari pengaruh pemikiran yang tidak sesuai ajaran agama, budaya, dan nilai-nilai
kehidupan sosial baik yang berasal dari dalam lingkungan sekolah maupun luar
lingkungan sekolah.
 Aman dari bencana alam (gempa bumi dan tsunami, letusan gunung api, angin topan,
banjir dan longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan).Aman dari bencana non alam
(wabah penyakit, mal praktik teknologi, kelaparan). Aman dari bencana sosial (kerusuhan
sosial, konflik sosial).
 Aman dari praktik-praktik vandalisme (coret-coret yang tidak pada tempat selayaknya)
dan kekerasan visual (terhindar dari penempelan gambar-gambar yang tidak edukatif di
lingkungan sekolah.
 Memiliki sarana prasarana yang memadai yang menjamin rasa aman seluruh warga
sekolah (seperti memiliki pagar dan pintu gerbang yang dapat dikunci, kaca jendela yang
tidak mudah pecah, dll.).
 Memiliki aturan sekolah yang disepakati secara bersama-sama dan dapat ditegakkan
dengan baik.
 Memiliki pendidikan pencegahan dan pengurangan resiko bencana.
 Memiliki petugas keamanan yang dapat melaksanakan tugas dengan baik.
 Memiliki hubungan yang baik dengan kepolisian, TNI, tokoh masyarakat, dan tokoh
agama, lembaga lain yang mendukung program keamanan sekolah.

C. 子どもにやさしい学校 Sekolah Ramah Anak


1. Pengertian Sekolah Ramah Anak
Ramah dapat dimaknai baik hati dan menarik budi pekertinya atau manis tutur kata dan
sikapnya. Jika hal ini dikaitkan dengan lembaga pendidikan, maka Sekolah Ramah Anak dapat
dimaknai sebagai sekolah yang menjunjung tinggi hak-hak anak sebagai pribadi yang harus didik
dengan perasaan dan budi pekerti yang baik.

Prinsip dari sekolah ramah anak adalah menjadikan kepentingan dan kebutuhan siswa sebagai
pertimbangan utama dalam menetapkan setiap keputusan dan tindakan yang diambil oleh
pengelola dan penyelenggara pendidikan.

Dengan demikian, Sekolah Ramah Anak harus menghormati hak siswa ketika mengekspresikan
pandangannya dalam segala hal khususnya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan
3
budaya, sehingga siswa merasa nyaman dan menyenangkan dalam proses belajar di sekolah.
Selain itu, sekolah ramah anak harus menjamin kesempatan setiap siswa untuk menikmati
haknya dalam pendidikan tanpa diskriminasi berdasarkan disabilitas, gender, suku bangsa,
agama, jenis kecerdasan, dan latar belakang orang tua.

Sekolah Ramah Anak juga harus mempertimbangkan situasi sekolah yang aman, bersih dan
sehat, peduli dan berbudaya lingkungan hidup, mampu menjamin; memenuhi; menghargai hak-
hak dan perlindungan siswa dari kekerasan, diskriminasi, dan perlakuan tidak wajar lainnya,
serta menjamin keikutsertaan siswa dalam perencanaan, kebijakan, pembelajaran, pengawasan
dan mekanisme pengaduan terkait pemenuhan hak dan perlindungan siswa dalam menempuh
pendidikan.

2. Standar Sekolah Ramah Anak

 Setiap siswa dapat menikmati haknya dalam pendidikan tanpa diskriminasi berdasarkan
disabilitas, gender, suku bangsa, jenis kecerdasan, agama dan latar belakang orang tua.
 Setiap siswa memiliki kebebasan mengekspresikan pandangannya tentang ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya.
 Memiliki kurikulum dan metode pembelajaran yang ramah bagi siswa (student centred
teaching) dengan mengutamakan nilai-nilai kecintaan, kasih sayang, empatik, simpatik,
keteladanan, tanggung jawab, dan rasa hormat pada siswa.
 Memiliki guru dan tenaga kependidikan yang mampu memfasilitasi bakat, minat, dan
jenis kecerdasan siswa.
 Memiliki lingkungan dan infrastruktur sekolah yang aman, nyaman, bersahabat, sehat,
dan bersih, hijau, dengan konstruksi bangunan yang memenuhi SNI.
 Memiliki program kerja sekolah yang mempertimbangkan aspek pertumbuhan
kepribadian siswa.
 Memiliki program kerja keselamatan siswa sejak dari rumah ke sekolah dan/atau
keselamatan di sekolah.
 Setiap warga sekolah memiliki kesadaran tinggi terhadap resiko bencana alam, bencana
sosial, kekerasan (bullying) dan ancaman lainnya terhadap siswa.
 Melibatkan partisipasi siswa pada semua aspek kehidupan sekolah dan kegiatan sekolah.
 Tersedianya organisasi kesiswaan yang berorintasi pada perkembangan dan karakter
siswa.
 Terciptanya kerja sama yang harmonis antara keluarga, sekolah, dan masyarakat.
 Menjamin transparansi, akuntabilitas, partisipasi, keterbukaan informasi, dan penegakkan
aturan sekolah.

D. 楽しい学校 Sekolah Menyenangkan


1. Pengertian Sekolah Menyenangkan
4
Senang berarti perasaan puas, lega, tidak kecewa ataupun susah. Dengan demikian, sekolah
menyenangkan dapat diartikan sebagai sekolah yang mampu membuat semua warga sekolah
senang, puas, lega akan situasi sekolah. Sekolah menyenangkan tidak hanya tertuju pada upaya
bagaimana membuat peserta didik betah ke sekolah, namun juga menyenangkan bagi guru,
tenaga kependidikan, bahkan orang tua peserta didik.

Pada prinsipnya konsep sekolah menyenangkan merupakan perpaduan dari konsep sekolah sehat,
amat, dan ramah anak. Mengapa demikian? Karena ketika prinsip-prinsip sekolah sehat, aman,
dan ramah anak sudah terpenuhi, maka secara otomatis sekolah tersebut menjadi menyenangkan
bagi peserta didik, guru, tenaga kependidikan, orang tua, dan warga sekitar sekolah.

Dengan begitu, sekolah menyenangkan menjadi tempat terbaik bagi setiap warga sekolah untuk
mengekspresikan bakat, minat, dan prestasi yang dimilikinya, bukan menjadi tempat yang
mengasingkan. Mereka pun menjadi bagian dari sekolah itu karena sekolah memberi ruang bagi
perkembangan warga sekolah, terutama peserta didik. sehingga mereka tidak terasing dari
sekolah tersebut.

2. Standar Sekolah Menyenangkan

 Siswa menikmati belajar di sekolah


 Guru menikmati mendidik di sekolah
 Siswa tertantang dengan kegiatan kegiatan di sekolah
 Siswa mengembangkan kompetensi, tidak hanya mendapat nilai tinggi semata
 Siswa mempelajari ketrampilan dan tidak hanya fakta-fakta ketrampilan
 Nilai-nilai moral menjadi fokus dan diteladankan oleh setiap anggota komunitas sekolah
 Cukup atmosfer inklusif dimana semua siswa dihargai berdasar jati diri mereka dan apa
yang mereka bisa
 Isu-isu penting bullying dan sebagai aspek sosial dan emosional lain dalam kehidupan
sekolah di diskusikan secara terbuka dan positif
 Kemampuan untuk berfikir sendiri didorong dan dikembangkan bagi seluruh siswa
 Sekolah memiliki unsur kesenangan dan keriangan
 Aspek-aspek seperti ingin tahu, kekaguman, keberanian, kegigihan dan ketahanan
didorong dan disambut secara aktif
 Guru terbuka terhadap ide-ide baru dan tertarik melakukan berbagai kegiatan bersama
 Sekolah mengikuti perkembangan terbaru dalam dunia pendidikan dan pembelajaran
 Sekolah mengikuti perkembangan terbaru dalam dunia tehnologi pendidikan
 Harapan yang tinggi juga di sematkan kepada para guru dan pengelola sekolah, seperti
juga disematkan kepada para siswa.
 Kepala Sekolah “terlihat” dan mudah diajak berinteraksi.
 Siswa disadarkan bahwa mengeluarkan yang terbaik dari diri sendiri tidak harus berarti
menjadi lebih baik dari orang lain.
5
 Sekolah terbuka hal-hal diluar dugaan (yang positif).
 Siswa diajak berfikir tentang, berinteraksi dengan, dan berusaha berkontribusi pada
kehidupan di luar dinding sekolah.
 Sekolah sadar bahwa pembelajaran adalah sesuatu yang bisa dilakukan siswa kapanpun,
dimanapun dan hanya sebagian yang perlu dilakukan di dinding sekolah.
 Komunitas sekolah terbentang sampai keluar dinding sekolah (melibatkan masyarakat).
 Proses belajar mengajar di dalam sekolah memasukkan berbagai variasi kemungkinan
dan kesempatan pembelajaran.
 Siswa diberi kesempatan untuk bertanggung jawab terhadab sesuatu dan untuk
mengambil keputusan yang berdampak penting.
 Hasil pembelajaran yang didapatkan cukup sebagai bekal siswa untuk melangkah kefase
hidup berikutnya.
 Resepsionis, Guru, Petugas Kebersihan dan seluruh staf sekolah tersenyum terhadap
orang tua dan pengunjung sekolah.

LANGKAH-LANGKAH MEWUJUDKAN SEKOLAH


SEHAT, AMAN, RAMAH ANAK DAN
MENYENANGKAN
6
健康的で安全な子供向けの楽しい学校を作るためのステップ

Untuk mewujudkan gerakan sekolah sehat, aman , ramah anak, dan


menyenangkan perlu segera melakukan langkah-langkah yang tepat,
terencana, terintegrasi, dan berkesinambungan. Langkah-langkah ini
dibuat sebagai pedoman dalam mempermudah dan mempercepat terwujudnya
sekolah yang ideal sebagaimana direncanakan. Berikut langkah-langkah
strategis yang dipersiapkan untuk mewujudkan gerakan sekolah sehat ,
aman, ramah anak, dan menyenangkan.

