Sekolah Sehat, Aman, Ramah Anak, dan Menyenangkan sesungguhnya bukanlah hal yang baru
dalam dunia pendidikan karena beberapa sekolah sudah melaksanakan gerakan ini baik secara
parsial maupun komprehensif dalam aktivitas kesehariannya.
Guna menyamakan persepsi tentang Sekolah Sehat, Aman, Ramah Anak, dan Menyenangkan,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menerbitkan Pedoman Gerakan Sekolah Sehat,
Aman, Ramah Anak, dan Menyenangkan yang di dalamnya berisi Standar Sekolah Sehat,
Aman, Ramah Anak, dan Menyenangkan
A. Sekolah Sehat
Sehat adalah keadaan badan dan jiwa yang baik. Artinya, sesuatu dikatakan sehat jika secara
lahiriah, batiniah, dan sosial berjalan secara normal dan baik, sehingga memungkinkan sesuatu
dapat produktif, baik secara sosial maupun ekonomis. Jika hal ini dikaitkan dengan lembaga
pendidikan, maka sekolah sehat dapat dimaknai sebagai lembaga pendidikan yang memiliki
unsur-unsur yang baik (normal) secara lahiriah (jasmani) dan batiniah (rohani).
Sekolah sehat pada prinsipnya terfokus pada usaha bagaimana membuat sekolah tersebut
memiliki kondisi lingkungan belajar yang normal (tidak sakit) baik secara jasmani maupun
rohani. Hal ini ditandai dengan situasi sekolah yang bersih, indah, tertib, dan menjunjung tinggi
nilai-nilai kekeluargaan dalam rangka mencapai kesejahteraan lahir dan batin setiap warga
sekolah. Dengan begitu, sekolah sehat memungkinkan setiap warganya dapat melakukan
aktivitas yang bermanfaat, berdaya guna dan berhasil untuk sekolah tersebut dan lingkungan di
luar sekolah.
Memiliki lingkungan sekolah bersih, indah, tertib, rindang dan memiliki penghijauan
yang memadai.
Memiliki tempat pembuangan dan pengelolaan sampah yang memadai dan representatif.
Memiliki air bersih yang memadai dan memenuhi syarat kesehatan.
Memiliki kantin dan petugas kantin yang bersih dan rapi, serta menyediakan menu
bergizi seimbang.
1
Memiliki saluran pembuangan air tertutup dan tidak menimbulkan bau tak
menyenangkan.
Memiliki ruang kelas yang memenuhi syarat kesehatan (ventilasi/AC dan pencahayaan
cukup).
Memiliki ruang kelas yang representatif dengan ratio kepadatan jumlah siswa di dalam
kelas adalah 1: 2 m2.
Memiliki sarana dan prasarana pembelajaran memenuhi standar kesehatan, kenyamanan
dan keamanan.
Memiliki ruang dan peralatan UKS yang ideal. (tersedia tempat tidur; timbangan berat
badan, alat ukur tinggi badan, snellen chart; kotak P3K berisi obat; lemari obat, buku
rujukan, KMS, poster-poster, struktur organisasi, jadwal piket, tempat cuci
tangan/wastafel, data angka kesakitan siswa; peralatan perawatan gigi, unit gigi; contoh-
contoh model organ tubuh, rangka torso dan lain-lain).
Memiliki toilet (WC) dengan ratio untuk siswi 1 : 25 dan siswa 1: 40.
Memiliki taman/kebun sekolah yang dimanfaatkan dan diberi tabel (untuk sarana belajar)
dan pengolahan hasil kebun.
Memiliki kurikulum pembelajaran yang baik bagi tumbuh kembang siswa.
Memiliki kehidupan sekolah yang menjunjung tinggi nilai-nilai kekeluargaan.
