Anda di halaman 1dari 10

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)


Oleh. Aristyanto

A. Judul Modul : Akidah Akhlak


B. Kegiatan Belajar : Hari Akhir, Qadha dan Qadar (KB 3)

C. Refleksi

BUTIR
NO RESPON/JAWABAN
REFLEKSI

Konsep
(Beberapa
1 istilah dan
definisi) di
KB

A. Kiamat Sugra

1. Pengertian Kiamat Sugra


Kiamat kecil adalah kematian. Bagi siapa yang sudah menemui ajal, sejatinya
dia sudah mengalami kiamat kecil. Hal ini berdasarkan hadis riwayat „Aisyah
yang berkata: “Seorang laki-laki datang menemui Rasulullah saw. sembari bertanya
perihal kiamat (al-sa‟ah). Seketika itu juga, Rasul melihat kepada anak kecil yang
berada di antara mereka dan berkata, „Anak ini akan meninggal sebelum masa
tuanya, hingga kalian akan menemui ajal masing-masing („alaikum sa‟atukum)”,
(H.R. al-Bukhari dan Muslim). Mayoritas ulama memahami kata al‟sa‟ah dalam
hadis ini dengan kiamat kecil, yang berati kematian.
Ibnu Katsir berpendapat bahwa kiamat kecil ialah berakhirnya kehidupan
manusia di bumi, dan masuk kepada hari akhirat. Setiap orang yang meninggal,
sebenarnya mereka sudah memasuki pintu akhirat. Dalam hal ini, Ibnu Katsir
mengkritik pendapat orang ateis yang mengatakan kematian adalah kiamat yang
tidak ada lagi kehidupan (kiamat) setelahnya.
Ibnu Qayyim al-Jauziyah menyamakan kiamat kecil dengan alam barzah (al-
barzakh) atau tahap awal tempat kembali manusia (ma‟ad al-awwal). Allah Swt.
menyediakan dua fase (tahapan) setelah manusia meninggal dunia, pada dua fase
ini Allah Swt. akan membalas setiap amalan baik dan buruk yang dikerjakan
manusia semasa hidupnya. Fase pertama ialah perpisahan antara ruh dan badan,
sebagai salah satu cara untuk masuk kepada fase pertama, Ibnu Qayyim
mengistilahkannya dengan al-jaza` al-awwal (hari pembalasan tahap awal).

2. Dalil Kiamat Sugra


Tanda-tanda Kiamat (Asyrāth as-Sa‟ah) adalah indikasi-indikasi Kiamat yang
mendahuluinya dan menunjukkan kedekatan (waktu)-nya. Sementara Kiamat
(as-Sa‟ah) dapat dipisahkan menjadi 3 (tiga) makna, yaitu: Pertama, Kiamat Kecil
(as-Sa‟ah ash-Shughra) yaitu kematian manusia. Kedua, Kiamat Sedang (as-Sa‟ah
al-Wushtha) yaitu meninggalnya generasi satu abad tertentu. Ketiga, Kiamat Besar
(as-Sa‟ah al-Kubra) yaitu dibangkitkannya manusia dari kubur mereka untuk
dihisab (al-hisab) dan dibalas (al-jaza‟) amalan-amalannya di dunia.
Klasifikasi Tanda-Tanda Kiamat terbagi menjadi dua bagian, yaitu: Pertama,
tanda-tanda kecil (asyrath shughra), yaitu (tanda-tanda) yang mendahului Kiamat
dengan (jarak) waktu yang lama dan menjadi hal yang berulang-ulang (biasa
terjadi). Seperti hilangnya ilmu, merebaknya kebodohan dan minuman khamer,
saling berlomba meninggikan bangunan, serta lain sebagainya. Terkadang
sebagian tanda-tandanya muncul berbarengan dengan tanda-tanda Kiamat besar
(asy-asyrath al-kubra) atau (ada juga yang) setelahnya. Kedua, tanda-tanda besar
(asyrath kubra), yaitu perkara-perkara besar yang muncul menjelang terjadinya
kiamat (qurba qiyam as-sa‟ah), dan kejadiannya tidak berulang-ulang. Seperti
kemunculan ad-Dajjal, turunnya Nabi „Isa a.s., keluarnya Ya‟juj dan Ma‟juj,
terbitnya Matahari dari arah barat. Ulama membagi tanda-tanda kiamat dari
perspektif kemunculannya menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu: Pertama, klasifikasi yang
telah muncul dan telah berakhir. Kedua, klasifikasi yang telah muncul dan terus
berlangsung, bahkan semakin banyak. Ketiga, klasifikasi yang belum terjadi
hingga sekarang. Adapun dua klasifikasi pertama masuk dalam tanda-tanda
Kiamat kecil (asyrath as-sa‟ah ash-shughra), sedangkan klasifikasi ketiga
terhimpun di dalamnya tanda-tanda besar (al-asyrath al-kubra) dan sebagian
tanda-tanda kecil (al-asyrath ash-shugra).