A. Tahapan yang Perlu Dilakukan 実行する手順


Guna mencapai sekolah sehat, aman, ramah anak dan menyenangkan perlu
dilaksanakan tahapan-tahapan yang meliputi:

1) Persiapan
Melakukan konsultasi dengan siswa untuk memetakan pemenuhan hak-hak,
kebutuhan siswa, dan menyusun rekomendasi;

Kepala sekolah, komite sekolah, orang tua/wali , dan siswa berkomitmen


untuk mengembangkan sekolah sehat, aman ramah anak, dan menyenangkan.
Komitmen ini bentuk kebijakan sekolah sehat, aman, ramah anak, dan
menyenangkan;

Kepala sekolah bersama komite sekolah, tenaga pendidik dan


kependidikan, serta siswa membentuk Tim Pengembangan sekolah sehat,
aman, ramah anak, dan menyenangkan;

Tim ini bertugas untuk mengoordinasikan berbagai upaya pengembangan


menuju sekolah sekolah sehat, aman, ramah anak, dan menyenangkan;
meliputi sosialisasi pentingnya sekolah sehat, aman, ramah anak, dan
menyenangkan; menyusun dan melaksanakan rencana; memantau proses
pengembangan; dan evaluasi;
7
Tim Pengembangan mengidentifikasi potensi, kapasitas, kerentanan, dan
ancaman di sekolah untuk mengembangkan sekolah sehat, aman, ramah
anak, dan menyenangkan;

2) Perencanaan planing
Tim Pengembangan menyusun rencana aksi tahunan untuk mewujudkan
sekolah sehat, aman, ramah anak, dan menyenangkan yang terintegrasi
dalam kebijakan, program, dan kegiatan yang sudah ada, seperti Usaha
Kesehatan Sekolah, Sekolah Adiwiyata, Sekolah Aman Bencana, Rute Aman
Selamat Sekolah, dan lainnya sebagai komponen penting dalam
perencanaan pengembangan sekolah sehat, aman, ramah anak, dan
menyenangkan.

3) Pelaksanaan do
Tim Pengembangan melaksanakan rencana aksi tahunan dengan
mengoptimalkan semua sumber daya pemerintah, masyarakat, serta
dunia industri dan usaha.

4) Pemantauan, evaluasi,dan pelaporan.Check & Action report


Tim Pengembangan melaksanakan pemantauan dan evaluasi atas rencana
aksi gerakan sekolah sehat, aman, ramah anak, dan menyenangkan,
selanjutnya melakukan pelaporan hasil evaluasi dalam rapat kerja yang
dihadiri tim pengembangkan dan warga sekolah lainnya.

B. Kegiatan untuk Mencapai Sekolah Sehat 健康な学校を実現するための活動


Untuk menuju sekolah sehat perlu dilakukan kegiatan dalam bentuk
pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan
sekolah sehat.

1) Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan dapat diberikan melalui:

a. Kegiatan Kurikuler

Kegiatan kurikuler adalah pelaksanaan pendidikan pada jam pelajaran,


sesuai kurikulum yang berlaku untuk setiap jenjang pendidikan dan
8
dapat diintegrasikan ke semua mata pelajaran khususnya Pendidikan
Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan.

Pelaksanaan pendidikan kesehatan dilakukan melalui peningkatan


pengetahuan, keterampilan, penanaman kebiasaan hidup sehat, terutama
melalui pemahaman konsep yang berkaitan dengan prinsip hidup sehat,
mencakup:

 Memahami pola makanan sehat;


 Memahami perlunya keseimbangan gizi;
 Memahami berbagai penyakit menular seksual;
 Mengenal bahaya seks bebas;
 Memahami berbagai penyakit menular yang bersumber dari lingkungan
yang tidak sehat;
 Mengenal bahaya merokok bagi kesehatan;
 Mengenal bahaya minuman keras;
 Mengenal bahaya penyalahgunaan narkoba;
 Mengenal cara menolak ajakan menggunakan narkoba;
 Mengenal cara menolak perlakuan pelecehan seksual.

b. Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran biasa


(termasuk kegiatan pada waktu libur) yang dilakukan di sekolah ataupun
di luar sekolah dengan tujuan antara lain untuk memperluas pengetahuan
dan keterampilan siswa serta melengkapi upaya pembinaan kesiswaan.

Organisasi kesiswaan, seperti OSIS mempunyai peranan yang besar dalam


pelaksanaan program Sekolah Sehat yang dilakukan secara ekstra-
kurikuler. Dalam pelaksanaan program Sekolah Sehat, OSIS dapat
mengamati adanya masalah yang berkaitan dengan kesehatan, melapor-
kannya kepada guru pembina OSIS, agar bersama-sama mencari cara
penanggulangannya antara lain berupa kegiatan berdasarkan konsep 7K
(keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, kekeluargaan,
kerindangan, keselamatan).

Adapun kegiatan ekstrakurikuler yang dapat dilakukan terkait dengan


pendidikan kesehatan antara lain:

 Wisata siswa;
 Kemah (Persami);
9
 Ceramah, diskusi, simulasi, dan bermain peran;
 Lomba-lomba;
 Bimbingan hidup sehat;
 Apotek hidup;
 Kebun sekolah;
 Kerja bakti;
 Majalah dinding, buletin, majalah;
 Piket sekolah.

2) Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah upaya peningkatan (promotif), pencegahan


(preventif), pengobatan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif) yang
dilakukan kepada siswa dan lingkungannya. Adapun tujuan dari pelayanan
kesehatan adalah :

Meningkatkan kemampuan dan keterampilan melakukan tindakan hidup sehat


dalam rangka membentuk perilaku hidup sehat.

Meningkatkan daya tahan tubuh siswa terhadap penyakit dan mencegah


terjadinya penyakit, kelainan, dan cacat.

Menghentikan proses penyakit dan pencegahan komplikasi akibat


penyakit, kelainan, pengembalian fungsi dan peningkatan kemampuan sis-
wa yang cedera/cacat agar dapat berfungsi secara optimal.

Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan terkait pelayanan kesehatan


sekolah, antara lain meliputi:

 Peningkatan kesehatan (promotif) dilaksanakan melalui kegiatan


penyuluhan kesehatan dan latihan keterampilan.
 Pencegahan (preventif) dilaksanakan melalui kegiatan peningkatan
daya tahan tubuh, kegiatan pemutusan mata rantai penularan penya-
kit dan kegiatan penghentian proses penyakit pada tahap dini
sebelum timbul penyakit.
 Penyembuhan dan pemulihan (kuratif dan rehabilitatif) dilakukan
melalui kegiatan mencegah komplikasi dan kecacatan akibat proses
penyakit atau untuk meningkatkan kemampuan siswa yang
cedera/cacat agar dapat berfungsi optimal.

10
Untuk memaksimalkan kegiatan pelayanan kesehatan diperlukan pendekatan
dan metode yang tepat, strategis, efektif, dan efisien. Untuk pende-
katan pelayanan kesehatan dapat dikelompokan menjadi tiga pendekatan,
yakni:

 Pendekatan yang ditujukan untuk menyelesaikan atau mengurangi


masalah perorangan, antara lain pencarian, pemeriksaan, dan
pengobatan penderita.
 Pendekatan yang ditujukan untuk menyelesaikan atau mengurangi
masalah lingkungan di sekolah, khususnya masalah lingkungan yang
tidak mendukung tercapainya derajat kesehatan optimal.
 Pendekatan yang ditujukan untuk membentuk perilaku hidup sehat
masyarakat sekolah.

Sedangkan, untuk metode pelayanan kesehatan, setidaknya ada 5 (lima)


metode yang dapat digunakan, yakni:

 Penataran/pelatihan
 Bimbingan kesehatan dan bimbingan khusus (konseling)
 Penyuluhan kesehatan
 Pemeriksaan langsung
 Pengamatan (observasi).

Pelaksanaan pelayanan kesehatan dapat dilakukan di dua tempat, yaitu


sekolah dan puskesmas. Pemilihan kedua tempat ini, selain
representatif juga mudah dijangkau oleh siapa saja dan di daerah
manapun ia berada. Untuk daerah-daerah yang belum memiliki Puskesmas,
tempat pelayanan kesehatan dapat dilakukan secara maksimal di sekolah
ataupun balai-balai pertemuan warga dengan memperhatikan faktor tenaga
dan lingkungan.

Pada prinsipinya petugas pelayanan kesehatan haruslah dilakukan oleh


orang yang ahli (profesional) yang memiliki pengetahuan dan letigimasi
hukum atas profesinya, seperti dokter, tenaga medis lainnya. Hanya
saja untuk upaya pencegahan (preventif), petugas kesehatan di sekolah
dapat dilakukan oleh warga sekolah, dengan memperhatikan hal-hal
berikut:

Guru ataupun tenaga kependidikan, bahkan siswa yang telah memperoleh


pendidikan tambahan melalui bimbingan/penataran dari petugas
Puskesmas.
11
Warga sekitar sekolah yang memiliki pengetahuan dan keahlian tentang
ilmu kesehatan. Keberadaan petugas kesehatan dari warga sekitar
sekolah terutama diperuntukan untuk sekolah-sekolah di daerah-daerah
terpencil, terisolasi, terdepan, dan terbelakang. Hanya saja, jadwal
penugasannya diserahkan kepada kesepakatan kedua belah pihak, bahkan
mungkin keberadaan petugas tersebut di sekolah hanya ketika dia
dibutuhkan.

Petugas Puskesmas itu sendiri, yang mana dilaksanakan sesuai dengan


waktu yang telah direncanakan secara terpadu (antara kepala sekolah,
guru yang ditugaskan, dan petugas puskesmas).

Sementara itu, untuk pelayanan kesehatan yang dilakukan di Puskesmas


dikhususkan bagi siswa yang dirujuk dari sekolah akibat sekolah tidak
mampu menangani kasus siswa tersebut. Lantas, apakah syarat siswa yang
dirujuk? Sekurang-kurangnya ada dua syarat, yakni:

 Siswa sakit yang tidak dapat mengikuti pelajaran, dan bila masih
memungkinkan segera disuruh pulang dengan membawa surat pengantar
dan buku/kartu rujukan agar dibawa orang tuanya ke Puskesmas atau
sarana pelayanan kesehatan yang ditunjuk.
 Siswa cedera/sakit yang tidak memungkinkan disuruh pulang dan
segera membutuhkan pertolongan secepatnya, agar dibawa ke
Puskesmas atau sarana pelayanan kesehatan yang terdekat untuk
mendapatkan pengobatan. Setelah itu agar segera diberitahukan
kepada orang tuanya untuk datang ke Puskesmas ataupun sarana
pelayanan kesehatan tersebut.