Memiliki pola hidup bersih, higienis dan sehat
Pada prinsipinya sekolah aman dapat dibedakan menjadi dua hal, yakni aman secara jasmani
(fisik) dan rohani (mental). Prinsip-prinsip sekolah aman dapat dilihat dari beberapa indikator,
seperti warganya bebas rasa takut dari segala ancaman keamanan sekolah, memiliki komitmen
terhadap budaya aman, suasana kondusif untuk belajar, hubungan antar warga sekolah positif,
sadar terhadap resiko bencana, lingkungan fisik (gedung, halaman dan ruang, ruang kelas)
dibangun dengan mempertimbangkan faktor keamanan warganya, memiliki rencana yang
matang dan mampu sebelum, saat, dan sesudah bencana dan selalu siap untuk merespon pada
saat darurat dan bencana terjadi, dan sebagainya.
Bebas dari intimidasi dan tindak kekerasan (bullying) baik yang berasal dari dalam
lingkungan maupun luar lingkungan sekolah
Bebas dari rasa sentimen yang bersifat suku, agama ras antar golongan (SARA).
2
Bebas dari pengaruh narkotika, obat-obat terlarang dan zat-zat adaptif (narkoba), serta
minum-minuman keras (miras).
Bebas dari rokok dan asap rokok
Bebas dari pornografi dan pornoaksi.
Bebas dari pelecehan seksual baik dari dalam maupun dari luar sekolah.
Bebas dari pemerasan baik yang berasal dari dalam lingkungan sekolah maupun luar
sekolah.
Bebas dari rasa khawatir kehilangan sesuatu benda atau barang yang dibawa ke sekolah.
Bebas dari pengaruh pemikiran yang tidak sesuai ajaran agama, budaya, dan nilai-nilai
kehidupan sosial baik yang berasal dari dalam lingkungan sekolah maupun luar
lingkungan sekolah.
Aman dari bencana alam (gempa bumi dan tsunami, letusan gunung api, angin topan,
banjir dan longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan).Aman dari bencana non alam
(wabah penyakit, mal praktik teknologi, kelaparan). Aman dari bencana sosial (kerusuhan
sosial, konflik sosial).
Aman dari praktik-praktik vandalisme (coret-coret yang tidak pada tempat selayaknya)
dan kekerasan visual (terhindar dari penempelan gambar-gambar yang tidak edukatif di
lingkungan sekolah.
Memiliki sarana prasarana yang memadai yang menjamin rasa aman seluruh warga
sekolah (seperti memiliki pagar dan pintu gerbang yang dapat dikunci, kaca jendela yang
tidak mudah pecah, dll.).
Memiliki aturan sekolah yang disepakati secara bersama-sama dan dapat ditegakkan
dengan baik.
Memiliki pendidikan pencegahan dan pengurangan resiko bencana.
Memiliki petugas keamanan yang dapat melaksanakan tugas dengan baik.
Memiliki hubungan yang baik dengan kepolisian, TNI, tokoh masyarakat, dan tokoh
agama, lembaga lain yang mendukung program keamanan sekolah.
Prinsip dari sekolah ramah anak adalah menjadikan kepentingan dan kebutuhan siswa sebagai
pertimbangan utama dalam menetapkan setiap keputusan dan tindakan yang diambil oleh
pengelola dan penyelenggara pendidikan.
Dengan demikian, Sekolah Ramah Anak harus menghormati hak siswa ketika mengekspresikan
pandangannya dalam segala hal khususnya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan
3
budaya, sehingga siswa merasa nyaman dan menyenangkan dalam proses belajar di sekolah.
Selain itu, sekolah ramah anak harus menjamin kesempatan setiap siswa untuk menikmati
haknya dalam pendidikan tanpa diskriminasi berdasarkan disabilitas, gender, suku bangsa,
agama, jenis kecerdasan, dan latar belakang orang tua.