3. Tanda-tanda Kiamat Sugra


Tanda-tanda kiamat sugra berdasarkan hadits Nabi saw. adalah sebagai
berikut:
a. Diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu „Alaihi wa Sallam
b. Wafatnya Nabi Muhammad Shallallahu „Alaihi wa Sallam
c. Penaklukan Baitul Maqdis
d. Wabah Tha‟un „Amwas
e. Berlimpahan Harta dan Tidak Memungut Sedekah
f. Munculnya Beragam Fitnah
g. Fenomena Mengaku “Nabi”
h. Tersebarnya Stabilitas Keamanan
i. Fenomena Api Hijaz
j. Hilangnya Amanat
k. Diangkatnya Ilmu dan Fenomena Kebodohan
l. Banyaknya Pasukan dan Pendukung Kezhaliman
m. Merebaknya Perzinaan
n. Riba Merajalela
o. Fenomena al-Ma‟aazif (alat-alat musik) dan Menganggapnya Halal
p. Maraknya Minuman Keras (Khamer) dan Menganggapnya Halal
q. (Berlomba-lomba) Menghiasi Masjid dan Berbangga-bangga dengannya

4. Hikmah Mempelajari Kiamat Sugra


Di antara hikmah ini adalah kita dapat mempersiapkan diri dengan berbagai
persiapan jika kiamat sugra ini menghampiri.

B. Kiamat Kubra dan Kehidupan Setelah Hari Akhir

Al-Qur‟an telah memberitakan kepada manusia bahwa alam semesta ini telah
diciptakan dan akan sampai pada titik akhirnya (Q.S. al-Mukmin [40]: 59 dan Q.S.
al-Hajj [22]: 7). Segala yang berawal maka akan berakhir, baik manusia, tumbuhan,
hewan, alam semesta, maupun malaikat semuanya akan mati, hanya Allah saja
yang
tidak berawal dan tidak berakhir. Waktu yang ditetapkan dimana alam semesta dan
segala makhluk di dalamnya mulai dari mikroorganisme sampai makhluk yang
paling indah bentuknya yaitu manusia, termasuk bintang-bintang dan galaksi-
galaksi
semuanya akan hancur pada hari dan jam yang telah ditentukan oleh sang
penciptanya dan hanya Dia yang mengetahuinya. Waktu atau hari tersebut dikenal
dengan nama Hari Akhir atau Kiamat.