Untuk memudahkan pelayanan kesehatan siswa yang dirujuk, sebaiknya


pihak sekolah dan Puskesmas ataupun sarana pelayanan kesehatan lainnya
melakukan kerjasama, terutama terkait dengan kesepakatan pembiayaan
siswa ataupun warga sekolah yang dirujuk di Puskesmas atau sarana
pelayanan kesehatan lainnya. Sekolah sebaiknya mengupayakan dana
Sekolah Sehat untuk pembiayaan yang diperlukan agar masalah pembiayaan
tidak menghambat pelayanan pengobatan yang diberikan. Setelah itu,
setiap siswa (warga sekolah) harus memiliki buku/kartu rujukan sesuai
tingkat pelayanan kesehatan.

Dengan demikian, fungsi Puskesmas ataupun sarana pelayanan kesehatan


lainnya terkait program Sekolah Sehat adalah melaksanakan kegiatan
pembinaan kesehatan, yang meliputi:
12
 Memberikan pencegahan terhadap sesuatu penyakit dengan immuniasi
dan lainnya yang dianggap perlu;
 Merencanakan pelaksanaan kegiatan dengan pihak yang berhubungan
dengan peserta siswa (kepala sekolah, guru, orang tua/komite
sekolah siswa dan lain-lain);
 Memberikan bimbingan teknis medik kepada kepala sekolah, guru,
tenaga kependidikan, alumnus UKS, siswa dalam melaksanakan Usaha
Kesehatan Sekolah;
 Memberikan penyuluhan tentang kesehatan pada umumnya dan Sekolah
Sehat pada khususnya kepada kepala sekolah, guru, dan pihak lain
dalam rangka meningkatkan peran serta dalam pelaksanaan Sekolah
Sehat;
 Memberikan pelatihan/penataran kepada guru Sekolah Sehat dan
kader Sekolah Sehat (Dokter Kecil dan Kader Kesehatan Remaja);
 Melakukan penjaringan dan pemeriksaan berkala serta perujukan
terhadap kasus-kasus tertentu yang memerlukannya;
 Memberikan pembinaan dan pelaksanaan konseling;
 Menginformasikan kepada kepala sekolah tentang derajat kesehatan
dan tingkat kesegaran jasmani siswa dan cara peningkatannya;
 Menginformasikan secara teratur kepada Tim Pembina Sekolah Sehat
setempat meliputi segala kegiatan pembinaan kesehatan dan
permasalahan yang dialami.

3) Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat

Lingkungan Sekolah Sehat adalah suatu kondisi lingkungan sekolah yang


dapat mendukung tumbuh kembang siswa secara optimal serta membentuk
perilaku hidup sehat dan terhidar dari pengaruh negatif. Oleh karena
itu, pembinaan lingkungan sekolah sehat adalah usaha untuk menciptakan
kondisi lingkungan sekolah yang dapat mendukung proses pendidikan
sehingga mencapai hasil yang optimal baik dari segi pengetahuan,
keterampilan maupun sikap. Pembinaan lingkungan sekolah sehat
dilaksanakan melalui kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler.

Mengingat waktu yang tersedia terbatas pada kegiatan kurikuler, maka


kegiatan pembinaan lingkungan sekolah sehat lebih banyak diharapkan
melalui kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler yang dapat
menunjang pembinaan lingkungan sekolah sehat antara lain:

 Lomba Sekolah Sehat, lomba kebersihan antar kelas;


13
 Menggambar/melukis;
 Mengarang;
 Menyanyi;
 Kerja bakti;

Pembinaan kebersihan lingkungan, mencakup pemberantasan sumber


penularan penyakit dan lain-lain.

Lingkungan sekolah sendiri dapat dibedakan menjadi dua yakni


lingkungan fisik dan lingkungan nonfisik. Pertama, lingkungan fisik
adalah lingkungan yang dapat dilihat secara kasat mata yang meliputi:
ruang kelas, ruang sekolah sehat, ruang laboratorium, kantin sekolah,
sarana olahraga, ruang kepala sekolah/guru, pencahayaan, ventilasi,
WC, kamar mandi, kebisingan, kepadatan, sarana air bersih dan
sanitasi, halaman, jarak papan tulis, vektor penyakit, meja, kursi,
sarana ibadah, dan sebagainya. Lingkungan fisik ini dapat dikatakan
sehat, jika lingkungan tersebut selalu rapi, bersih, dan higenis.
Kedua, lingkungan non fisik adalah lingkungan/suasana yang tidak bisa
dilihat oleh mata namun dirasakan dampaknya. Lingkungan non fisik yang
memenuhi standar sehat, meliputi: perilaku membuang sampah pada
tempatnya, perilaku mencuci tangan menggunakan sabun dan air bersih
mengalir, perilaku memilih makanan jajanan yang sehat, perilaku tidak
merokok, pembinaan masyarakat sekitar sekolah, bebas jentik nyamuk dan
sebagainya.

“ Untuk mempermudah pelaksanaan pembinaan lingkungan sekolah sehat


sebaiknya dilakukan kegiatan identifikasi masalah, perencanaan,
intervensi, pemantauan, dan evaluasi serta pelaporan “.

Pertama, identifikasi faktor risiko lingkungan sekolah. Identifikasi


faktor risiko lingkungan dilakukan dengan cara pengamatan dengan
menggunakan instrumen pengamatan dan bila perlu dilakukan pengukuran
lapangan dan laboratorium.

Sedangkan, analisa faktor risiko lingkungan dilakukan dengan cara


membandingkan hasil pengamatan dengan standar yang telah ditentukan.
Penentuan prioritas masalah berdasarkan perkiraan potensi besarnya
bahaya atau gangguan yang ditimbulkan, tingkat keparahan dan
pertimbangan lain yang diperlukan sebagai dasar melakukan intervensi.

14
Kedua, perencanaan. Dalam perencanaan sudah dimasukan rencana
pemantauan dan evaluasi serta indikator keberhasilan. Perencanaan
masing-masing kegiatan/upaya harus sudah terinci volume kegiatan,
besarnya biaya, sumber biaya, waktu pelaksanaan, pelaksana dan
penanggungjawab. Agar rencana kegiatan atau upaya mengatasi masalah
atau menurunkan risiko menjadi tanggungjawab bersama, maka dalam
menyusun perencanaan hendaknya melibatkan masyarakat sekolah (siswa,
guru, kepala sekolah, orang tua/komite sekolah, penjaja makanan di
kantin sekolah, instansi terkait, Tim Pembina Sekolah Sehat
Kecamatan).

Ketiga, intervensi. Intervensi terhadap faktor risiko lingkungan dan


perilaku pada prinsipnya meliputi tiga kegiatan yaitu penyuluhan,
perbaikan sarana dan pengendalian.

a) Penyuluhan

Kegiatan penyuluhan bisa dilakukan oleh pihak sekolah sendiri atau


dari pihak luar yang diperlukan.

b) Perbaikan sarana

Bila dari hasil identifikasi dan penilaian faktor risiko lingkungan


ditemukan kondisi yang tidak sesuai dengan standar teknis maka segera
dilakukan perbaikan.

c) Pengendalian

Untuk menjaga dan meningkatkan kondisi kesehatan lingkungan di


sekolah, upaya pengendalian faktor risiko disesuaikan dengan kondisi
yang ada, antara lain sebagai berikut;

c.1) Pemeliharaan ruang dan bangunan, meliputi:

 Atap dan talang dibersihkan secara berkala sekali dalam sebulan


dari kotoran/sampah yang dapat menimbulkan genangan air;
Pembersihan ruang sekolah dan halaman minimal sekali dalam
sehari;
 Pembersihan ruang sekolah harus menggunakan kain pel basah untuk
menghilangkan debu atau menggunakan alat penghisap debu;
 Membersihkan lantai dengan menggunakan larutan desinfektan;
 Lantai harus disapu terlebih dahulu sebelum di pel;
15
 Dinding yang kotor atau yang catnya sudah pudar harus dicat
ulang; Bila ditemukan kerusakan pada tangga segera diperbaiki.

c.2) Pencahayaan dan kesilauan, meliputi:

 Pencahayaan ruang sekolah harus mempunyai intensitas yang cukup


sesuai dengan fungsi ruang;
 Pencahayaan ruang sekolah harus dilengkapi dengan penerangan
buatan;
 Untuk menghindari kesilauan maka harus disesuaikan tata letak
papan tulis dan posisi bangku siswa;
 Gunakan papan tulis yang menyerap cahaya.

c.3) Ventilasi, meliputi:

 Penempatan ventilasi ruang sekolah harus menggunakan sistem


silang agar udara segar dapat menjangkau setiap sudut ruangan;
 Pada ruang yang menggunakan AC (air conditioner) harus disediakan
jendela yang bisa dibuka dan ditutup;
 Agar terjadi penyegaran pada ruang ber-AC, jendela harus dibuka
terlebih dahulu minimal satu jam sebelum ruangan tersebut diman-
faatkan;
 Filter AC harus dicuci minimal 3 bulan sekali.

c.4) Kepadatan ruang kelas

Kepadatan ruang kelas dengan perbandingan minimal setiap siswa


mendapat tempat seluas 2 m2. Rotasi tempat duduk perlu dilakukan secara
berkala untuk menjaga keseimbangan otot mata.

c.5) Jarak papan tulis, meliputi:

 Jarak papan tulis dengan siswa paling depan minimal 2,5 m;


 Jarak papan tulis dengan siswa paling belakang maksimal 9 m;
 Petugas menghapus papan tulis sebaiknya menggunakan masker.

c.6) Sarana cuci tangan, meliputi:

 Tersedia air bersih yang mengalir dan sabun;


 Tersedia saluran pembuangan air bekas cuci tangan;

16
Bila menggunakan tempat penampungan air bersih maka harus dibersihkan
minimal seminggu sekali.

c.7) Kebisingan

Untuk menghindari kebisingan agar tercapai ketenangan dalam proses


belajar, maka dapat dilakukan dengan cara:

 Penghijauan dengan pohon berdaun lebat dan lebar;


 Menanam pohon yang bisa meredam suara
 Pembuatan pagar tembok yang tinggi.

