Anda di halaman 1dari 3

Siapa yang tidak kenal dengan Penyakit jantung koroner, salah satu penyakit yang dapat

mematikan dan menyerang siapapun semua kelompok usia tanpa terkecuali. Bahkan
belakangan ini trend kecenderungan penderita penyakit jantung koroner banyak terjadi
pada usia produktif . Data riskesdas tahun 2013 menunjukkan, angka tertinggi untuk
penyakit Kardiovaskuler di Indonesia adalah PJK, yakni sebesar 1,5%. Dari angka tersebut,
angka tertinggi ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur (4,4%) dan terendah di Provinsi Riau
(0,3%). Menurut kelompok umur, PJK paling banyak terjadi pada kelompok umur 65-74
tahun (3,6%) diikuti kelompok umur 75 tahun ke atas (3,2%), kelompok umur 55-64 tahun
(2,1%) dan kelompok umur 35-44 tahun (1,3%). Sedangkan menurut status ekonomi,
terbanyak pada tingkat ekonomi bawah (2,1%) dan menengah bawah (1,6%). Sedangkan
data World Health Organization (WHO) tahun 2012 menunjukkan 17,5 juta orang di dunia
meninggal akibat penyakit kardiovaskuler atau 31% dari 56,5 juta kematian di seluruh dunia.
Lebih dari 3/4 kematian akibat penyakit kardiovaskuler terjadi di negara berkembang yang
berpenghasilan rendah sampai sedang.

Dari seluruh kematian akibat penyakit kardiovaskuler 7,4 juta (42,3%) di antaranya
disebabkan oleh Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan 6,7 juta (38,3%) disebabkan oleh stroke
(sumber:http://www.depkes.go.id/article/view/17073100005/penyakit-jantung-penyebab-
kematian-tertinggi-kemenkes-ingatkan-cerdik-.html). 

Berdasarkan data yang saya ambil dari RS. Jantung Harapan Kita khususnya pasien yang
melakukan tindakan di program Weekend Service  (WES) periode 2017-2018 menunjukan
bahwa dari total jumlah  pasien pada tahun 2017 sebanyak 488 pasien dan terbesarnya
sebanyak 218 pasien merupakan indikasi dari PJK yang terlihat dari jenis tindakanya yaitu
kateterisasi dan pemasangan ring (STENT) serta tidakan operasi coronary artery bypass
grafting (CABG), sedangkan sisanya  dari jumlah pasien dilakukan tindakan lain. Kemuian
untuk tahun 2018 total jumlah pasien sebanyak 499 dan terbesarnya sebanyak 201 juga
merupakan tindakan dengan indikasi sama seperti pada tahun 2017. Berdasarkan kedua
data di atas baik data dari eksternal maupun dari internal RS. Jantung Harapan Kita dapat
saya simpulkan bahwa PJK merupakan salah satu kasus terbesar pada penyakit jantung
yang lainnya dan merupakan penyakit yang dapat menyerang dan mematikan bagi siapa
saja.

Lalu bagainana hubungannya penyakit jantung koroner (PJK) dengan judul diatas?. Saya
coba ambil salah satu contoh kasus, pada pertengahan bulan Mei 2019 datang ke saya di
Weekend Service (WES), pasien atas nama Tn. N ( saya sebut inisial saja), usia 38 tahun jenis
kelamin pria dan berdomisili di Bali serta berprofesi pengusaha di bidang kuliner. Pasien
sebelumnya sudah dilakukan kateterisasi jantung di rumah sakit swasta ternama di Bali,
dari hasil kateterisasinya terdapat 5 penyempitan pembuluh darah dan disarankan untuk
melakukan opersai bypass atau pemasangan 5 ring dengan resiko biaya yang sangat besar
bahkan bisa melebihi biaya tindakan operasi CABG. Setelah diskusi tentang biaya dan
prosedur tindakan selesai, yang muncul di pikiran saya adalah bagaimana bisa usia 38
tahun, berat badan ideal, olah raga rutin, tapi ko bisa terkena PJK dan saran dokter harus
operasi atau pasang ring tapi high cost, tentu ini berkaitan dengan pola makan yang tidak
dijaga, secara pasien adalah pengusaha dibidang kuliner. Coba kita bayangkan jika pasien
ini bukan dari latar belakang ekonomi yang mampu, sehingga untuk pembiayaan tindakan
menggunakan BPJS, dimana untuk pemasangan 5 ring pasti tidak akan dijaminkan dan
harus operasi CABG sedangkan pasien takut untuk operasi karena mendengar faktor resiko
operasi sangat besar. Setelah disepakati hari, tanggal dan waktu tindakan dengan dokter
pasien tersebut pun selesai tindakan dan diperbolehkan pulang setelah 2 hari rawat inap.
Kemudian pertanyaanya adalah  berapa total billing paien tersebut?, benar saja estimasi
biaya yang sudah dijelaskan sebelumnya tidak melenceng jauh, luar biasa biaya
keseluruhan habis sebesar 180 juta rupiah. Bukan nilai sedikit bagi saya atau mungkin
sebagian orang yang tidak memiliki kemampuan keuangan tentunya. Nah dari contoh kasus
inilah saya menjadikan judul diatas untuk dituliskan ke dalam artikel ini.