Sekolah Ramah Anak juga harus mempertimbangkan situasi sekolah yang aman, bersih dan
sehat, peduli dan berbudaya lingkungan hidup, mampu menjamin; memenuhi; menghargai hak-
hak dan perlindungan siswa dari kekerasan, diskriminasi, dan perlakuan tidak wajar lainnya,
serta menjamin keikutsertaan siswa dalam perencanaan, kebijakan, pembelajaran, pengawasan
dan mekanisme pengaduan terkait pemenuhan hak dan perlindungan siswa dalam menempuh
pendidikan.
Setiap siswa dapat menikmati haknya dalam pendidikan tanpa diskriminasi berdasarkan
disabilitas, gender, suku bangsa, jenis kecerdasan, agama dan latar belakang orang tua.
Setiap siswa memiliki kebebasan mengekspresikan pandangannya tentang ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya.
Memiliki kurikulum dan metode pembelajaran yang ramah bagi siswa (student centred
teaching) dengan mengutamakan nilai-nilai kecintaan, kasih sayang, empatik, simpatik,
keteladanan, tanggung jawab, dan rasa hormat pada siswa.
Memiliki guru dan tenaga kependidikan yang mampu memfasilitasi bakat, minat, dan
jenis kecerdasan siswa.
Memiliki lingkungan dan infrastruktur sekolah yang aman, nyaman, bersahabat, sehat,
dan bersih, hijau, dengan konstruksi bangunan yang memenuhi SNI.
Memiliki program kerja sekolah yang mempertimbangkan aspek pertumbuhan
kepribadian siswa.
Memiliki program kerja keselamatan siswa sejak dari rumah ke sekolah dan/atau
keselamatan di sekolah.
Setiap warga sekolah memiliki kesadaran tinggi terhadap resiko bencana alam, bencana
sosial, kekerasan (bullying) dan ancaman lainnya terhadap siswa.
Melibatkan partisipasi siswa pada semua aspek kehidupan sekolah dan kegiatan sekolah.
Tersedianya organisasi kesiswaan yang berorintasi pada perkembangan dan karakter
siswa.
Terciptanya kerja sama yang harmonis antara keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Menjamin transparansi, akuntabilitas, partisipasi, keterbukaan informasi, dan penegakkan
aturan sekolah.
Pada prinsipnya konsep sekolah menyenangkan merupakan perpaduan dari konsep sekolah sehat,
amat, dan ramah anak. Mengapa demikian? Karena ketika prinsip-prinsip sekolah sehat, aman,
dan ramah anak sudah terpenuhi, maka secara otomatis sekolah tersebut menjadi menyenangkan
bagi peserta didik, guru, tenaga kependidikan, orang tua, dan warga sekitar sekolah.
Dengan begitu, sekolah menyenangkan menjadi tempat terbaik bagi setiap warga sekolah untuk
mengekspresikan bakat, minat, dan prestasi yang dimilikinya, bukan menjadi tempat yang
mengasingkan. Mereka pun menjadi bagian dari sekolah itu karena sekolah memberi ruang bagi
perkembangan warga sekolah, terutama peserta didik. sehingga mereka tidak terasing dari
sekolah tersebut.
1) Persiapan
Melakukan konsultasi dengan siswa untuk memetakan pemenuhan hak-hak,
kebutuhan siswa, dan menyusun rekomendasi;
2) Perencanaan planing
Tim Pengembangan menyusun rencana aksi tahunan untuk mewujudkan
sekolah sehat, aman, ramah anak, dan menyenangkan yang terintegrasi
dalam kebijakan, program, dan kegiatan yang sudah ada, seperti Usaha
Kesehatan Sekolah, Sekolah Adiwiyata, Sekolah Aman Bencana, Rute Aman
Selamat Sekolah, dan lainnya sebagai komponen penting dalam
perencanaan pengembangan sekolah sehat, aman, ramah anak, dan
menyenangkan.
3) Pelaksanaan do
Tim Pengembangan melaksanakan rencana aksi tahunan dengan
mengoptimalkan semua sumber daya pemerintah, masyarakat, serta
dunia industri dan usaha.