C.8) Air bersih, meliputi:

Sarana air bersih harus jauh dari sumber pencemaran (tangki septic,
tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, dan lain-
lain);

Bila terjadi keretakan pada dinding sumur atau lantai sumur agar
segera diperbaiki;Tempat penampungan air harus dibersihkan/dikuras
secara berkala.

c.9) Toilet, meliputi:

 Toilet harus selalu dalam keadaan bersih dan tidak berbau;


 Bak air harus dibersihkan minimal sekali dalam seminggu, dan bila
tidak digunankan dalam waktu lama (libur panjang) maka bak air
harus dikosongkan agar tidak menjadi tempat perindukan nyamuk;
 Menggunakan desinfektan untuk membersihkan lantai, closet serta
urinoir;
 Tersedia sarana cuci tangan dan sabun untuk cuci tangan.

c.10) Sampah, meliputi:

 Tersedia tempat sampah di setiap ruangan;


 Pengumpulan sampah dari seluruh ruang dilakukan setiap hari dan
dibuang ke tempat pembuangan sampah sementara;
 Pembuangan sampah dari tempat pembuangan sampah sementara ke
tempat pembuangan sampah akhir dilakukan maksimal 3 hari sekali.

c.11) Sarana pembuangan air limbah

17
Membersihkan saluran pembuangan limbah terbuka minimal seminggu sekali
agar tidak terjadi perindukan nyamuk dan tidak menimbulkan bau.

c.12) Vektor (pembawa penyakit), meliputi:

 Agar lingkungan sekolah bebas dari nyamuk demam berdarah maka


harus dilakukan kegiatan;
 Kerja bakti rutin sekali dalam seminggu dalam rangka pemberan-
tasan sarang nyamuk;
 Menguras bak penampungan air secara rutin minimal seminggu sekali
dan bila libur panjang dikosongkan;
 Bila ada kolam ikan, dirawat agar tidak ada jentik nyamuk;
 Pengamatan terhadap jentik nyamuk di setiap penampungan air atau
wadah yang berpontensi adanya jentik nyamuk. Hasil pengamatan
dicatat untuk menghitung kontainer indeks.

c.13) Kantin/warung sekolah, meliputi:

 Makanan jajanan harus dibungkus dan atau tertutup sehingga


terlindung dari lalat, binatang lain dan debu;
 Makanan tidak kadaluarsa; Tempat penyimpanan makanan dalam
keadaan bersih, terlindung dari debu, terhindar dari bahan
berbahaya, serangga dan hewan lainnya; · Tempat pengolahan atau
penyiapan makan harus bersih dan memenuhi syarat kesehatan sesuai
ketentuan yang berlaku;
 Peralatan yang digunakan untuk mengolah, menyajikan dan peralatan
makan harus bersih dan disimpan pada tempat yang bebas dari
pencemaran;
 Peralatan digunakan sesuai dengan peruntukannya; Dilarang
menggunakan kembali peralatan yang dirancang untuk sekali pakai;
 Penyaji makanan harus selalu menjaga kebersihan, mencuci tangan
sebelum memasak dan setelah dari toilet;

Bila tidak tersedia kantin di sekolah maka harus dilakukan pembinaan


dan pengawasan terhadap penjaja makanan disekitar sekolah. Pembinaan
dan pengawasan meliputi jenis makanan/minuman yang dijual, penyajian,
kemasan, bahan tambahan (pengawet, pewarna, penyedap rasa).

c.14) Halaman Sekolah, meliputi:

 Melakukan penghijauan;
18
 Melakukan kebersihan halaman sekolah secara berkala seminggu
sekali;
 Menghilangkan genangan air di halaman dengan menutup/mengurug
atau mengalirkan ke saluran umum;
 Melakukan pengaturan dan pemeliharaan tanaman;
 Memasang pagar keliling yang kuat dan kokoh tetapi tetap
memperhatikan aspek keamanan dan keindahan;
 Mengurangi dampak pencemaran air limbah dan dampak limpasan air
hujan (drainase) pada masyarakat;
 Sekolah bekerja sama dengan masyarakat dan Pemda menerapkan daur
ulang air limbah;
 Melakukan konservasi air tanah dan permukaan dengan melibatkan
masyarakat setempat;
 Melakukan perlindungan lingkungan didukung masyarakat setempat.

c.15) Meja dan kursi siswa

Desain meja dan kursi harus memperhatikan aspek ergonomis, permukaan


meja/bangku memiliki kemiringan ke arah pengguna sebesar 15% atau
sudut 10o.

c.16 ) Perilaku, meliputi:

 Mendorong siswa untuk berperilaku hidup bersih dan sehat dengan


memberikan kateladanan, misalnya tidak merokok atau tidak merokok
di lingkungan sekolah;
 Membiasakan membuang sampah pada tempatnya;
 Membiasakan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelah
buang air besar, sebelum menyentuh makanan, setelah bermain atau
setelah beraktivitas lainnya;
 Membiasakan memilih makanan jajanan yang sehat.

4) Pelaksana pembinaan sekolah sehat

Untuk melaksanakan program pembinaan sekolah sehat dibutuhkan peran


serta warga sekolah dan masyarakat, yang berfungsi sebagai tim
pelaksana pembinaan sekolah sehat. Adapun tugas tim pelaksana
pembinaan sekolah sehat, meliputi:

a) Kepala sekolah

19
Kepala sekolah selaku Ketua Tim Pelaksana Sekolah Sehat di sekolah
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pembinaan lingkungan sekolah
sehat di sekolah masing-masing. Dalam melaksanakan pembinaan, kepala
sekolah dibantu oleh guru, pegawai sekolah, siswa, orang tua siswa
(Komite Sekolah) dan lain-lain.

b) Guru (Tenaga pendidik)

Dalam melaksanakan pembinaan lingkungan sekolah sehat, guru mempunyai


peranan penting antara lain dengan cara memberikan:

Pengetahuan praktis tentang pembinaan lingkungan sekolah sehat.

Bimbingan, contoh dan teladan, dorongan serta melakukan pengamatan dan


pengawasan kepada siswa agar mau dan terampil menerapkan segala yang
telah diberikan kegiatan sehari-hari baik di sekolah, di rumah maupun
di masyarakat.

c) Siswa

Siswa diharapkan ikut berperan serta secara aktif dalam:

Menjaga serta mengawasi kebersihan lingkungan sekolah masing-masing,


misalnya dengan ikut mengawasi kawan-kawannya yang membuang sampah
sembarangan, membersihkan ruangan atau halaman dan sebagainya;

Piket kelas, yang bertugas menjaga keamanan, ketertiban, kebersihan,


keindahan dan kekeluargaan kelasnya masing-masing;

Menjaga/memelihara lingkungan sehat di lingkunngan keluarga dan


masyarakat, misalnya dengan menyampaikan pesan tentang manfaat
lingkungan yang sehat kepada anggota keluarga yang lain, ikut kerja
bakti membersihkan lingkungan dan sebagainya.

d) Pegawai sekolah (Tenaga kependidikan)

Pegawai sekolah yang merupakan warga sekolah perlu ikut melaksanakan


dan mengawasi serta memelihara lingkungan sekolah sehat terutama pada
penyediaan fasilitas sarana prasarana.

e) Komite sekolah

20
Komite sekolah sebagai wadah organisasi orang tua siswa diharapkan mampu berperan serta secara
aktif dalam melaksanakan pembinaan lingkungan sekolah sehat, terutama dalam penyediaan dana
dan fasilitas yang menunjang kegiatan.

f) Masyarakat

Masyarakat di sekitar sekolah diharapkan berperan serta untuk


melaksanakan pembinaan terutama dalam memelihara dan menjaga
lingkungan sekolah sehat.

5) Program dan Kegiatan Implementasi Sekolah Sehat.

Sekolah sebagai tempat berlangsungnya proses belajar mengajar harus


menjadi ”Health Promoting School” artinya ”Sekolah yang dapat
meningkatkan derajat kesehatan bagi semua warga sekolahnya”. Derajat
kesehatan dimaksud adalah:

 Sekolah memiliki lingkungan kehidupan sekolah yang tercerminkan


hidup sehat;
 Mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal;
 Terjamin berlangsungnya proses belajar mengajar yang kondusif;
 Tercipta kondisi yang mendukung tercapainya kemampuan siswa untuk
berperilaku hidup sehat;

Untuk mewujudkan sekolah yang bersih, hijau, indah dan rindang serta
kondisi siswa sehat, bugar senantiasa berprilaku bersih dan sehat
perlu didukung dan diimplemtasikan oleh semua pemangku kepentingan
dalam suatu program kegiatan yang terstruktur, terencana, dan menjadi
kultur sekolah. Salah satu upaya mewujudkan sekolah sehat adalah
mengembangkan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) secara terpadu dan
berkesinambungan melalui program dan kegiatan yang dituangkan dalam
RKS dan RKAS sehingga menjadi acuan bagi semua pihak dalam
melaksanakan kegiatannya.

Komponen Sekolah Sehat meliputi: pendidikan kesehatan; pelayanan


kesehatan, dan lingkungan sekolah sehat.

Komponen-komponen tersebut perlu dituangkan dalam suatu program-


program dan berbagai kegiatan serta strateginya. Program dan kegiatan
tersebut harus bersifat:

 Mengacu kepada pencapaian Standar Kompetensi Lulusan siswa;


21
 Sesuai dengan kebutuhan individu setiap siswa
 Operasional, terukur, rasional dan berkesinambungan;
 Memberdayakan semua pemangku kepentingan.
 Mendukung proses pembelajaran yang bermutu;
 Mempertimbangkan kemampuan dan kondisi sekolah.