1. Pengertian Kiamat Kubra dan Hari Akhir


Kiamat Kubra (kiamat besar) adalah pemusnahan seluruh kehidupan di alam
ini. Setelah manusia dihancurkan, maka Allah Swt. akan membangkitkan
manusia dari kuburnya, mereka akan mempertanggungjawabkan semua
perbuatan yang telah mereka lakukan. Pada hari itu tidak ada yang dapat
membantu manusia kecuali iman dan amalan saleh. Allah Swt. akan
menyediakan surga bagi hambanya yang taat, dan memasukkan hambanya yang
ingkar ke dalam api neraka.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kiamat diartikan sebagai: a. hari
kebangkitan setelah mati (orang yang telah meninggal dihidupkan kembali untuk
diadili perbuatannya); b. hari akhir zaman (dunia seisinya rusak binasa dan
lenyap); c. celaka sekali, bencana besar, rusak binasa; d. berakhir dan tidak
muncul lagi. Sedang dalam Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, kiamat diartikan
keadaan makhluk dan alam semesta ketika berakhirnya kehidupan mereka di
dunia.
Dari pengertian ini, ada dua hal pokok terkait makna kiamat, yaitu: Pertama,
kiamat merupakan kebangkitan manusia dari kematian atau dari kuburnya.
Maknanya, pada hari itu semua manusia dibangkitkan dari kubur, tempat
peristirahatan setelah kematiannya. Selanjutnya, mereka diadili dan diminta
pertanggungjawaban atas semua perbuatannya di dunia. Yang banyak
kebaikannya akan mendapat ganjaran kenikmatan, dan yang sebaliknya akan
mendapat hukuman. Allah Berfirman: “Maka adapun orang yang berat
timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan
(senang). Dan adapun orang yang ringan timbangan (kebaikan)-nya, maka
tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. (Q.S. al-Qāri„ah [101]: 6-9).
Kedua, kiamat adalah keadaan akhir zaman. Kiamat merupakan akhir dari
alam semesta dan kehidupan semua makhluk. Artinya saat kiamat tiba, seluruh
jagat raya beserta isinya, seperti planet, bintang, langit, bumi, manusia, dan
semua yang ada, hancur binasa. Kehidupan makhluk pun tidak ada lagi. Ini
merupakan bencana besar bagi alam raya dan yang ada di dalamnya. Seluruh
kehidupan yang ada menjadi musnah karena hancurnya dunia dan isinya. Allah
berfirman, Apabila langit terbelah, dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan,
dan apabila lautan dijadikan meluap, dan apabila kuburan-kuburan di bongkar.
(Q.S. al-Infiţār
[82]: 1-4). Sayyid Sābiq dalam al-Aqā‟id al-Islāmiyyah menjelaskan, “Hari kiamat
adalah suatu keadaan yang didahului dengan musnahnya alam semesta. Saat itu,
seluruh makhluk yang masih hidup akan mati. Bumi pun akan berganti, bukannya
bumi dan langit yang ada sekarang”. Sementara itu Didin Hafidhuddin menyatakan
bahwa kiamat diawali dengan tiupan terompet sebagai tanda kehancuran alam.
Dari beberapa penjelasan
tersebut, dapat disimpulkan beberapa hal berikut: a. hari kiamat merupakan akhir
kehidupan dunia; b. kiamat diawali tiupan sangkakala sebagai tanda permulaan
hancurnya alam semesta; c. kiamat merupakan kehancuran jagat raya yang
diawali dengan berguncangnya bumi, hancurnya semua benda angkasa, dan
kematian seluruh makhluk hidup yang masih ada, sehingga semua yang ada di
dunia musnah; d. setelah semuanya hancur dan musnah, bumi, langit, dan
lainnya akan diganti dengan yang baru; dan e. kiamat merupakan awal
kehidupan akhirat yang menggantikan kehidupan dunia.

2. Dalil Kiamat Kubra


Dalil-dalil ini menguatkan bahwa kiamat
akan terjadi dan sebagai seorang muslim perlu memperbanyak amal saleh
sebelum kiamat tiba. Allah adalah satu-satunya Zat yang tidak akan binasa,
seluruh makhlukNyalah yang akan binasa pada saatnya tiba, sebagaimana surah
al-Qashash [28] ayat 88
Hari Akhir atau Hari Kiamat merupakan tahapan yang harus dilewati menuju
Negeri Akhirat. Ungkapan al-dār al-ākhirah merupakan lawan dari al-dār al-dunyā,
sebagaimana termaktub di dalam (Q.S. al-„Ankabūt [29]: 64)
Hari akhir adalah hal yang harus diimani sebagaimana surah al-Baqarah [2]
ayat 8. Saat kiamat terjadi, hal yang terjadi pada alam ini adalah kehancuran
sebagaimana dalam surah al-Infiţār [82] ayat 1-4:
Orang setelah hari kiamat akan ada akhirat yang ujungnya adalah tempat
penempatan manusia berdasarkan amal ibadahnya, yang baik amalnya akan
masuk surga, dan yang banyak dosanya ditempatkan di neraka, sebagaimana
surah al-Qāri„ah [101] ayat 6-9:

3. Tanda-tanda Kiamat Kubra


Dalam Surah az-Zalzalah ayat 1. Ayat ini
menerangkan bahwa peristiwa kiamat diawali dengan guncangan yang dahsyat
yang meliputi seluruh Bumi. Fenomena gempa ini berbeda dengan yang selama
ini terjadi, hanya bersifat lokal dan tidak menyeluruh ke seantero Bumi. Peristiwa
ini menjadi penanda yang mengingatkan manusia bahwa akhir kehidupan dunia
telah datang, yang diikuti kemudian oleh kehidupan akhirat.
Tanda-tanda Kiamat Kubra (Kiamat Besar) lainnya adalah sebagai berikut:
a. Terbitnya matahari dari arah barat.
b. Kabut tebal memenuhi antara langit dan bumi selama 40 hari.
c. Munculnya binatang yang dapat berbicara dengan manusia.
d. Munculnya al-Masih Dajjal.
e. Keluarnya Ya‟juj Ma‟juj.
f. Keluarnya api yang menggiring manusia ke Padang Mahsyar.
Tanda-tanda kiamat dalam hadis ini disebut sebagai tanda-tanda kiamat
kubra (hari akhir). Ada sepuluh tanda kiamat yang disebutkan dalam hadis ini.
Namun yang disebutkan dalam hadis tersebut hanya ada delapan:
a. Munculnya kabut (dukhan)
b. Munculnya Dajjal
c. Munculnya Dabbah
d. Terbitnya matahari dari barat.
e.Keluarnya Ya‟juj dan Ma‟juj
f. Munculnya Isa bin Maryam;
g. Adanya tiga gerhana, di timur;
h. Gerhana di barat;
i.Gerhana di jazirah Arab.
j. Adanya api yang muncul dari Yaman kemudian menggiring manusia
menuju tempat berkumpul.
Jika ada kejadian di masa sekarang yang sesuai dengan tanda-tanda kiamat
yang disebutkan di atas, belum tentu itu menjadi tanda yang pasti. Bisa juga
kejadian yang sama akan terjadi di masa mendatang karena Rasul sendiri tidak
mengetahui kapan tanda-tanda tersebut terjadi.
Cara bijak memahami tanda-tanda kiamat yang berbeda-beda tersebut adalah
dengan meninjau maksud nabi (maqasidi) ketika menyebutkan tanda-tanda
tersebut kepada para sahabat. Saat itu para sahabat masih bertanya-tanya tentang
kebenaran adanya kiamat. Jawaban Rasul saw. dengan menyebutkan tanda-tanda
tersebut bertujuan agar para sahabat tidak menghabiskan waktunya untuk selalu
memikirkan kiamat. Selain itu, tanda-tanda kiamat yang ada dalam hadis Rasul
saw. ini sebagai penguat bahwa kiamat memang ada, tetapi tidak akan disebutkan
kapan terjadi.

4. Nama-nama Lain Hari Akhir


Hari akhir memiliki nama lain yang cukup banyak. Nama-nama hari akhir
yang diberikan oleh Allah Swt. menggambarkan keadaan hari kiamat hingga
manusia dilahirkan, dihisab, dan mendapatkan balasan dari Allah Swt. Berikut
nama-nama hari akhir, Yaitu:
1. Yaumul Qiyamah yaitu hari kiamat.
2. Yaumur Rajifah yaitu hari lindu besar.
3. Yaumuz Zalzalah yaitu hari kegoncangan atau keruntuhan.
4. Yaumul Haqqah yaitu yaitu hari kepastian.
5. Yaumul Qariah yaitu hari keributan.
6. Yaumul Akhir yaitu hari akhir.
7. Yaumut Tammah yaitu hari bencana agung.
8. Yaumul Asir yaitu hari sulit.
9. Yaumun la raiba fihi yaitu hari yang tidak ada lagi keraguan padanya.
10. Yaumul ba'ast yaitu hari kebangkitan.
11. Yaumut Tagabun yaitu hari terbukanya segala keguncangan.
12. Yaumun Nusyur yaitu hari kebangkitan.
13. Yaumut Tanad yaitu hari panggilan.
14. Yaumul Mizan yaitu hari pertimbangan.
15. Yaumu la tajzi nafsun an nafsin syaian yaitu hari yang tidak dapat seseorang
diberi ganjaran oleh yang lain sedikit pun.
16. Yaumul Jamak yaitu hari pengumpulan.
17. Yaumul Fashl yaitu hari pemisahan.
18. Yaumul Waqi'ah yaitu hari kejatuhan.
19. Yaumul Mahsyar yaitu hari berkumpul.
20. Yaumu Din yaitu hari keputusan.
21. Yaumut Talaq yaitu hari pertemuan.
22. Yaumul Jaza yaitu hari pembalasan.
23. Yaumul 'Ard yaitu hari pertontonan.
24. Yaumul Gasyiyah yaitu hari pembalasan.
25. Yaumul Khulud yaitu hari yang kekal.
26. Yaumul Barzah yaitu hari penantian.
27. Yaumul Hisab yaitu hari perhitungan.
28. Yaumul Waid yaitu hari ancaman.
29. Yaumul Haq yaitu hari kebenaran.
Umar Sulaiman al-Asyqar dalam buku Al-Yaumul Ākhir Qiyāmah Kubrā
menyebut 22 istilah populer tentang hari akhir dalam Al-Qur‟an. Ia juga
menyebutkan istilah tambahan lainnya yang diserap dari Al-Qur‟an, serta
tambahan istilah lainnya dari para ulama. Ia mengutip al-Qurthubi yang
membolehkan penggunaan penyebutan hari akhir dengan istilah lain yang
relevan. Ada beberapa istilah yang paling banyak disebutkan Al-Qur‟an terkait
hari akhir ini, yaitu yaumul qiyamah (hari kebangkitan), terulang tujuh puluh kali;
as-sā„ah (waktu), terulang empat puluh kali; al-ākhirah (akhir; penghabisan)
terulang seratus lima belas kali.
Adapun yaumul ākhir terulang 24 kali; Yaumud Din (hari pembalasan) terulang
enam kali; yaumul fashl (hari keputusan) terulang enam kali; yaumul fath (hari
pengadilan) terulang dua kali; yaumut talāq (hari pertemuan) terulang dua kali;
yaumul jam‟i (hari pengumpulan) terulang dua kali; yaumul khulūd (hari
kekekalan) terulang dua kali; yaumul khurūj (hari keluar) terulang dua kali; yaumul
ba‟ts (hari kebangkitan) terulang dua kali; yaumut tanād (hari panggilan) terulang
dua kali. Kemudian ada yaumul hasrah (hari penyesalan), yaumul azifah (hari
mendekat), dan yaumu taghabun (hari terbukanya aib yang masing-masing sekali.
Juga ada istilah al-qāriah (bencana yang menggetarkan); al-ghāsyiah (bencana
yang tak tertahan), as-shakhkhah (bencana yang memekakkan, al-hāqah
(kebenaran besar), dan al-wāqiah (peristiwa besar).