1) Pendidikan Kesehatan
a. Kegiatan Kurikuler
b. Kegiatan Ekstrakurikuler
Wisata siswa;
Kemah (Persami);
9
Ceramah, diskusi, simulasi, dan bermain peran;
Lomba-lomba;
Bimbingan hidup sehat;
Apotek hidup;
Kebun sekolah;
Kerja bakti;
Majalah dinding, buletin, majalah;
Piket sekolah.
2) Pelayanan Kesehatan
10
Untuk memaksimalkan kegiatan pelayanan kesehatan diperlukan pendekatan
dan metode yang tepat, strategis, efektif, dan efisien. Untuk pende-
katan pelayanan kesehatan dapat dikelompokan menjadi tiga pendekatan,
yakni:
Penataran/pelatihan
Bimbingan kesehatan dan bimbingan khusus (konseling)
Penyuluhan kesehatan
Pemeriksaan langsung
Pengamatan (observasi).
Siswa sakit yang tidak dapat mengikuti pelajaran, dan bila masih
memungkinkan segera disuruh pulang dengan membawa surat pengantar
dan buku/kartu rujukan agar dibawa orang tuanya ke Puskesmas atau
sarana pelayanan kesehatan yang ditunjuk.
Siswa cedera/sakit yang tidak memungkinkan disuruh pulang dan
segera membutuhkan pertolongan secepatnya, agar dibawa ke
Puskesmas atau sarana pelayanan kesehatan yang terdekat untuk
mendapatkan pengobatan. Setelah itu agar segera diberitahukan
kepada orang tuanya untuk datang ke Puskesmas ataupun sarana
pelayanan kesehatan tersebut.
14
Kedua, perencanaan. Dalam perencanaan sudah dimasukan rencana
pemantauan dan evaluasi serta indikator keberhasilan. Perencanaan
masing-masing kegiatan/upaya harus sudah terinci volume kegiatan,
besarnya biaya, sumber biaya, waktu pelaksanaan, pelaksana dan
penanggungjawab. Agar rencana kegiatan atau upaya mengatasi masalah
atau menurunkan risiko menjadi tanggungjawab bersama, maka dalam
menyusun perencanaan hendaknya melibatkan masyarakat sekolah (siswa,
guru, kepala sekolah, orang tua/komite sekolah, penjaja makanan di
kantin sekolah, instansi terkait, Tim Pembina Sekolah Sehat
Kecamatan).
a) Penyuluhan
b) Perbaikan sarana
c) Pengendalian
16
Bila menggunakan tempat penampungan air bersih maka harus dibersihkan
minimal seminggu sekali.
c.7) Kebisingan
Sarana air bersih harus jauh dari sumber pencemaran (tangki septic,
tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, dan lain-
lain);
Bila terjadi keretakan pada dinding sumur atau lantai sumur agar
segera diperbaiki;Tempat penampungan air harus dibersihkan/dikuras
secara berkala.
17
Membersihkan saluran pembuangan limbah terbuka minimal seminggu sekali
agar tidak terjadi perindukan nyamuk dan tidak menimbulkan bau.
Melakukan penghijauan;
18
Melakukan kebersihan halaman sekolah secara berkala seminggu
sekali;
Menghilangkan genangan air di halaman dengan menutup/mengurug
atau mengalirkan ke saluran umum;
Melakukan pengaturan dan pemeliharaan tanaman;
Memasang pagar keliling yang kuat dan kokoh tetapi tetap
memperhatikan aspek keamanan dan keindahan;
Mengurangi dampak pencemaran air limbah dan dampak limpasan air
hujan (drainase) pada masyarakat;
Sekolah bekerja sama dengan masyarakat dan Pemda menerapkan daur
ulang air limbah;
Melakukan konservasi air tanah dan permukaan dengan melibatkan
masyarakat setempat;
Melakukan perlindungan lingkungan didukung masyarakat setempat.