C. Kegiatan untuk Mencapai Sekolah Aman 安全な学校を実現するための活動

Untuk menuju sekolah aman perlu dilakukan program dan langkah-langkah


strategis terkait pembudayaan sekolah aman, baik secara mental
(rohani) maupun fisik (jasmani).

Untuk langkah aman terkait mental (rohani), sekolah dapat melakukan


berbagai langkah, meliputi:

1) Langkah Sekolah Aman dari penindasan (bullying)

Tindakan penindasan saat ini lebih popular dengan istilah bullying.


Bullying adalah penggunaan kekerasan, ancaman atau paksaan untuk
menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain, baik secara psikis
maupun fisik.

Langkah-langkah untuk melindungi siswa dari perbuatan bullying adalah


sebagai berikut :

a) Mencari bantuan sekolah

Dengan meningkatnya jumlah kekerasan di sekolah baru-baru ini, sangat


penting bagi kita untuk menanggapi kekhawatiran anak dengan serius.
Selidikilah apakah tindakan bullying yang diterima masih dalam batas
wajar, atau kita harus membahasnya dengan guru.

Bicara pada pelaku bullying

Di balik tindakan berani mereka, para penindas pada dasarnya pengecut.


Mereka bertindak jahat dan menjatuhkan orang lain untuk menutupi
ketidak-amanan mereka sendiri dan kurangnya rasa percaya diri.
Bullying mudah dijinakkan ketika kekuasaan dan kontrol diambil.

b) Berdayakan siswa

Berdiskusi dengan siswa untuk mengatasi tindakan bullying yang tidak


terlalu parah. Misalnya, siswa diajak tidak mengabaikan ejekan atau
22
gangguan non fisik. Contoh lainnya adalah bersahabat dengan semua
orang lain sehingga ketika si penindas mulai beraksi, siswa memiliki
teman-teman yang membantu atau membelanya.

c) Menceritakan pengalaman kepada siswa.

Guru dapat menceritakan pengalamannya kepada siswa tentang bullying.


Hal Ini akan membantu siswa untuk keluar dari masalahnya karena dia
tidak sendirian dalam situasi seperti itu.

d) Bentuk persahabatan di luar sekolah.

Upayakan siswa terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti kursus,


kegiatan keagamaan, pramuka, dan lainnya di mana mereka bisa mencip-
takan kelompok sosial lain dan belajar keterampilan baru. Ini akan
membiasakan siswa untuk bersosialisasi dan lebih dapat menghadapi
situasi yang tidak menyenangkan.

e) Memberi perhatian dan memantau keadaan siswa dan si penindas.

Jika keadaan tidak membaik, hubungi pihak berwenang yang relevan dan
dapatkan penyelesaian terhadap masalahnya.

Untuk melindungi anak dari perbuatan bullying di lingkungan sekolah


perlu adanya optimalisasi peran guru bimbingan konseling dan
koordinasi antara guru mata pelajaran, wali kelas dan semua warga
sekolah.

2) Langkah Sekolah Aman dari Tindak Kriminal:

 Optimalisasi peranan guru, sebagai pendidik, pengajar, dan


pembimbing;
 Optimalisasi Pelaksanaan Bimbingan Konseling;
 Optimalisasi Pendidikan Agama;
 Peningkatan kualitas hubungan orang tua dengan anak.

3) Langkah Sekolah Aman dari Asap Rokok

 Membuat aturan larangan merokok di lingkungan sekolah (Zero Smoke


Environment), karena asap rokok dapat merusak kesehatan
lingkungan. Dengan alasan asap rokok yang menempel di baju, sofa,
karpet, ataupun benda-benda lain yang ada di lingkungan sekitar
akan meninggalkan residu racun yang tidak baik apabila dihirup.
23
 Melakukan penolakan terhadap iklan, promosi dan kerjasama yang
dilakukan oleh perusahaan rokok dalam bentuk apapun, untuk
keperluan penyelenggaraan pendidikan. Dengan demikian, rokok
menjadi tidak lazim lagi berada di lingkungan sekolah
(Denormalisasi Rokok). Kegiatan CSR dari perusahaan rokok sesung-
guhnya merupakan bentuk strategi untuk memperluas jaringan bisnis
perusahaan rokok tersebut.
 Memberlakukan larangan adanya billboard, reklame, pampflet dan
bentuk-bentuk iklan lainnya dari perusahaan rokok beredar atau
dipasang di lingkungan sekolah;
 Membuat larangan menjual rokok di kantin, toko, koperasi atau
bentuk penjualan lain di lingkungan sekolah;
 Memasang tanda Bebas Asap Rokok / daerah Bebas Asap Rokok di
lingkungan sekolah;

4) Langkah Sekolah agar Bebas dari Pornografi dan Pornoaksi, meliputi:

 Mengadakan sosialisasi tentang Undang-Undang Pornografi;


 Mengadakan razia tas siswa, HP (cek isi) dan buku/majalah baik
secara rutin maupun spontanitas;
 Menyeleksi buku-buku pelajaran dan buku referensi lainnya;
 Mengoptimalkan kegiatan pembiasaan seperti ceramah keagamaan;
 Menggunakan pakaian seragam sekolah sesuai dengan aturan yang
ditetapkan.

5) Langkah sekolah agar aman dari tindakan pelecehan seksualitas,


meliputi:

 Melakukan sosialisasi pendidikan seks yang layak dan tepat bagi


siswa;
 Memasang CCTV di beberapa titik yang dianggap rawan;
 Mengoptimalisasikan pendidikan agama dan karakter;
 Mengoptimalkan peran dan sistem pengawasan warga sekolah dalam
menjalankan fungsinya;
 Menyiapkan toilet tersendiri bagi laki-laki dan perempuan;

6) Langkah sekolah agar aman dari praktik-praktik vandalisme (coret-


coret yang tidak pada tempat selayaknya) dan kekerasan visual
(terhindar dari penempelan gambar-gambar yang tidak edukatif di
lingkungan sekolah, meliputi:
24
 Memberi ruang ekspresi pada siswa di tempat-tempat yang sesuai;
 Mengoptimalisasikan pendidikan agama dan karakter;
 Mengoptimalkan peran dan sistem pengawasan warga sekolah dalam
menjalankan fungsinya;
 Bekerja sama dengan warga di sekitar sekolah agar terhindar dari
visual-visual yang tidak mendidik baik itu dari iklan, lukisan,
poster;
 Optimalisasi peran orang tua dalam memiliki tayangan edukatif
bagi siswa pada acara-acara televisi.
 Optimalisasi peran organisasi-organisasi keguruan, seperti PGRI,
MGMP, dan lain-lain dan organisasi kesiswaan seperti OSIS,
Pramuka, Jurnalistik, PMR, dan lain-lain.

7) Langkah sekolah aman dari bencana

Bencana datang kapan saja. Tak seorang pun yang mampu memprediksi
kapan waktu yang tepat bencana itu terjadi. Tsunami, Gunung meletus,
longsor, kebakaran hutan, kebakaran gedung, gempa bumi, banjir, dan
bencana alam lainnya datang seketika dan mampu meluluhlantakkan alam,
rumah, ladang, sawah, kebun, ternak, gedung-gedung, bahkan menghi-
langkan nyawa manusia. Untuk itu, manusia termasuk warga sekolah harus
terus waspada karena bencana dapat diprediksi dengan ilmu pengetahuan
dan tanda-tanda alam lainnya.

Tindakan sekolah untuk melakukan tanggap terhadap bencana merupakan


suatu keharusan sebagai upaya membangun kesiapsiagaan sekolah terhadap
bencana dalam rangka menggugah kesadaran seluruh unsur-unsur dalam
bidang pendidikan baik individu maupun kolektif di sekolah dan
lingkungan sekolah, baik itu sebelum, saat maupun setelah bencana
terjadi. Adapun tujuan dari tindakan tanggap bencana adalah :

 Membangun budaya siaga dan budaya aman disekolah dengan


mengembangkan jejaring bersama para pemangku kepentingan di
bidang penanganan bencana;
 Meningkatkan kapasitas institusi sekolah dan individu dalam
mewujudkan tempat belajar yang lebih aman bagi siswa, guru,
anggota komunitas sekolah serta komunitas di sekeliling sekolah;
 Menyebarluaskan dan mengembangkan pengetahuan kebencanaan ke
masyarakat luas melalui jalur pendidikan sekolah.

25
Setidaknya ada 12 indikator Sekolah Tanggap Bencana yang dipaparkan
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), indikator tersebut
adalah :

 Indikator untuk parameter pengetahuan dan keterampilan;


 Pengetahuan mengenai jenis bahaya, sumber bahaya, besaran bahaya
dan dampak bahaya serta tanda-tanda bahaya yang ada di lingkungan
sekolah;
 Akses bagi seluruh komponen sekolah untuk meningkatkan kapasitas
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan kesiagaan (materi acuan,
ikut serta dalam pelatihan, musyawarah guru, pertemuan desa,
jambore siswa, dan sebagainya.).
 Pengetahuan sejarah bencana yang pernah terjadi di lingkungan
sekolah atau daerahnya;
 Pengetahuan mengenai kerentanan dan kapasitas yang dimiliki di
sekolah dan lingkungan sekitarnya;
 Pengetahuan tentang upaya yang bisa dilakukan untuk meminimalkan
risiko bencana di sekolah;
 Keterampilan seluruh komponen sekolah dalam menjalankan rencana
tanggap darurat;
 Adanya kegiatan simulasi regular;
 Sosialisasi dan pelatihan kesiagaan kepada warga sekolah dan
pemangku kepentingan sekolah. Adanya kebijakan, kesepakatan,
peraturan sekolah yang mendukung upaya kesiagaan di sekolah;
 Membimbing warga sekolah menyelamatkan diri apabila terjadi
kebakaran atau
 bencana lain.
 Membimbing warga sekolah menggunakan peralatan apabila terjadi
bencana.
 Mengambil langkah-langkah keselamatan untuk menghindari kecelakan
bencana.