5. Hikmah Tidak Diketahuinya Hari Kiamat


Fakhruddin Ar-Razi menyebutkan bahwa salah satu hikmah tidak
diketahuinya waktu terjadinya kiamat adalah agar manusia tetap beribadah dan
mencegah diri dari perbuatan maksiat tanpa memperhatikan kapan terjadinya
kiamat.

6. Hikmah Mempelajari Kiamat Kubra


Di antara hikmah ini adalah kita akan tetap waspada dan memberikan yang terbaik
kepada Allah sebelum kiamat tiba.

C. Surga dan Neraka

1. Pengertian Surga
Surga dalam kamus besar Bahasa Indonesia bermakna alam akhirat yang
membahagiakan roh manusia yang hendak tinggal di dalamnya (dalam
keabadian). Kata ini dalam bahasa Arab adalah (jannah). Al-Ghazali
menjelaskan bahwa surga adalah tempat yang tidak ada kesedihan dan
kesengsaraan di dalamnya, hanya ada kenikmatan dan kebahagiaan saja.
Sehingga makna surga ini adalah tempat yang Allah sediakan bagi orang-orang
yang bertakwa, taat menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya.

2. Pengertian Neraka
Neraka dalam kamus besar Bahasa Indonesia bermakna alam akhirat tempat
orang kafir dan orang durhaka mengalami siksaan dan kesengsaraan. Kata ini
dalam bahasa Arab adalah (Nār). Al-Ghazali menjelaskan bahwa neraka adalah
tempat yang penuh dengan kesengsaraan dan siksaan. Sehingga makna neraka
ini adalah tempat yang Allah sediakan bagi orang-orang yang kafir dan tidak
mentaati perintah bahkan melakukan pelanggaran yang dilarang-Nya.

3. Dalil dan Nama-nama Surga


Nama-nama surga ada yang berpendapat berjumlah tujuh, ada yang
berpendapat delapan. Pada bagian ini akan disebutkan delapan nama
berdasarkan ayat Al-Qur‟an sebagai berikut:
a. Surga Firdaus
b. Surga And
c. Surga Na‟iim
d. Surga Ma‟wa
e. Surga Darussalam
f. Surga Darul Muqamah
g. Surga Al-Maqamul Amin
h. Surga Khuldi

4. Dalil dan Nama-nama Neraka


Nama-nama neraka ada yang berpendapat berjumlah tujuh, ada juga yang
berpendapat delapan sebagai berikut:
a. Neraka Hawiyah
b. Neraka Jahim
c. Neraka Saqar
d. Neraka Sa‟ir
e. Neraka Huthamah
f. Neraka Ladza / Ladho
g. Neraka Jahannam
h. Neraka Wail

5. Hikmah Mempelajari Surga dan Neraka


Di antara hikmah mempelajari materi ini adalah dapat meyakinkan hati
bahwa perjuangan keras yang dilakukan di dunia ini adalah dalam rangka
menggapai kenikmatan besar dan menjauhkan diri dari siksaan yang pedih.