a) Kepala sekolah
19
Kepala sekolah selaku Ketua Tim Pelaksana Sekolah Sehat di sekolah
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pembinaan lingkungan sekolah
sehat di sekolah masing-masing. Dalam melaksanakan pembinaan, kepala
sekolah dibantu oleh guru, pegawai sekolah, siswa, orang tua siswa
(Komite Sekolah) dan lain-lain.
c) Siswa
e) Komite sekolah
20
Komite sekolah sebagai wadah organisasi orang tua siswa diharapkan mampu berperan serta secara
aktif dalam melaksanakan pembinaan lingkungan sekolah sehat, terutama dalam penyediaan dana
dan fasilitas yang menunjang kegiatan.
f) Masyarakat
Untuk mewujudkan sekolah yang bersih, hijau, indah dan rindang serta
kondisi siswa sehat, bugar senantiasa berprilaku bersih dan sehat
perlu didukung dan diimplemtasikan oleh semua pemangku kepentingan
dalam suatu program kegiatan yang terstruktur, terencana, dan menjadi
kultur sekolah. Salah satu upaya mewujudkan sekolah sehat adalah
mengembangkan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) secara terpadu dan
berkesinambungan melalui program dan kegiatan yang dituangkan dalam
RKS dan RKAS sehingga menjadi acuan bagi semua pihak dalam
melaksanakan kegiatannya.
b) Berdayakan siswa
Jika keadaan tidak membaik, hubungi pihak berwenang yang relevan dan
dapatkan penyelesaian terhadap masalahnya.
Bencana datang kapan saja. Tak seorang pun yang mampu memprediksi
kapan waktu yang tepat bencana itu terjadi. Tsunami, Gunung meletus,
longsor, kebakaran hutan, kebakaran gedung, gempa bumi, banjir, dan
bencana alam lainnya datang seketika dan mampu meluluhlantakkan alam,
rumah, ladang, sawah, kebun, ternak, gedung-gedung, bahkan menghi-
langkan nyawa manusia. Untuk itu, manusia termasuk warga sekolah harus
terus waspada karena bencana dapat diprediksi dengan ilmu pengetahuan
dan tanda-tanda alam lainnya.
25
Setidaknya ada 12 indikator Sekolah Tanggap Bencana yang dipaparkan
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), indikator tersebut
adalah :
27
Dengan begitu, jika terjadi bencana, sekolah yang telah memiliki
indikator-indikator di atas dapat segera melakukan langkah-langkah
penyelamatan bencana. Ada beberapa tindakan yang harus diperhatikan
dalam penyelamatan bila terjadi bencana, yakni:
28
Saat banjir sudah memasuki ruang, lebih baik mengungsi ke tempat
yang lebih aman.
Perhatikan kebersihan tempat, makanan, dan minuman. Saat terjadi
banjir mudah sekali kuman penyakit tersebar dan berjangkit;
Waspada terhadap lingkungan sekitar agar terhindar dari hal–hal
yang tidak diinginkan. Misal tersengat listrik.
D. 子どもにやさしい学校を実現するための活動
Kegiatan untuk Mencapai Sekolah Ramah Anak
Prinsip Sekolah Ramah Anak adalah menjadikan peserta didik (siswa)
sebagai subjek utama dalam proses pendidikan di sekolah. Semua konsep
dan desain sekolah baik bersifat fisik maupun non fisik telah
dirancang untuk memenuhi hak-hak anak sebagai pribadi yang harus didik
dengan perasaan dan budi pekerti yang baik.
Letak sekolah yang baik tidak terlalu dekat dengan jalan raya, karena
di samping bising, polusi udara juga berbahaya bagi siswa. Kalaupun
terpaksa dibangun dekat dengan jalan raya usahakan untuk memiliki
gerbang atau pagar tembok/pagar hidup sebagai peredam, serta sistem
keamanan yang memadai.