Dengan demikian, sekolah tanggap bencana juga harus memiliki indikator


untuk parameter kebijakan, indikator untuk parameter rencana tanggap
darurat, dan indikator untuk Parameter Mobilisasi Sumberdaya. Terkait
dengan indikator untuk parameter kebijakan, sekolah harus memiliki
kebijakan, kesepakatan, peraturan sekolah yang mendukung upaya
kesiagaan di sekolah. Sedangkan, indikator untuk Parameter Rencana
Tanggap Darurat, meliputi:
26
 Adanya dokumen penilaian risiko bencana yang disusun bersama
secara partisipatif dengan warga sekolah dan pemangku kepentingan
sekolah;
 Adanya protokol komunikasi dan koordinasi;
 Adanya Prosedur Tetap Kesiagaan Sekolah yang disepakati dan
dilaksanakan oleh seluruh komponen sekolah;
 Kesepakatan dan ketersediaan lokasi evakuasi/shelter terdekat
dengan sekolah, serta disosialisasikan kepada seluruh komponen
sekolah dan orang tua siswa, masyarakat sekitar dan pemerintah
daerah;
 Dokumen penting sekolah digandakan dan tersimpan baik, agar tetap
ada, meskipun sekolah terkena bencana;
 Catatan informasi penting yang mudah digunakan seluruh komponen
sekolah, seperti pertolongan darurat terdekat, Puskesmas/rumah
sakit terdekat, dan aparat terkait;
 Adanya peta evakuasi sekolah, dengan tanda dan rambu yang
terpasang, yang mudah dipahami oleh seluruh komponen sekolah;
 Akses terhadap informasi bahaya, baik dari tanda alam, informasi
dari lingkungan, dan dari pihak berwenang (pemerintah daerah dan
BMKG);

Sementara itu, indikator untuk Parameter Mobilisasi Sumberdaya,


meliputi:

 Adanya Satuan Tanggap bencana sekolah termasuk perwakilan siswa.


 Adanya perlengkapan dasar dan suplai kebutuhan dasar pasca
bencana yang dapat segera dipenuhi, dan diakses oleh komunitas
sekolah, seperti alat pertolongan pertama serta evakuasi, obat-
obatan, terpal, tenda dan sumber air bersih.
 Pemantauan dan evaluasi partisipatif mengenai kesiagaan sekolah
secara rutin (menguji atau melatih kesiagaan sekolah secara
berkala).
 Adanya kerjasama dengan pihak-pihak terkait penyelenggaraan
penanggulangan bencana, baik setempat (desa/kelurahan dan
kecamatan) maupun dengan BPBD/Lembaga pemerintah yang bertanggung
jawab terhadap koordinasi dan penyelenggaraan penanggulangan
bencana di kota/kabupaten.

27
Dengan begitu, jika terjadi bencana, sekolah yang telah memiliki
indikator-indikator di atas dapat segera melakukan langkah-langkah
penyelamatan bencana. Ada beberapa tindakan yang harus diperhatikan
dalam penyelamatan bila terjadi bencana, yakni:

a) Penyelamatan saat terjadi gempa bumi, meliputi:

 Bersikap tenang dan jangan panik agar dapat melakukan tindakan


penyelamatan diri dengan baik;
 Segera keluar ruang jika berada di dalam ruang. Carilah tempat
yang agak lapang agar tidak tertimpa pohon atau bangunan yang
mungkin runtuh;
 Saat berada di dalam gedung bertingkat atau bangunan yang tinggi,
kemungkinan untuk keluar sangat sulit dan membutuhkan waktu yang
lama, tindakan yang harus diambil adalah berlindung di bawah meja
atau tempat yang dapat menahan diri dari reruntuhan atau jatuhnya
benda–benda;
 Saat berada di jalan raya, kurangilah kecepatan kendaraan atau
berhentilah di pinggir jalan, namun usahakan tempat pemberhentian
jauh dari pohon, papan reklame, atau bangunan yang ada di sekitar
jalan;
 Saat berada di pusat keramaian, hindarkan diri dari berdesak-
desakan untuk keluar pintu. Lebih baik cari tempat berlindung
yang aman dari reruntuhan atau jatuhnya benda– benda.

b) Penyelamatan saat terjadi tsunami, meliputi:

 Apabila terjadi gempa, kemudian air laut surut secara tiba-tiba,


segeralah lari menjauh dari pantai dan cari tempat yang lebih
tinggi karena kemungkinkan tsunami akan terjadi;
 Jika gempa terjadi pada malam hari dengan kekuatan yang besar dan
kemungkinan aliran listrik dan saluran telekomunikasi akan
terputus, maka, jika hal itu terjadi dalam keadaan darurat
segeralah mencari bangunan bertingkat dan naik ke atas;
 Pemerintah memasang alat pemantau dini tsunami di pantai. Jika
terjadi gempa dan disertai dengan tsunami, alat itu akan
membunyikan suara sirine. Saat terdengar suara sirine segeralah
menjauh dari pantai dan mencari tempat yang tinggi.

c) Penyelamatan saat terjadi banjir, meliputi:

28
 Saat banjir sudah memasuki ruang, lebih baik mengungsi ke tempat
yang lebih aman.
 Perhatikan kebersihan tempat, makanan, dan minuman. Saat terjadi
banjir mudah sekali kuman penyakit tersebar dan berjangkit;
 Waspada terhadap lingkungan sekitar agar terhindar dari hal–hal
yang tidak diinginkan. Misal tersengat listrik.

d) Penyelamatan saat terjadi kebakaran hutan, meliputi:

 Usahakan tidak terlalu banyak keluar rumah/ruang belajar untuk


menghindari asap;
 Jika keluar rumah, gunakanlah masker untuk mengurangi pengaruh
buruk asap terhadap pernapasan kita.

Saat bencana terjadi pasti menimbulkan korban luka-luka maupun


meninggal dunia. Korban yang mengalami luka-luka harus segera
dievakuasi ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan kesehatan.Bagi
korban yang selamat dievakuasi ke tempat yang aman, sedangkan korban
yang meninggal dunia, dievakuasi dan dimakamkan. Evakuasi dilakukan
oleh masyarakat sekitar yang tidak terkena bencana, sukarelawan, PMI,
tim SAR atau dari TNI.

a. Pemberian Bantuan yang dibutuhkan

Korban bencana sangat membutuhkan bantuan. Bantuan yang sangat


dibutuhkan, antara lain berupa makanan, minuman, pakaian, selimut,
tenda-tenda, atau alat–alat sekolah. Bantuan tersebut bisa berasal
dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat sekitar,
masyarakat yang berasal dari daerah lain, lembaga swadaya masyarakat,
lembaga sosial atau dari negara lain. Bantuan dapat berupa barang-
barang maupun bantuan kejiwaan atau mental untuk dapat menghadapi
bencana tersebut dengan sabar dan tegar agar dapat kembali menata
hidupnya. Bantuan tersebut dapat dilakukan melalui beberapa cara,
misalnya:

 Secara langsung diberikan kepada korban;


 Melalui lembaga sosial;
 Melalui lembaga-lembaga lain yang membuka posko bantuan, misalnya
stasiun televisi;

b. Pemberian Bantuan Pemulihan Kondisi Pasca bencana.


29
Bencana alam membuat kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat menjadi
kacau. Apalagi jika rumah penduduk maupun bangunan-bangunan lainnya
mengalami kerusakan yang cukup parah, pasar, kantor, atau sekolah-
sekolah yang mengalami kerusakan dapat menganggu aktivitas ekonomi dan
kegiatan belajar-mengajar. Agar kondisi kembali pulih, pemerintah dan
masyarakat bersama-sama berusaha untuk memberi bantuan yang diperlukan
untuk pemulihan tersebut.

D. 子どもにやさしい学校を実現するための活動
Kegiatan untuk Mencapai Sekolah Ramah Anak
Prinsip Sekolah Ramah Anak adalah menjadikan peserta didik (siswa)
sebagai subjek utama dalam proses pendidikan di sekolah. Semua konsep
dan desain sekolah baik bersifat fisik maupun non fisik telah
dirancang untuk memenuhi hak-hak anak sebagai pribadi yang harus didik
dengan perasaan dan budi pekerti yang baik.

1. Penataan Fisik Sekolah

Keadaan fisik sekolah berpengaruh besar terhadap perkembangan siswa.


Sekolah yang ideal harus memiliki infrastruktur dan sarana yang
memadai, sebagai syarat standar pelayanan minimal, seperti:

Letak sekolah yang baik tidak terlalu dekat dengan jalan raya, karena
di samping bising, polusi udara juga berbahaya bagi siswa. Kalaupun
terpaksa dibangun dekat dengan jalan raya usahakan untuk memiliki
gerbang atau pagar tembok/pagar hidup sebagai peredam, serta sistem
keamanan yang memadai.

a) Penataan ruang belajar.

Ruang belajar harus dibuat senyaman mungkin. Usahakan siswa belajar


di sekolah tidak hanya duduk tenang di bangku, mendengarkan penjelasan
guru, lalu mengerjakan tugas. Usahakan siswa senang dan minat siswa
tertarik untuk belajar dengan cara membiarkan mereka belajar atau
mengerjakan segala sesuatu di lantai atau di tempat lainnya.Hal ini
dapat mengurangi kejenuhan dan mengendurkan otot-otot yang tegang.
Mengingat kemampuan konsentrasi anak terbatas, yaitu kira-kira 1
menit x usianya, maka siswa jangan dipancang pada satu tempat saja.

b) Penataan ruang bermain

30
Hal lain yang tak kalah penting adalah ruang bermain baik indoor
maupun outdoor tetap memperhatikan keleluasaan siswa, mudah bergerak
atau berpindah, tidak berjubal (berdesakan). Mainan atau bahan ajar
disimpan/diletakkan di tempat yang dapat dijangkau siswa. Untuk area
bermain outdoor sebaiknya lebih memperhatikan keselamatan. Sebaiknya
halaman tempat bermain tidak dibuat keras atau lebih baik ditanami
untuk menghindari benturan yang fatal.

c) Penataan kantin sehat

Ditata sedemikian rupa sehingga tempat makan terasa nyaman, bersih dan
makanan yang disajikan higienis.