D. Takdir Mubram dan Mu'allaq

1. Pengertian dan Dalil Takdir Mubram dan Mu'allaq


Takdir Mubram, ialah ketentuan Allah yang pasti terjadi dan tidak dapat
berubah. Ketentuan ini hanya ada pada Ilmu Allah, tidak ada siapapun yang
mengetahuinya selain Allah sendiri, seperti ketentuan mati dalam keadaan kufur
(asy-Syaqāwah), dan mati dalam keadaan beriman (as-Sa‟ādah), ketentuan dalam
dua hal ini tidak berubah. “Dan jika Allah menghendaki niscaya Dia menjadikan
kamu satu umat (saja), tetapi Dia menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan
memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Tetapi kamu pasti akan
ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan”. (Q.S. an-Nahl [16]: 93)
Takdir Mu‟allaq, yaitu ketentuan Allah yang berada pada lambaran-lembaran
para Malaikat, yang telah mereka kutip dari al-Lauh al-Mahfuzh, seperti si fulan
apa bila ia berdoa maka ia akan berumur seratus tahun, atau akan mendapat rizki
yang luas, atau akan mendapatkan kesehatan, dan seterusnya.
Qadlâ Mu‟allaq atau Qadar Mu‟allaq, yaitu ketentuan-ketentuan Allah yang berada
pada lebaran-lembaran para Malaikat.
Dari uraian ini dapat dipahami bahwa doa tidak dapat merubah ketentuan
(Taqdīr) Allah yang Azali yang merupakan sifat-Nya, karena mustahil sifat Allah
Bergantung kepada perbuatan-perbuatan atau doa-doa hamba-Nya.
Namun demikian doa adalah sesuatu yang diperintahkan oleh Allah atas para
hamba-Nya. Dalam al-Qur‟an Allah berfirman:
“Dan jika hamba-hamba-ku bertanya kepadamu (Wahai Muhammad) tentang Aku,
maka sesungguhnya Aku dekat (bukan dalam pengertian jarak), Aku kabulkan
permohonan orang yang berdoa jika ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah
mereka memohon dikabulkan doa kepada-Ku dan beriman kepada-Ku, semoga
mereka mendapatkan petunjuk” (QS. al-Baqarah: 186).
Ayat di atas menjelaskan bahwa seorang yang berdoa tidak akan sia-sia
belaka. Ia pasti akan mendapatkan salah satu dari tiga kebaikan; dosa-dosanya
yang diampuni, permintaannya yang dikabulkan, atau mendapatkan kebaikan
yang disimpan baginya untuk di kemudian hari kelak. Semua dari tiga kebaikan
ini adalah merupakan kebaikan yang sangat berharga baginya. Dengan demikian
maka tidak mutlak bahwa setiap doa yang dipintakan oleh para hamba pasti
dikabulkan oleh Allah. Akan tetapi ada yang dikabulkan dan ada pula yang tidak
dikabulkan. Yang pasti, bahwa setiap doa yang dipintakan oleh seorang hamba
kepada Allah adalah sebagai kebaikan bagi dirinya sendiri, artinya bukan sebuah
kesia-siaan belaka. Dalam keadaan apapun, seorang yang berdoa paling tidak
akan mendapatkan salah satu dari kebaikan yang telah disebutkan di atas.
Situasi takdir muallaq berlainan dengan takdir mubram. Doa tidak dapat
mengubah kenyataan yang digariskan dalam takdir mubram. Meskipun demikian,
doa dipercaya dapat meminimalisir dampak bala yang timbul karena takdir
mubram.
Meskipun takdir terbagi dua, muallaq dan mubram, kita sebagai manusia tidak
mengetahui mana takdir muallaq dan takdir mubram. Oleh karena itu, ahlusunnah
wal jamaah memandang doa sebagai ikhtiar manusiawi yang tidak boleh
ditinggalkan sebagaimana pada umumnya aliran ahlusunnah wal jamaah
memandang perlunya ikhtiar dalam segala hal, bukan menyerah begitu saja. Dari
sini, kita dapat memahami tiga permintaan atau doa yang lazim diamalkan
masyarakat Indonesia di malam nisfu Syaban sebagai bentuk ikhtiar dalam
menolak bala dan ikhtiar dalam mendatangkan kemaslahatan.
Sementara aliran muktazilah tidak mempercayai peran dan manfaat doa
karena kata „doa‟ dalam Al-Quran itu adalah ibadah secara umum. “Siapa saja
yang beribadah, niscaya Allah akan menerimanya,” menurut mereka. Mereka
tidak mengartikan ayat itu demikian, “Siapa saja yang berdoa, niscaya Allah akan
mengabulkannya.”
Meskipun demikian, kelompok ahlussunnah wal jamaah Asy‟ariyah tidak
menempatkan aliran muktazilah ke dalam aliran kufur karena mereka masih
meyakini Al-Qur‟an sebagai wahyu Allah. Semua pengertian yang diangkat oleh
pendukung kelompok ahlusunnah wal jamaah Asy‟ariyah ini dimaksudkan agar
umat Islam tidak salah paham menempatkan signifikansi doa, peran ikhtiar
manusia, dan dapat meningkatkan keimanan terhadap takdir di tengah peran
atau ikhtiar manusiawi. Semua ini dijelaskan oleh pendukung kelompok
ahlusunnah wal jamaah asy‟ariyah agar masyarakat sunni tidak bersikap su'ul adab
dan su'uzhan kepada Allah.