Apa sebenarnya penyakit jantung koroner (PJK) dan bagaimana pencegahan agar kita
terhindar dari penyakit tersebut.  Penyakit jantung koroner (PJK) adalah suatu keadaan
dimana penyumbatan pada pembuluh darah koroner yang berperan memberi makan otot
jantung tidak mampu menyuplai darah dengan baik karena terjadinya penumpukkan
endapan lemak dan kolesterol, yang secara bertahap menumpuk di dinding arteri dan
terjadi dalam waktu yang lama, proses penumpukan itu disebut atherosklerosis, (sumber:
Prof. Dr. Soekijo Notoatmodjo, ilmu kesehatan masyarakat 306, 2014). Kurangnya pasokan
darah karena penyempitan arteri koroner mengakibatkan nyeri dada yang disebut dengan
angina, yang biasanya terjadi saat beraktivitas fisik atau mengalami stress. Bila darah tidak
mengalir sama sekali karena arteri koroner tersumbat, penderita dapat mengalami
serangan jantung yang mematikan. Serangan jantung tersebut dapat terjadi kapan saja,
bahkan ketika anda sedang beristirahat. Selain itu Penyakit jantung koroner juga dapat
menyebabkan daya pompa jantung melemah sehingga darah tidak beredar sempurna ke
seluruh tubuh (gagal jantung). Penderita gagal jantung akan sulit bernafas karena paru-
parunya dipenuhi cairan, merasa sangat lelah dan bengkak-bengkak di kaki dan persendian.
Banyak faktor yang menyebabkan PJK terjadi salah satu faktornya adalah pola hidup tidak
sehat, seperti makan-makanan berlemak, merokok, kurang gerak dan lain-lain. Adapun cara
mengurangi resiko itu adalah dengan cara mengurangi konsumsi daging berlemak jenuh
tinggi. Memperbanyak makan buah, sayuran dan biji-bijian yang mengandung antioksidan
tinggi (Vitamin A, C dan E), yang merupakan anti oksidan mencegah lemak jenuh berubah
menjadi kolesterol.

Secara garis besar penyakit jantung koroner dapat di cegah dengan beberapa cara, semua
ini kembali kepada setiap individu masing-masing.semakin banyak faktor risiko yang kita 
miliki, berarti semakin besar pula kemungkinan kita menderita penyakit jantung koroner.
Oleh karena itu, segeralah lakukan tindakan berikut demi menyelamatkan jantung anda.
Beberapa tips dari para ahli tentang pencegahan PJK pada umumnya hampir semua sama
tinggal tergantung kepada mau tidaknya kita mencegah PJK tersebut. Berikut salah satu tips
pencegahan PJK yang saya ambil dari (sumber: Prof. Dr. Soekijo Notoatmodjo, ilmu
kesehatan masyarakat 308, 2014) adalah 

- Menerapkan pola makan yang sehat.

Kurangi menyantap makanan yang digoreng yang banyak mengandung lemak jenuh tinggi.
Jangan tertalu banyak mengkonsumsi karbohirat, karena dalam tubuh, karbohidrat akan
dipecah menjadi lemak. Perbanyak makan buah, sayuran dan biji-bijian yang mengandung
antioksidan tinggi,  antioksidan mencegah lemak jenuh berubah menjadi kolesterol.

- Menjaga berat badan ideal.


Seseorang dengan obesitas tengah yang memiliki lingkar pinggang lebih dari 80 cm, berisiko
lebih besar terkena penyakit jantung koroner. Kelebihan berat badan juga dapat
meningkatkan faktor risiko terjadinya tekanan darah tinggi dan kadar kolesterol darah
tinggi.

- Berhenti merokok.

Risiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok dibandingkan
dengan bukan perokok. Risiko ini meningkat dengan bertambahnya usia dan jumlah rokok
yang diisap. Perlu diketahui bahwa risiko kematian berkurang dengan 50 % pada tahun
pertama sesudah rokok dihentikan.

- Hindari stres.

Saat seseorang mengalami stres, tubuhnya akan mengeluarkan hormon cortisol yang
menyebabkan pembuluh darah menjadi kaku, hormon norepinephrine juga akan
diproduksi tubuh saat menderita stres, yang akan mengakibatkan naiknya tekanan darah.

- Olahraga secara teratur.

Olahraga seperti berjalan kaki, jalan cepat, atau jogging secara teratur selama 30 menit
setiap hari, 3-4 kali seminggu dapat memperkuat jantung, melancarkan peredaran darah ke
seluruh tubuh, membakar lemak dan menjaga kesimbangan HDL dan LDL.

“ Sayangilah jantung anda mulai dari sekarang,kesehatan jantung ada di tangan anda
mencegah lebih baik dari pada mengobati “ 

Mastari SM

WEEKEND SERVICE

Poli Esekutif Dr. Sukaman

Anda mungkin juga menyukai