2. Penataan Psikis Sekolah

Dalam kegiatan penataan psikis sekolah, perlu dilakukan partisipasi


siswa dalam:

a) Menyusun rencana aksi tahunan terhadap kegiatan yang sudah ada,


seperti Usaha Kesehatan Sekolah, Sekolah Adiwiyata, Sekolah Aman
Bencana, Rute Aman Selamat Sekolah, dan lainnya sebagai komponen
penting dalam perencanaan pengembangan Sekolah Ramah.

b) Kebijakan dan tata tertib

 Peraturan tata tertib disusun dengan melibatkan siswa, perwakilan


orang tua di luar pengurus komite sekolah dan komite sekolah,
ditandatangani bersama.
 Memastikan ragam aktivitas siswa secara individu maupun kelompok
dalam menggiatkan gerakan siswa bersatu mewujudkan sekolah ramah
terintegrasi ke dalam rencana anggaran dan kegiatan sekolah.

3. Pembelajaran

 Proses pembelajaran dilakukan secara inklusif dan non


diskriminatif.
 Suasana belajar dan proses pembelajaran mengembangkan keragaman
karakter dan potensi siswa.
 Suasana belajar, proses pembelajaran dan penilaian, dilaksanakan
tanpa diskriminasi.

31
 Proses pembelajaran dilaksanakan dengan cara menyenangkan,
penuh kasih sayang dan bebas dari perlakuan diskriminasi terhadap
siswa baik di dalam maupun diluar kelas.
 Pengembangan minat dan bakat siswa melalui kegiatan
esktrakurikuler dilaksanakan secara individu maupun kelompok.
 Siswa terlibat dalam kegiatan bermain.
 Terdapat materi pembelajaran yang bermuatan Konvensi Hak Anak
(KHA) dan prinsip KHA
 Materi pembelajaran memuat penghormatan terhadap HAM
 Materi pembelajaran memuat penghormatan terhadap tradisi dan
budaya bangsa.
 Materi pembelajaran memuat penghormatan kepada sesama siswa baik
perempuan dan laki-laki termasuk siswa yang memerlukan
perlindungan khusus.
 Pembelajaran menerapkan Sekolah Adiwiyata.
 Penilaian dan evaluasi pembelajaran dilaksanakan berbasis proses
dan mengedepankan penilaian otentik.
 Penerapan ragam model penilaian dan evaluasi perkembangan belajar
siswa yang mengukur kemampuan siswa tanpa membandingkan satu
dengan yang lain.

4. Pengaduan

 Tersedia ”pojok curhat” untuk siswa di ruang konseling


sahabat siswa.
 Formulir pengaduan mudah diakses oleh siswa.
 Melaksanakan mekanisme perlindungan terhadap siswa yang melakukan
pengaduan.

5. Penanaman nilai-nilai karakter dan seni budaya

 Menjamin, melindungi, dan memenuhi hak siswa untuk beragama.


 Siswa dibiasakan salam dan berjabatan tangan ketika ketemu guru
dan teman.
 Pembiasaan menghargai kelemahan dan kekurangan orang lain.
 Pembiasaan membuang sampah ke tempat sampah.
 Mengembangkan budaya baca dan menulis.
 Mengembangkan budaya gotong royong.
 Pembiasaan bersikap jujur.
32
 Menggunakan bahasa daerah minimal satu hari dalam satu minggu.
 Memberi akses kepada siswa untuk mendapatkan informasi dan
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mengenai nilai-
nilai dan budaya.
 Mengajak menghormati hak dan kewajiban orang lain sebagai
upaya untuk membina siswa menjalankan hak dan kewajibannya dengan
cara yang sesuai dengan perkembangan kemampuannya.
 Membentuk komunitas pembelajar yang berkomitmen terhadap budaya
aman dan sehat.
 Sadar terhadap risiko bencana alam, bencana sosial, kekerasan
dan ancaman lainnya terhadap siswa.
 Memenuhi standar pelayanan minimal pendidikan di daerah bencana.
 Materi pembelajaran memuat penghormatan terhadap HAM.
 Materi pembelajaran memuat penghormatan terhadap tradisi dan
budaya bangsa.
 Materi pembelajaran memuat penghormatan kepada sesama siswa baik
perempuan dan laki-laki termasuk siswa yang memerlukan perlin-
dungan khusus disabilitas.
 Menjamin ketersediaan informasi bagi semua pihak dan memastikan
komunikasi dan dialog.
 Memastikan kurikulum, materi pendidikan, dan buku pelajaran
memberikan gambaran yang adil, akurat, informatif mengenai
masyarakat dan budaya pribumi.
 Tersedia waktu untuk siswa yang memungkinkan siswa beristirahat
dan bergembira/bersenang hati, tersedia.
 Mengaktifkan sanggar budaya.

6. Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang terlatih sesuai Konvensi Hak


Anak

a) Sikap guru terhadap siswa

Secara kasat mata profil guru dapat dilihat dari cara mereka
berhadapan dengan siswa. Guru sebagai orang tua dan sahabat siswa
harus dapat menunjukkan perilaku adil terhadap semua siswa tanpa
memandang status sosial maupun keadaan fisik, baik siswa normal maupun
berkebutuhan khusus serta menghormati hak-hak siswa. Kasih sayang
diberikan kepada semua siswa, serta menerapkan norma-norma agama dan
budaya yang berlaku.
33
b) Metode Pembelajaran

Indikator seorang siswa cocok terhadap sekolah pilihannya adalah,


sejauh mana siswa merasa aman dan nyaman berada di sekolah itu. Oleh
karena itu proses belajar mengajar harus dikemas sedemikian rupa
sehingga anak merasa enjoy dalam mengikuti pelajaran, tanpa ada rasa
cemas dan takut. Selain itu metode pembelajaran mendorong siswa
menjadi lebih kreatif. Sekolah Ramah Anak lebih menekankan segala
kegiatan berpusat pada anak. Guru berperan sebagai sahabat bagi siswa
yang bersedia membantu segala hambatan dan kesulitan yang dihadapinya.
Di samping itu guru juga berperan sebagai motivator dan fasilitator
bagi siswa, bukan semata–mata orang yang memegang otoritas penuh dalam
kelas. Guru harus menenggunakan metode belajar inovatif dan variatif
didukung media pembelajaran yang membantu daya serap dan memotivasi
siswa belajar berpartisipasi dan kooperatif guna mengembangkan
kompetensi belajar learning by doing.

c) Program keselamatan dari rumah ke sekolah atau sebaliknya.

 Pelatihan keselamatan berjalan dan bersepeda


 Peta rute aman selamat ke dan dari sekolah
 Pendidik dan tenaga kependidikan terlatih
 Rambu lalu lintas tersedia
 Zona selamat sekolah tersedia
 Bus sekolah tersedia (jika memungkinkan)

d) Program keselamatan di sekolah

 Mengenal pasti jenis bencana yang sering melanda di lingkungan


sekolah.
 Menanamkan kesedaran kepada warga sekolah apabila terjadi sesuatu
atau melihat kejadian yang kurang baik di sekolah harus lapor ke
guru piket atau ke satpam.
 Memberikan arahan tentang peraturan-peraturan selama berada di
lingkungan sekolah.
 Memasang CCTV di setiap sudut sekolah.

e) Peran serta orang tua, masyarakat, dan dunia usaha/dunia industri


di sekolah.

34
 Partisipasi orang tua siswa, lembaga masyarakat dan perusahaan
dalam menerapkan sekolah ramah anak.
 Memberdayakan peran kelembagaan dan komunitas satuan pendidikan
dalam upaya mewujudkan sekolah ramah anak.
 Melakukan MoU dengan dunia usaha/industri untuk berkontribusi
melalui tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social
Responsibility di bidang pendidikan.
 Pertemuan rutin antara orang tua dengan guru untuk membicarakaan
perkembangan siswa.
 Mengajak keluarga bergabung dalam komunitasyang mendukung siswa
dalam mempelajari, memantau, dan menyebarluaskan penerapan
sekolah sehat, aman dan ramah.

E. 楽しい学校を実現するための活動
Kegiatan untuk Mencapai Sekolah Menyenangkan
Prinsip sekolah menyenangkan adalah rasa betah di sekolah. Rasa betah
ini tidak hanya dialami oleh siswa tetapi juga seluruh warga sekolah.
Mengapa demikian? Karena antara sesama warga sekolah telah terjalin
ikatan emosional yang saling membutuhkan satu sama lainnya.

Sekolah menyenangkan juga merupakan klimaks dari perpaduan sekolah


sehat, aman, dan ramah anak. Artinya, ketika kegiatan-kegiatan sekolah
sehat, aman, dan ramah anak telah terlaksana dengan baik, maka secara
otomatis sekolah menjadi menyenangkan. Untuk membuat sekolah tetap
menyenangkan, beberapa kegiatan yang didapat dilakukan, seperti:

 Memetakkan kebutuhan siswa dan warga sekolah lainnya;


 Memetakkan jenis kecerdasan siswa, sehingga mempermudah guru
dalam memahami perkembangan siswa;
 Merancang lingkungan sekolah yang indah, hijau, bersih sebagai
ruang publik siswa;
 Merancang metode dan kurikulum pembelajaran yang tidak
membosankan, variatif, dialogis; dan inspiratif, dilengkapi game,
gambar, video, dan media pembejaran lainnya;
 Merancang program kerja kegiatan ekstrakulikuler yang didasarkan
pada kebutuhan siswa;
 Merancang kerjasama yang baik dan menguntungkan dengan masyarakat
ataupun lembaga-lembaga luar sekolah yang didasarkan pada
kebutuhan sekolah dan perbaikan mutu sekolah;

35
 Merancang bentuk-bentuk pelatihan guru dan tenaga kependidikan
yang terfokus pada upaya membentuk sekolah yang menyenangkan;
 Merancang desain ruang kelas yang variatif, tidak membosankan,
dan disukai siswa dan warga sekolah;
 Mengajak partisiapasi masyarakat sekitar sekolah untuk bersama-
sama mengoptimalkan peran sekolah sebagai tempat menyenangkan
dalam mendidik anak;
 Mengoptimalkan kegiatan sekolah sehat;
 Mengoptimalkan kegiatan sekolah aman;
 Mengoptimalkan kegiatan sekolah ramah anak;

子どもにやさしい学校(SRA)の実現の構成要素
Komponen Perwujudan Sekolah Ramah Anak (SRA)

1. SRA ポリシーに関して書面によるコミットメントがあります
Adanya Komitmen Tertulis Terkait Kebijakan SRA
Komitmen tertulis dalam bentuk pakta integritas dibutuhkan sebagai
komitmen semua pihak dalam mencegah tindak kekerasan dan pelecehan
pada anak. Guna mewujudkan komponen ini, maka di sekolah dibentuklah

36
semacam tim yang terdiri dari unsur pendidik, peserta didik dan tenaga
kependidikan.