2. Hikmah Mempelajari Takdir Mubram dan Mu'allaq


Di antara hikmah mempelajari materi ini adalah bisa membedakan
takdir mubram dan mu‟allaq.

E. Konsep Kebebasan Manusia dalam Konteks Takdir Allah


Hampir setiap orang menginginkan kemauannya terwujud, baik itu kemauan
yang baik maupun kemauan buruk. Hanya saja ada kemauan yang dapat terwujud
dengan syarat-syarat tertentu. Di sini hukum kausalitas berlaku. Tetapi ada juga
kemauan orang-orang tertentu yang terwujud tanpa bergantung pada syarat
apapun.
Meski demikian, kemauan yang terwujud itu tak mungkin berbenturan dengan takdir
Allah Swt., sebagaimana hikmah berikut ini:
“Kemauan keras tak bisa menerobos pagar takdir.”

1. Kemauan Manusia dalam Konteks Takdir Allah


menurut Syekh Zarruq kemauan manusia terdiri atas tiga
macam. Pertama, ada kemauan yang tinggal kemauan tanpa upaya dan tanpa
hasil.
Kedua, kemauan kuat yang diiringi usaha nyata dengan atau tanpa hasil.
Ketiga, kemauan kuat tanpa upaya, tetapi membawa hasil.
Kemauan keras atau kemauan pada kategori ketiga dapat dikategorikan
menjadi dua. Pertama, kemauan untuk tujuan baik (kemauan mulia) seperti
mencari rida Allah, kemakrifatan, dan seterusnya. Kedua, kemauan untuk tujuan
buruk (kemauan tercela) seperti kesenangan duniawi dan seterusnya. Tetapi
sekuat apapun kemauan keras itu, putusan dan takdir Allah tetap mengatasinya
sehingga para rasul, para wali Allah, dan ahli makrifat lainnya–ketika kemauan
kerasnya tak terwujud–tetap menjaga adab waktu.