30
Hal lain yang tak kalah penting adalah ruang bermain baik indoor
maupun outdoor tetap memperhatikan keleluasaan siswa, mudah bergerak
atau berpindah, tidak berjubal (berdesakan). Mainan atau bahan ajar
disimpan/diletakkan di tempat yang dapat dijangkau siswa. Untuk area
bermain outdoor sebaiknya lebih memperhatikan keselamatan. Sebaiknya
halaman tempat bermain tidak dibuat keras atau lebih baik ditanami
untuk menghindari benturan yang fatal.
Ditata sedemikian rupa sehingga tempat makan terasa nyaman, bersih dan
makanan yang disajikan higienis.
3. Pembelajaran
31
Proses pembelajaran dilaksanakan dengan cara menyenangkan,
penuh kasih sayang dan bebas dari perlakuan diskriminasi terhadap
siswa baik di dalam maupun diluar kelas.
Pengembangan minat dan bakat siswa melalui kegiatan
esktrakurikuler dilaksanakan secara individu maupun kelompok.
Siswa terlibat dalam kegiatan bermain.
Terdapat materi pembelajaran yang bermuatan Konvensi Hak Anak
(KHA) dan prinsip KHA
Materi pembelajaran memuat penghormatan terhadap HAM
Materi pembelajaran memuat penghormatan terhadap tradisi dan
budaya bangsa.
Materi pembelajaran memuat penghormatan kepada sesama siswa baik
perempuan dan laki-laki termasuk siswa yang memerlukan
perlindungan khusus.
Pembelajaran menerapkan Sekolah Adiwiyata.
Penilaian dan evaluasi pembelajaran dilaksanakan berbasis proses
dan mengedepankan penilaian otentik.
Penerapan ragam model penilaian dan evaluasi perkembangan belajar
siswa yang mengukur kemampuan siswa tanpa membandingkan satu
dengan yang lain.
4. Pengaduan
Secara kasat mata profil guru dapat dilihat dari cara mereka
berhadapan dengan siswa. Guru sebagai orang tua dan sahabat siswa
harus dapat menunjukkan perilaku adil terhadap semua siswa tanpa
memandang status sosial maupun keadaan fisik, baik siswa normal maupun
berkebutuhan khusus serta menghormati hak-hak siswa. Kasih sayang
diberikan kepada semua siswa, serta menerapkan norma-norma agama dan
budaya yang berlaku.
33
b) Metode Pembelajaran
34
Partisipasi orang tua siswa, lembaga masyarakat dan perusahaan
dalam menerapkan sekolah ramah anak.
Memberdayakan peran kelembagaan dan komunitas satuan pendidikan
dalam upaya mewujudkan sekolah ramah anak.
Melakukan MoU dengan dunia usaha/industri untuk berkontribusi
melalui tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social
Responsibility di bidang pendidikan.
Pertemuan rutin antara orang tua dengan guru untuk membicarakaan
perkembangan siswa.
Mengajak keluarga bergabung dalam komunitasyang mendukung siswa
dalam mempelajari, memantau, dan menyebarluaskan penerapan
sekolah sehat, aman dan ramah.
E. 楽しい学校を実現するための活動
Kegiatan untuk Mencapai Sekolah Menyenangkan
Prinsip sekolah menyenangkan adalah rasa betah di sekolah. Rasa betah
ini tidak hanya dialami oleh siswa tetapi juga seluruh warga sekolah.
Mengapa demikian? Karena antara sesama warga sekolah telah terjalin
ikatan emosional yang saling membutuhkan satu sama lainnya.
35
Merancang bentuk-bentuk pelatihan guru dan tenaga kependidikan
yang terfokus pada upaya membentuk sekolah yang menyenangkan;
Merancang desain ruang kelas yang variatif, tidak membosankan,
dan disukai siswa dan warga sekolah;
Mengajak partisiapasi masyarakat sekitar sekolah untuk bersama-
sama mengoptimalkan peran sekolah sebagai tempat menyenangkan
dalam mendidik anak;
Mengoptimalkan kegiatan sekolah sehat;
Mengoptimalkan kegiatan sekolah aman;
Mengoptimalkan kegiatan sekolah ramah anak;
子どもにやさしい学校(SRA)の実現の構成要素
Komponen Perwujudan Sekolah Ramah Anak (SRA)
1. SRA ポリシーに関して書面によるコミットメントがあります
Adanya Komitmen Tertulis Terkait Kebijakan SRA
Komitmen tertulis dalam bentuk pakta integritas dibutuhkan sebagai
komitmen semua pihak dalam mencegah tindak kekerasan dan pelecehan
pada anak. Guna mewujudkan komponen ini, maka di sekolah dibentuklah
36
semacam tim yang terdiri dari unsur pendidik, peserta didik dan tenaga
kependidikan.
2. 子供に優しい教育と学習のプロセス
Proses Belajar Mengajar yang Ramah Anak
Proses pembelajaran Sekolah Ramah Anak (SRA) juga digambarkan dalam
kondisi yang non diskriminatif, tidak bias gender, memperhatikan hak-
hak anak, serta dilakukan dengan aktivitas yang menyenangkan dan penuh
kasih sayang.
Penilaian hasil belajar mengacu kepada apa yang menjadi hak-hak bagi
anak. Tak hanya itu, pada proses pembelajaran diharapkan bahan yang
digunakan bebas dari unsur pornografi dan kekerasan. Proses yang dapat
meningkatkan kedekatan antara pendidik dan peserta didik.
3. 教育者と教育関係者が子どもの権利のトレーニングを受ける
Para Pendidik dan Tenaga Kependidikan Mendapat
Pelatihan Hak Anak
Berbagai komponen di sekolah membutuhkan pelatihan dan pengetahuan
tentang apa yang menjadi hak-hak anak.
4. 施設とインフラストラクチャの可用性
Tersedianya Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana Sekolah Ramah Anak (SRA) harus memenuhi aspek
keselamatan, kesehatan, kenyamanan, kemudahan, keamanan dan
kelengkapan fasilitas yang mendukung aspek tersebut.
37
Keselamatan seperti pada kondisi bangunan yang aman, instalasi listrik
yang aman, proteksi kebakaran dan akses jalan keluar darurat yang
tersedia, dan sebagainya.
5. 子どもの参加
Partisipasi Anak
Pada komponen partisipasi, setiap anak diberi jaminan dalam proses
pengaduan dari kasus yang mungkin dialami. Peserta didik diberi hak
membuat komunitas anti kekerasan, memberikan hak untuk ikut kegiatan
ekstrakurikuler yang diminati.
6. 社会のさまざまな要素の参加
Partisipasi Berbagai Elemen Masyarakat
Kebijakan Sekolah Ramah Anak dibuat dengan melibatkan partisipasi
berbagai elemen di masyarakat seperti pihak orang tua, dunia usaha,
lembaga masyarakat, para alumni maupun pemangku kepentingan lainnya
dalam rangka memberikan masukan dan keterlibatan positif dalam
pelaksanaan SRA tersebut.
Pihak seperti dunia usaha dapat dijadikan sebagai mitra relasi untuk
pelaksanaan berbagai kegiatan seperti bertindak sebagai sponsor dan
sejenisnya. Lembaga masyarakat pun perlu digandeng bersama untuk
mengetahui pelaksanaan SRA tersebut.
38
Pihak eksternal ini juga bisa membantu pelaksanaan dan pengawasan
berbagai kebijakan terkait SRA, termasuk memberikan usul dan saran
yang membangun.
1. Sekolah adiwiyata
2. Sekolah inklusif
5. Sekolah Aman
39
Sampah bukan hanya dikumpulkan tetapi harus diolah 24.12.2020./ 23:30.
41
42
43
44