Selanjutnya tim ini membuat kebijakan dan larangan tindakan kekerasan


dan pelecehan serta pelaksanaannya di lingkungan sekolah.

Kebijakan yang dibuat disosialisasikan dan dikampanyekan sebagai


bentuk penyadaran kepada semua komponen masyarakat di sekolah.

2. 子供に優しい教育と学習のプロセス
Proses Belajar Mengajar yang Ramah Anak
Proses pembelajaran Sekolah Ramah Anak (SRA) juga digambarkan dalam
kondisi yang non diskriminatif, tidak bias gender, memperhatikan hak-
hak anak, serta dilakukan dengan aktivitas yang menyenangkan dan penuh
kasih sayang.

Penilaian hasil belajar mengacu kepada apa yang menjadi hak-hak bagi
anak. Tak hanya itu, pada proses pembelajaran diharapkan bahan yang
digunakan bebas dari unsur pornografi dan kekerasan. Proses yang dapat
meningkatkan kedekatan antara pendidik dan peserta didik.

3. 教育者と教育関係者が子どもの権利のトレーニングを受ける
Para Pendidik dan Tenaga Kependidikan Mendapat
Pelatihan Hak Anak
Berbagai komponen di sekolah membutuhkan pelatihan dan pengetahuan
tentang apa yang menjadi hak-hak anak.

Komponen tersebut antara lain pimpinan pendidikan satuan, guru, guru


bimbingan konseling, petugas perpustakaan, tata usaha, petugas
keamanan, petugas kebersihan, dan pembimbing ekstrakurikuler.

Pelatihan hak-hak anak serta pembinaannya bisa dilakukan dalam bentuk


grup kerja.

4. 施設とインフラストラクチャの可用性
Tersedianya Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana Sekolah Ramah Anak (SRA) harus memenuhi aspek
keselamatan, kesehatan, kenyamanan, kemudahan, keamanan dan
kelengkapan fasilitas yang mendukung aspek tersebut.

37
Keselamatan seperti pada kondisi bangunan yang aman, instalasi listrik
yang aman, proteksi kebakaran dan akses jalan keluar darurat yang
tersedia, dan sebagainya.

Sedangkan dalam aspek kesehatan, kondisi bangunan harus memenuhi


standar kesehatan seperti pada kondisi ventilasi, pencahayaan, sumber
air bersih dan sebagainya.

Kenyamanan ruang belajar juga masuk dalam aspek kenyamanan, ruangan


dengan kondisi yang sesuai dengan jumlah murid, suhu, udara,
pencahayaan yang memadai sehingga nyaman dijadikan tempat belajar.

5. 子どもの参加
Partisipasi Anak
Pada komponen partisipasi, setiap anak diberi jaminan dalam proses
pengaduan dari kasus yang mungkin dialami. Peserta didik diberi hak
membuat komunitas anti kekerasan, memberikan hak untuk ikut kegiatan
ekstrakurikuler yang diminati.

Anak juga dilibatkan pada penyusunan rencana kerja SRA, mengikutkan


perwakilan dari peserta didik dalam tim SRA di sekolah serta
mendengarkan apa yang menjadi usulan dan masukan dari peserta didik.

6. 社会のさまざまな要素の参加
Partisipasi Berbagai Elemen Masyarakat
Kebijakan Sekolah Ramah Anak dibuat dengan melibatkan partisipasi
berbagai elemen di masyarakat seperti pihak orang tua, dunia usaha,
lembaga masyarakat, para alumni maupun pemangku kepentingan lainnya
dalam rangka memberikan masukan dan keterlibatan positif dalam
pelaksanaan SRA tersebut.

Pihak seperti orangtua dapat diajak kerjasama dalam pelaksanaan


program-program Sekolah Ramah Anak yang berkesinambungan hingga ke
lingkungan keluarga.

Pihak seperti dunia usaha dapat dijadikan sebagai mitra relasi untuk
pelaksanaan berbagai kegiatan seperti bertindak sebagai sponsor dan
sejenisnya. Lembaga masyarakat pun perlu digandeng bersama untuk
mengetahui pelaksanaan SRA tersebut.

38
Pihak eksternal ini juga bisa membantu pelaksanaan dan pengawasan
berbagai kebijakan terkait SRA, termasuk memberikan usul dan saran
yang membangun.

Guna meningkatkan pengembangan SRA tersebut, saat ini dikembangkan


berbagai program-program inovatif untuk sekolah di antaranya:

1. Sekolah adiwiyata

2. Sekolah inklusif

3. Sekolah/ Madrasah aman bencana

4. Sekolah Anti Kekerasan

5. Sekolah Aman

6. Pesantren Ramah Anak

7. Pendidikan Anak Merdeka

8. Pangan Jajan Anak Sekolah

9. Komunitas Sekolah Rumah, dll

Berbagai program tersebut mengacu pada tujuan pelaksanaan Sekolah


Ramah Anak dalam berbagai aspek khusus, seperti program-program
kreatif dan inovatif sehingga lebih mudah untuk diimplementasikan di
berbagai jenjang pendidikan. Bukan hanya untuk sekolah TK dan SD
tetapi hingga ke tingkat SLTP dan SLTA

39
Sampah bukan hanya dikumpulkan tetapi harus diolah 24.12.2020./ 23:30.

Technologi Pengolahan sampah


Sasaran utama teknologi pengolahan sampah adalah agar massa sampah
berkurang. Salah satu pilihan menarik adalah konversinya menjadi
energi, dikenal sebagai waste-to-energy (WtE). Secara prinsip,
dijadikan energi atau tidak, sampah harus tetap dikelola. Energi yang
dihasilkan adalah merupakan bonus. Pengalaman dari negara yang telah
menerapkan teknologi ini, income dari penjualan energi belum dapat
menutup biaya investasi, operasi dan pemeliharaan.

Teknologi WtE dapat dibagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu konversi


bio-kimia dan konversi termo-kimia. Konversi bio-kimia merupakan
dekomposisi sampah (dengan bantuan mikro-organisme) menghasilkan
gasbio (gas metana dan CO2). Konversi termo-kimia merupakan
dekomposisi sampah (dengan bantuan panas), menghasilkan produk samping
dalam bentuk panas, syngas atau arang, yang selanjutnya dimanfaatkan
untuk memproduksi listrik.

Konversi bio-kimia dapat berlangsung dalam kondisi aerob (tersedia


oksigen) maupun dalam kondisi anaerob (tanpa oksigen). Proses aerob
menghasilkan kompos sehingga teknologinya dikenal sebagai pengomposan
(composting), sementara proses anaerob akan menghasilkan gasbio.
40
Timbunan sampah di TPA juga berpotensi menghasilkan gasbio karena
penimbunan yang berlapis-lapis, sehingga kondisinya menjadi anaerob.
Gas metana yang dihasilkan dapat dimanfaatkan. Dari sudut rekayasa,
untuk memanfaatkan gasbio secara optimal, fasilitas penangkap gasbio
tersebut harus disiapkan dari awal. Recovery gasbio dari TPA yang saat
ini sudah dimanfaatkan di Indonesia sebetulnya terjadi karena
‘kebaikan’ alam, sebab fasilitas tersebut baru dipasang sistem
perpipaan setelah timbunan mencapai ketinggian puluhan meter.

Teknologi WtE yang paling umum digunakan di dunia untuk mengolah


sampah adalah insinerasi, bekerja pada temperatur di atas 850oC,
contohnya Singapura. Sekitar 7.000 ton/hari sampahnya diolah dalam 5
unit insinerator, menghasilkan panas untuk menggerakkan turbin
listrik. Setiap 1.000 ton sampahnya menghasilkan sekitar 20 MW
listrik. Bandingkan dengan batu bara pada PLTU, yang mampu
menghasilkan listrik sampai 85 MW. Sampah Indonesia mempunyai nilai
kalor lebih rendah, dan kadar air yang tinggi. Perkiraan energi
listrik yang mampu dihasilkan hanya sekitar 10 MW per 1.000 ton.
Sampai saat ini Indonesia belum mampu membuat teknologi tersebut
karena memang belum ada kesempatan untuk merealisirnya. Yang telah
mampu dibuat di Indonesia adalah insinerator skala modular (skala
kecil) dengan kapasitas hanya sekitar 10 ton per-hari. Persoalan yang
timbul dari teknologi ini adalah dampak negatif akibat pencemaran
udara, seperti uap asam, logam berat, NOx, SOx dan yang paling
dikhawatirkan adalah dioxin. Fasilitas pengendali pencemaran udara
inilah yang membuat biaya pengoperasian insinerator menjadi sangat
tinggi.

Teknologi termal lain yang banyak disebut, walaupun implementasi


secara komersial untuk sampah kota baru pada tahap awal, adalah proses
gasifikasi. Teknologi ini terbukti berhasil baik untuk limbah padat
yang homogen seperti limbah pertanian. Teknologi ini menghasilkan
syngas (H2, CO, CH4) sebagai bahan bakar, bekerja pada temperatur
220oC – 400oC. Teknologi yang lebih canggih anatara lain adalah
gasifikasi-plasma yang bekerja pada temparatur 4.000oC. Co-insinerasi
dan co-processing pada industri semen yang bekerja pada temperatur ≥
1200oC juga banyak dijumpai untuk pengolahan sampah, bilamana sumber
sampah berdekatan dengan industri ini.***

41
42
43
44

Anda mungkin juga menyukai