2. Hukum Kausalitas dalam Konteks Takdir Allah


Meskipun semua terjadi berdasarkan kehendak Allah, kita tetap harus
mempertimbangkan hukum kausalitas, hukum alam sebagai ketetapan Allah.
Pasalnya, hukum kausalitas dan hukum alam sebagai sunnatullah cukup kuat dan
kuasa. Syekh M Said Ramadhan Al-Buthi menjelaskan bahwa:
“Jawabannya dapat diringkas bahwa sikap kita terhadap Allah harus sesuai
dengan perintah-Nya. Sedangkan sikap kita terhadap sunatullah harus sesuai
dengan hukum-hukum alam yang ditetapkan oleh-Nya sebagai asas
keteraturan alam. Allah memerintahkan kita untuk makan bila lapar, minum
bila haus, mencari obat bila sakit, dan menjaga kesehatan serta waspada
terhadap segala yang menyebabkan kita celaka dan sakit. Kemudian Allah
juga memerintahkan kita untuk mengetahui dengan ilmul yakin bahwa tidak
ada satu pun yang berbuat sesuatu selain Allah, tiada sesuatu berpengaruh
selain dengan sunnatullah. Kita juga diperintahkan untuk meyakini bahwa
Allah menciptakan segala sesuatu dan memerintahkan segala sesuatu di alam
ini untuk menjalankan tugas sesuai amanah yang dititipkan padanya sebagai
firman Allah pada Surat Al-Araf ayat 54, „Ingatlah! Segala penciptaan dan
urusan menjadi hak-Nya.”
Syekh Said Ramadhan Al-Buthi menempatkan takdir dengan menyarankan
memperhatikan hukum kausalitas dan hukum alam.
Akidah Ahlussunnah menetapkan bahwa Allah yang menciptakan segalanya.
Dalam hukum kausalitas, ada sesuatu yang dinamakan “sebab” dan ada yang
dinamakan “akibat”. Misalnya, obat sebagai sebab bagi akibat sembuh, api
sebagai sebab bagi akibat kebakaran, makan sebagai sebab bagi akibat kenyang,
dan lain-lain. Akidah Ahlussunnah menetapkan bahwa sebab-sebab dan akibat-
akibat tersebut tidak berlaku dengan sendirinya. Artinya, setiap sebab sama sekali
tidak menciptakan akibatnya masing-masing. Tapi keduanya, baik sebab maupun
akibat, adalah ciptaan Allah dan dengan ketentuan Allah. Dengan demikian, obat
dapat menyembuhkan sakit karena kehendak Allah, api dapat membakar karena
kehendak Allah, dan demikian seterusnya. Segala akibat jika tidak dikehendaki
oleh Allah akan kejadiannya maka itu semua tidak akan pernah terjadi. Dalam
sebuah hadis Sahih, Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya Allah yang menciptakan segala obat dan yang menciptakan
segala penyakit. Apabila obat mengenai penyakit maka sembuhlah ia dengan
izin Allah”. (H.R. Ibn Hibban).
Dengan demikian dapat kita pahami bahwa adanya obat adalah dengan
kehendak Allah, demikian pula adanya kesembuhan sebagai akibat dari obat
tersebut juga dengan kehendak dan ketentuan Allah, obat tidak dengan
sendirinya menciptakan kesembuhan. Demikian pula dengan sebab-sebab
lainnya, semua itu tidak menciptakan akibatnya masing-masing. Kesimpulannya,
kita wajib berkeyakinan bahwa sebab tidak menciptakan akibat, akan tetapi Allah
yang menciptakan segala sebab dan segala akibat.

3. Contoh Kebebasan Manusia dalam Konteks Profesi Keguruan


Sebagai bahan gambaran dalam kehidupan yang dekat dengan kita, bisa
dicontohkan kebebasan manusia sebagai berikut. Saudara saat membaca modul
ini sedang menjalani nasib dan berada pada takdir Allah sebagai peserta yang bisa
mengikuti kegiatan PPG. Ada calon peserta yang tidak lolos menjadi peserta.
Saudara saat ini bebas menentukan, akan mengambil takdir Allah yang mana.
Tentu Saudara tidak akan tau takdir apa, sampai takdir itu menghampiri. Yang
Saudara bebas lakukan adalah memilih, bersungguh-sungguh dalam mengikuti
kegiatan PPG ini atau melalaikan.
Pilihannya hanya dua, tapi takdirnya tetap sesuai ketetapan Allah. Bisa saja
saudara lulus PPG karena sungguh-sungguh, bisa juga tidak lulus karena lalai.
Ketetapan Allah juga bisa saja terbalik, ketika Saudara sungguh-sungguh malah
tidak lulus, jika lalai malah lulus. Tentu hasil ini adalah hasil tawakal kita kepada
Allah, namun ikhtiar yang kita pilih adalah bersungguh-sungguh. Kebebasan
yang dimaksud adalah kebebasan memilih aktivitas terbaik.

4. Hikmah Mempelajari Kebebasan dalam Konteks Takdir Allah


Di antara hikmah mempelajari materi ini adalah dapat memilih jalan hidup yang
tepat agar takdir yang dialami adalah takdir terbaik yang ditetapkan.

Daftar materi
pada KB
2 Takdir Mubram dan Mu'allaq
yang sulit
dipahami

Daftar materi
yang sering
kelompok ahlussunnah wal jamaah Asy‟ariyah tidak
mengalami
3 menempatkan aliran muktazilah ke dalam aliran kufur karena mereka masih
miskonsepsi
meyakini Al-Qur‟an sebagai wahyu Allah?
dalam
pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai